• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Dan Umum 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Dan Umum 2014"

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PRAKTIK UMUM EKOWISATA

PENGENALAN EKOSISTEM DAN EKOWISATA

DI KAWASAN WISATA CIBODAS

KAPUPATEN CIANJUR

DANNU LESMANA

ROBITAH ELDAROINI

MEGA NAHDAWATI

NURHIDAYAH

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PENGENALAN EKOSISTEM DAN EKOWISATA

DI KAWASAN WISATA CIBODAS

KABUPATEN CIANJUR

Oleh:

Kelompok 2/ Grup A

Dannu Lesmana J3B113048

Robitah Eldaroini J3B213052

Mega Nahdawati J3B213058

Nurhidayah J3B213061

Laporan Praktik Umum Ekowisata

Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan Praktik Pengelolaan Ekowisata pada Program Keahlian Ekowisata

Program Diploma Institut Pertanian Bogor

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(4)
(5)

Judul Laporan : Pengenalan Ekosistem dan Ekowisata

di Kawasan Wisata Cibodas Kabupaten Cianjur

Nama Mahasiswa/ NIM : Dannu Lesmana J3B113048 Robitah Eldaroini J3B213051

Mega Nahdawati J3B213058

Nurhidayah J3B213061

Program Keahlian : Ekowisata

Menyetujui,

Mengetahui, Menyetujui,

Bedi Mulyana, SHut, MPar, MoT Koordinator Program Keahlian

Yun Yudiarti, S.Hut, M.Si Dosen Pembimbing

(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun laporan Praktek Umum Ekowisata (PUE) pada tahun 2013 yang berjudul “Pengenalan Ekosistem dan Ekowisata di Kawasan Wisata Cibodas Kabupaten Cianjur”. Laporan ini merupakan rangkaian akhir dari Praktik Umum Ekowisata yang diselenggarakan selama 17 hari pada tanggal 9-27 Agustus 2014 di kawasan wisata Cibodas Kabupaten Cianjur yang meliputi kawasan Kebun Raya Cibodas, Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, BUPER Mandalawangi, BUPER mandala Kitri, dan kawasan potensi wisata Lahan Agro.

Kegiatan ini merupakan syarat untuk dapat mengikuti Praktek Pengelolaan (PP) dan Praktek Kerja Lapangan Tugas Akhir (PKLTA). Penulis berusaha untuk mengenali, menggali dan mengoptimalkan potensi-potensi wisata yang terdapat di kawasan wisata Cibodas Kabupaten Cianjur untuk dapat dipergunakan dalam bidang ilmu ekowisata. Semoga dengan terselesaikannya laporan ini dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan tentang ekosistem dan ekowisata di kawasan wisata Cibodas Kabupaten Cianjur.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.

Bogor, 2014

(8)
(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menyelesaikan laporan ini penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan tersebutdapat teratasi. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang berkat rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan lancar.

2. Yun Yudiarti, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian dan penyempurnaan laporan ini. 3. Bedi Mulyana, S.Hut, MPar, MMCAP, selaku Ketua Program Keahlian

Ekowisata Diploma IPB yang telah memberikan nasihat.

4. Wulan Sari Lestari, SP, MSi, selaku penanggung jawab Praktik Umum Ekowisata yang telah bertanggung jawab terhadap kegiatan ini.

5. Afrodita Indayana, A.Md selaku asisten praktikum selama penyusun melaksanakan Praktik Umum Ekowisata.

6. Pihak Institusi Diploma IPB yang telah meminjamkan alat penunjang kegiatan praktik umum ekowisata.

7. Orang tua yang telah memberikan banyak dukungan dan doa sehingga penulis lebih termotivasi dalam penyelesaian laporan ini.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

II. KONDISI UMUM KAWASAN CIBODAS ... 5

2.1 Letak Kawasan Wisata Cibodas ... 5

2.2 Sejarah Kawasan Wisata Cibodas ... 5

2.3 Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ... 6

2.3.1 Letak dan Luas Kawasan ... 6

2.3.2 Kondisi Fisik ... 6

2.3.3 Kondisi Biotik ... 7

2.3.4 Pengelola ... 7

2.4 Kebun Raya Cibodas ... 8

2.4.1 Letak dan Luas Kawasan ... 8

2.4.2 Sejarah Kawasan ... 9

2.4.3 Kondisi Fisik ... 9

2.4.4 Kondisi Biotik ... 9

2.4.5 Pengelola ... 10

2.5 Bumi Perkemahan Mandalawangi ... 10

2.5.1 Letak dan Luas Kawasan ... 10

2.5.2 Sejarah Kawasan ... 11

2.5.3 Kondisi Fisik ... 11

2.5.4 Kondisi Biotik ... 11

(12)

2.6 Bumi Perkemahan Mandala Kitri ... 12

2.6.1 Letak dan Luas Kawasan ... 12

2.6.2 Sejarah Kawasan... 13

2.6.3 Kondisi Fisik ... 13

2.6.4 Kondisi Biotik ... 13

2.6.5 Pengelola ... 14

2.7 Kawasan Agro Cibodas ... 14

2.7.1 Letak dan Luas Kawasan ... 14

2.8 Aksesibilitas ... 14

2.9 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ... 15

III. METODE PRAKTIKUM ... 17

3.3.3 Ekologi dan Estetika Satwa ... 19

3.3.4 Sumberdaya Ekowisata... 19

3.4.2 Ekologi dan Estetika Satwa ... 23

3.4.3 Sumberdaya Ekowisata... 23

(13)

5.1 Kondisi Ekosistem Tumbuhan Secara Umum ... 33

VI. EKOLOGI DAN ESTETIKA SATWA ... 47

6.1 Mamalia ... 47

6.2 Burung ... 53

6.3 Reptil ... 59

6.4 Amfibi ... 59

6.5 Serangga ... 64

Sumber: Dokumentasi Grup A, 2014 ... 67

Sumber: Dokumentasi Grup A, 2014 ... 74

Sumber: Dokumentasi Grup A, 2014 ... 75

Sumber: Dokumentasi Grup A, 2014 ... 76

(14)

(b) 76

VII.SUMBERDAYA EKOWISATA ... 77

7.1 Potensi Sumberdaya Wisata di Seluruh Kawasan ... 77

7.2 Resort Mandalawangi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ... 78

7.2.1 Deskripsi Sumberdaya Ekowisata ... 78

7.2.2 Jenis Sumberdaya Ekowisata... 84

7.2.3 Penilaian Sumberdaya Ekowisata Unggulan ... 85

7.3 Kebun Raya Cibodas ... 86

7.3.1 Jenis sumberdaya ekowisata ... 86

7.3.2 Deskripsi Sumberdaya Ekowisata ... 87

7.3.3 Penilaian Sumberdaya Ekowisata Unggulan ... 90

7.4 Bumi Perkemahan Mandalawangi... 91

7.4.1 Jenis Sumberdaya Ekowisata... 91

7.4.2 Deskripsi sumberdaya ekowisata... 91

7.4.3 Penilaian sumberdaya ekowisata unggulan ... 93

7.5 Bumi Perkemahan Mandala Kitri ... 94

7.5.1 Jenis sumberdaya ekowisata ... 94

7.5.2 Deskripsi sumberdaya ekowisata... 95

7.5.3 Penilaian Sumberdaya Ekowisata Unggulan ... 98

7.6 Kawasan Agrowisata Cibodas ... 99

7.6.1 Jenis Sumberdaya Ekowisata... 99

7.6.2 Deskripsi sumberdaya ekowisata... 99

7.6.3 Penilaian Sumberdaya Ekowisata Unggulan ... 101

7.7 Pembahasan ... 101

VIII. FASILITAS EKOWISATA ... 103

8.1 Fasilitas Ekowisata di Seluruh Kawasan ... 103

8.2 Resort Mandalawangi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ... 105

8.2.1 Jenis Fasilitas Ekowisata ... 105

8.2.2 Penilaian Fasilitas Ekowisata ... 105

8.3 Kebun Raya Cibodas ... 107

8.3.1 Jenis Fasilitas Ekowisata ... 107

(15)

8.4 Bumi Perkemahan Mandalawangi ... 110

8.4.1 Jenis Fasilitas Ekowisata ... 110

8.4.2 Penilaian Fasilitas Ekowisata ... 111

8.5 Bumi Perkemahan Mandala Kitri ... 113

8.5.1 Jenis Fasilitas Ekowisata ... 113

9.1 Resort Mandalawangi Taman Nasional Gunung Gede Pangranggo ... 118

9.1.1 Karakteristik Responden ... 118

9.4 Bumi Perkemahan Mandala Kitri ... 136

9.4.1 Karakteristik Responden ... 136

9.4.2 Motivasi Responden ... 138

9.4.3 Biaya Wisata ... 139

9.4.4 Aktivitas Pengunjung ... 141

(16)

X. SOSIAL EKONOMI BUDAYA MASYARAKAT ... 143

10.1Pelaku Bisnis Wisata ... 143

10.1.1 Karakteristik responden ... 144

10.1.2 Karakteristik Bisnis Wisata ... 145

10.2Masyarakat Sekitar Kawasan ... 146

10.3Pembahasan ... 148

XI. PEMBAHASAN UMUM ... 149

XII.SIMPULAN DAN SARAN ... 153

12.1Simpulan ... 153

a. Saran ... 154

DAFTAR PUSTAKA ... 157

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Alat dan Bahan ... 17

Tabel 2 Pengukuran Data Fisik Sungai di BUPER Mandalawangi dan Kolam di BUPER Mandala Kitri. ... 28

Tabel 3 Keanekaragaman Jenis Pohon di TNGGP ... 34

Tabel 4 Keanekaragaman Jenis Tiang di TNGGP ... 35

Tabel 5 Keanekaragaman Jenis Pancang di TNGGP ... 35

Tabel 6 Keanekaragaman Jenis Semai ... 36

Tabel 7 Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah ... 36

Tabel 8 Keanekaragaman Jenis Epifit ... 36

Tabel 9 Keanekaragaman Jenis Liana ... 37

Tabel 10 Daftar Jenis Mamalia ... 47

Tabel 11 Daftar Jenis Burung ... 53

Tabel 12 Daftar Jenis Amfibi ... 59

Tabel 13 Daftar Jenis Kupu-Kupu dan Serangga ... 64

Tabel 14 Sumberdaya Ekowisata di Resort Mandalawangi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ... 84

Tabel 15 Penilaian Sumberdaya Ekowisata di Resort Mandalawangi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango oleh Asesor ... 85

Tabel 16 Penilaian Sumberdaya Ekowisata di Resort Mandalawangi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango oleh Pengunjung ... 86

Tabel 17 Sumberdaya Ekowisata di Kebun Raya Cibodas ... 87

Tabel 18 Penilaian Sumberdaya Unggulan Ekowisata di Kebun Raya Cibodas oleh Asesor ... 90

Tabel 19 Penilaian Sumberdaya Ekowisata di Kebun Raya Cibodas oleh Pengunjung ... 90

Tabel 20 Daftar Sumberdaya Ekowisata di Mandalawangi ... 91

Tabel 21 Penilaian Sumberdaya Unggulan Ekowisata di Bumi Perkemahan Mandalawangi oleh Asesor ... 93

(18)

Tabel 23 Daftar Sumberdaya Ekowisata di Kebun Raya Cibodas ... 94

Tabel 24 Penilaian Sumberdaya Unggulan Ekowisata di Bumi Perkemahan Mandala Kitri oleh Asesor ... 99

Tabel 25 Penilaian Sumberdaya Ekowisata di Buper Mandala Kitri oleh Pengunjung ... 99

Tabel 26 Daftar Sumberdaya Ekowisata di Kawasan Agrowisata Cibodas ... 99

Tabel 27 Penilaian Sumberdaya Unggulan Ekowisata di Bumi Perkemahan Mandala Kitri oleh Asesor ... 101

Tabel 28 Data Karakteristik Pengunjung di Empat Lokasi ... 104

Tabel 29 Daftar fasilitas ekowisata di Resort Mandalawangi TNGGP ... 105

Tabel 30 Penilaian Fasilitas Ekowisata di Resort Mandalawangi, TNGGP ... 106

Tabel 31 Daftar Fasilitas Yang Terdapat di Kawasan Kebun Raya Cibodas ... 108

Tabel 32 Penilaian Fasilitas Ekowisata di Kebun Raya Cibodas ... 109

Tabel 33 Daftar Fasilitas Ekowisata di Bumi Perkemahan Mandalawangi ... 110

Tabel 34 Penilaian Fasilitas Ekowisata di Bumi Perkemahan Mandalawangi ... 112

Tabel 35 Daftar Fasilitas Ekowisata di Bumi Perkemahan Mandala Kitri ... 113

Tabel 36 Penilaian Fasilitas Ekowisata di Bumi Perkemahan Mandalakitri ... 115

Tabel 37 Daftar Fasilitas EKowisata di Kawasan Agro Cibodas ... 116

Tabel 38 Data Karktersitik Pengelola di Kawasan Agrowisata Cibodas ... 116

Tabel 39 Karakteritik Responden di Kawasan Resort Mandalawangi TNGGP ... 119

Tabel 40 Tabel Lanjutan Karakteristik Wisatawan ... 120

Tabel 41 Motivasi Responden di Resort Mandalawangi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ... 121

Tabel 42 Biaya Wisata di Resort Mandalawangi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ... 123

Tabel 43 Karakteristik Responden di Kebun Raya Cibodas ... 125

Tabel 44 Motivasi Pengunjung di Kebun Raya Cibodas ... 127

Tabel 45 Biaya Wisata di Kebun Raya Cibodas... 128

Tabel 46 Karakteristik responden di Bumi Perkemahan Mandalawangi ... 130

Tabel 47 Motivasi Pengunjung di Bumi Perkemahan Mandalawangi ... 132

Tabel 48 Biaya Wisata di Bumi Perkemahan Mandalawangi ... 133

(19)
(20)
(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Lokasi Kawasan Wisata Cibodas ... 5

Gambar 2 Peta Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ... 6

Gambar 3 Peta Kebun Raya Bogor ... 8

Gambar 4 Sketsa Metode Box Plot ... 21

Gambar 5 Rata rata suhu di lima lokasi ... 26

Gambar 6 Rata Rata Kelembapan di Lima Lokasi ... 27

Gambar 7 Sketsa posisi Pengukuran abiotik di sungai BUPER Mandalawangi ... 29

Gambar 8 Sketsa posisi Pengukuran Abiotik di sungai BUPER Mandala Kitri ... 29

Gambar 9 Pohon rasamala ... 38

Gambar 10 Buah Beleketebe ... 38

Gambar 11 Honje Warak ... 39

Gambar 12 Bubukuan ... 40

Gambar 13 Begonia ... 41

Gambar 14 Anggrek bibir merah ... 41

Gambar 15 Jamur kayu ... 42

Gambar 16 Jamur kuping ... 42

Gambar 17. Sirih areuy ... 43

Gambar 18 Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Mamalia di Kawasan Agrowisata dan HM 7-9 TNGGP ... 48

Gambar 19 Penyebaran Vertikal Jenis Mamalia di Kawasan Agrowisata ... 49

Gambar 20 Penyebaran Vertikal Jenis Mamalia di HM 7-9 TNGGP ... 50

Gambar 21 Penyebaran Horizontal Jenis Mamalia di Kawasan Agrowisata ... 51

Gambar 22 Penyebaran Horizontal Jenis Mamalia di HM 7-9 TNGGP ... 52

Gambar 23 Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Burung di Kawasan Agrowisata dan HM 7-9 TNGGP ... 54

Gambar 24 Penyebaran Vertikal Jenis Burung di Kawasan Agrowisata ... 55

Gambar 25 Penyebaran Vertikal Jenis Burung di HM 7-9 TNGGP ... 56

Gambar 26 Penyebaran Horizontal Jenis Burung di Kawasan Agrowisata ... 57

Gambar 27 Penyebaran Horizontal Jenis Burung di HM 7-9 TNGGP... 58

(22)
(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Keanekaragaman Jenis Pohon di TNGGP ... 161 Lampiran 2 Keanekaragaman Jenis Tiang di TNGGP ... 162 Lampiran 3 Keanekaragaman Jenis Pancang ... 163 Lampiran 4 Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah di TNGGP ... 163 Lampiran 5 Data Karakteristik Responden Pengunjung di Kawasan TNGGP ... 164 Lampiran 6 Data Karakteristik Responden Pengunjung Dikawasan Kebun Raya

Cibodas ... 165 Lampiran 7 Data karakterisik pengunjung di kawasan Bumi Perkemahan

Mandalawangi ... 167 Lampiran 8 Data fasilitas ekowisata pada kawasan Mandala Kitri ... 168 Lampiran 9 Karakteritik Responden di Kawasan Resort Mandalawangi TNGGP . 170 Lampiran 10 Tabel Lanjutan Karakteristik Wisatawan ... 171 Lampiran 11 Motivasi Responden di Resort Mandalawangi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ... 172 Lampiran 12 Biaya Wisata di Resort Mandalawangi Taman Nasional Gunung Gede

(24)
(25)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan segala keanekaragaman hayati dan non hayati yang tak terkira. Secara langsung maupun tidak, Indonesia merupakan negara yang kaya, seharusnya. Kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia tersebut serta merta menciptakan potensi yang kaya akan sumberdaya yang kemudian dapat menciptakan obyek wisata kelas dunia.

Setiap potensi dan sumberdaya yang dimiliki oleh Indonesia sudah selayaknya dikelola dengan sebaik-baiknya. Hal ini dikarenakan potensi yang tidak diolah atau tidak dikelola dengan baik, bukan hanya membuat rugi negara, namun juga menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Namun, pada setiap pengelolaan sumberdaya alam, harus dipastikan memiliki titik pengawasan inti di mata warga negara. Hal ini dikarenakan setiap pengelolaan memiliki dampak yang jika dibiarkan akan menjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Sebut saja kepunahan beberapa spesies, dan penumpukan sampah yang mengundang bencana lain yang lebih besar.

Suatu pengelolaan sumberdaya, dalam hal ini sumberdaya wisata, bisa dipastikan melangkah menuju kepada azas kelestarian. Hal ini dikarenakan ada upaya pengelola untuk mengusahakan kelestarian daripada sumberdaya tersebut karena baik secara langsung maupun tidak, keberlangsungan kawasan wisata yang dikelola oleh pihak pengelola sangat bergantung pada sumberdaya tersebut.

(26)

setiap harinya lebih dari puluhan wisatawan datang dan berkunjung ke obyek obyek wisata yang dimaksud.

Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, potensi dan sumberdaya yang ada didalam kawasan maupun obyek wisata harus dikelola dengan sebaik-baiknya. Seorang pengelola harus memiliki kemampuan dan profesional dalam bidangnya. Oleh karenanya, dibutuhkan pengenalan terhadap lingkungan pembentuknya. Pengenalan tersebut tidak hanya berkisar pada jenis jenis sumberdaya yang terdapat disana, namun juga bagaimana elemen elemen lain seperti proses dan interaksi ekologis serta potensi apa saja yang bisa dikembangkan di kawasan wisata yang dimaksud.

Atas dasar pemikiran tersebut diadakanlah sebuah kegiatan bertajuk

Pengenalan Ekosistem dan Kawasan Ekowisata di Kawasan Wisata Cibodas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat” yang merupakan salah satu upaya Program Diploma Program Keahlian Ekowisata Institut Pertanian Bogor, untuk menghasilkan tenaga ahli dan profesional khususnya pada bidang pariwisata.

1.2 Tujuan

Kegiatan Pengenalan Ekosistem dan Kawasan Ekowisata di Kawasan Wisata Cibodas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat” merupakan kegiatan intrakulikuler di luar kampus yang khusus dilakukan untuk pengenalan sumberdaya ekowisata. Kegiatan ini memiliki beberapa tujuan khusus yaitu:

1. Mempelajari unsur abiotik ekosistem meliputi suhu udara, kelembaban dan kualitas air

2. Mempelajari ekologi dan estetika tumbuhan

3. Mempelajari ekologi dan estetika satwa meliputi mamalia, burung, reptil, amfibi, serta kupu-kupu dan serangga lainnya

4. Mempelajari sumberdaya ekowisata 5. Mempelajari fasilitas ekowisata 6. Mempelajari pengunjung / wisatawan

(27)

1.3 Manfaat

Kegiatan Pengenalan Ekosistem dan Kawasan Ekowisata di Kawasan Wisata Cibodas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat” memiliki beberapa manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah

1. Mengetahui informasi dan data terbaru mengenai kawasan ekowisata, khususnya Kawasan Wisata Cibodas

2. Mengetahui sumberdaya wisata, fasilitas hingga potensi yang belum digali pada Kawasan Wisata Cibodas

(28)
(29)

II.

KONDISI UMUM KAWASAN CIBODAS

2.1 Letak Kawasan Wisata Cibodas

Kawasan Wisata Cibodas merupakan sebuah kawasan wisata yang terletak di Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Kawasan Wisata Cibodas lebih tepatnya terletak di lereng Gunung Gede Pangrango, di Desa Rarahan, Cimacan, Cianjur, Jawa Barat. Topografi lapangannya bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian 35 m-dpl dan memiliki suhu 17-27oC. Letak Kawasan Wisata Cibodas dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber: http://cibodas-itto.org, diunduh 2014

Gambar 1 Lokasi Kawasan Wisata Cibodas

2.2 Sejarah Kawasan Wisata Cibodas

(30)

Cibodas di bawah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dalam Kedeputian Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sampai saat ini, Kebun Raya Cibodas - LIPI memiliki 10.792 koleksi tanaman, 700 jenis koleksi bill, dan 4.852 koleksi herbarium. Koleksi tanaman di Kebun Raya Cibodas - LIPI terbagi menjadi dua koleksi, yaitu koleksi di kebun dan koleksi di rumah kaca. Koleksi tanaman di rumah kaca terdiri dari Anggrek (320 jenis), Kaktus (289 jenis) dan Sukulen (169 jenis), namun Anda juga dapat menemukan tumbuhan liar di dalam kebun. Sedangkan koleksi tanaman di kebun berjumlah 1.014 jenis, di antaranya tanaman khas dan menarik, seperti Pohon Kina (Cinchona pubescens Vahl) yang merupakan tanaman obat untuk mengobati penyakit malaria.

2.3 Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

2.3.1 Letak dan Luas Kawasan

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu taman nasional yang dimiliki oleh Indonesia. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berada di tiga Kabupaten, yaitu Bogor, Cianjur dan Sukabumi. uas kawasan TNGGP adalah 21.975 Ha.

Sumber: www.gede-pangrango.com diunduh 2014

Gambar 2 Peta Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

2.3.2 Kondisi Fisik

(31)

bisa bersaing. Meskipun keadaan topografi bisa dikatakan begitu curam, namun tidak mengurangi antusiasme pengunjung untuk mengunjungi kawasan ini.

Antusiasme pengunjung salah satunya dikarenakan adanya objek wisata alam lain yang terletak di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yaitu Puncak Gunung Gede Pangrango, Pusat Pendidikan Kawasan Konservasi Alam Bodogol, Air Terjun (Cibeureum dan Ciwalen), Telaga Biru, Air Panas, Dua Bumi Perkemahan (Mandala Wangi dan Mandala Kitri) dan Tiga Camping Ground

(Bobojong, Barubolong, dan Pondok Halimun). 2.3.3 Kondisi Biotik

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki banyak sekali sumberdaya sekaligus potensi yang begitu melimpah terutama flora dan faunanya. Flora yang berada di taman nasional ini beragam namun mayoritas yang ditemukan di taman nasional ini adalah pohon rasamala (Altingia excelsa), puspa (Schima wallichii), dan saninten(Castanopsis javanica). Selain pohon, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango juga memiliki bermacam-macam vegetasi lain seperti baik itu dari jenis semai, pancang, tiang maupun tumbuhan bawah, seperti poh-pohan maupun begonia, sering terihat juga disepanjang jalan.

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pula memiliki beberapa anggrek yang tumbuh didalam taman nasional dan terkadang di beberapa tempat di taman nasional ini tumbuh beberapa pohon atau tumbuhan yang bukan asli daerah sekitar taman nasional ini tumbuhan itulah yang diberi nama “alien spesies” Sedangkan

fauna yang terdapat di taman nasional ini di antaranya babi hutan (Sus scrofa), elang, lutung, owa jawa (Hylobates moloch), jelarang, cinenen pisang, berencet kerdil, cerecet jawa, macan tutul (Panthera pardus), dan lainnya.

2.3.4 Pengelola

(32)

Pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terbagi menjadi tiga Seksi Konservasi Wilayah (SKW). Seksi Konservasi Wilayah (SKW) tersebut antara lain adalah, SKW I di Selabintana, SKW II di Bogor, SKW III di Cianjur. Selain itu, terdapat dan 13 Resort pengelolaan dengan tugas dan fungsi untuk melindungi dan mengamankan seluruh kawasan TNGP agar tetap lestari.

2.4 Kebun Raya Cibodas

2.4.1 Letak dan Luas Kawasan

Kebun Raya Cibodas merupakan salah satu dari Kebun Raya yang dimiliki oleh Bogor selain Kebun Raya Bogor. Kebun Raya Cibodas memiliki sumberdaya wisata yang memiliki nilai estetika tinggi, bahkan jika dibandingkan dengan Kebun Raya Bogor.

Kebun Raya Cibodas terletak di kaki Gunung Gede Pangrango. Secara administratif, terletak di Komplek Hutan Gunung Gede Pangrango, Desa Cimacan, Pacet, Cianjur. Sementara itu secara geografis, terletak pada ketinggian ±1300-1425 m-dpl dan memiliki luas 125 Ha.

Secara keseluruhan, Kebun Raya Cibodas memiliki 12.850 spesies flora yang juga merupakan potensi dan sumberdaya memiliki fungsi pada ekologi dan pendidikan. Potensi flora tersebut menjadikan KRC sebagai obyek wisata yang banyak dikunjungi pengunjung.

Sumber: http://cibodas-itto.org , diunduh 2014

(33)

2.4.2 Sejarah Kawasan

Kebun Raya Cibodas didirikan pada tanggal 11 April 1852 oleh Johannes Ellias Teijsmann, seorang kurator Kebun Raya Bogor (KRB) pada waktu itu, dengan nama Bergtuin te Tjibodas (Kebun Pegunungan Cibodas). Pada awalnya dimaksudkan sebagai tempat aklimatisasi jenis-jenis tumbuhan asal luar negeri yang mempunyai nilai penting dan ekonomi yang tinggi, salah satunya adalah Pohon Kina (Cinchona calisaya).

Kebun Raya Cibodas berkembang menjadi bagian dari Kebun Raya Bogor dengan nama Cabang Balai Kebun Raya Cibodas. Mulai tahun 2003 status Kebun Raya Cibodas menjadi lebih mandiri sebagai Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas di bawah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dalam kedeputian Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

2.4.3 Kondisi Fisik

Kebun Raya Cibodas (Cibodas Botanical Garden), terletak di Komplek Hutan Gunung Gede Pangrango, Desa Cimacan, Pacet, Cianjur. Topografi lapangannya bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian 1.275 mdpl. Kebun Raya Cibodas memiliki suhu rata rata 17 - 25 derajat Celcius, dengan kelembapan mencapai 90%. Curah hujan kawasan Kebun Raya Cibodas terbilang tinggi, mencapai angka 3380 mm per tahun.

Kawasan Kebun Raya Cibodas memiliki beberapa air terjun yang selalu ramai oleh pengunjung. Kebun Raya Cibodas memiliki sebuah jalan air beraspal dan beberapa tempat sejuk yang juga memiliki pemandangan langsung ke Gunung Gede Pangrango.

2.4.4 Kondisi Biotik

Kebun Raya Cibodas memiliki beraneka ragam vegetasi yang berasal dari dalam dan luar negeri. Penempatan flora tersebut diatur berdasarkan tema yang telah ditentukan. Hal ini yang kemudian menjadikan Kebun Raya Cibodas memiliki banyak tempat koleksi tanaman, sekaligus daya tarik bagi wisatawan.

(34)

Kebun Raya Cibodas memilik koleksi tanaman yang terdiri dari Anggrek (243 jenis), Kaktus (119 jenis) dan Sukulen (103 jenis), namun selain tumbuhan koleksi dalam KRC juga dapat ditemukan tumbuhan liar.

Koleksi menarik lainnya yang dapat ditemukan di Kebun Raya Cibodas di antaranya berupa kina (Cinchona calisaya), cemara-cemara, kayu putih (Eucalyptus) (Gambar 5), bunga bangkai (Amorphophallus titanium), saninten (Castanopsis argentea), rasamala (Altingia excelsa), anggrek kasut hijau (Paphiopedilum javanicum), kaktus gentong emas (Echinocactus grossonii), sakura (Prunus cerasoides) (Gambar 6), pohon taktus (Taxus sumatrana), dan lain-lain.

Suasana alami dan tersedianya banyak koleksi tanaman, menjadikan Kebun Raya Cibodas sebagai habitat beberapa fauna seperti, burung, baik yang secara umum mudah dijumpai, maupun yang jarang dijumpai. Beberapa jenis burung yang sering ditemui yaitu burung gereja erasia (Passer montanus), burung kutilang (Pygnonotus aurigaster), dan burung walet linchi (Collocalia linchi). Pada umumnya burung-burung di KRC dapat dijumpai di setiap kawasan, dikarenakan kawasan masih alami dan memiliki ekosistem yang cukup lengkap mulai dari ekosistem alami (sungai) sampai ekosistem buatan (kolam).

Selain memiliki beranekaragam burung, Kebun Raya Cibodas juga merupakan habitat bagi jenis primata seperti kera ekor panjang (Macaca fascicularis), lutung (Traachypitheus auratus).

2.4.5 Pengelola

Kebun Raya Cibodas merupakan sebuah kawasan yang dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas. Unit Pelaksana Teknis (UPT) tersebut, berada di bawah naungan Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, dalam kedeputian Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pegetahuan Indonesia (LIPI).

2.5 Bumi Perkemahan Mandalawangi

2.5.1 Letak dan Luas Kawasan

(35)

terletak tepat di sebelah bangunan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan berada pada ketinggian 1100 mdpl. Secara administratif, Bumi Perkemahan Mandala Wangi terletak di Desa Rarahan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Bumi perkemahan ini memiliki status sebagai hutan produksi dengan luas 39,5 Ha. Bumi Perkemahan yang memiliki fasilitas dan pengelolaan yang sangat baik ini termasuk wilayah pengelolaan RPH Pacet, BKPH Gede Tikur, KPH Cianjur. 2.5.2 Sejarah Kawasan

Nama Mandalawangi berasal dari peninggalan perkebunan teh milik Belanda yang sangat luas. Perkebunan teh tersebut berada di antara kaki Gunung Gede-Pangrango dan bernama Perkebunan Teh Mandalawangi. Informasi didapat dari masyarakat lokal yang mengetahui cerita berdasarkan turun temurun. Sejarah lain yang didapat dari masyarakat lokal yaitu awal mulanya nama Mandalawangi berasal dari nama sebuah Gunung Mandalawangi. Konon Gunung Mandalawangi ini merupakan gunung yang sangat besar yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangranngo namun Gunung Mandalawangi tersebut menghilang karena letusan besar.Terbentuklah suatu kawasan yang disebut mandalawangi yang lebih dikenal sebagai kawasan wisata oleh para wisatawan.

2.5.3 Kondisi Fisik

Bumi Perkemahan Mandala Wangi terletak pada ketinggian 1100 mdpl dengan struktur topografi yang umumnya bergelombang dan berbukit. Bumi perkemahan ini memiliki suhu udara rata-rata 17o-25oC. Hal ini tentu dikarenakan letak dan lokasi Bumi Perkemahan Mandala Wangi yang berada di kaki Gunung Gede Pangrango. Curah hujan di Bumi Perkemahan yang juga memiliki sungai dan danau serta air terjun ini adalah 3500-4500 mm/tahun.

2.5.4 Kondisi Biotik

Seperti yang telah diketahui bersama, Bumi Perkemahan Mandala Wangi memiliki akses langsung dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Oleh karena itu, banyak sekali vegetasi dan satwa yang serupa bahkan sama dengan vegetasi dan satwa yang berada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

(36)

Vegetasi yang bisa ditemukan di kawasan ini antara lain adalah Puspa (Schima walichii), Rasamala (Altingia excelsia), Saninten (Castanopsis argantea), Jamuju (Podocarpus imbricartus), Kaliandra, Filisium, Kondang, Salam, Mahoni, Cemara, Kurai, Beleketebe, Damar, Sengon, Flamboyan, Pulus, Ki Haji, Riung Anak, dan lainnya.

Tidak hanya beraneka vegetasi yang terdapat di Bumi Perkemahan Mandala Wangi, namun juga bermacam macam satwa. Satwa satwa tersebut antara lain adalah burung Gereja (Paser montanus), Walet (Collocalia linchi), Macan Tutul (Panthera pardus), Babi Hutan (Sus scrofa), Tupai (Tupaia javanica), Owa jawa (Hylobates moloch), Lutung (Traachypitheus auratus), Surili (Presbytis comata), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Macan tutul (Phantera pardus). Selain itu juga terdapat berbagai macam jenis serangga, amfibi, serta reptil lainnya.

2.5.5 Pengelola

Bumi Perkemahan Mandalawangi dikelola oleh Perum Perhutani. Sehubungan dengan adanya perluasan kawasan TNGP, BPMW saat ini termasuk ke dalam kawasan TNGP dan dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Cianjur. Dalam pengelolaan kawasan sekitar 8 ha digunakan untuk area perkemahan dan selebihnya difungsikan untuk kawasan wisata dan rekreasi.

2.6 Bumi Perkemahan Mandala Kitri

2.6.1 Letak dan Luas Kawasan

(37)

2.6.2 Sejarah Kawasan

Bumi Perkemahan Mandala Kitri diresmikan hari Sabtu tanggal 20 Juni 1981 oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Soeharto, selaku Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka. Sejak bulan Pebruari tahun 2006 Bumi Perkemahan Mandala Kitri berubah nama dan status menjadi Mandala Kitri Scout Camp dengan status Otonom dan menjadi Badan Usaha Milik Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Cianjur dan selanjutnya di sebut MKSC.

2.6.3 Kondisi Fisik

Tempat wisata ini terletak pada ketinggian 1100 mdpl. Struktur topografi umumnya bergelombang dan berbukit. Curah hujan 3500–4500 mm/tahun dengan suhu udara rata-rata 17–25 ˚C. Suhu yang relatif rendah menjadi ciri khas kawasan Mandala Kitri karena terletak di kaki gunung. Terdapat sungai yang mengalir dari TNGGP yang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar Kawasan Wisata Cibodas. Terdapat kolam yang dijadikan sebagai sumber pengairan dan habitat satwa seperti katak, dan ikan. Kolam tersebut digunakan oleh pengunjung untuk kegiatan MCK dan juga kegiatan outbound.

BUPER Mandala Kitri pada saat ini memiliki keadaan kondisi fisik yang kurang baik pada segi sarana dan prasarana. Keadaan tersebut kurang mendukung aktivitas dari pengunjung yang datang ke kawasan tersebut. Jika dilihat dari sisi lain kondisi BUPER Mandala Kitri memiliki suhu udara yang dingin dan lapangan yang cukup luas sehingga masih bisa menarik pengunjung untuk melakukan kegiatan perkemahan.

2.6.4 Kondisi Biotik

(38)

2.6.5 Pengelola

Kawasan BPMK dikelola oleh Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Cianjur. Sehubungan dengan kawasannya yang terdapat di dalam Kawasan Wisata Cibodas, maka pihak pengelola bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur terutama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

2.7 Kawasan Agro Cibodas

2.7.1 Letak dan Luas Kawasan

Kawasan Agro merupakan kawasan yang bukan merupakan obyek wisata akan tetapi memiliki potensi-potensi untuk dijadikan sebagai obyek wisata. Kawasan ini merupakan lahan masyarakat yang digunakan untuk menanam berbagai macam tanaman agro. Suhu rata-rata pada Kawasan Agro yaitu 18-25 ˚C, suhu yang ideal untuk menanam sayur dan buah. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan agro berprofesi sebagai petani. Kawasan yang dijadikan lahan pertanian merupakan kawasan perbukitan yang terdapat di Kawasan Wisata Mandalawangi. Hasil pertanian berupa sayur-sayuran, tanaman hias, dan buah-buahan. Kawasan ini berpotensi untuk dijadikan tempat wisata karena memiliki nilai tambah berupa pengelolaan lahan pertanian yang ditanami beragam tanaman pertanian serta tanaman hias. Potensi yang terdapat di kawasan agro dapat dijadikan sebagai daya tarik pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Terdapat sungai yang mengelilingi kawasan yang digunakan sebagai sumber kebutuhan air oleh masyarakat sekitar. Sungai memiliki karakteristik berausr deras dengan lebar 2 meter dan didominasi oleh bebatuan. Sungai ini dijadikan oleh masyarakat sekitar Kawasan Agro sebagai irigasi dan keperluan sehari-hari.

2.8 Aksesibilitas

(39)

Taman Nasional Gede-Pangrango, selanjutnya tinggal berjalan kaki menuju Kebun Raya Cibodas.

Kawasan Wisata Cibodas ini dapat dicapai dengan kendaraan roda 4 dan roda 6 dengan jarak tempuh 25 km dari Cianjur, 85 km dari Bandung dan sekitar 95 km dari Jakarta dengan kondisi jalan beraspal. Apabila dari Ciawi pengunjung dapat menggunakan kendaraan umum bus dan mobil L300 yang akan menuju Puncak. Tarif menggunakan bus yaitu sekitar Rp.7000,- dan Rp.10000,- apabila menggunakan L300. Pengunjung dapat turun di pertigaan Cibodas dan berganti kendaraan umum dengan angkot berwarna kuning jurusan Cibodas dengan tarif Rp.2000,-. Sebelum memasuki kawasan wisata Cibodas pengunjung akan melewati gerbang kuning milik Pemerintah Kabupaten Cianjur dan membayar retribusi.

2.9 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

(40)
(41)

III.

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktik Umum Ekowisata 2014 dilaksanakan selama 18 hari, terhitung dari tanggal 9 Agustus 2014 sampai 27 Agustus 2014. Waktu pelaksanaan praktikum terbagi menjadi tiga shif yaitu pada pagi hari dari pukul 08.00 – 12.00 WIB, siang hari 13.00 – 17.00 WIB, dan malam hari untuk pengamatan herpet fauna pada pukul 19.00 – 23.00 WIB. Adapun beberapa tempat yang dijadikan lokasi praktikum yaitu Resort Mandalawangi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Kebun Raya Cibodas (KRC), Mandala Kitri Scout Camp (MKSC), Bumi Perkemahan Mandalawangi dan Kawasan Agrowisata Cibodas.

3.2 Alat dan Bahan

Pelaksanaan kegiatan Praktik Umum Ekowisata menggunakan beberapa alat dan bahan. Alat dan bahan tersebut digunakan untuk menunjang kegiatan selama praktikum berlangsung dan untuk kepentingan rekapitulasi data.

Tabel 1 Alat dan Bahan

- Mengukur suhu udara dan kelembaban udara - Menghitung kecepatan arus pada sungai dan durasi dalam pengukuran suhu

- Mengetahui kecerahan air

- Mengetahui kedalaman, lebar dan lebar badan sungai atau kolam

- Mengukur pH air

- Mengetahui kecepatan arus - Mengambil gambar saat praktikum

2. Mempelajari ekologi dan estetika

tumbuhan

3. Mempelajari ekologi dan estetika

satwa meliputi mamalia, burung,

- Untuk melihat pukul berapa hewan ditemukan - Mencatat hewan apa saja yang ditemukan - Mengambil gambar

(42)

No. Tujuan Alat Kegunaan

- Mengambil gambar setiap sumberdaya yang ditemukan

- Mencatat sumberdaya yang ada

5. Mempelajari fasilitas ekowisata - Kamera

- Alat tulis

- Mengambil gambar setiap fasilitas yang ditemukan

- Mencatat fasilitas yang ada

6. Mempelajari pengunjung atau

wisatawan

- Mengambil gambar pada saat wawancara

7. Mempelajari sosial ekonomi dan

budaya masyarakat meliputi

- Mengambil gambar pada saat wawancara

Sumber : Analisis Kelompok 2, 2014

3.3 Data dan Informasi

3.3.1 Unsur Abiotik Ekosistem

Unsur abiotik adalah unsur yang tidak hidup akan tetapi tanpa keberadaan unsur abiotik, suatu ekosistem tidak akan ada kehidupan di dalamnya. Unsur abiotik merupakan penyeimbang dari unsur biotik. Beberapa unsur abiotik yang ada di alam yaitu suhu dan kelembaban udara, air, dan lain sebagainya. Pada kegiatan praktikum atau saat pengambilan data berupa unsur abiotik mengambil beberapa informasi yaitu pengukuran suhu dan kelembaban pada lima tempat yang telah ditentukan dimana pengambilan data tersebut dilakukan tiga kali setiap harinya selama 17 hari. Selain pengambilan data suhu dan kelembaban adapula pengambilan data kualitas air dimana data yang diambil berupa lebar sungai atau kolam, lebar badan sungai atau kolam, kedalaman, kecerahan, kecepatan arus, suhu air, pH air, suhu udara dan kelembaban udara.

3.3.2 Ekologi dan Estetika Tumbuhan

(43)

warna bagian-bagian tumbuhan dapat merupakan obyek estetika yang menarik untuk dijadikan potensi sumberdaya wisata.

Kegiatan praktikum mengenai ekologi dan estetika tumbuhan mengambil data berupa tiga aspek yaitu estetika tumbuhan, analisis vegetasi dan profil pohon. Kegiatan praktikum estetika tumbuhan mendapat beberapa informasi yaitu jenis ataua spesies tumbuhan apa dan apa saja nilai keindahannya. Sedangkan analisis vegetasi yaitu termasuk spesies apa dan berapa nilai INP (Indeks Nilai Penting). Pada profil pohon dapat diketahui apa saja jenis pohon yang ditemukan yang diukur tinggi, diameter dan bagaimana bentuk tajuknya.

3.3.3 Ekologi dan Estetika Satwa

Jenis pengambilan data satwa dalam identifikasi penilaian keindahan yang djumpai terhadap satwa yang dijadikan obyek identifikasi selama kegiatan lapangan. Metode yang digunakan dalam pengamatan estetika yaitu transek garis lurus. Transek garis lurus dilakukan dengan pencatatan terhadap jenis satwa yang dijumpai selama kegiatan identifikasi berlangsung. Pengambilan data kenidahan satwa meliputi warna, suara dan bentuk tubuh. Tujuan pengambilan data satwa dapat dijadikan sebagai daya tarik atau atraksi wisata yang dapat menarik minat pengunjung oleh satwa yang dijumpai di suatu destinasi wisata.

3.3.4 Sumberdaya Ekowisata

Sumberdaya ekowisata adalah segala sesuatu hal yang pada nantinya dapat menjadi sebuah daya tarik bagi keberlangsungan kegiatan wisata. Kegiatan pengambilan data mengenai sumberdaya ekowisata diklasifikasikan menjadi lima lokasi pengambilan data. Lima lokasi yang dimaksud adalah Kebun Raya Cibodas, Bumi Perkemahan Mandalawangi, Bumi Perkemahan Mandala Kitri, Kawasan Agro Wisata, Resort Mandalawangi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

(44)

3.3.5 Fasilitas Wisata

Fasilitas Wisata yang didata bertujuan untuk mengetahui jumlah maupun kondisi fasilitas yang berada di lokasi. Metode yang dilakukan dalam pengambilan data fasilitas wisata ini dilakukan dengan beberapa cara seperti observasi fasilitas secara langsung, wawancara dan studi literatur. Data fasilitas wisata didapatkan dari lima lokasi wisata di Kawasan Cibodas yang menjadi tujuan observasi yaitu Resort

Mandalawangi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Kebun Raya Cibodas, Bumi Perkemahan Mandala Kitri dan Kawasan Agrowisata. Data yang diambil terkait fasilitas wisata di Kawasan Cibodas adalah sarana dan prasarana yang berada di masing-masing lima destinasi wisata Kawasan Cibodas. Wawancara ditujukan bagi pengelola masing-masing destinasi wisata untuk mengetahui data faslitas yang diambil mengenai nama fasilitas, jumlah, kondisi kelayakan dan deskripsi fasilitas. Data yang didapatkan bertujuan untuk mengetahui, memberi informasi kepada pengunjung mengenai fasilitas di masing-masing lima destinasi wisata yang mampu mendukung kegiatan pengunjung dalam kegiatan berwisata.

3.3.6 Pengunjung

Pengambilan data dalam observasi pengunjung di masing-masing kawasan wisata Cibodas dilakukan dengan metode wawancara baik wawancara secara verbal maupun mengisi kuisioner. Data yang diambil meliputi karakteristik responden, motivasi dan aktivitas responden. Lokasi pengambilan data pengunjung diakukan di lima lokasi yaitu Resort Mandalawangi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Kebun Raya Cibodas, Bumi Perkemahan Mandalawangi, Bumi Perkemahan Mandala Kitri dan luar kawasan wisata Cibodas. Tujuan pengambilan data pengunjung adalah mengetahui karakter pengunjung yang datang ke Kawasan Cibodas, alasan kedatangan pengunjung ke Kawasan Cibodas, kemudian aktivitas yang dilakukan pengunjung di lokasi Kawasan Cibodas dengan memberikan nilai kepuasan skala Likert dengan memberikan penilaian obyek maupun aktivitas di lokasi wisata skala 1 sampai 7.

3.3.7 Sosial Ekonomi Budaya

(45)

dan tingkat ekonomi masyarakat di sekitar kawasan wisata cibodas. Hal ini dikarenakan, kehidupan bersosial dan berbudaya masyarakat pada suatu wilayah akan menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi dunia pariwisata. Selain itu, pariwisata juga sangat didukung oleh keberadaan kebudayaan dan perekonomian wilayah di sekitar sebuah kawasan wisata.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Ekologi dan Estetika Tumbuhan

Analisa vegetasi yaitu suatu teknik megumpulkan data mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan. Vegetasi yaitu metode yang digunakan adalah jalur garis berpetak secara berselang-seling pada lokasi pengamatan yaitu di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan jumlah plot yaitu 5 plot.

Data pada praktik ini meliputi tumbuhan bawah yang diambil pada petak berukuran 2x2 m, semai 2x2 m, pancang 5x5 m, tiang 10x10 m, pohon 20x20 m serta epifit, liana dan parasite 20x20 m. Berikut ini sketsa metode jalur garis berpetak yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber : Analisis Kelompok 2, 2014

Gambar 4 Sketsa Metode Box Plot

Keterangan:

A = Tumbuhan bawah dan semai (2x2 meter)

B = Pancang (5x5 meter)

C = Tiang (10x10 meter)

D = Pohon dan epifit, liana dan parasit (20x20 meter)

(46)

tumbuhan dilakukan setelah data dikumpulkan. Perhitungan nilai kerapatan jenis, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus berikut:

1. Kerapatan Jenis = Jumlah individu

Luas seluruh petak (ukuran plot / 10000 x 5)

2. Kerapatan Relatif = Kerapatan suatu jenis Kerapatan seluruh jenis X 100

3. Frekuensi = Jumlah petak ditemukan Jumlah seluruh petak pengamatan

4. Frekuensi Relatif = Frekuensi suatu jenis Frekuensi seluruh jenis X 100

Untuk tingkat tiang dan pohon dihitung nilai dominansi dan dominansi relatifnya. Penghitungan nilai dominasi dan dominasi relatif dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :

1. Dominasi (D) = Basal area suatu jenis X 100% Luas seluruh petak

2. Dominasi Relatif (DR) = Dominasi suatu jenis X 100% Dominasi seluruh jenis

Penghitungan nilai INP untuk tingkat tiang dan pohon berbeda dengan penghitungan untuk tumbuhan bawah, semai, tiang dan pancang. Penghitungan nilai INP dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :

1. INP = KR + FR + DR ( untuk tingkat tiang dan pohon)

(47)

3.4.2 Ekologi dan Estetika Satwa

Pengambilan data ekologi dan estetika satwa yaitu dengan mengamati satwa pada tempat yang telah ditentukan. Tekniknya pun ada dua yaitu pengamatan atau penemuan satwa secara langsung ataupun tidak, maksud dari penemuan secara langsung yaitu melihat satwanya secara langsung sedangkan secara tidak langsung yaitu dapat melalui suara dan penemuan jejak atau kotoran dari satwa tersebut. Setelah pengamatan dan dicatat ciri-ciri fisik dari data tersebut kemudian diidentifikasi dengan menggunakan fieldguide untuk lebih jelasnya. Pada estetika satwa, satwa tersebut diberi penilaian dengan menggunakan.

3.4.3 Sumberdaya Ekowisata

Pengambilan data sumberdaya ekowisata diklasifikasikan menjadi dua titik fokus, yaitu alami dan buatan. Hal ini dikarenakan, pada setiap lokasi wisata, dipastikan memiliki dua jenis sumberdaya ekowisata tersebut. Pengambilan data juga memiliki fokus untuk melihat bagaimana keadaan dari sumberdaya ekowisata yang ditemukan, berapa jenisnya, dan seberapa besar potensi yang bisa ditimbulkan oleh suatu sumberdaya ekowisata. Hal ini turut mengacu kepada kepentingan ekowisata yang merujuk kepada permintaan wisatawan terhadap sebuah daya tarik dalam suatu wilayah.

Data sumberdaya ekowisata juga memiliki fokus penilaian. Penilain yang dimaksud adalah seberapa layak dan besarkah potensi dari suatu sumberdaya dalam sebuah kegiatan ekowisata. Ada beberapa penilaian potensi unggulan meliputi tujuh indikator (Avenzora 2008) meliputi keunikan, kelangkaan, keindahan, seasonalitas, sensitifita, fungsi sosial, dan aksesibilitas, lima aspek pertama (keunikan, kelangkaan, keindahan, seasonalitas, sensitifitas ) merupakan aspek penting dalam ranah kepariwisataan, sedangkan dua aspek terkahir merupakan aspek penting dalam ranah suistanable development.

(48)

kelola, tentu saja hal ini memberikan persepsi dan penilaian yang berbeda dengan penilaian pengunjung yang notabenenya menilai suatu sumberdaya ekowisata berdasarkan apa yang ditangkap secara visual.

3.4.4 Fasilitas Wisata

Pengambilan data fasilitas wisata dimaksudkan ntuk menginventarisasi sesuatu hal yang menjadi sarana bagi wisatawan untuk membantu dalam kegiatan ekowisata. Pengambilan data juga memiliki fokus untuk melihat bagaimana keadaan dari sumberdaya ekowisata yang ditemukan, berapa jenisnya, dan seberapa besar potensi yang bisa ditimbulkan oleh suatu sumberdaya ekowisata. Hal ini turut mengacu kepada kepentingan ekowisata yang merujuk kepada permintaan wisatawan terhadap sebuah sarana pendukung dalam suatu wilayah.

Data fasilitas wisata juga memiliki fokus penilaian. Penilaian yang dimaksud adalah seberapa layak dan besarkah potensi dari suatu sumberdaya dalam sebuah kegiatan ekowisata. Ada beberapa penilaian potensi unggulan meliputi tujuh indikator (Avenzora 2008) meliputi keunikan, kelangkaan, keindahan, seasonalitas, sensitifita, fungsi sosial, dan aksesibilitas, lima aspek pertama (keunikan, kelangkaan, keindahan, seasonalitas, sensitifitas ) merupakan aspek penting dalam ranah kepariwisataan, sedangkan dua aspek terkahir merupakan aspek penting dalam ranah suistanable development.

(49)

IV.

UNSUR ABIOTIK EKOSISTEM

4.1 Suhu Udara

Konsep suhu atau temperatur berasal dari rasa panas dan dingin yang dialami oleh indera peraba manusia. Suhu adalah besaran yang menyatakan perbandingan derajat panas suatu zat. Zat yang memiliki suhu lebih tinggi adalah zat yang lebih panas dibandingkan zat lainnya. Kelembapan adalah tingkat kebasahan udara. Kelembapan juga bisa dikatakan sebagai jumlah dan konsentrasi uap air udara (atmosfer).

Data suhu dan kelembapan udara diukur secara langsung menggunakan termometer air raksa. Suhu diukur dengan ulangan sebanyak tiga kali dengan interval setiap ulangan yaitu 5-10 menit. Perlu diperhatikan bahwa pengukuran data suhu didapatkan dengan menggunakan termometer bola kering, sementara untuk pengukuran kelembapan dilakukan dengan menggunakan termometer bola basah, bola kering dan tabel angka kelembapan.

Pengambilan data suhu dan kelembapan pada beberapa destinasi wisata yang dinaungi oleh Kawasan Wisata Cibodas dilakukan di Resort Mandalawangi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Bumi Perkemahan Mandala Kitri, Camp

Mandala Kitri, Kebun Raya Cibodas, dan Kawasan Agrowisata. Secara umum, hasil pengukuran suhu yang didapat berkisar antara 18oC sampai 23 oC. Namun ada beberapa hasil pengukuran suhu yang menunjukkan angka dibawah 18oC, hal ini dikarenakan adanya faktor lain yang turut mempengaruhi, seperti halnya mendung dan hujan.

(50)

Sumber: Analisi Grup A, 2014

Gambar 5 Rata rata suhu di lima lokasi

Sebagaimana grafik mengenai data pengukuran suhu ini dilakukan di lima lokasi yaitu TNGGP, KRC, BUPER Mandala Kitri, Camp Mandalawangi dan Kawasan Agrowisata didapatkan hasil bahwa rekapitulasi rerata pengukuran suhu dari kelima lokasi pada waktu pagi hari adalah didapatkan nilai suhu minimum sekitar 10,94oC dan nilai suhu maksimal di pagi hari adalah 19,5oC. Hal ini dikarenakan, suasana pagi hari adalah suasana dimana tumbuhan mengeluarkan oksigen secara maksimal. Pagi hari juga merupakan sebuah kondisi sunyi dan kurang memiliki berbagai aktivitas yang menyebabkan perubahan suhu yang berarti. Aktivitas kendaraan bermotor juga masih minim. Kondisi segar itulah yang menyebabkan suhu pagi hari kelima lokasi di kawasan wisata cibodas cukup rendah.

Sementara itu, rekapitulasi data rerata suhu di siang hari pada lima kawasan di sekitar cibodas terpaku pada angka 19,34oC sampai 23,93oC. Hal ini dikarenakan matahari yang sudah mulai naik dan matahari mulai mengeluarkan panas secara maksimal. Namun sinar matahari yang terik tersebut masih mampu dihalau oleh beragam vegetasi yang berada di sepanjang jalan kawasan wisata cibodas. Oleh karena itu, untuk waktu siang hari, dengan angka minimum sebesar 19,17oC terbilang angka yang dirasa rendah dan terasa sejuk.

(51)

mengalami perubahan dan terkadang perubahan tersebut berubah secara cepat dari panas, dingin, bahkan sejuk.

Hasil rekapitulasi rata-rata suasana sore hari di lima lokasi kawasan wisata Cibodas berada pada nilai suhu minimum sebesar 19,492 dan nilai suhu maksimal sebesar 23,93oC. Hal ini dipengaruhi oleh terik matahari yang sudah mulai turun. Aktivitas manusia yang mempengaruhi kenaikan suhu juga terbilang masih banyak (kendaraan bermotor, dll) namun secara umum, suasana sore hari kawasan wisata cibodas cenderung rendah.

4.2 Kelembaban udara

Mengetahui mengenai kelembaban di suatu lokasi maka hendaknya mengetahui selisih antara dua suhu. Pengukuran suhu untuk mengetahui kelembaban menggunakan metode bola kering dan bola basah. Berikut data mnegenai kelembaban yang dapat dirasakan yang tersaji dalam bentuk grafik.

Sumber: Analisis Data grup A, 2014

Gambar 6 Rata Rata Kelembapan di Lima Lokasi

Sebagaimana grafik mengenai data pengukuran kelembaban udara ini dilakukan di lima lokasi yaitu TNGGP, KRC, BUPER Mandala Kitri, Camp

Mandalawangi dan Kawasan Agrowisata didapatkan hasil bahwa rekapitulasi rerata pengukuran kelembaban dari kelima lokasi untuk pagi hari dengan nilai berkisar 43,56 % sampai 91,52% dapat disimpulkan bahwa pada kelima kawasan ini masih dalam kelembaban yang tinggi dan lembab.

(52)

Sementara itu, untuk kelembaban pada siang hari didapatkan hasil rerataan sebesar 59,392 % sampai 89,72%. Hal ini dikarenakan kawasan ini masih memiliki kelembaban yang cukup tinggi dan memiliki suasana yang sejuk. Walaupun dalam keadaan siang namun kelembabannya cukup tinggi.

Hasil rekapitulasi rata-rata suasana sore hari di lima lokasi kawasan wisata Cibodas sekitar 63,914 % sampai 91,46% menunjukan bahwa suasana di lima lokasi ini cukup lembab dengan suasana sejuk yang menyelimutinya.

4.3 Kualitas Perairan

Air merupakan komponen abiotik yang memengaruhi distribusi organisme. Kegunan air selain sebagai metabolisme tubuh, air juga sebagai distribusi kehidupan, seperti sumur dan sungai untuk kehidupan. Distribusi air harus dilihat kualitas perairan karena berkaitan dengan kesehatan. Kualitas air diukur berdasarkan fisik air seperti sungai yang menggunakan pengukuran data fisik.

Pengukuran mengenai komponen abiotik air dilakukan di sungai, Resort Mandalawangi, TNGGP. Pengukuran mencangkup lebar, suhu, kedalaman, kecerahan, dan pH. Berikut data abiotik yang tersaji dalam Tabel 1 dan untuk lebih jelas terdapat pada lampiran.

Tabel 2 Pengukuran Data Fisik Sungai di BUPER Mandalawangi dan Kolam di BUPER

(53)

Gambar 7 Sketsa posisi Pengukuran abiotik di sungai BUPER Mandalawangi

Gambar 8 Sketsa posisi Pengukuran Abiotik di sungai BUPER Mandala Kitri

4.4 Pembahasan

(54)

kecerahan yang sekitar 50 persen dapat saja terjadi pada daerah yang cenderung dataran tinggi (hulu).

Kecepatan arus yang diukur pada kegiatan pengukuran abiotik dilakukan menggunakan metode plot. Metode tersebut dilakukan karena sungai yang diukur terbilang berbatu dan memungkinkan botol plastik yang digunakan sebagai pelampung tersangkut. Plot yang dibuat memiliki jarak 5 meter, sehingga diperlukan empat individu sebagai ciri telah melewati plot. Saat pelampung melewati ciri plot (Anggota Grup) maka timer akan menghentikan waktu dan mencatatnya. Dilakukan hal yang sama sampai jarak 20 meter. Setelah mendapatkan data pada setiap plot maka data akan dijumlah dan dicari rata waktu yang diperoleh. Sehingga rata-rata tersebut menjadi hasil bagi kecepatan di sungai tersebut untuk setiap plotnya. Berdasarkan data yang terdapat di dalam tabel kualitas air di sungai Buper Mandalawangi dapat disimpulkan bahwa kecepatan arus yang didapat dari hasil rata-rata waktu per plot adalah 0,53 meter/detik, kecepatan arus pada lokasi kedua adalah 0,62 meter/detik. sedangkan kecepatan arus pada lokasi ketiga adalah 0,60 meter/detik.

Pengukuran lebar sungai dan lebar badan sungai pada lokasi praktikum sungai Buper. Mandalawangi dilakukan pada tiga lokasi. Pertama lokasi dekat camping ground dengan lebar sungai sebesar 7 meter dan lebar badan sungai sebesar 8,7 meter. Lokasi kedua adalah sungai dekat jembatan kayu yang memiliki lebar sungai sebesar 6,48 meter dan lebar badan sungai sebesar 8,4 meter. Sedangkan lokasi ketiga adalah sungai yang terletak setelah terowongan dinosaurus dengan lebar sungai sebesar 4,2 meter dan lebar badan sungai sebesar 8,12 meter.

(55)

keseluruhan ke dalam air kolam tersebut. Hal tersebut pun dapat terjadi karena saat dilakukan kegiatan pengamatan air bersifat keruh dan terlihat tidak jernih.

Kecepatan arus pada kolam buatan di Buper Mandala kitri tidak dapat diukur pada kegiatan pengukuran abiotik. Hal ini dikarenakan kolam merupakan tampungan air dan tidak berarus seperti halnya sungai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kolam Buper Mandala Kitri memiliki kecepatan arus 0 meter/detik pada keseluruhan plot.

(56)
(57)

V.

EKOLOGI DAN ESTETIKA TUMBUHAN

5.1 Kondisi Ekosistem Tumbuhan Secara Umum

Kegiatan praktikum Ekologi dan Estetika Tumbuhan dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan kawasan terbasah di Pulau Jawa, sehingga kawasan ini sangat kaya dengan keanekaragaman flora dan fauna. Ahli ekologi membuat klasifikasi ekosistem hutan di Taman Nasional Gunung Gede Pangango kedalam 3 tipe vegetasi berdasarkan ketinggian yaitu montana bawah atau sub-montana (1000 – 1500 mdpl), montana (1500 – 2400 mdpl) dan sub alpin (2400 – 3019 mdpl). Kegiatan praktikum Ekologi dan Estetika Tumbuhan dilakukan pada ketinggian 1300 mdpl atau termasuk sub-montana. Pada sub-montana terdapat berbagai macam jenis satwa dan tumbuhan. Tumbuhan pada sub ini memiliki berbagai macam jenis pohon, tiang, pancang, semai, tumbuhan bawah, epifit, parasit, liana dan jamur.

Selain ekosistem biotik pada Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terdapat pula ekosistem abiotik, dimana kedua ekosistem tersebut saling berkaitan. Ekosistem abiotiknya berupa suhu, air, iklim, garam, tanah, batu dan cahaya matahari. Semisal ekosistem abiotik berupa cahaya matahari sangat membantu proses fotosistensis sebuah tanaman (biotik).

5.2 Keanekaragaman Jenis Tumbuhan

(58)

sebabkan oleh ekosistem hutan. Jenis tumbuhan yang ditemukan pada saat praktikum yaitu pohon sebanyak 8 jenis, tiang 6 jenis, pancang 8 jenis, semai 4 jenis, tumbuhan bawah 8 jenis, epifit 2 jenis, parasit, liana dan jamur dengan masing-masing 1 jenis.

5.2.1 Pohon

Pohon atau juga disebut pokok ialah tumbuhan dengan batang dan cabang yang berkayu. Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang tajuk pohon. Pohon merupakan tumbuhan dengan diameter lebih dari 20 cm. Pengukuran yang dilakukan untuk pohon adalah diameter batang, jumlah individu dan jenis pohon. Pengukuran diameter batang dilakukan pada ketinggian 1,3 meter atau 20 cm di atas akar papan jika akar papan lebih tinggi dari 1,3 meter. Rekapan hasil pengukuran dicatat dalam tally sheet yang telah disiapkan. Ukuran petak untuk pengukuran pohon adalah 20 x 20 meter. Berikut jenis tumbuhan dengan nilai INP 5 terbesar (tabel 3).

Tabel 3 Keanekaragaman Jenis Pohon di TNGGP No. Nama local Nama

Keterangan : INP = Indeks Nilai Penting

5.2.2 Tiang

(59)

Tabel 4 Keanekaragaman Jenis Tiang di TNGGP

Keterangan : INP = Indeks Nilai Penting

5.2.3 Pancang

Pancang adalah regenerasi pohon dengan ukuran lebih tinggi dari 1,5 meter serta diameter batang kurang dari 10 cm. Ukuran petak pengamatan yang digunakan untuk pengukuran pancang ini adalah 5x5 meter. Tidak seperti tiang dan pohon, diameter pancang tidak diukur. Pengukuran hanya dilakukan pada jumlah individu dan jenis spesies. Karena pada tahap pertumbuhan pancang, yang penting untuk diketahui adalah kerapatan dan frekuensi. Berikut data nama tumbuhan dengan nilai INP 5 terbesar (tabel 5).

Tabel 5 Keanekaragaman Jenis Pancang di TNGGP No. Nama local Nama ilmiah Jumlah

Keterangan : INP = Indeks Nilai Penting

5.2.4 Semai

(60)

Tabel 6 Keanekaragaman Jenis Semai

Keterangan : INP = Indeks Nilai Penting

5.2.5 Tumbuhan Bawah

Tumbuhan bawah adalah semua tumbuhan yang hidup di lantai hutan kecuali regenerasi pohon (semai dan pancang). Jika tidak dimungkinkan pengenalan jenis, penomoran spesimen/contoh (Palma sp1., Herba sp1., dst). Ukuran petak pengamatan tumbuhan bawah berukuran 2 x 2 meter. Rekapan hasil pengamatan dicatat pada tally sheet yang telah disediakan. Berikut nama jenis tumbuhan dengan nilai INP 5 terbesar (tabel 7).

Tabel 7 Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah No. Nama local Nama ilmiah Jumlah

Keterangan : INP = Indeks Nilai Penting

5.2.6 Epifit

Epifit adalah tumbuhan yang menempel di pohon lain atau yang menjadikan pohon lain sebagai inangnya. Epifit yang banyak dijumpai berupa paku-pakuan. Pengukuran terhadap epifit dilakukan terhadap jumlah individu dan spesies. Pengukuran terhadap epifit dilakukan pada petak 20 x 20 meter (tabel 8).

Tabel 8 Keanekaragaman Jenis Epifit

(61)

5.2.7 Liana

Liana adalah tumbuhan yang biasanya tumbuh melilit atau memanjat pohon.

Yang tergolong dalam kelompok liana berkayu ini jika panjarig batang utamanya lebih dari 1,5 meter. Liana tidak berkayu jika panjang batang utamanya kurang dari 1.5 meter. Pengenalan jenis liana ini agak rumit sehingga jika tidak dimungkinkan spesimen yang terdiri dari batang, daun dan bunga/biji, perlu untuk diambil dan dilakukan penomoran spesimen (misal: Liana sp1. Liana sp2.). Petak untuk pengamatan liana berukuran 20 x 20 meter. Rekapan hasil pengamatan dicatat dalam

tally sheet yang telah disiapkan. (tabel 9) Tabel 9 Keanekaragaman Jenis Liana

Keterangan : INP = Indeks Nilai Penting

5.3 Estetika Tumbuhan

Estetika tumbuhan adalah nilai keindahan yang ada dari tumbuhan. Nilai keindahan dapat berasal dari fisik maupun ekologinya, bentuk dan warna bagian-bagian tumbuhan dapat merupakan obyek estetika yang menarik untuk dijadikan potensi sumberdaya wisata. Berikut data tumbuhan yang telah ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

5.3.1 Pohon

a. Rasamala (Altingia excelsa Noronha)

(62)

biasanya dijadikan inang bagi tanaman paku-pakuan seperti pakis. Rasamala biasa disebut pohon raksasa. Nilai estetika pada kulit kayunya yaitu halus, berwarna abu-abu. Kayunya berwarna merah. Letak daun bergiliran, bentuknya lonjong.

Sumber: Dokumentasi Grup A, 2014

Gambar 9 Pohon rasamala

b. Beleketebe (Sloanea sigun suysz)

Beleketebe termasuk dalam jenis pohon. Daunnya berwarna hijau dengan pangkal daun membengkak. Ujung daunnya meruncing dan tepinya bergerigi. Bunganya soliter dan berwarna kekuningan. Ciri yang paling khas dari beleketebe adalah buahnya. Buahnya berduri seperti rambutan.

Sumber: Dokumentasi Grup A, 2014

Gambar 10 Buah Beleketebe

c. Manglid baros (Magnolia blumei)

(63)

tangkai panjang mencapai 2,5-4 cm. Warna bunga kuning muda dan benang sari tersusun spiral. Buahnya majemuk berbentuk kerucut panjang 6-8 cm dan berwarna hijau berbintik keputihan. Habitat dapat tersebar di daerah hutan hujan tropis dan tumbuh di iklim lembab.

d. Puspa (Scihma waliichii)

Pohon puspa memiliki tajuk yang rapat, berbentuk piramid, dan berwarna hijau. Nilai estetika yang terdapat pada pohon puspa adalah pohonnya yang tinggi dengan kulit batang berwarna hitam dan beralur dalam. Kulit luar mengkilap berwarna cokelat muda. Daunnya berbentuk kecil dengan tepi bergerigi halus. Namun, pucuknya berwarna merah muda. Bunga berwarna putih dan putiknya berwarna hitam. Ketinggian batang mencapai 40 meter dengan diameter 250 cm. Nilai estetika yang terdapat pada pohon puspa adalah pohonnya yang tinggi dengan kulit batang berwarna hitam dan beralur dalam. Kulit luar mengkilap berwarna cokelat muda.

e. Honje Warak (Nicolaia solaris)

Sumber: Dokumen Grup A, 2014 Gambar 11 Honje Warak

Bunga berbulu dengan susunan berselang-seling. Warna bunga kemerahan, namun belum sepenuhnya mekar. Bau dari bunga honje warak ini seperti jahe. Honje warak tumbuh pada daerah yang lembab dan berudara sejuk.

f. Saninten (Castanopsis argentea)

(64)

memanjang, permukaannya licin, di balik daun berbulu, berwarna kemerahan saat daun masih muda. Kulitnya keras, sulit dibuka, juga aman dimakan oleh manusia, karena biji Saninten ini sebagai makanan yang digemari monyet yang berada di sekitar hutan. Buah atau biji yang dimakan oleh monyet aman juga dimakan manusia. Sedangkan manusia sebagai mahluk yang berbudaya, biji saninten biasanya direbus atau dibakar dahulu sebelum dimakan. Saninten termasuk pohon besar, memiliki akar yang cukup menonjol. Merupakan tempat bagi satwa liar. Burung, monyet. Untuk bersarang, beristirahat dan mencari makan. Batangnya kokoh, kayunya termasuk keras.

5.3.2 Semak / Perdu

a. Bubukuan (Strobilanthes blumei brem)

Sumber : Dokumentasi Group A, 2014 Gambar 12 Bubukuan

(65)

5.3.3 Herba

a. Begonia (Begonia ricinifolia)

Begonia memiliki daun berwarna hijau muda berukuran lebar ±8 cm dan panjang dari pangkal daun ke titik ujungnya ±15 cm, berbulu halus di seluruh permukaannya dan berbentuk menyerupai daun anggur. Kelopak bunga berwarna merah muda berbentuk pipih dengan putik berwarna kuning. Batang bertekstur lunak dan berbulu warna merah kehijauan. Tumbuh tanpa cabang, batang begonia memiliki panjang ±20 cm. Begonia memiliki akar serabut yang dapat menyerap air banyak di dalam tanah dengan kadar air yang banyak.

Sumber : Dokumentasi Group A, 2014 Gambar 13 Begonia

5.3.4 Anggrek

a. Anggrek bibir merah

Anggrek ini ditemukan dengan bunga yang berwarna merah. Daunnya memanjang berwarna hijau agak kecoklatan dan batangnya tipis. Anggrek yang ditemui ini dapat dilihat pada Gambar 10.

(66)

5.3.5 Jamur

a. Jamur kayu (Ganoderma applanatum)

Berbentuk lingkaran berwarna kemerahan dan memiliki sekat-sekat licin di bawah permukaan. Hidup berkelompok dengan individu lainnya pada batang pohon yang masih hidup dengan kondisi cuaca yang lembab.

Sumber: Dokumentasi Grup A, 2014

Gambar 15 Jamur kayu

b. Jamur Kuping (Auricularia auricula)

Jamur ini tumbuh pada batang pohon yang sudah mati sehingga dapat mudah dilihat oleh mata telanjang. Wrana jamur terlihat menyatu dengan pohon sebagai tempat tumbuh karena warnanya cokelat kehitaman.

(67)

5.3.6 Lumut

a. Lumut hati (Marchanbtia polymorpha)

Daun lumut berbentuk runcing dengan ukuran yang sangat kecil, berkelompok, dan berwarna hijau muda. Seringkali menjadi tempat untuk menyimpan banyak air di bagian daunnya dan akan tamapak berkilau apabila tersorot oleh sinar matahari. Hidup menempel pada batang pohon yang menjadi tumpangannya.

b. Lumut merah (Spagnum gedeanum)

Daun umumnya sama seperti lumut lainnya. Ukuran kecil dan berwarna hijau. Akarnya serabut dan habitat lumut ini menempel pada pohon yang besar sampai di permukaan tanah. Tidak terlihat adanya buah maupun bunga saat pengamatan.

5.3.7 Paku a. Paku Areuy

Paku ini berdaun hijau dengan ukuran kecil dan tipis. Sedangkan bentuk daun yaitu oval dan tumbuh alternate. Tidak terlihat bunga, buah, maupun akar saat pengamatan. Namun, batangnya tipis memanjang dan melengkung ke bawah.

5.3.8 Liana a. Sirih Areuy

Sumber : Dokumentasi Group A, 2014

Gambar 17. Sirih areuy

(68)

5.4 Profil Vegetasi

Provil vegetasi dilakukan hanya pada pohon. Pengukuran pohon adalah pengukuran tumbuhan berdiameter lebih dari 20 cm yang dilakukan pada petak ukur (plot) berukuran 20 x 20 meter. Data yang diambil pada pengamatan vegetasi tingkat pohon meliputi diameter batang, tinggi pohon, spesies/jenis pohon, dan jumlah individu tiap spesies. Pohon yang paling tinggi yaitu jamuju dengan tinggi total 20 m dan tinggi bebas cabang yaitu 18 m. Sedangkan pohon yang paling pendek yaitu pasang batu dengan tinggi total 12 m dan tinggi bebas cabang 3 m.

5.5 Pembahasan

Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan yang beragam. Keanekaragaman tumbuhan tersebut terdiri dari tumbuhan bawah, semai, pancang, tiang, pohon, epifit, dan liana yang dapat tumbuh dan berkembang pada Kawasan TNGGP. Ekologi dan estetika tumbuhan mencakup beberapa materi yaitu keanekaragaman tumbuhan, estetika tumbuhan dan profil vegetasi.

Gambar

Gambar 3 Peta Kebun Raya Bogor
Tabel 1 Alat dan Bahan
Gambar 5 Rata rata suhu di lima lokasi
Gambar 6 Rata Rata Kelembapan di Lima Lokasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengelompokkan obyek wisata dibagi menjadi 6 satuan kawasan wisata berdasarkan daya tarik yang terdiri dari obyek-obyek wisata yang mempunyai potensi sedang,

Strategi Pengembangan Objek Wisata Alam Bumi Perkemahan Palutungan Berdasarkan Pendekatan Daya Dukung Lingkungan di Taman Nasional Gunung Ciremai... Pengelolaan Kawasan

Pengelompokkan obyek wisata dibagi menjadi 6 satuan kawasan wisata berdasarkan daya tarik yang terdiri dari obyek-obyek wisata yang mempunyai potensi sedang,

Jumlah pengunjung yang dmaksud adalah pengunjung maksimum pada waktu terientu yang datang pada kawasan wisata tersebui. Peningkatan jumlah pengunjung ini dsebabkan deh adanya daya

Potensi Aktivitas Arkeologi Sebagai Daya Tarik Wisata Minat Khusus Untuk Meningkatkan Kualitas Pengalaman Wisatawan di Kawasan Prambanan. Kawasan Prambanan Potensi

Oleh karena itu, Penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi sumber daya alam laut di kawasan pantai Mandala Ria yang berpotensi dikembangkan menjadi daya tarik

Sumberdaya wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik bagi pengunjung, diantaranya adalah sebagai berikut:

Berdasarkan penilaian terhadap Obyek Daya Tarik Wisata Alam Lembah Hijau dengan menggunakan Pedoman Identifikasi Potensi Objek Daya Tarik Wisata Alam di Kawasan Hutan Produksi ODTWA