• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seri Diskusi Publik Komite Teater

Dalam dokumen LAPORAN TAHUNAN KEGIATAN 2020 (Halaman 65-70)

Beberapa pelaku teater masih tetap mencoba untuk menyu-guhkan sifat liveness dari pertunjukan teater ini ketika

mempertunjukkan karya mereka lewat berbagai platform di internet, misalnya dengan mempertahankan sifat interaktif dengan penonton, meminta penonton untuk berada dalam situasi keruangan tertentu, atau eksplorasi penggunaan media (kamera, aplikasi) yang spektakuler. Selama pandemi, bagaimana para pelaku teater menempatkan diri di layar menjadi penting. Penonton juga membuat cara menonton yang baru, dari sudut pandang digital.

Sementara beberapa pelaku teater lainnya tetap (berencana) menggelar pertunjukan langsung dengan ketentuan

pembatasan jumlah penonton dan pemberlakuan protokol kesehatan. Pilihan ruang pertunjukan mereka kebanyakan bukan di gedung pertunjukan yang konvensional. Mereka memilih kantong-kantong budaya di sudut-sudut kota, galeri-galeri alternatif, ruang terbuka, ruang khusus, hingga di bawah jembatan rel kereta. Juga sampai ke ide-ide

pertunjukan langsung satu pemain versus satu penonton hingga pertunjukan tanpa penonton (hanya disaksikan oleh beberapa orang pengamat).

Menipisnya kesempatan untuk melakukan ritual bersama menonton teater di ruang dan waktu yang sama berhadap-hadapan langsung dengan pertunjukan, serta transformasi teater dalam keadaan yang serba berjarak dan tidak pasti ini, melahirkan peluang, tantangan, respon dan refleksi. Bahkan setelah pandemi ini berakhir, perubahan ini tidak akan begitu saja lewat lalu kita kembali ke titik sebelum pandemi. Disrupsi ini menghasilkan perubahan yang

permanen dari banyak aspek, mulai dari pola kerja seniman, publik, ruang-ruang pertunjukan hingga model berjejaring.

Diskusi Publik #2: “Drama Berakhir dengan Diskusi (63 Kumpulan Esai Wiratmo Sukito)”

Sebuah frasa dari kuratorial program Teater Arsip yang diselenggarakan pada 11-17 Maret 2019 oleh Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta menyebutkan, “Arsip merupakan

tubuh untuk terbentuknya publik dengan visi sejarah. Perbu-ruan terhadap arsip terjadi tidak hanya karena nilai informasi maupun pengetahuan yang dikandungnya, tetapi juga nilai politik, ekonomi dan koleksi masa lalu”.

Pendekatan baru yang dilakukan oleh para pelaku teater dalam membangun platform-platform produksi pengetahuan lewat riset, arsip, jaringan media, dan penonton telah melahirkan nilai penciptaan yang melampaui lontaran-lontaran ekspresi atau sekedar kegelisahan individu.

Dalam esai-esai yang terkumpul dalam buku ini, Wiratmo Soekito menegaskan bahwa drama atau teater merupakan sebuah bidang kesenian yang berkaitan dengan seluk-beluk pengetahuan lainnya, melalui hasratnya ketika melihat teater modern lewat lakon-lakon modern klasik. Analisis terhadap naskah-naskah teater yang dilakukan Wiratmo, bukan untuk keperluan pertunjukan, tetapi lebih kepada upaya penciptaan ekosistem teater. Dengan kata lain, Wiratmo juga ingin

mengatakan bahwa teater tidak sekadar hiburan.

Wiratmo banyak membuat ulasan-ulasan sebelum sebuah pertunjukan dipentaskan. Melalui tulisan-tulisan tersebut, Wiratmo turut memberikan informasi kepada calon penonton teater tentang pertunjukan yang akan disaksikannya. Dengan cara seperti ini, Wiratmo seperti mengingatkan para pelaku teater untuk lebih memberikan keterangan yang cukup jelas tentang pertunjukan yang dibuatnya.

Sebuah pertunjukan teater akan terus hidup dalam diri penon-ton ketika pertunjukan tersebut sanggup mendorong penonpenon-ton untuk melakukan refleksi dari apa yang ditontonnya dengan kenyataan di sekitarnya. Dengan demikian, teater berhasil melahirkan diskusi bahkan ketika pertunjukan tersebut telah lama dan jauh melampaui ruang serta waktu. Buku ini dapat diharapkan turut mendorong ekosistem teater kita untuk lebih mengalirnya sirkulasi pengetahuan, antara pelaku teater, per-tunjukan dan penonton.

Diskusi Publik #3: “Siapa Menonton Siapa”

Penonton “baru” teater disinyalir telah hadir, bukan saja dalam konteks kepenontonan daring pada masa pandemi ini, teta-pi juga regenerasi penonton tumbuh seiring berkembangnya minat publik menonton teater yang dirangsang oleh sejumlah strategi publikasi pertunjukan teater, maupun festival-festival teater di sejumlah daerah.

Penonton sebagai bagian dari ekosistem teater telah mewarnai dunia teater kita, sekaligus juga sebagai bagian yang tampak-nya masih perlu diamati, bahkan diteliti secara lebih kompre-hensif agar penonton tidak hanya selesai di tingkat data jumlah dan informasi contact person semata tetapi juga memperkaya proses penciptaan dan pengetahuan dalam ekosistem teater. Pertanyaan mendasar yang kerap disinggung adalah siapakah sebenarnya penonton teater kita? Apakah motif sesungguhnya yang menggerakkan mereka untuk menonton teater?

Khusus dalam konteks pandemi ini, menjadi penting bagi kelompok teater untuk memelihara hubungan dengan penon-ton sebagaimana sebelum masa pandemi. Sejumlah taktik dijalankan seperti diskusi online sebelum dan sesudah pertun-jukan. Penonton memperoleh dan menciptakan pengalaman serta kebiasaan baru dari serangkaian eksperimen pertunju-kan daring ini. Sedangpertunju-kan bagi pelaku teater, terjadi dinamika tertentu dengan penonton dalam konteks pertunjukan daring. Pertanyaan lain muncul, berhasilkah kita merawat hubungan dengan penonton atau bahkan, adakah strategi daring

menciptakan kelompok penonton “baru”?

Diskusi ini diharapkan memantik kesadaran pelaku teater untuk senantiasa mengidentifikasi pertumbuhan penonton teater dengan segala karakteristiknya yang tidak bisa terlepas dari dinamika kondisi zaman.

Rangkaian Kegiatan

No. Waktu Tema/

Judul Diskusi Platform

1 2 3 Selasa, 6 Oktober 2020 19.00-21.00 WIB Rabu, 25 Novem-ber 2020 19.00-21.00 WIB Selasa, 19 Januari 2021 19.00-21.00 WIB Diskusi Publik #1 “Kapan Manggung Lagi?” Diskusi Publik #2 “Drama Berakhir Dengan Diskusi (63 Kumpulan Esai Wiratmo Sukito)” Diskusi Publik #3 “Siapa Menon-ton Siapa” Pembicara: • Afra Suci dhon (KEMUDI Inisiatif Literasi Digital) • Nano Riantiarno (Teater Koma) • Taufik Darwis (Bandung forming Arts Forum) Moderator: Dewi Noviami Pembicara: • Afrizal Malna • Seno Gumira Ajidarma Moderator: Dymussaga Pembicara: • Agus Susilo (Sutradara Teater Rumah Mata) • Dewi Delim (Enter prise Partner Ma- nager, Loket.com) • Sri Bramantoro Abdinagoro demisi, Periset Penonton Teater) • Yudi Ahmad Tajudin

Produser dan dara Teater Garasi) Moderator:

Dendi Madiya (Komite Teater DKJ, Sutradara dan Penulis) Zoom & YouTube Dewan Kesenian Jakarta Zoom & YouTube Dewan Kesenian Jakarta Zoom & YouTube Dewan Kesenian Jakarta Pembicara/ Pemantik

Analisa Live YouTube

No. Diskusi PublikKomite Teater ViewsTotal DislikeLike & Engagement

1 2 3 Kapan Manggung Lagi? Drama Berakhir Dengan Diskusi: 63 Esai Wiratmo Soekito Siapa Menonton Siapa 572 Views 719 Views 541 Views 34 likes, 0 dislike 41 likes, 0 dislike 36 likes, 2 dislikes Terjalin 51 percakapan dalam fitur live chat.

Terjalin

56 percakapan dalam fitur live chat.

Terjalin

86 percakapan dalam fitur live chat.

Kerabat Kerja

Penanggung Jawab Dewan Kesenian Jakarta Komite Teater Bambang Prihadi Dendi Madiya Nurul Susantono Rebecca Kezia Suaeb Mahbub

Kepala Bidang Program Hikmat Darmawan Manajer Program Anita Dewi Pelaksana Program Afifa Ezi Humas Fransiskus Sena Desainer Grafis Rio Sadja Keuangan

Tri Suci Meilawati Unggul Wilma Dokumentasi Eva Tobing Joel Taher Operator Teknis Anies Wildani Suryanto Tanjung Jimmy Wijaya Andri Harry Setiawan Agustina

Reynold Andika Pranoto Notulis

LAPORAN

KOMITE

Tahun 2020 adalah tahun yang penuh dengan ketidakpastian dan tidak bisa dipungkiri, menjadi tahun yang sangat menant-ang bagi seluruh manusia di bumi ini. Begitu pula di Indonesia, di mana situasi ini membuat setiap individu harus mencari cara untuk bertahan. Sebagian besar berstrategi, namun tidak sedikit yang hanya bisa menunggu.

Ekosistem seni adalah salah satu pihak yang sangat terdampak karena pandemi. Segala bentuk pembatasan sosial, sebagai upaya untuk menekan angka penularan virus Covid-19, mem-batalkan dan meniadakan berbagai kegiatan pertunjukan secara langsung (live). Para pelaku seni pertunjukan pun

mencari berbagai kemungkinan untuk tetap menggelar pertun-jukan, diantaranya dengan pertunjukan live melalui media sosial. Pertunjukan live online/streaming/pre-recorded tersebut akhirnya menjadi salah satu solusi alternatif yang dilakukan para pelaku seni pertunjukan untuk tetap bekerja dan membuat roda ekonomi kembali berputar meskipun perlahan.

Menghadapi lingkungan kerja yang baru seperti ini berbagi macam tantangan baru mulai bermunculan ke permukaan, beriringan dengan semakin nyatanya tantangan-tantangan yang sudah ada. Sebagian dari isu yang umum ditemui antara lain adalah:

• Kurangnya apresiasi masyarakat terhadap musik dan para pekerja musik: Profesi musisi seringkali tidak dilihat sebagai bentuk pekerjaan yang jelas dan mempunyai value. Terlihat dari kurangnya kebijakan pemerintah yang melindungi profesi musisi. Kurangnya kurikulum/pendidikan musik di sekolah juga dapat berpengaruh pada apresiasi masyarakat terhadap musik dan para pekerjanya.

Dalam dokumen LAPORAN TAHUNAN KEGIATAN 2020 (Halaman 65-70)