• Tidak ada hasil yang ditemukan

Siapa Takut?

Dalam dokumen Majalah Sinergi | Semen Indonesia (Halaman 42-44)

ada kendati jumlahnya sangat minim. Agama ini dipeluk oleh etnis Champa yang mendiami wilayah Barat Daya Vietnam. “Kalau soal fasilitas, bayangan sebagai negara terbelakang harus kita buang jauh. Vietnam sudah berkembang begitu pesat, nggak beda jauh dengan Indonesia,” terang Her Arsa Pambudi. Karyawan yang akrab dipanggil Ipam ini, termasuk ‘generasi pertama’ Semen Indonesia yang berangkat ke Vietnam. Ipam berangkat pada 25 Desember 2012 dan pada April 2013 tergabung dalam tim Post Merger Integration seba- gai ICT Leader.

Dikatakan ayah tiga anak ini, pem- beritahuan dirinya untuk ke Vietnam ini cukup mendadak. Bahkan, bisa dikata, dirinya tak miliki waktu lebih untuk mempersiapkan diri. “Suatu pagi saya dipanggil dan diberitahu besok diminta bantuan di Vietnam,” ujarnya. “Kenapa saya? Karena perusahaan ingin menginterasikan semua proses yang ada di TLCC dengan yang di kantor pusat (Gresik),” ujarnya.

Sebagai prajurit, tandas Ipam, perin- tah itu diterima dengan lapang dada. Apalagi, sang istri Dwi Diah Purwijati dan ketiga anaknya memberi dukungan penuh. Dalam kondisi seperti itu, justru yang repot malah dirinya. Maklum, tak banyak informasi yang diketahui tentang Vietnam dan TLCC, pabrik yang diakui- sisi Semen Indonesia pada 2012 lalu. “Saya tahunya Vietnam itu seperti yang ada di Film Rambo. Ngeri dan masih dalam dekapan suasana negeri yang habis perang,” akunya dengan tergelak.

Bayangan itu, yang membuatnya penuh rasa was-was dan takut saat kali pertama menginjak Bandara Noi Bai International Air- port di Hanoi.

Apalagi, saat itu, kisah Ipam, di Bandara banyak dijumpai ten- tara dengan menenteng senjata. “Semakin me-

nguatkan bayangan saya seperti yang ada di Film Rambo itu,” akunya.

Seiring perjalanan waktu, bayangan itu mulai terkikis. Rasa was-was mulai hilang. Justru, dia makin menikmati pengalaman dan tantangan baru di negeri ini. Mulai dari bahasa, makanan, kultur sampai dengan kekayaan alamnya. “Semua benar-benar memacu adrenalin rasa ingin tahu,” ujarnya.

Selama di Vietnam, Ipam bertugas di Hanoi yang menjadi kantor perwakilan TLCC. Kantor pusatnya sendiri berada di Quang Ning yang terletak di Vietnam Utara. Di tempat pabrik TLCC berope- rasi ini, bisa ditempuh perjalanan darat selama 4 jam dari Hanoi.

Sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan, masyarakat Hanoi relatif kosmopolit. Soal makanan, kendati banyak rumah makan menawarkan menu mengandung babi namun tak sulit mencari rumah makan halal. Ipam dkk sudah miliki daftar rumah makan halal. Di Hanoi, dalam daftar Ipam, ada tiga restoran yang menyediakan masakah ha- lal yakni D’Lion milik muslim Singapura, Namastee (India) dan Juni’s Kitchen yang milik orang Indonesia bersuamikan ekspatriat di Vietnam. Menu halal yang disediakan di rumah makan itu diantara teh tarik, nasi goreng kambing, nasi lemak. Khusus yang di Juni’s Kitchen juga disediakan krupuk. “Tetapi yang paling disuka teman-temen itu menu catering dari kedutaaan. Rasanya lebih mendekati Indonesia,” ujarnya.

Bagaimana dengan bahasa? Sampai tahun ketiga, Ipam mengakui be- lum bisa lancar berkomunikasi. Ba- hasa menjadi kendalanya. Sedikit sekali

orang Vietnam yang bisa berkomunikasi dengan Bahasa

Inggris. Dengan diakuisisinya TLCC oleh Semen Indonesia justru yang terjadi saat ini, di lingkungan TLCC, para karyawan rame-rame belajar Bahasa Inggris dan Indonesia.

Seperti halnya Bahasa Perancis dan Jepang, Bahasa Vietnam termasuk satu dari sedikit bahasa di dunia yang cukup sulit. Di Vietnam, memahami bahasa tak semata berdasar teks saja. Pasalnya, intonasi juga memberi arah maksud dan arti. Kendati ejaan sama tapi intonasi pengucapan berbeda, bisa jauh sekali maksudnya. Kata Hoa saja. Kata ini, jelas Ipam, bisa miliki sepuluh arti. Mulai be- rarti Bunga, api, belokan sampai bersih. “Sama seperti bahasa Jawa itu yang ada pangkon nya segala. Agak ribet memang,” ungkapnya.

Kendati begitu, tak perlu khawatir bakal nyasar atau jadi sasaran kejahatan di luar. Orang Vietnam, khususnya pada orang asing, cukup ramah dan hormat. Mereka dengan senang hati membantu bila ada kesulitan. Angka kriminalitas juga rendah. “Pakai Bahasa Tarzan pun, Insya Allah mereka mengerti apa yang kita minta dan tuju,” tandasnya.

Soal keramahan ini, tambah Ipam, selaras dengan gerakan yang dilancar- kan pemerintah Vietnam yang begitu agresif menarik investor asing. Bisa dibayangkan bila warga asing tak nyaman, dipastikan investor bakal eng- gan masuk. Padahal, modal asing ini yang jadi prioritas pemerintah Vietnam untuk menggenjot ekonomi negara ini. Vietnam termasuk di dalam grup ekonomi “Next Eleven”. Pada tahun 2006, GDP Vietnam tumbuh sebesar 8.17 persen pada tahun 2006. Negara dengan pertumbuhan tercepat kedua di Asia Timur dan pertama di Asia Teng- gara. (ram/ir)

Her Arsa Pambudi (Departamen Keuangan TLCC) yang sudah tiga tahun

S

etelah dilantik, Bupati Gresik Sambari Halim Radianto ber- sama Wakil Bupati Gresik Qosim melakukan kunjungan bertajuk silaturrahmi dengan jajaran Direksi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk pada Rabu (24/2). Dalam kunjungan itu, Bu- pati Sambari mengajak Semen Indone- sia untuk bekerjasama dan bersinergi membangun Gresik.

Kerjasama itu mulai dari mengelolah telaga Ngipik menjadi wahana wisata di tengah Kota Gresik, pemanfaatan air baku hingga penglolaan sampah. Selama ini tempat pembuangan akhir (TPA) merupakan lahan milik SI sekaligus pelebaran Jalan Veteran dan Jalan RA.

Kartini. “Prinsipnya Pak Dirut PT Semen Indonesia setuju saja dengan rencana kami. Karena kita harus saling bersinergi dengan tujuan membangun Gresik,” kata Bupati Sambari.

Dalam acara silaturrahim itu, Direktur Utama Semen Indonesia Suparni me- nanggapi permintaan Pemkab Gresik dengan menyatakan bahwa perusa- haannya merespon keinginan Pemkab Gresik program yang dipaparkan bupati dan wakil bupati. “Sebagai Dirut SI, saya menyambut baik dan siap diajak kerjasama untuk kepentingan kemajuan Gresik,” ungkapnya.

Salah satu yang akan menjadi fokus

TUMPUKAN

Dalam dokumen Majalah Sinergi | Semen Indonesia (Halaman 42-44)

Dokumen terkait