• Tidak ada hasil yang ditemukan

WUJUDKAN MIMP

Dalam dokumen Majalah Sinergi | Semen Indonesia (Halaman 66-68)

MITRA

keluarganya karena tidak adanya biaya daftar ulang di FK Undpad sebesar Rp4 juta.

“Saya percaya. Saya punya Allah dan saya percaya bahwa Allah akan memberikan kemudahan ketika usaha saya disertai dengan do’a bersungguh- sungguh telah dikerjakan. Alhamdulillah, usaha saya itu terkabul. Berbagai kemu- dahan saya dapatkan,” ujarnya.

Usahanya terkabul setelah ada sau- dara ayahnya yang meminjamkan uang. Setelah resmi menjadi mahasiswa, ia kemudian mendatangi Lembaga Amal Zakat (LAZ) PT Semen Padang. “Alham- dulilah, saya mendapatkan berasiswa Rp300 ribu per bulan dari LAZ. Kemu- dian, 50 persen uang semester saya sebesar Rp2 juta ditanggung oleh LAZ sampai saya menjadi seorang dokter. Saya sangat bersyukur sekali ada lem- baga amal yang peduli dengan saya,” katanya.

Prestasinya kemudian mulai menan- jak sejak duduk di bangku kuliah. Di tahun 2012, ia menjadi anggota Senat Mahasiswa dan Divisi Mentoring DKM Asy-asyifaa FK Unpad. Dari organisasi tersebut, ia memperoleh banyak pela- jaran berharga. Dari seksi pembinaan dan kaderisasi, ia membahas spektrum yang lebih luas dan mulai memikirkan bagaimana dokter-dokter cetakan FK Unpad menjadi dokter yang paripurna. Bahkan, Seksi Kaderisasi Senat Maha- siswa FK Unpad mendatkan nominasi terbaik kaderisasi Unpad.

“Banyak sekali pelajaran berharga yang saya dapatkan di organisasi itu hingga diakhir kepengurusan, karena cukup banyak pelatihan yang saya ikuti guna menimba ilmu lebih banyak sep- erti Training for Trainer ISMKI wilayah II, Latihan Dasar dan kepemimpinan Manajerial ISMKI Nasional (LKMM Nas), dan lain sebagainya,” tutur Icha.

Di tahun-tahun terakhir kuliah, dirinya kemudian terpilih menjadi Ketua PSDMO Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM). Kemudian, ketika bergabung sebagai Tim Inti Majelis Syuro asy-syifaa, Tim Medis asy-syifaa dan mentor. Ia berhasil lulus dari FK Unpad tahun 2014. “Saya berhasil menjadi sarjana kedok- teran dalam kurun waktu 3,5 tahun

lamanya. Alhamdulillah, saya akhirnya berhasil menjadi seorang dokter,” ka- tanya dengan bangga.

Setelah berhasil meraih gelar sarjana kedokteran, wanita yang menargetkan akan melepas masa lajang pada tahun ini juga menyebut bahwa dirinya lang- sung melanjutkan program pendidikan Profesi Dokter di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) dengan status sebagai dokter muda.

“Saya berhasil menyelesaikan pro- gram profesi dalam waktu 1,5 tahun. Artinya, saya bisa menjadi dokter dalam waktu lima tahun dan keberhasilan saya ini berkat pertolongan Allah dan semua orang yang ada dikehidupan saya,” ujar Icha yang juga dipercaya sebagai Ketua Kemuslimahan Asy-Syifaa RSHS.

Saat ini ia tengah mengabdikan diri di RSUD Sijunjung selama 1 tahun melalui program dokter internsip. Program ini akan menjadi langkah awal untuk menu- ju mimpi-mimpi besar di masa yang akan datang, yaitu menjadi inspirator yang mampu mendorong dua juta orang lebih masyarakat Indonesia menjadi orang yang peduli akan kesehatan lingkungan.

Target itu, kata dia, harus dicapai pada tahun 2025 mendatang. Namun, berbagai upaya tentu harus ia lakukan. Untuk mewujudkan mimpi besar itu, Icha bersama teman-teman dari profesi kes- ehatan lainnya sudang membuat sebuah lembaga sosial berbasis kesehatan.

Kemudian target lainnya, yaitu mendirikan panti asuhan dan sekolah luar biasa terbaik, dan melahirkan mo-

tivasi luar biasa dari setiap jiwa. Target itu akan ia wujudkan di tahun 2040 mendatang. “Akan ada satu juta lebih anak yatim dan penyandang cacat yang akan diasuh dipanti asuhan dan sekolah luar biasa saya kelak,” katanya.

Kemudian di tahun yang sama, ia akan menargetkan agar 10 orang lebih dalam 2 tahun untuk hafal Al-Qur’an dan mendirikan pesantren untuk tingkat sekolah dasar dan menengah berpresti. Tidak hanya itu, bahkan ia juga menar- getkan untuk bisa memberikan beasiswa kepada siswa-siswa terbaik yang ber- prestasi dan biaya sekolah gratis bagi yang tidak mampu.

Atas prestasi Icha ini, Masneli sebagai orangtua tentu sangat bangga. Ia me- nyebut Ica sebagai anak yang kerja keras dan pantang menyerah serta anak yang religius. Bahkan, di tahun ini ia berenca- na menambah hafalan Juz alquran. “Saat ini baru dua juz. Katanya mau nambah satu juz lagi tahun ini,” tuturnya.

Terpisah, Kepala Pelaksana Harian LAZ PT Semen Padang Muhammad Arif menyebut bahwa Annisa Lidra Maribeth merupakan salah satu mahasiswa yang dibantu LAZ melalui Program Peduli Pendidikan.

“Sebelumnya, LAZ juga memberikan bantuan kepada mahasiswa berprestasi lainnya. Diantaranya, Evo Mega, warga Aur Duri yang diterima kuliah di ITB jurusan Matematika. Bahkan saat ini, Evo tengah berada di Jerman untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi,” kata Arif beberapa waktu lalu. (SP/riki suardi)

Kenangan terindah yang tak akan pernah dilupakan oleh Annisa Lidra Maribeth (Icha) saat lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung pada 2014.

K

enangan itu masih membekas. Kenangan pada akhir Agustus 2015, dimana hampir tujuh jam bersama tim SAR BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dan Brimob Bojonegoro, Semen Gresik Diving Club (SGDC) mengubek- ubek dasar air terjun Nglirip.

Lokasi wisata yang terletak di Dusun

Jojogan, Desa Mulyoagung, Kecama- tan Singgahan, Kabupaten Tuban, itu lagi-lagi makan korban. Seorang gadis remaja asal Gresik tenggelam setelah berusaha menolong temannya yang tercebur. Nahas, niat menolong itu malah berujung petaka. Jenazah korban ditemukan saat magrib.

Telah beberapa kali musibah orang tenggelam terjadi di air terjun Nglirip. Dan, tim SGDC selalu terlibat dalam upaya pencarian korban. Air terjun Nglirip hanya salah satu medan bakti bagi klub yang dipimpinnya itu, di samping beberapa berbagai musibah lain yang terjadi di wilayah Bojonegoro, Tuban, juga Gresik.

“Mulai tahun 2008 kita selalu turun

setiap ada kejadian. Kalau sekarang peran kita memang agak berkurang, soalnya BPBD sudah punya tim khusus berkaitan dengan orang tenggelam. Kita hanya melakukan monitoring dan sekali waktu memberi konseling kepada mereka,” tutur Ketua SGDC Jatmiko.

Jatmiko menjelaskan, SGDC sejatinya sudah ada sejak tahun 1994, tapi sempat vakum beberapa waktu. Eksistensinya kembali terlihat sejak Jatmiko dan kawan-kawan cancut taliwondo tahun 2008. Dia bergerak cepat menata organisasi dan menyusun program kegiatan.

Kini, selain Jatmiko, SGDC juga di- gawangi oleh Ariin (wakil ketua), Anjar

DIBENTUK UNTUK MEWADAHI

Dalam dokumen Majalah Sinergi | Semen Indonesia (Halaman 66-68)

Dokumen terkait