AND CONTINGENCIES
47. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES (continued)
h. Jaminan reklamasi (lanjutan) h. Reclamation guarantee (continued)
Pemegang IUP-Eksplorasi, ketentuannya antara lain, harus memuat rencana reklamasi didalam rencana kerja dan anggaran biaya eksplorasinya dan menyediakan jaminan reklamasi berupa deposito berjangka yang ditempatkan pada bank pemerintah.
An IUP-Exploration holder, among other requirements, must include a reclamation plan in its exploration work plan and budget and provide a reclamation guarantee in the form of a time deposit placed at a state-owned bank.
Pemegang IUP-Operasi Produksi, ketentuannya antara lain, harus menyiapkan (1) rencana reklamasi lima tahunan; (2) rencana pasca tambang; (3) menyediakan jaminan reklamasi yang dapat berupa rekening bersama atau deposito berjangka yang ditempatkan pada bank pemerintah, bank garansi, atau cadangan akuntansi (bila diizinkan); dan (4) menyediakan jaminan pasca tambang berupa deposito berjangka yang ditempatkan di bank pemerintah.
An IUP-Production Operation holder, among other requirements, must prepare (1) a 5-year reclamation plan; (2) a post-mining plan; (3) provide a reclamation guarantee which may be in the form of a joint account or time deposit placed with a state-owned bank, a bank guarantee, or an accounting provision (if eligible); and (4) provide a post-mine guarantee in the form of a time deposit with a state-owned bank.
Penempatan jaminan reklamasi dan jaminan pasca tambang tidak menghilangkan kewajiban pemegang IUP dari ketentuan untuk melaksanakan aktivitas reklamasi dan pasca tambang.
The requirement to provide reclamation and post-mine guarantees does not release the IUP holder from the requirement to perform reclamation and post-mine activities.
Ketentuan peralihan dalam PP No. 78 menegaskan bahwa para pemegang PKP2B (seperti Berau) juga wajib mematuhi peraturan ini.
The transitional provisions in GR No. 78 make it clear that CCoW holders (such as Berau) are also required to comply with this regulation.
Pada tanggal 3 Maret 2010, Berau telah menyampaikan rencana penutupan tambangnya kepada MESDM. Pada tanggal 5 September 2011, DJMBP menerbitkan surat No. 3076/30/DJB/2011 ("Surat") mengenai persetujuan terhadap Rencana Pasca-penambangan, yang mengatur mengenai penutupan tambang. Total nilai dari jaminan sebesar AS$35.500. Perusahaan harus memiliki dana senilai jumlah yang ditetapkan dalam Surat selama periode 10 tahun dari 2013 - 2022. Pada tanggal 30 September 2013, Berau telah menerbitkan deposito berjangka yang dibatasi penggunaanya sebesar AS$973 sebagai pemenuhan syarat dari obligasi ini.
On 3 March 2010, Berau submitted its mine closure plan to the MoEMR. On 5 September 2011, the DGoMCG issued a letter No. 3076/30/DJB/2011 (“the Letter”) concerning approval of PT Berau Coal’s Post-Mining Plan, regulating the guarantee for mine closure. The total value of the collateral is US$35,500. The Company is required to fund the amount stipulated in the Letter over a 10 year period from 2013 - 2022 for the amount stipulated in the Letter. As of 30 September 2013, Berau has established a restricted time deposit of US$973 in satisfaction of this obligation.
47. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN, DAN KONTIJENSI (lanjutan)
47. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS
AND CONTINGENCIES (continued)
i. Klaim Pemerintah i. Government claim
Grup telah mencatat penyisihan untuk kewajiban kontinjensi mengenai utang pembagian batubara kepada Pemerintah yang saling hapus dengan PPN yang dapat dipulihkan dan PBBKB dari Pemerintah sejumlah AS$429.283 Lihat Catatan 26a untuk penjelasan.
The Group has recognised a provision for a contingent liability in respect of coal sharing payable to the Government which has been offset against VAT recoverable and PBBKB claimed from the Government amounting to US$429,283. Refer to Note 26a for the details.
j. Litigasi j. Litigation
Pada bulan Desember 2010, Berau mengirimkan pemberitahuan kepada
Honson International Corporation
(“Honson”), untuk menghentikan perjanjian keagenan pemasaran mereka dengan Berau. Sejalan dengan pemberitahuan penghentian, Berau memulai proses arbitrase di Jakarta untuk meminta klarifikasi bahwa kontrak pemasaran telah dihentikan dengan cara yang sesuai.
In December 2010, Berau sent a notice to, Honson International Corporation (“Honson”), to terminate its marketing agency agreement with Berau. Following this termination notice, Berau commenced arbitration proceedings in Jakarta requesting clarification that the marketing agency agreement was properly terminated.
Seiring dengan persidangan arbitrase, Honson mengajukan gugatan kepada Pengadilan Distrik Taipei pada tanggal 24 Maret 2011 untuk AS$3.895 atas komisi yang belum dibayar. Pengadilan pertama sebelum Pengadilan Distrik Taipei diadakan pada tanggal 6 Juli 2012. Setelah sidang, pengadilan memutuskan agar Honson mengirimkan uang jaminan sekitar AS$56. Setelah jaminan tersebut disetorkan, sidang berikutnya akan dijadwalkan. Kedua belah pihak telah meminta agar proses pengadilan di Pengadilan Distrik Taipei dan proses Arbitrase BANI di Jakarta ditangguhkan sehingga perundingan penyelesaian dapat dilaksanakan.
Berdasarkan perjanjian antara Berau dengan Honson tanggal 29 Juni 2013, kedua belah pihak menyetujui jumlah penyelesaian (“Settlement Amount”). sebesar AS$12.983 dan harus dibayar oleh Berau kepada Honson sebelum tanggal 5 Juli 2013. Setelah pembayaran tersebut, semua perjanjian keagenan yang masih beroperasi pada tanggal 17 Desember 2010 dianggap berakhir berdasarkan kesepakatan bersama yang efektif pada tanggal tersebut.
Settlement Amount tersebut sudah dibayar oleh Berau pada tanggal 5 Juli 2013.
Parallel to the arbitration proceedings, Honson filed a claim with the Taipei District Court on 24 March 2011 seeking attachment of US$3,895 in alleged unpaid commissions. The first hearing before the Taipei District Court was held on 6 July 2012. Following the hearing, the court ordered Honson to post a security bond of approximately US$56. After the bond was posted, the next hearing was scheduled. Both parties requested that the Taipei Disctrict Court proceedings and BANI Arbitration proceedings in Jakarta be stayed so that discussions could be held towards a possible settlement.
Based on the agreement between Berau and Honson dated 29 June 2013, both parties agreed to the amount of the settlement ("Settlement Amount") amounting to US$12,983 to be paid by Berau to Honson before 5 July 2013. After the payment, all agency agreements still operative as at 17 December 2010 will be deemed terminated by mutual consent effective as at that date.
The Settlement Amount was paid by Berau on 5 July 2013.
47. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN, DAN KONTIJENSI (lanjutan)
47. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS
AND CONTINGENCIES (continued)
k. Perjanjian penjualan batubara k. Coal sales agreements
Berau memiliki komitmen penjualan jangka panjang sebagai berikut:
Berau has long-term sales commitments as follows:
Kuantitas penjualan tahunan/
Annual sales quantity
Pembeli/ Tanggal kontrak/ Periode perjanjian/ (dalam metrik ton/
Buyers Signing date Agreement period in metric tonnes)
Castle Peak Power Januari/January 2011 1 Januari/January 2011 - 490,000
Company Ltd. 31 Desember/
December 2013
Korea Midland Oktober/ 1 Januari/January 1,000,000
Power Company Ltd. October 2007 2008 - 31 Desember/
December 2013
Bhatia International Juli/July 2010 1 Januari/January 1,500,000
Pte. Ltd. 2011 - 31 Desember/
December 2013
Korea South-East November/November 1 Januari/January 500,000
Power Company Ltd. 2010 2011 - 31 Desember/
December 2013
Zhushui Mei/May 2010 1 Januari/January 1,500,000
International 2011 - 31 Desember/
Energy Pte. Ltd. December 2013
Korea South East November/November 8 Januari/January 140,000
Power Company Ltd. 2010 2011 - 31 Desember/
December 2013
Zhushui Mei/May 2010 7 Januari/January 780,000
International 2013 - 31 Desember/
Energy Pte. Ltd. December 2013
Taiwan Power November/November 1 Januari/January 500,000
Company 2008 2009 - 31 Desember/
December 2014
Taiwan Power November/November 1 Januari/January 500,000
Company 2008 2009 - 31 Desember/
December 2016
Taiwan Power September/September 1 Januari/January 500,000
Company 2010 2011 - 31 Desember/
December 2018
Taiwan Power September/September 1 Januari/January 500,000
Company 2010 2011 - 31 Desember/
December 2016
Taiwan Power September/September 1 Januari/January 500,000
Company 2010 2011 - 31 Desember/
December 2016
Huaneng Power April/April 2010 1 Januari/January 1,000,000
International Inc. Ltd. 2011 - 31 Desember/
47. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN, DAN KONTIJENSI (lanjutan)
47. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS
AND CONTINGENCIES (continued)
k. Perjanjian penjualan batubara (lanjutan) k. Coal sales agreements (continued) Kuantitas penjualan tahunan/
Annual sales quantity
Pembeli/ Tanggal kontrak/ Periode perjanjian/ (dalam metrik ton/
Buyers Signing date Agreement period in metric tonnes)
Guodian Fuel April/April 2010 1 Januari/January 500,000
Co., Ltd. 2011 - 31 Desember/
December 2015
Korea Southern Februari/February 2007 1 Mei/May 2007 - 600,000
Power Co., Ltd. 31 Desember/
December 2015
Rizhao Honglu April/April 2010 1 Januari/January 2011- 500,000
Electricity and 31 Desember/
Energy Co., Ltd. December 2015
Shanxi King Star April/April 2010 1 Januari/January 2011- 500,000
International 31 Desember/
Trade Co., Ltd. December 2015
Noble Resources Agustus/August 2011 1 Januari/January 2012 - 4,060,000
International Pte. Ltd. 31 Desember/
December 2022
PT Jawa Power Desember/ Desember/December 1,000,000
December 1995 1995 - November/
November 2015
PT Indonesia Agustus/August 2008 1 Januari/January 2009 - 3,000,000
Power 31 Desember/
December 2018
Hongkong Qinfa November/November 1 Januari/January 2012 - 1,000,000
International Trading Ltd. 2011 31 Desember/December
2014
Tohoku Electric Power Co. Mei/May 2012 31 Mei/May 2012 - 450,000
30 April/April 2015
Asian Green Energy Public April/April 2013 9 April/April 2013 - 110,000
47. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN, DAN KONTIJENSI (lanjutan)
47. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS
AND CONTINGENCIES (continued)
l. Undang-Undang Pertambangan No.
4/2009
l. Mining Law No. 4/2009
Pada tanggal 16 Desember 2008, Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia meloloskan Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batubara yang baru (“Undang-Undang”), yang telah disetujui oleh Presiden pada 12 Januari 2009, menjadi UU No. 4/2009. Sistem PKP2B di mana entitas anak Grup, Berau beroperasi sudah tidak tersedia bagi para investor. Meskipun Undang-Undang mengindikasikan PKP2B yang ada, seperti yang dimiliki Grup, akan tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya kontrak, ketentuan peralihan tidaklah jelas dan mengharuskan klarifikasi lebih lanjut melalui peraturan pemerintah. Terdapat sejumlah permasalahan yang sedang dianalisis pemegang PKP2B, termasuk Grup. Beberapa di antaranya termasuk:
On 16 December 2008, the Indonesian Parliament passed a new Law on Mineral and Coal Mining (the “Law”), which received the assent of the President on 12 January 2009, becoming Law No. 4/2009. The CCoW system under which the Group’s subsidiary Berau operates, will no longer be available to investors. While the Law indicates that existing CCoWs, such as that held by the Group, will be honored, the transition provisions are unclear, and will require clarification through Government regulations. There are a number of issues which existing CCoW holders, including the Group, are currently analyzing. Among others these include:
- ketentuan peralihan atas PKP2B.
Undang-Undang menjelaskan bahwa
PKP2B yang ada akan tetap
diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya kontrak. Namun Undang-Undang juga menetapkan bahwa PKP2B yang ada harus disesuaikan dalam jangka waktu satu tahun terhadap ketentuan Undang-Undang (kecuali untuk penerimaan negara - yang tidak didefinisikan, tetapi diasumsikan termasuk royalti dan pajak); dan
- the CCoW transition provisions. The Law notes that existing CCoWs will be honored until their expiration. However, it also states that existing CCoWs must be amended within one year to conform with the provisions of the Law (other than terms relating to State revenue - which is not defined, but presumably includes royalties and taxes); and
- keharusan bagi pemegang PKP2B
yang telah memulai aktivitasnya untuk, dalam waktu satu tahun sejak diberlakukannya Undang-Undang, menyerahkan rencana kegiatan pertambangan untuk keseluruhan area kontrak. Jika rencana ini tidak dilaksanakan, area kontrak dapat dikurangi menjadi hanya seluas area yang diperbolehkan untuk Izin Usaha Pertambangan berdasarkan Undang-Undang.
- - the requirement for CCoW holders
which have already commenced some form of activity to, within one year of enactment of the new Law, submit a mining activity plan for the entire contract area. If this requirement is not fulfilled, the contract area may be reduced to that allowed for mining business licences under the Law.
47. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN, DAN KONTIJENSI (lanjutan)
47. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS
AND CONTINGENCIES (continued)
l. Undang-Undang Pertambangan No. 4/2009 (lanjutan)
l. Mining Law No. 4/2009 (continued)
Pada bulan Februari 2010, Pemerintah Indonesia mengeluarkan dua peraturan pelaksana untuk UU Pertambangan No. 4/2009, yaitu Peraturan Pemerintah No. 22/2010 (“PP No. 22”) dan 23/2010 (“PP No. 23”), sehubungan dengan penerapan Undang-Undang Pertambangan No. 4/2009. PP No. 22 mengatur tentang pembentukan area pertambangan melalui sistem IUP yang baru. PP No. 23 memperjelas prosedur untuk memperoleh IUP. PP No. 23 menyatakan bahwa PKP2B yang ada akan tetap diakui oleh Pemerintah, namun demikian perpanjangan atas PKP2B tersebut akan dilakukan melalui penerbitan IUP.
In February 2010, the Government released two implementing regulations for Mining Law No. 4/2009, i.e. Government Regulation No. 22/2010 (“GR No. 22”) and 23/2010 (“GR No. 23”) in connection with implementation of mining law No. 4/2009. GR No. 22 deals with the establishment of the mining areas under the new mining business licence (“Ijin Usaha Pertambangan” or “IUP”). GR No. 23 provides clarifications surrounding the procedures to obtain the new IUP. GR No. 23 indicates that existing CCoWs will be honored by the Government although any extension of existing CCoWs will be through the issuance of an IUP.
Pada tanggal 10 Januari 2012, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden No.3/2012 yang secara resmi membentuk sebuah tim untuk melakukan negosiasi ulang atas PKP2B dan Kontrak Karya perusahaan mineral, agar sejalan dengan ketentuan UU Pertambangan di Indonesia yang disahkan pada Januari 2009. Hukum Pertambangan mengharuskan PKP2B dan kontrak karya perusahaan mineral yang ada untuk diselaraskan dengan UU Pertambangan pada 12 Januari 2010 (batas waktu yang telah berlalu).
On 10 January 2012, the Indonesian Government issued Presidential Decree No.3/2012 formally establishing a team tasked with renegotiating existing CCoWs and mineral Contract of Work (“CoWs”), to bring them into line with the provisions of Indonesia’s Mining Law passed in January 2009. The Mining Law requires all existing CoWs and CCoWs to be amended to harmonize them with the Mining Law by 12 January 2010 (a deadline which has passed).
Tugas tim meliputi: (1) melakukan evaluasi terhadap ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam pasal-pasal Kontrak Karya, yang perlu disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku; (2) menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menetapkan luas wilayah kerja Kontrak Karya dan penerimaan negara, sebagai bagian negosiasi Kontrak Karya; dan (3) menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk pelaksanaan kewajiban pemegang Kontrak Karya, terhadap pengolahan dan/atau pemurnian mineral dan batubara.
The Team’s task consists of the following: (1) evaluating the articles in the CoW to be in compliance with the Law; (2) determining the steps to be taken to determine CoW areas and state income/revenue for the purpose of CoW negotiation; and (3) determining steps to be taken for the implementation of the CoW holder’s obligations, on the processing and/or refinery of mineral and coal.
47. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN, DAN KONTIJENSI (lanjutan)
47. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS
AND CONTINGENCIES (continued)
l. Undang-Undang Pertambangan No.
4/2009 (lanjutan)
l. Mining Law No. 4/2009 (continued)
Pada saat ini Grup tidak dapat menentukan dampak negosiasi ini terhadap PKP2B milik Berau.
At this time the Group cannot determine the impact these negotiations may have on Berau’s CCoW.
Grup terus memonitor perkembangan peraturan pelaksana Undang-Undang tersebut secara ketat dan akan mempertimbangkan dampak terhadap operasi Grup, jika ada, pada saat peraturan-peraturan pelaksana ini diterbitkan.
The Group is closely monitoring the progress of the implementing regulations for the Law, and will consider the impact on its operations, if any, as these regulations are issued.
m. Peraturan Menteri No. 28/2009 m. Ministerial Regulation No. 28/2009 Pada bulan September 2009, MESDM
mengeluarkan Peraturan Menteri No. 28/2009, yang salah satu isinya mengharuskan persetujuan Direktur Jenderal untuk penggunaan perusahaan afiliasi sebagai jasa kontraktor pertambangan.
In September 2009, the MoEMR issued Ministerial Regulation No. 28/2009, which, among others, requires the Directorate General’s approval to use an affiliate as a mining service contractor.
Peraturan tersebut memberikan definisi tersendiri tentang apa yang dimaksud dengan perusahaan afiliasi dan memberikan pengecualian hanya apabila tidak terdapat perusahaan jasa pertambangan sejenis pada kabupaten/kota dan/atau provinsi, atau apabila tidak terdapat perusahaan kontraktor pertambangan yang mampu di lokasi tersebut. Dalam peraturan tersebut, pemilik konsesi, diwajibkan untuk melaksanakan sendiri semua aktivitas penggalian batubaranya dalam waktu tiga tahun setelah peraturan ini dikeluarkan, kecuali pada kontrak baru di mana kewajiban tersebut berlaku efektif sejak tanggal kontrak.
The regulation provides the definition of affiliates and provides exception only when there are no similar mining services companies in the regency/city and/or province, or when there are no other capable mining service companies operating in the area. The regulation requires mining concession holders to conduct all coal extraction activities themselves within three years of the issuance of the regulation, except for new mining contracts, the obligation is effective on the date of the contract.
Peraturan tersebut menyediakan jangka waktu tiga tahun transisi untuk perubahan terhadap perjanjian yang sudah ada.
The regulation provides a three year transition period for changes to existing arrangements.
47. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN, DAN KONTIJENSI (lanjutan)
47. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS
AND CONTINGENCIES (continued)
n. Peraturan Menteri No. 34/2009 n. Ministerial Regulation No. 34/2009 Pada bulan Desember 2009, MESDM
mengeluarkan Peraturan Menteri No. 34/2009 yang mewajibkan perusahaan pertambangan untuk menjual sebagian hasil produksinya kepada pelanggan domestik (“Domestic Market Obligation” atau “DMO”). Sesuai dengan Keputusan MESDM No. 2934/K/30/MEM/2012, persentase batas minimal DMO untuk tahun 2012 adalah 20,30%. Keputusan ini kemudian direvisi dengan Keputusan Menteri No. 909/K/30/DJB/2012, yang menyatakan bahwa persentase DMO minimum untuk 2012 sebesar 20,47%.
In December 2009, the MoEMR issued Ministerial Regulation No. 34/2009, which provides a legal framework to require mining companies to sell a portion of their output to domestic customers (“Domestic Market Obligation” or “DMO”). According to Ministerial Decree No. 2934/K/30/MEM/2012, the minimum DMO percentage for 2012 is 20.30%. This Decree was later revised by Ministerial Decree No. 909/K/30/DJB/2012, which stated that the minimum DMO percentage for 2012 is 20.47%.
Pelanggan domestik dan harga yang akan digunakan untuk porsi penjualan DMO akan mengikuti harga indeks internasional sebagai tolak ukur, yang juga ditentukan oleh MESDM. Pada tanggal laporan keuangan ini, industri pertambangan masih menunggu pedoman kebijakan dan instruksi dari MESDM.
The domestic customers and the price to be used for the DMO sales, which will follow international indices as the benchmark, will be determined by the MoEMR. As of the date of these financial statements, the mining industry is waiting for further implementation guidelines and instructions from the MoEMR.
Grup terus memonitor perkembangan pelaksanaan peraturan tersebut, dan terus mempertimbangkan efeknya terhadap operasi.
The Group is closely monitoring the developments in these requirements and is considering the impact on its operations.
o. Peraturan Menteri No. 17/2010 o. Ministerial Regulation No. 17/2010 Pada bulan September 2010, MESDM
mengeluarkan Peraturan Menteri No. 17/2010 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral dan Batubara, yang mengatur bahwa penjualan dari batubara harus dilakukan dengan mengacu pada harga patokan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, yang akan diatur dengan peraturan lanjutan dari DJMBP. Dalam Peraturan Menteri tersebut, kontrak spot dan berjangka yang telah ditandatangani sebelum tanggal diterbitkannya peraturan tersebut wajib menyesuaikan ketentuannya dengan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Menteri dalam jangka waktu enam bulan untuk kontrak spot dan 12 bulan untuk kontrak berjangka. Pengecualian diberikan kepada kontrak-kontrak dengan harga kontrak penjualan batubara yang telah dinegosiasikan ulang dan sesuai dengan instruksi dari Menteri atau Direktur Jenderal.
In September 2010, the MoEMR issued Ministerial Regulation No. 17/2010 on The Procedure for the Setting of Benchmark Prices For Mineral and Coal Sales, which regulates that the sale of coal shall be conducted with reference to the benchmark price as issued by the Government, which will be regulated by a regulation issued by the DGoMCG. In the Ministerial Regulation, existing spot and term contracts which have been signed prior to the date of the Ministerial Regulation must conform with the provisions under the Ministerial Regulation within six months of the Regulation for spot contracts and 12 months for term contracts. Those contracts where coal sales prices have been renegotiated under and in accordance with the instruction of the Minister or Director General are exempted.
47. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN, DAN KONTIJENSI (lanjutan)
47. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES (continued)
o. Peraturan Menteri No. 17/2010 (lanjutan) o. Ministerial Regulation No. 17/2010
(continued) Peraturan Menteri No. 17/2010 mengatur
antara lain:
Ministerial Regulation No. 17/2010 governs among others:
• penggunaan harga rata-rata
mineral/batubara dari indeks pasar internasional dan penggunaan free-on-board ("FOB"), kapal induk sebagai titik penjualan untuk menentukan IMCBP;
• the use of the average mineral/coal price from international market indices and the use of free-on-board (“FOB”) mother vessel as the sale point to determine the IMCBP;
• penerimaan beban tertentu sebagai
penyesuaian untuk IMCBP (jika titik penjualan FOB yang sebenarnya bukan kapal induk); dan
• the acceptance of certain costs as adjustments to the IMCBP (if the actual sale point is not FOB mother vessel); and
• penggunaan pendekatan harga dasar
(yaitu harga jual IMCBP vs harga jual aktual, mana yang lebih tinggi), untuk perhitungan Penerimaan Negara (contoh: royalti atau biaya eksploitasi).
• the use of a “floor" price approach (i.e. IMCBP vs. actual sales price, whichever higher), for the Non-Tax State Revenue calculation (e.g. royalty or exploitation fee).
Peraturan ini juga mengharuskan perusahaan pertambangan untuk:
This regulation also requires mining companies to:
• menggunakan kapal/perahu berbendera Indonesia untuk mengangkut mineral/batubara;
• use Indonesian flagged ships/vessels to transport minerals/coal;
• mengutamakan penggunaan