• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sihir Masa Nabi Sulaiman A.s

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Sihir Masa Nabi Sulaiman A.s

Kisah

s

ihir pada masa Nabi Sulaiman A.s terdapat dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 102 yang berbunyi:



pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun

sebelum mengatakan: "Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa Barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, Tiadalah baginya Keuntungan di akhirat, dan Amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.

a. Asbabun Nuzul dan Munasabah Ayat

Ayat tersebut turun berkaitan dengan pertanyaan orang-orang Yahudi yang menuduh Nabi Muhammad yang mencampur-baurkan antara yang hak dan yang batil yaitu menerangkan Nabi Sulaiman digolongkan sebagai Nabi dimana anggapan mereka bahwa Sulaiman seorang ahli sihir yang mengendarai angin. Maka Allah menurunkan ayat 102 Surat al-Baqarah yang menegaskan bahwa kaum Yahudi lebih mempercayai syaitan dari pada iman kepada Allah.51

Adapun asbabul nuzul yang lain berkaitan dengan ayat tersebut dimana kaum Yahudi bertanya kepada Nabi SAW. tentang beberapa hal dalam Taurat . Semua pertanyaan mengenai isi Taurat, dijawab oleh Allah dengan menurunkan ayat. Ketika itu mereka menganggap bahwa ayat tersebut dirasakan sebagai bantahan

51 Q. Shaleh, H.A.A. Dahlan, M.D. Asbabun Nuzul, Latar Belakang Historis Turunnya ayat-ayat al-Qur’an, (Bandung: CV.Penerbit Diponegoro, 2000), h. 27

terhadap mereka. Diantara masalah yang ditanyakan kepada Nabi SAW. ialah tentang sihir dan mereka berbantah-bantahan dengan Rasulullah tentang masalah tersebut.52

Menurut Wahbah Zuhaili dalam tafsirnya sebab turunnya ayat ini adalah, bahwasanya malik bin shaif, ketika rasulullah diangkat sebagai nabi dan beliau menyebutkan perjanjian yang pernah mereka jalin serta informasi yang mereka ketahui tentang muhammad, ia berkata, “Demi Allah, tidak ada berita apa pun yang kami ketahui tentang Muhammad, kami pun tidak pernah membuat perjanjian.”

Lalu Allah SWT menurunkan ayat, “Dan mengapa setiap kali mereka mengikat janji….” Sampai akhir ayat.

Ketika datang kepada mereka nabi SAW. Dengan membawa kitab yang membenarkan dan mendukung taurat terkait prinsip-prinsip umum agama, seperti mentauhidkan Allah, menetapkan hari kebangkitan, membenarkan wahyu dan para rasul, segolongan yahudi meninggalkan kitab Allah di belakang punggung mereka. Ini adalah perumpamaan bagi tindakan mereka meninggalkan kitab Allah, berpaling darinya dan dan tidak beriman dengan sebenarnya. Seakan -akan mereka tidak mengetahui bahwa orang yang tidak beriman

52 Abdurrahman Kamal Jalal Din Suyuthi, Dur Mantsur fi Tafsir al-Ma’tsur, (Dar al-Fikr, Beirut, t.th.), h. 234

kepada al-Qur’an yang menyepakati taurat, berarti ia tidak beriman kepada masing-masing keduanya.

Kemudian segolongan rahib dan ulama yahudi yang telah melemparkan taurat, mereka mengikuti sihir dan perdukunan pada masa kerajaan sulaiman. Sebab, dahulu setan mencuri pendengaran dari langit dan menambahkan bebagai kedustaan ke dalamnya, kemudian mereka menyampaikan kepada para dukun. Kemudian para dukun mengajarkannya kepada manusia. Mereka mengatakan”ini adalah ilmu sulaiman, kerajaan sulaiman tegak dengan ilmu ini”.

Maka, Allah membantah pernyataan mereka, bahwa sulaiman tidak pernah melakukan hal yang demikian. Sulaiman sama sekali tidak mempergunakan sihir. 53

b. Penafsiran Ayat

Adapun teks yang terdapat pada tafsir Mahasin al-Ta’wil yaitu:

ي َّشلا َّنِكلَو منماْيَل مس َرَفَك امَو ، َنماْيَل مس ِ ْلْمم لىَع مينِطاي َّشلا اوملْتَت ام اومعَبَّتاَو َساَّنلا َنوممِّلَعمي او مرَفَك َينِطا

وهو .ميهديأ ينب ابم لمعلاو الله باتك هِذبن رثإ ،ملهلَضو مهغيز نم رخآ نفل ةيكاح وه َرْح ِّسلا ينطاي شلا ولتت الم مهعابتا هتفرعم ببسب لْلما لكذ لنا انمإ هنإو ،رفكلاو رحسلا نم نيمالس لْم لىع

اذه نم لىاعت الله هأبَف ،هيلع اهوترفا باب سلأ رفكلاو ةدرلا لىإ هوب سنف لكذ لىع اودازو .رحسلا رحسلا يملعتب ماهفلأاو لوقعلا نوللضي نيلذا ينطاي شلا كئلوأب رفكلا قصلأو ،قلَتخالاو ءاترفالا ذبعشلاو اجوع اهياإ مئهاغتباو ،قلحا ليبس نع دصلاو ،هناحب س ،قلالخا يرغ لىإ يرثأتلا دان سإو ،ة

53 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wasith, (Jakarta :Gema Insani.2012) jilid 1, h. 40

،لمسم بيأ لوق وهو ،قلتتخو بذكت نىعبم وأ .ةءارقلا هيو ،ةولَتلا نم .ثدتحو ّصقت نىعبم اوملْتَتو لَت لاقي :لاق هيلع

قدص اذإ هنع لَتو ،بذك

54

.

Dalam tafir Mahasin al -Ta’wil ayat ini dijelaskan oleh Qasimy bahwasanya kata ( Syayatiin) dimaksudkan bukan pada setan dari golongan jin melainkan dari golongan manusia sebagaimana yang dijelaskan dalam surat An-Nas ayat 6









Artinya: Dari golongan jin dan jin manusia

Dan disebutkan juga dalam tafsirnya ayat ini bercerita tentang bentuk lain dari penyimpangan dan kesesatan mereka, sesudah mereka mencampakkan kitabullah dan melakukan perbuatan mereka yakninya mengikuti apa yang di baca oleh para pembesar dimasa kerajaan Nabi Sulaiman a.s berupa sihir dan kekafiran (menuduh) kerajaan yang didapatkan oleh Nabi Sulaiman berasal dari pengetahuan tentang sihir.

Dan mereka menambah nambah tuduhan tersebut yakni mereka menemukan alat sihir dibawah singasana Nabi Sulaiman dan kemudian mereka menuduh Nabi Sulaiman murtad dan mengkafirkannya bedasarkan sebab-sebab yang mereka buat, kemudian Allah membebaskan Nabi Sulaiman dari kebohongan dan dusta tersebut, dan melabelkan kekufuran terhadap setan-setan tersebut

54 Muhammad Jamal ad-Din Al-Qasimi, Mahaasin at – Ta’wil, juz 1, (Beirut:Daar Al- Kutub al-Ilmiyah,1997). h. 403

yang menyesatkan akal dan pemahaman dengan mengajarkan sihir dan trik, menyandangkan ta’sir kepada selain Allah, menghalangi jalan kebenaran dan mengharapkan jalan tu bengkok, dan kalimat

(ولتت)

maknanya: menceritakan dan membicarakan, dari kata

(ةولاتلا)

yang artinya membaca, atau berbuat dusta dan inilah yang dikatakan Abu Muslim, dikatakan (digunakan kalimat)

(هيلع لات)

jika bercerita tentang orang ketiga yang berbohong, dan

(هنع لات)

apabila orang itu berkata jujur.

Dan al-Qasimy memberikan Khalashah dari pembahasan diatas yaitu :

ارظن الم مانهأو ،ةكئلَلما نم ينكلم نكا مانهأ اوعمزف .ةبيعج ثيداحأ في تورامو توراه في صاصقللو

Dan kesimpulannya menurut al-Qasimy yaitu bahwa makna ayat dari awal sampai akhirnya penulis menterjemahkan seperti ini : bahwasanya orang-orang yahudi mendutaskan al-Qur’an dan meletakkan diatas punggung mereka, dan mereka mencoba berdusta dengan kisah-kisah atau khurafat dari teman sekutu yg jahat yang diperoleh dari sulaiman “ yaitu mereka mendapati ala-alat sihir dibawah singasana Nabi Sulaiman dan mereka meyakini sulaiman itu kafir dan sedangkan nabi itu tidaklah kafir akan tetapi setan-setan atau teman mereka itu sebenarnya kafir dan mengajarkan mereka tentang sihir, dan mereka menyeru bahwa sihir itu diturunkan kepada harut dan marut dimana harut dan marut itu mereka namai itu dengan dua malaikat padahal tidak ada satupun wahyu diturunkan kepada mereka,

55 Ibid, h.405-406

dan sebenarya mereka itu adalah dua orang laki-laki yang mengklaim bahwasanya mereka memberikan kebenaran, kebaikan atau mengaku ngaku ,dan mereka membuat atau menipu manusia dengan mengatakan mereka itu membawa kebaikan akan tetapi itu memberi keburukan atau mereka itu hanya menipu.

Dan seolah-olah mereka berdua itu menjaga manusia itu dari kekafiran dan menyampaikan dari sesuatu apa-apa yang mereka ketahui dari kilahan mereka dan mengklaim bahwasanya mereka bisa memisahkan antara dua orang yang bersatu dan menyatukan antara dua orang, maka engkau telah dapat melihat dari hal ini apa yg dilakukan malaikat itu adalah suatu keburukan dan kekejian, dan maka sebenarnya tidaklah boleh memuji harut dan marut dalam kontek ini, dan hal menguatkan pandangan kita tadi dan hal menujukan kebenaran perkataan kita tadi bahwa al-Qur’an mengkingkari turunnya malaikat apapun ke atas dunia, jadi al-Qur’an itu mengingkari adanya turun malaikat itu turun, tetapi itu hanyalah kebohongan, tidak ada malaikat turun ke bumi mengajarkan sesuatu kepada mereka yg di anggap turun dari Allah, yaitu ilmu yang selain wahyu kecuali mereka menurunkan kepada nabi-nabi, maka malaikat itu tidak mungkin mengajarakan manusia kecuali terhadap para nabi-nabi, dan Allah telah menurunkan nash yang jelas bahwasanya allah tidak pernah menurunkan apaun kecuali manusia (nabi) untuk mengajarkan manusia pula seperti bani

nu’im itu mengajarkan kaumnya. Seperti perkataan Allah dalam surat al-Anbiya’ayat 7 yang berbunyi :



(Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, Maka Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.

Jadi yang diturunkan kepada manusia itu dalam bentuk manusia pula seperti Nabi atau Rasul. Kalau malaikat turun kepada manusia itu tidak ada nash yang shahih. Sebagai bentuk pengikaran terhadap orang yang meminta untuk diturunkan kepada mereka malaikat saja.

Maka Allah berfirman dalam surat al-An’am ayat 8 yang berbunyi:



Artinya: Dan mereka berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) malaikat" dan kalau Kami turunkan (kepadanya) malaikat, tentulah selesai urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikitpun).

Dan Allah juga berfirman dalam surat Furqan ayat 7-9 yang berbunyi :



Artinya: Dan mereka berkata: "Mengapa Rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang Malaikat agar Malaikat itu memberikan peringatan bersama- sama dengan dia?. (8). atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau (mengapa tidak) ada kebun baginya, yang Dia dapat Makan dari (hasil)nya?" dan orang-orang yang zalim itu berkata:

"Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir". (9). Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat perbandingan-perbandingan tentang kamu, lalu sesatlah mereka, mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu).

Dan mengenai kisah-kisah tentang harut dan marut ini terdapat banyak hadist yang mengejutkan, maka hadist-hadist itu memberikan keterangan bahwa harut dan marut itu adalah dua orang malaikat dari golongan malaikat dan bahwasanya harut dan marut tadi ketika melihat perbuatan jelek atau perbuatan maksiat yang dilakukan oleh penduduk bumi mereka mengingkarinya dan merasa sombong, dan mereka meyeru kepada penduduk bumi maka Allah mewahyukan kepada keduanya : sesungguhnya aku apabila aku memberikan cobaan kepada kalian berdua dengan cobaan yang telah aku berikan kepada

Nabi Adam berupa syahwat-syahwat pasti kalian berbuat maksiat kepadaku, maka mereka menjawab, wahai Tuhanku, bagaimana engkau memberikan cobaan sedangkan kami belum lakukannya, maka cobalah berikan keapda kami cobaan itu, maka Allahpun menjatuhkan mereka ke bumi, maka Allah menguji mereka dengan memberikan syahwat yang sama seperti bani Adam, maka mereka di tempatkan pada suatu negri zahrah (perawan), maka zahrah itu menyeru kepada kemaksiatan dan kemaksiatan itu terjadi setelah mereka meminum khamar, dan merekapun membunuh jiwa dan sujud kepada berhala, dan mereka berdua mengajarkan zahrah itu nama yang besar dan dengan nama itu mereka agung, maka siperempuan (Zahrah) itu merasa sempurna dengan nama itu mereka berdua kembali kelangit, maka Allahpun menghapuskan mantra itu, maka diapun terperangkap di langit dan dinamakan bintang zahrah, kemudian Allah memberi tahu mengenai buruk apa yang telah mereka lakukan, maka Allahpun menghukum mereka berdua dengan memberi pilihan apakah azab di akhirat yang ditunda atau azab di dunia yang disegerakan, maka mereka memilih azab di dunia, maka Allah menggantung mereka dinegri yaitu Bailonia merekapun di gantung di tengah lautan sampai hari kiamat dan situ mereka mengajrka sihir dan menyeru atau mengajak manusia belajar tentang sihir dan tidak ada sesuatupun yang

dapat melihat mereka berdua kecuali orang-orang yang berkeinginan untuk belajar sihir.

Dan kisah ini menjadi bahan omongan orang yahudi dan al-Qur’an sebenarnya tidak ada memberikan info tentang itu, itu hanya ada dalam kitab talmud dan sebagaimana dijelaskan pembahasan dalam “muddarist yadkut” pada pembahasan ketiga belas dan kaum muslim itu ada mengutip kisah-kisah itu memasukkan cerita itu kedalam al-quran.56

Riwayat tentang Harut dan Marut yang seperti ini, banyak beredar di masyarakat. Padahal riwayat tersebut mengandung beberapa kerancuan, yaitu; telah disepakati bahwa malaikat ma’shum dari maksiat. Oleh karenanya, mustahil kisah tersebut dapat dibenarkan.

Kedua, pendapat hukuman dunia lebih baik dari hukuman akhirat, merupakan pendapat yang rusak. Yang lebih baik adalah, keduanya dibolehkan untuk memilih, antara bertaubat atau diazab.57

Didalam penafsiran surat al-Baqarah ayat 102 ini al-Qasimy menjelaskan hakekat sihir tersebut yang mana dalam tafsirnya diakatakan:

،هببس ىفيخ رمأ كلب صتمخ ،عشرلا فرع في ،رحسلا ظفل نأ لمعاو ،هتقيقح يرغ لىع ليختيو

لمو قلطأ تىمو ،عادلخاو هيوتملا ىرمج يريجو مذ دافأ ،ديقي

ِساَّنلا َ مينْعَأ او مرَ َسح لىاعت لاق ،لهعاف

56 Muhammad Jamal ad-Din Al-Qasimi, Mahasin at – Ta’wil, juz 7, (Beirut:Daar Al- Kutub al-Ilmiyah,1997). h. 306

57 Ibid,h.238

:فارعلأا[

عت سي دقو .ىعست م ّيهصعو ملهابح نأ اونظ تىح ميهلع اوهّوم نيعي ،] 116 يماف :اديقم لم

ماك ،دميحو حديم

« »ارحسل نايبلا نم نإ« :تُهأ نب ورمعل ّلمسو هيلع الله ّلىص الله لوسر لاق 1

،»

ا ضحوي هبحاص نلأ رحسلاف ،لةلجمباو .هترابع غيلبو ،هنايب نسبح هتقيقح نع فشكيو ،كلشلما ءشِل

اع ةفرخزم ةتمتم وأ ،راصبلأل ةفراص ةذوعشب لييتخ وه انمإ قلطلما قئاقح يرغي لَف ،عماسلأل ةقئ

.روصلا لقني لاو ،ءاي شلأا

58

Disini penulis menterjemahkan dengan pemahaman penulis yaitu: Dan ketahuilah bahwasanya lafazh sihir itu dalam budaya syariat, dikhususkan untuk segala perkara yang tersembunyi sebabnya dan di imajinasikan yang menyalahi hakekatnya, berkerja sihir itu seperti bekerjanya muslihat atau tipudaya, dan ketika lafazh sihir itu dimutlaqkan dan tidak dikaitkan dengan lafazh yang lainnya itu menunjukkan atau memfaedahkan bahwasanya orang yang melakukan sihir itu dicela, sebagaimana firman Allah SWT pada surat al-A’raf ayat 116 yang berbunyi:

( ِساَّنلا َنُيْعَأ او ُرَحَس)

artinya “mereka menyihir mata orang banyak…..” yaitu mereka melakukan tipu muslihat terhadap orang banyak sampai orang banyak tersebut mengira bahwasanya tali-tali dan tongkat-tongkat para penyihir itupun dapat berjalan, dan terkadang lafazh sihir itu juga dipakai secara muqayyad, untuk sesuatu yang dipuji.

Jadi penulis mencoba menjelaskan makna yang di atas maksudnya adalah “jadi ketika lafazh sihir itu Mutlaq itu artinya sihir

58 Ibid, juz 1, h. 406-407

yang dilakukan oleh orang yang melakukan sihir tersebut itu tercela, akan tetapi lafazh itu Muqayyad itu menunjukkan bahwasanya sihir yang dilakukan oleh orang itu terpuji atau yang dikaitkan dengan lafazh yang lainnya”.

Sebagai mana sabda Rasulullah SAW kepada Amru Ibnu Ahtam: Sesungguhnya bayan atau penjelasan itu ada yang berdampak seperti sihir, karna sang pemilik bayan itu menjelaskan sesuatu yang sukar untuk dijelaskan, dan dia menyingkap dari sesuatu tersebut dengan insting bayannya dan kefasehan ungkapnnya, dan kesimpulannya: maka sihir secara Mutlaq tidak lain adalah sebuah ilusi yang disertai dengan tipudaya, tipu muslihat yang dapat mengalihkan pandangan, atau sesuatu ilusi yang diiringi oleh kata-kata yang sama sekali tidak jelas yang dihiasi untuk menghalangi pendengaran, maka sihir tidak dapat merubah hakekat dari segala sesuatu, dan dia yaitu sihir itu menghapuskan bentuk fisik dari segala sesuatu.59

59 Ibid,.

Dokumen terkait