• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 Sopan dan ramah terhadap guru

2 Kurang sopan dan kurang ramah terhadap guru 1 Tidak sopan dan tidak ramah terhadap guru Skala VII: Partisipasi siswa dalam diskusi

3 Aktif bertanya dan memberi respon terhadap pertanyaan yang muncul 2 Jarang bertanya dan mengungkapkan pendapat dalam kelompok 1 Pasif dalam kegiatan kelompok

Skala VIII: Presentasi

3 Mampu menjelaskan hasil kerja kelompok secara sistematis dan sesuai konsep 2 Kurang mampu menjelaskan hasil kerja kelompok secara sistematis

1 Penjelasan tidak sesuai dengan konsep

Skala nilai: SB : jika 20 < 𝑋 ≀ 24 B : jika 15 < 𝑋 ≀ 20 K : jika 8 < 𝑋 ≀ 15 SK : jika 𝑋 ≀ 8 Keterangan:

SB : kecakapan hidup sosial dipertahankan B : kecakapan hidup sosial perlu ditingkatkan K : kecakapan hidup sosial sangat perlu ditingkatkan

SK : kecakapan hidup sosial sangat perlu ditingkatkan dan perlu bimbingan dari BK HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum dilakukan penelitian, pengembang melakukan Observasi dan Studi Pendahuluan. Pada tahap Observasi, pengembang mengamati pembelajaran yang berlangsung di kelas Uji Coba I. Aspek yang diamati meliputi aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Sedangkan dalam Studi Pendahuluan, pengembang melakukan pengujian kemampuan awal siswa di Kelas Uji Coba I sebanyak 12 siswa dalam menyelesaikan masalah di Lembar Kerja Kelompok (LKK) (terlampir) yaitu dengan memberikan msalah Open Ended kepada masing-masing siswa. Berdasarkan hasil Studi Pendahuluan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa cukup banyak siswa yang belum paham tentang konsep barisan dan deret. Secara umum kesalahan yang dilakukan siswa pada Studi Pendahuluan adalah sebagai berikut (1) sebagian besar siswa tidak menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan kesimpulan jawaban akhir dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga sulit untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap masalah yang diberikan, dan (2) siswa belum bisa membedakan antara barisan dan deret sehingga sebagian besar siswa terbalik dalam membuat perencanaan penyelesaian, masalah yang seharusnya menggunakan konsep barisan tetapi dikerjakan dengan konsep deret dan sebaliknya. Salah satu contoh kesalahan yang dilakukan siswa dalam

menyelesaikan masalah Open Ended pada Studi Pendahuluan seperti yang disajikan pada Gambar6.

Gambar 6. Kesalahan Siswa dalam Menjawab Soal tentang Barisan Aritmatika

Pada Gambar 6 menunjukkan jawaban siswa dalam menyelesaikan soal Tes Penguasaan Bahan Ajar 1 No. 1 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Dari Gambar 6 diperoleh kesimpulan bahwa:

(a) siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan kesimpulan jawaban akhir,

(b) siswa hanya menuliskan satu jawaban padahal masalah itu tergolong masalah Open Ended yang memiliki banyak jawaban/cara penyelesaian,

(c) siswa tidak memberikan keterangan tentang bilangan π‘Žseharusnya siswa menuliskan bahwa π‘Ž adalah bilangan kuadrat sempurna kemudian siswa baru menunjukkan nilai π‘Ž yang mungkin,

(d) siswa keliru dalam menentukan suku awal, seharusnya suku awal barisan tersebut adalah 9 karena π‘Ž yang dipilih adalah 9,

(e) Siswa menyelesaikan masalah tersebut dengan konsep deret padahal seharusnya siswa menyelesaikan masalah tersebut dengan konsep barisan, karena yang ditanyakan soal adalah π‘ˆ15.

Pada penelitian pengembangan ini dilakukan dua kali uji coba. Pada Uji Coba I terdiri dari 35 siswa dan pada Uji Coba II terdiri dari 32 siswa. Masing-masing uji coba diamati oleh 3 pengamat yang sama. Tugas pengamat yaitu mengamati tentang keterlaksanaan model pembelajaran dan aktivitas siswa. Rangkuman hasil penelitian pada Uji Coba I disajikan pada Tabel12.

Tabel. 12 Rangkuman Hasil Analisis Data Tahap Pengujian, Evaluasi, dan Revisi dan Tahap Implementasi Uji Coba I

Kriteria Hasil Analisis Data Kesimpulan

Kevalidan ο‚· Buku model

Rata-rata kevalidan isi 3,07 dan rata-rata kevalidan konstruk 3,41. Dengan demikian, skor rata-rata keseluruhan (𝑉𝑇) adalah 3,3 β‰₯ 3.

ο‚· Perangkat pembelajaran

οƒ˜ Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Skor rata-rata keseluruhan aspek (𝑉𝑇) adalah 3,21 β‰₯ 3.

οƒ˜ Lembar Kerja Kelompok (LKK)

Skor rata-rata keseluruhan aspek (𝑉𝑇) adalah 3,48 β‰₯ 3. ο‚· Model valid dan dapat diujicobakan. ο‚· Perangkat pembelajaran valid dan dapat diujicobakan.

Kepraktisan ο‚· Keterlaksanaan Model

Skor rata-rata keseluruhan aspek dari seluruh pertemuan (𝑃 ) adalah 3,4 β‰₯ 3, artinya tingkat 𝑇

keterlaksanaan model baik.

ο‚· Model praktis.

Keefektifan ο‚· Tingkat Penguasaan Bahan Ajar

οƒ˜ Tingkat penguasaan bahan ajar seluruh kelas, (𝑇𝑃) adalah 79,57 < 80, artinya tingkat penguasaan bahan ajar seluruh kelas termasuk

ο‚· Model belum memenuhi kriteria efektif

kategori cukup.

οƒ˜ 74,29% siswa mempunyai tingkat penguasaan bahan ajar yang baik.

οƒ˜ Rata-rata skor pengamatan sikap seluruh siswa dari seluruh pertemuan 𝑋 = 18,71 berada dalam interval 15 < 𝑋 ≀ 20 artinya sikap siswa

termasuk kategori baik sehingga perlu ditingkatkan.

ο‚· Persentase Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Rata-rata persentase tingkat kemampuan berpikir kreatif seluruh kelas, (πΎπ‘Ÿ) adalah 78,99%> 70%, artinya tingkat kemampuan berpikir kreatif seluruh kelas termasuk kategori kreatif.

ο‚· Aktivitas Siswa

Skor rata-rata keseluruhan aspek adalah 2,49, berada dalam interval 1, 5 ≀(𝑃 ) ≀ 2,5, termasuk kategori 𝑇 kurang aktif.

ο‚· Respon Siswa

Skor rata-rata dari seluruh indikator untuk seluruh siswa (𝑅 ) adalah 1,99 < 2, artinya respon kelas 𝑇

termasuk negatif namun cenderung positif.

Berdasarkan Tabel 12 dapat disimpulkan bahwa model dan perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kriteria valid dan praktis, namun belum memenuhi kriteria efektif. Oleh karena itu, dilakukan Uji Coba II untuk menguji keefektifan model dan perangkat yang dikembangkan.Beberapa hal yang perlu ditekankan dan diperhatikan guru model sebelum melakukan Uji Coba II adalah sebagai berikut.

(1) Memperhatikan alokasi waktu yang disediakan sesuai dengan porsi sintaks seperti yang ditunjukkan di RPP (terlampir).

(2) Sebaiknya guru model lebih banyak memberikan bantuan proses daripada bantuan hasil ketika siswa membutuhkan bantuan dalam mengerjakan soal di LKK sehingga siswa akan lebih memahami konsep-konsep matematik yang ada.

(3) Pada tahap orientasi sebaiknya guru model lebih banyak melakukan tanya jawab singkat untuk mengecek pemahaman siswa dengan masalah yang diberikan.

(4) Pada tahap diskusi kelompok, guru model sebaiknya memberikan penegasan tentang waktu yang diperlukan untuk mengerjakan LKK dan mengingatkan tentang sisa waktu yang tersisa sebelum memasuki tahap berikutnya.

(5) Guru sebaiknya memberikan motivasi belajar di awal pembelajaran untuk membangun semangat belajar siswa. Selain itu guru juga berupaya untuk membangkitkan semangat siswa agar tidak malu ketika berinteraksi dengan siswa lainnya terutama ketika membandingkan jawaban dan mengajarkan jawaban maupun hal-hal yang diketahui kepada siswa yang lain.

(6) Pada tahap evaluasi pembelajaran, guru model sebaiknya lebih banyak melakukan tanya jawab singkat untuk mengecek pemahaman siswa tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

(7) Sebaiknya guru model lebih memantau kinerja ketua kelompok untuk melaksanakan tugasnya, yaitu mengatur dan mengelola kelompok. Misalnya, ketika ada anggota kelompok yang kesulitan memahami sesuatu, maka ketua kelompok mengelola anggota yang lain supaya membantu memahamkan siswa tersebut, memantau jawaban antaranggota kelompok agar jawaban/cara yang diperoleh setiap anggota berbeda-beda.Rangkuman hasil penelitian pada Uji Coba II disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Rangkuman Hasil Analisis Data Tahap pengujian, evaluasi, dan revisi dan Tahap Implementasi Uji Coba II

Kriteria Hasil Analisis Data Kesimpulan

Kevalidan ο‚· Buku model

Rata-rata kevalidan isi 3,07 dan rata-rata kevalidan konstruk 3,41. Dengan demikian, skor rata-rata keseluruhan (𝑉𝑇) adalah 3,3 β‰₯ 3.

ο‚· Model valid dan dapat diujicobakan.

Berdasar hasil analisis data hasil Uji Coba II, model dan perangkat yang dikembangkan telah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Dengan demikian, model dan perangkat yang telah memenuhi ketiga kriteria ini selanjutnya disebut sebagai produk akhir pengembangan. Berikut ini contoh hasil kerja siswa pada Uji Coba II seperti yang disajikan pada Gambar 7 dan Gambar 8.

Gambar 7 Contoh Jawaban Salah Satu Anggota Kelompok di LKK 4 No.2

ο‚· Perangkat pembelajaran

οƒ˜ Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Skor rata-rata keseluruhan aspek (𝑉𝑇) adalah 3,21 β‰₯ 3. οƒ˜ Lembar Kerja Kelompok (LKK)

Skor rata-rata keseluruhan aspek (𝑉𝑇) adalah 3,48 β‰₯ 3.

ο‚· Perangkat

pembelajaran valid dan dapat

diujicobakan.

Kepraktisan ο‚· Keterlaksanaan Model

Skor rata-rata keseluruhan aspek dari seluruh pertemuan (𝑃 ) adalah 3, 656 β‰₯ 3, artinya tingkat keterlaksanaan 𝑇

model baik.

ο‚· Model praktis.

Keefektifan ο‚· Tingkat Penguasaan Bahan Ajar

οƒ˜ Tingkat penguasaan bahan ajar seluruh kelas, (𝑇𝑃) adalah 92,77 β‰₯ 80, artinya tingkat penguasaan bahan ajar seluruh kelas termasuk kategori baik.

οƒ˜ 100% siswa mempunyai tingkat penguasaan bahan ajar yang baik.

οƒ˜ Rata-rata skor pengamatan sikap seluruh siswa dari seluruh pertemuan 𝑋 = 20,74 > 20 artinya sikap siswa termasuk kategori sangat baik sehingga perlu dipertahankan.

ο‚· Persentase Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Rata-rata persentase tingkat kemampuan berpikir kreatif seluruh kelas, (πΎπ‘Ÿ) adalah 92,24% β‰₯ 80%, artinya tingkat kemampuan berpikir kreatif seluruh kelas termasuk kategori sangat kreatif.

ο‚· Aktivitas Siswa

Skor rata-rata keseluruhan aspek adalah 3,479 (2,5 ≀(𝑃 ) ≀ 3,5), termasuk kategori aktif. 𝑇

ο‚· Respon Siswa

Skor rata-rata dari seluruh indikator untuk seluruh siswa (𝑅 ) adalah 2,56 β‰₯ 2, artinya respon kelas termasuk 𝑇

positif.

Pada Gambar 7 menunjukkan jawaban salah satu anggota kelompok dalam menyelesaikan masalah di LKK 4 No. 2 pada Tahap Diskusi Kelompok seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Dalam menyelesaikan masalah tersebut, siswa menggunakan cara manual, yaitu mengalikan setiap suku dengan 8, kemudian menjumlahkan 6 suku yang telah diperoleh untuk memperoleh nilai 𝑆6. Untuk memudahkan siswa dalam memperoleh nilai 𝑆6, maka siswa menggolongkan bilangan-bilangan yang tepat sehingga dapat dihitung dengan mudah tanpa menggunakan kalkulator.

Gambar 8 Contoh Jawaban Salah Satu Anggota Kelompok di LKK 4 No.2

Pada Gambar 8 menunjukkan jawaban anggota yang lain dalam menyelesaikan masalah di LKK 4 No. 2 pada Tahap Diskusi Kelompok seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Pada Gambar 7 siswa menghitung nilai 𝑆6 dengan cara mengelompokkan ke bentuk yang lebih sederhana, sedangkan pada Gambar 8 siswa menggunakan cara yang lebih kreatif, yaitu dengan memanfaatkan konsep aljabar agar diperoleh bentuk yang lebih sederhana dan memudahkan siswa dalam menghitung nilai 𝑆6.

KESIMPULAN

Penerapan model GML Berbasis Open Ended yang dikembangkan dalam penelitian ini cukup efektif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil analisis persentase tingkat kemampuan berpikir kreatif seluruh siswa (πΎπ‘Ÿ) pada Uji Coba II yaitu 92,24% siswa masuk dalam kategori sangat kreatif. Dengan demikian, terbukti bahwa dampak instruksional dari Model GML adalah mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Dari proses pengembangan model pembelajaran Group Mentoring Learning (GML) Berbasis Open ended, pengembang memberikan saran kepada:

1. Guru

Sebaiknya guru selektif dalam memilih suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan. Guru sebaiknya berupaya mengalihkan peran mereka dalam pembelajaran, yang sebelumnya guru lebih berperan aktif (teacher centered) berubah menjadi siswa yang lebih berperan aktif (student centered). Oleh karena itu, guru sebaiknya memilih model

pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. 2. Peneliti lain

Penulis mengharapkan adanya pengembangan model beracuan kooperatif maupun konstruktivis lain untuk materi Barisan dan Deret atau materi-materi yang lain yang lebih inovatif, menarik, dan mudah untuk digunakan (usable). Model ini juga dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk melakukan pengkajian dan pengembangan yang lebih lanjut sehingga diperoleh model sejenis yang lebih baik. Adapun pengembangannya sebaiknya memperhatikan kelemahan-kelemahan model pembelajaran yang sudah ada.

3. Pengembang

Sebaiknya pengembang dari model ini memodifikasi atau menambahkan masalah-masalah open endedill-structured yang lebih variatif dan menarik motivasi belajar matematik siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Ardian. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Brainstorming untuk Meningkatkan Kreatifitas mahasiswa pada Matakuliah Praktik Fabrikasi. Laporan Hasil Penelitian. Yogyakarta: UNY Press.

Asβ€Ÿari. 2013. Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pelajaran Matematika: Seperti Apa Wujudnya?. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Himpunan Mahasiswa Jurusan Matematika β€œVektor” FMIPA UM, Oktober 2013.

Azis, R. 2010. Psikologi Pendidikan. Malang: UIN-Maliki Press.

Carberry, A.R. 2008. Learning by Teaching as a Pedagogical Approach and Its Implications on Engineering Education, (Online), (http://advances.asee.org/vol03/issue02/papers/aee-vol03-issue02-p15.pdf), diakses 22 Desember 2014.

F. Viseu & I.B. Oliveria. 2012. Open-ended task in the promotion of Classroom Communication in Mathematics. International Electronic Journal of Elementary Education, 4(2), 287-300.

Jonassen & Hung. 2008. All Problems are Not Equal: Implications for Problem-Based Learning. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 2 (2), 6-28.

Kemdikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 70 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK. Jakarta: Depdikbud.

Lee, Kang Sup; Hwang, Dong-jou & Seo, Jong Jin. 2003. A Development of the Test for Mathematical Creative Problem Solving Ability. Journal of the Korea Society of Mathematical Education Series D:Research in Mathematical Education, (7)3, 163-189. Osana, H., Lacroix, G., Tucker, B. J., & Desrosiers, C. (2006). The Role of Content Knowledge

and Problem Features on Preservice Teachersβ€Ÿ Appraisal of Elementary Tasks. Journal of Mathematics Teacher Education, 9(4), 347-380.

Parta, I Nengah. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri untuk Penghalusan Pengetahuan Matematika Mahasiswa Calon Guru melalui Pengajuan Pertanyaan. Disertasi. Tidak Dipublikasikan.

Plomp, Tj. (1997). Educational Design: Introduction. From Tjeerd Plomp (eds). Educational &Training System Design: Introduction. Design of Education and Training (in Dutch).Utrecht (the Netherlands): Lemma. Netherland. Faculty of Educational Science andTechnology, University of Twente.

Rohim, dkk. 2012. Penerapan Model Discovery Terbimbing pada Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Unnes Physics Education Journal, 1 (1): 1-5.

Saβ€Ÿdijah, Cholis. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruktivisme untuk Siswa SMP. Disertasi. Tidak Dipublikasikan.

Silver, E. A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Problem Posing. Zentralblatt fΓΌr Didaktik der Mathematik (ZDM) – The International Journal on Mathematics Education, 29(3), 75-80.

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud. Suprihatiningrum. 2013. Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Suyono, dkk. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

Thobroni & Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

PROSES KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMK PGRI 7

Dokumen terkait