• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Siklus I

Penelitian mengenai peningkatan kerjasama dan prestasi belajar siswa diuraikan sesuai tahapan prosedur penelitian tindakan kelas yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi tindakan.

a. Perencanaan

Berdasarkan data kondisi awal, peneliti menemukan dua masalah yang perlu ditingkatkan yaitu prestasi belajar dan kemampuan bekerjasama siswa pada pembelajaran Matematika. Selanjutnya peneliti berdiskusi dengan guru kelas untuk membantu guru memahami penerapan pendekatan PMRI untuk mengatasi masalah tersebut. Peneliti menyiapkan perangkat pembelajran yang meliputi silabus, RPP, LKS, dan soal evaluasi serta kunci jawaban dan kriteria penskoran dengan menggunakan pendekatan PMRI. Instrumen penelitian berupa lembar kuesioner, lembar pengamatan, dan soal ulangan harian. Selain itu, peneliti juga mempersiapkan kamera (camcorder) untuk mendokumentasikan kegiatan pembelajaran, dan menentukan kriteria keberhasilan penelitian bersama guru kelas.

b. Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran siklus I menggunakan pendekatan PMRI dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 18 Februari 2013 selama 3x40 menit (3JP), dengan materi perkalian pecahan menggunakan Pendekatan PMRI. Peneliti

bertindak sebagai observer yang mengamati dan mencatat aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Peneliti dibantu oleh guru kelas V, Katarina Sri Murwani, S.Pd. dan teman PPL, Sr. Liasna Tarigan, dalam mengamati dan mencatat aktivitas siswa selama melakukan kegiatan berkelompok. Ketika melakukan pengamatan, observer menggunakan lembar checklist dengan memberi tanda cek pada indikator perilaku yang muncul.

1) Pertemuan pertama

Pada pertemuan pertama ini, guru menggunakan media botol air mineral dan cerita kontekstual sebagai apersepsi sehingga memunculkan karakteristik konteks dan penggunaan model untuk matematika progresif. Kegiatan selanjutnya siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan tersebut bersama teman sebangku. Kegiatan ini menampakkan karakteristik interaktivitas. Setelah itu, guru dan siswa membahas hasil penyelesaian masalah yang ditemukan siswa (tampak interaktivitas). Guru menjelaskan cara penyelesaian dengan menggambar botol air mineral di papan tulis. Pada kegiatan ini terlihat penerapan karakteristik penggunaan model untuk matamatisasi progresif dan interaktivitas. Guru menjelaskan dengan cara penyelesaian masalah dengan penjumlahan berulang maka diketahui bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang sehingga tampak karakteristik interaktivitas.

Selanjutnya, guru mengajak siswa untuk mengubah satuan dari mililiter menjadi liter sehingga diperoleh bilangan pecahan (pada tahap

ini menerapkan karakteristik keterkaitan, penggunaan hasil konstruksi siswa, dan interaktivitas). Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan guru menjelaskan penyelesaian permasalahan (soal cerita) dengan cara mengalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut sehingga diperoleh hasil yang sama (pada tahap ini tampak juga karakteristik penggunaan hasil konstruksi siswa dan interaktivitas).

Setelah itu, guru memberikan soal kontekstual untuk dikerjakan secara berkelompok (masing-maing kelompok terdiri dari dua siswa). Pembagian kelompok berdasarkan teman sebangku (tahap ini memunculkan karakteristik interaktivitas, hasil konstruksi siswa, dan keterkaitan). Guru dan siswa membahas hasil kerja siswa dan melakukan penilaian. Guru merangkum inti pembelajaran bersama siswa (kegiatan ini menerapkan karakteristik interaktivitas dan hasil konstruksi siswa). Guru melakukan refleksi dan aksi serta tindak lanjut berupa PR. Guru menutup pembelajaran dengan meminta siswa untuk menyiapkan buku pelajaran selanjutnya.

2) Pertemuan kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Februari 2013 selama 3x40 menit (3JP) dengan materi perkalian pecahan menggunakan permaian domino. Kegiatan diawali dengan apersepsi mengulang pembelajaran hari sebelumnya mengenai perkalian pecahan. Kegiatan tersebut akan memunculkan karakteristik penggunaan hasil konstruksi siswa dan interaktivitas. Selanjutnya guru membahas PR dan melakukan penilaian. Guru kemudian memberikan soal kontekstual untuk

dikerjakan secara berkelompok. Dengan memberikan soal kontekstual dan kerja kelompok akan tampak penerapan karakteristik konteks, penggunaan hasil konstruksi siswa, keterkaitan, dan interaktivitas.

Setelah itu, guru membahas hasil kerja siswa bersama siswa. Guru membagi siswa menjadi lima kelompok sehingga dalam satu kelompok terdiri dari 4 dan 5 siswa dan menjelaskan peraturan permainan domino yang akan dilakukan. Kegiatan tersebut menerapkan karakteristik penggunaan hasil konstruksi siswa, penggunaan model untuk matematika progresif, dan interaktivitas. Pembagian kelompok dengan cara menghitung dari nomor satu hingga nomor lima lalu siswa berkumpul dengan siswa lain yang mendapat nomor yang sama. Kartu domino terdiri dari 25 pasang kartu yang harus disusun berdasarkan perkalian dengan hasil yang sama. Selanjutnya guru dan siswa membahas hasil permainan dan melakukan refleksi permainan.

3) Pertemuan ketiga

Pertemuan ketiga pada hari Jumat tanggal 22 Februari 2013 selama 2x40 menit (2JP) dengan kegiatan evaluasi (ulangan harian). Kegiatan diawali dengan menyiapkan siswa secara fisik dan psikis dan dilanjutkan dengan apersepsi dengan mengulang pembelajaran sebelumnya mengenai perkalian pecahan. Perkalian pecahan dapat dilakukan dengan cara penjumlahan berulang atau dengan mengalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Dengan kegiatan tersebut, pembelajaran menampakkan karakteristik penggunaan hasil konstruksi siswa dan interaktivitas.

Pada kegiatan guru memberikan soal kontekstual untuk dikerjakan siswa secara individu sebagai latihan, tampak karakteristik konteks, penggunaan hasil konstruksi siswa, dan interaktivitas. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan membahas hasil kerja siswa dan bertanya jawab mengenai hal yang belum dimengerti. Setelah itu, pembagian soal ulangan dan lembar jawab. Ketika siswa mengerjakan soal ulangan harian akan tampak karakteristik konteks, keterkaitan, dan penggunaan hasil konstruksi siswa. Setelah 60 menit, guru mengumpulkan pekerjaan siswa. Guru mengajak siswa untuk berefleksi dan membuat aksi.

c. Observasi

1) Pertemuan pertama

Guru mengawali pembelajaran dengan menyiapkan siswa serta memeriksa kehadiran siswa. Apersepsi yang digunakan dengan cerita kontekstual yaitu “Bu Rina membeli 6 botol air mineral. Setiap botol berukuran 250 mililiter, tetapi Bu Rina merasa kesusahan saat membawanya, maka Bu Rina bermaksud untuk menuang seluruh air ke dalam botol yang lebih besar ukurannya. Berapa botol yang dibutuhkan Bu Rina jika ukuran botol adalah liter?”. Bu Rn bertanya kepada siswanya: “apakah kalian bisa menjawabnya?”. Ttn, sedang terlihat mengambil pensil dan secarik kertas lalu menghitung hasilnya. Terdengar suara Ttn yang berkata kepada Bu Rn: “Bu, kan 250 mililiter itu sama dengan seperempat liter Bu.” Mendengar hal itu, guru berkata: “Iya pho? Nanti dulu... sekarang coba kerjakan soal ini dulu, nanti kita bahas soal

cerita tadi.” Guru menulis lima soal abstrak di papan tulis untuk dikerjakan secara individu. Melihat hal itu, peneliti langsung menyuruh guru untuk melanjutkan membahas penyelesaian cerita itu dan terlebih dulu memberi kesempatan pada siswa untuk menyelesaikannya dengan berkelompok (tampak karakteristik konteks dan interaktivitas). Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba menyelesaikan soal cerita pada apersepsi.

Melihat kejadian itu, terdengar suara siswa, “Welah..piye tho Bu? Marakke bingung!”. Guru menyuruh siswa segera menyelesaikan tugasnya dan tidak ramai. Lima menit kemudian, guru menyuruh siswa untuk memperhatikan penjelasan guru dan tulisan di papan tulis. Guru menggambar enam botol air mineral di papan tulis. Kegiatan ini menerapkan karakteristik interaktivitas, dan penggunaan model untuk matematika progresif. Guru menulis 250 mililiter di bawah gambar botol.

Guru menjelaskan dengan menjumlahkan 250 sebanyak 6 kali dan hasilnya 1500 mililiter. Guru menyuruh siswa untuk mengubah satuan mililiter menjadi liter sehingga diperoleh 1,5 liter (tampak keterkaitan). Guru bertanya: “Jadi berapa botol yang Ibu perlukan?”. Knc menjawab: “Lha itu ada setengah Bu, trus piye?”. Ttn menyahut: “Yo loro.. tur sek siji mung separo. Wong botole ukurane liter kok.” (ya berarti dua botol, tapi satu botol hanya terisi setengah, karena ukuran botolnya liter).” Bu Rn berkata: “Ya betul ada dua botol yang Ibu perlukan, kalau hanya satu botol berarti kurang. Coba Knc tuang air dari botol kecil, ukuran 250

mililiter ke dalam botol ukuran satu liter.” Kemudian Kcr berdiri, berjalan mendekati botol itu dan melakukan sesuai perintah Bu Rn.

Guru mengatakan bahwa Bu Rn membutuhkan dua botol ukuran 1 liter untuk menuang seluruh air dari enam botol berukuran 250 mililiter. Pada kegiatan tersebut telah menampakkan karakteristik interaktivitas, keterkaitan, pemanfaatan hasil konstruksi siswa, dan penggunaan model untuk matematika progresif. Kegiatan berikutnya, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya namun siswa mengatakan bahwa tidak ada pertanyaan.

Guru mengajak siswa untuk membuat kesimpulan dari penyelesaian tersebut. Guru mengatakan bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang (tampak interaktivitas). Guru kemudian memberi kesempatan kepada siswa jika ada siswa yang menemukan cara yang berbeda. Guru berkata: “ Nah, ada yang memiliki cara lain? Tadi Ttn sepertinya punya cara yang lain. Coba jelaskan!” Ttn kemudian menjelaskan dengan cara mengubah lebih dulu satuannya. Dua ratus lima puluh mililiter menjadi seperempat liter kemudian baru dikalikan enam, maka diperoleh 1,5 liter. Lebih lanjut Ttn mengatakan bahwa hasilnya sama.

Guru memperkuat jawaban Ttn dengan menjelaskan kembali langkah penyelesaiannya. Guru menulis di papan tulis bahwa 250 mililiter sama dengan lier sehingga dikalikan 6. Bilangan 6 kemudian diubah

menjadi pecahan biasa sehingga menjadi . Guru menulis lagi perkalian

dengan mengalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut, maka hasilnya . Dari hasil itu, guru meminta siswa untuk membantunya menyederhanakan. Siswa bersama-sama mengatakan bahwa hasilnya menjadi 1 . Guru mengajak siswa untuk

menyederhanakan lagi, sehingga menjadi atau 1,5, sehingga diperoleh hasil yang sama dari perhitungan sebelumnya.

Guru menanyakan kepada siswa mengenai kesimpulan penyelesaian tersebut. Ttn dan Rc mengatakan bahwa caranya dengan mengalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Guru memberi penguatan dengan berkata: “Ya betul.. Berarti perkalian itu merupakan penjumlahan berulang seperti contoh pertama tadi dan perkalian itu dapat diperoleh dengan cara mengalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut”. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, namun tidak ada siswa yang bertanya.

Selanjutnya guru memberikan soal kontekstual untuk dikerjakan secara berkelompok, masing-maing kelompok terdiri dari dua siswa. Pembagian kelompok berdasarkan teman sebangku (tahap ini memunculkan karakteristik interaktivitas, hasil konstruksi siswa, dan keterkaitan). Pada saat berkelompok, 100% dari 22 siswa terlihat membagi tugas sama rata dan 40% dari 22 siswa berpendapat dalam kerja kelompok. Selain itu tampak 13% dari 22 siswa mempertahankan pendapat; 68% dari 22 siswa saling bertanya; 50% dari 22 siswa menjawab pertanyaan teman

sekelompok; dan 59% dari 22 siswa menanggapi pendapat teman sekelompok.

Pada kegiatan ini pula terdapat 62% dari 22 siswa menanyakan maksud dari soal cerita dan cara penyelesaiannya. Guru menyuruh siswa untuk membaca dan memahami maksud soal terlebih dulu sebelum bertanya. Selain itu, terdapat 38% dari 22 siswa yang mengeluh karena harus menggunakan diketahui dan ditanyakan dalam menyelesaikan soal cerita namun guru tetap menyuruh siswa untuk menjawab menggunakan diketahui dan ditanyakan.

Kegiatan selanjutnya guru dan siswa membahas hasil kerja siswa dan melakukan penilaian. Kegiatan ini telah menampakkan penerapan interaktivitas dan pemanfaatan hasil konstruksi siswa. Setelah dilakukan pembahasan terdapat satu siswa dari 22 siswa, yaitu Prs, yang menghitung perkalian dengan menyamakan penyebut terlebih dulu. Selain itu, terdapat satu siswa lain dari 22 siswa yaitu Agg, yang belum dapat menentukan hal yang diketahui dan ditanyakan dalam soal. Selanjutnya, guru menerangkan kembali cara menyelesaikan soal tersebut setelah dilakukan penilaian. Setelah itu, guru merangkum inti pembelajaran bersama siswa yaitu perkalian dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan berulang serta mengalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Pada tahap ini tampak karakteristik PMRI yaitu hasil konstruksi siswa dan interaktivitas. Guru melakukan refleksi dan aksi serta tindak lanjut berupa PR.

2) Pertemuan kedua

Guru mengawali pembelajaran dengan menyiapkan siswa serta memeriksa kehadiran siswa. Guru melakukan apersepsi dengan mengulang materi sebelumnya mengenai perkalian pecahan yang diperolah dengan cara menjumlahkan berulang dan dengan cara mengalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Pada kegiatan ini terlihat karakteristik hasil konstruksi siswa dan interaktivitas. Kemudian guru bersama siswa membahas PR dan melakukan penilaian. Pada saat pembahasan, guru menegaskan dengan mengatakan bahwa jika melakukan perkalian tidak perlu menyamakan penyebut. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal yang belum dimengerti.

Tiga puluh lima persen dari 22 siswa menjawab tidak dan 50% siswa lain berbicara dengan teman, sedangkan 15% dari 22 siswa tidak menunjukkan reaksi apapun (diam). Guru memberikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan secara berkelompok dengan teman sebangku (kegiatan ini telah memperlihatkan penerapan konteks dan keterkaitan).

Lima menit kemudian guru meminta kelompok Jny dan Ln untuk menulis jawaban mereka di papan tulis. Guru meneliti hasil pekerjaannya dan hasilnya benar. Guru bertanya: ”Apakah ada kelompok yang menjawab dengan jawaban yang berbeda? Jika ada silahkan ditulis hasil yang benar dan berlatih lagi!” Saat itu, terdapat tiga kelompok (Why dan And; Prs dan Dst; dan Agl dan Trs) yang salah dalam menghitung dan mereka menulis jawaban yang benar buku mereka.

Guru menjelaskan kegiatan selanjutnya yaitu permainan domino. Melalui permainan domino, karakteristik penggunaan hasil konstruksi siswa, penggunaan model untuk matematika progresif, dan interaktivitas telah tampak penerapannya. Kartu domino tampak pada gambar 2.

Gambar 2. Kartu domino pecahan

Guru menyuruh And yang duduk di bangku paling belakang lajur kanan untuk menghitung dari nomor satu dilanjutkan Why dan seterusnya hingga monor lima. Setelah semua siswa mendapat nomor, siswa berkumpul dengan siswa lain yang mendapat nomor yang sama. Guru melihat anggota setiap kelompok dan memindah siswa pada kelompok tersebut. Kelompok merah terdiri dari Ard, Glg, Tr, dan Dst sedangkan kelompok kuning terdiri dari Prs, Ttn, Tfn, dan Agl. Guru menyuruh Ttn dan Glg bertukar kelompok sehingga kelompok kuning terdiri dari Prs, Glg, Tfn, dan Agl. Kelompok merah terdiri dari Ttn, Ard, Tr, dan Dst. Sedangkan kelompok ungu terdiri dari Ag, Rc, Jn, dan Ptr. Kelompok hijau terdiri dari Why, Mr, Arm, Ln, dan Sr. Kelompok biru terdiri dari By, Dc, And, Bg, dan Trs.

Setelah semua anggota kelompok tenang, guru menjelaskan peraturan permainan. Permainan dilakukan selama 40 menit, setiap anggota kelompok tidak boleh melihat hasil pekerjaan teman lain.

Selama permainan, hal-hal yang sering terlihat antara lain: siswa-siswa dalam kelompok bertanya mengenai kebenaran hasil hitungannya dan menyuruh teman sekelompok untuk menghitungnya kembali namun ada teman sekelompok yang tidak mau menghitung kembali karena dia belum menyelesaikan tugas yang menjadi bagiannya; anggota kelompok bertanya mengenai cara menghitung kepada anggota sekelompok dan teman sekelompok menjelaskan cara menghitung; dan siswa terlihat berhenti menghitung jika bilangan yang diperoleh tergolong besar. Selain itu, ketua kelompok biru cenderung mengingatkan anggotanya untuk segera menyelesaikan tugasnya dan tidak melihat kelompok lain. Sedangkan ketua kelompok merah relatif mengerjakan tugas yang menjadi bagiannnya sendiri. Guru melihat kegiatan yang dilakukan setiap kelompok dan memberi saran supaya teman lain menghitung lagi hasil yang sudah diperoleh.

Dari hasil pengamatan, terbukti bahwa 45% dari 22 siswa berpendapat dalam kerja kelompok; 50% dari 22 siswa menanggapi pendapat teman sekelompok; 68% dari 22 siswa bertanya kepada teman sekelompok; 68% dari 22 siswa menjawab pertanyaan teman sekelompok; dan 18% dari 22 siswa mempertahankan pendapat. Seletah 40 menit, terdapat dua kelompok yang belum dapat menyelesaikan permainan yaitu kelompok merah dan biru. Guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa dan media yang digunakan. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk berefleksi.

Guru bertanya mengenai pengalaman yang diperoleh pada permainan ini dan kesulitan yang ditemui. Ard, wakil kelompok merah, mengatakan

bahwa anggota kelompok merah kurang dapat diatur dan tidak sadar diri pada tugas kelompok. Anggota kelompok ada yang berjalan-jalan melihat kelompok lain padahal kelompoknya belum dapat menyelesaikan permainan. Lebih lanjut Ard mengatakan bahwa dirinya dan anggota kelompok kurang teliti dalam menghitung sehingga hasil perhitungannya yang salah, namun permainan domino juga menyenangkan daripada mengerjakan soal.

Kelompok kuning yang diwaliki oleh Prt mengatakan bahwa dia dan anggotanya kesulitan dalam menghitung dan memasangkan hasil yang sama. Wh, wakil kelompok hijau mengatakan bahwa anggota kelompoknya menderita karena bingung saat menghitung perkalian dan takut salah. Selain itu anggota kelompok hijau juga “mutungan” atau mudah menyerah saat kesulitan menghitung hasil perkalian dan memasangkan hasil yang sama dari perhitungan tersebut. Rc wakil dari kelompok ungu mengatakan bahwa anggota kelompoknya dapat membagi tugas dengan baik. Ketika salah satu anggota kelompok salah dalam menghitung, anggota yang lain bersedia membantu agar dapat menyelesaikan permainan dengan cepat dan tepat. Rc lebih lanjut mengatakan bahwa dia dan teman-temannya menjadi lebih dapat belajar mengalikan pecahan. Sedangkan Trs wakil dari kelompok biru mengatakan bahwa anggota kelompok biru kurang dapat bekerjasama. Terbukti saat anggota kelompok selesai mengerjakan tugasnya, mereka tidak bersedia membantu anggota lain yang belum selesai menghitung. Selain itu, menurut Trs, saat anggota salah dalam menghitung tidak mau

menghitung ulang dan justru memberikan hasil hitungannya kepada ketua kelompok sehingga kelompok biru tidak dapat menyelesaikan permainan.

Setelah melakukan refleksi, guru bertanya mengenai aksi yang akan dilakukan selanjutnya. Terdapat 80% dari 22 siswa mengatakan akan lebih giat belajar lagi dan 20% dari 22 siswa terlihat diam. Selanjutnya guru memberikan PR dan menyuruh siswa untuk belajar lagi karena esok hari akan diadakan ulangan harian.

3) Pertemuan ketiga

Observasi yang dilakukan peneliti pada pertemuan ketiga diperoleh hasil sebagai berikut: guru mengawali pembelajaran dengan menyiapkan siswa serta memeriksa kehadiran siswa. Terdapat satu dari 22 siswa yang tidak hadir karena sakit. Guru memberikan apersepsi dengan mengulang pembelajaran sebelumnya. Selanjutnya guru memberikan soal kontekstual untuk dikerjakan secara individu selama lima menit. Kegiatan ini terlihat penerapan karakteristik konteks dan keterkaitan. Seluruh siswa terlihat mengerjakan soal dengan tenang. Setelah lima menit, guru membahas penyelesaian soal bersama siswa.

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan tidak ada siswa yang bertanya sehingga guru menanyakan kembali mengenai cara perkalian. Seluruh siswa menjawab bahwa perkalian dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan berulang dan dengan cara mengalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Pada tahap ini, tampak karakteristik PMRI yaitu hasil konstruksi siswa dan interaktivitas.

Guru menyuruh siswa memasukkan buku ke dalam tas dan menyiapkan alat tulis (pena) kemudian guru membagikan soal ulangan dan lembar jawab kepada siswa. Selama ulangan berlangsung, 100% dari 21 siswa mengerjakan tanpa bertanya kepada teman sebangku, namun terdapat 23% dari 21 siswa yang bertanya kepada guru mengenai maksud soal. Setelah 40 menit, terdapat satu siswa dari 21 siswa yaitu Ttn yang menyelesaikan soal ulangan harian; terdapat dua dari 21 siswa (By dan Rc) yang menyelesaikan soal ulangan harian selama 54 menit dan 18 siswa dari 21 siswa menyelesaikan soal dalam waktu 60 menit. Setelah mengerjakan soal ulangan, guru mengajak siswa untuk berefleksi dan membuat aksi. Hasil ulangan harian siswa siklus I terdapat pada lampiran 19 halaman 193.

d. Refleksi

Berefleksi dari kegiatan siklus I yang sudah dilakukan, peneliti menemukan kekurangan dan kelebihan. Kelebihan yang terlihat dari guru adalah kemauan untuk menggunakan pendekatan pembelajaran baru yang belum pernah digunakan. Guru juga berusaha untuk mengajar dengan baik dan sesuai rencana yang disiapkan. Hal ini terbukti dengan guru mengajak berkomunikasi peneliti sebelum dan setelah melakukan pembelajaran. Siswa terlihat disiplin mengikuti pembelajaran dan permainan. Terbukti dengan seluruh siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan permainan dari awal hingga akhir dan tidak ada siswa yang meninggalkan kelas dalam waktu yang lama selama pelajaran berlangsung.

Siswa terlihat bekerjasama dengan baik. Hal ini didukung dengan hasil pengamatan yang menunjukkan 45% dari 22 siswa berpendapat dalam kerja kelompok; 50% dari 22 siswa menanggapi pendapat teman sekelompok; 68% dari 22 siswa bertanya kepada teman sekelompok; 68% dari 22 siswa menjawab pertanyaan teman sekelompok; dan 18% dari 22 siswa mempertahankan pendapat.

Karakteristik PMRI tampak pada kegiatan pembelajaran. Karakteristik konteks muncul pada cerita kontekstual saat apersepsi, lembar kerja siswa, dan soal evaluasi; karakteristik pemanfaatan hasil konstruksi siswa tampak ketika siswa menyelesaikan soal pada lembar kerja maupun soal evaluasi menggunakan cara yang mereka ketahui; karakteristik penggunaan model untuk matematika progresif terwujud pada penggunaan botol air mineral dan gambar-gambar pada soal cerita selama pembelajaran; karakteristik interaktivitas siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa muncul pada setiap kegiatan pembelajaran; dan karakteristik keterkaitan terwujud pada soal kontekstual, contohnya keterkaitan antara konsep bilangan dengan konsep geometri dan pengukuran tampak pada soal “Paman Dewa ingin memberikan pensil kepada 14 orang keponakannya. Setiap anak mendapat lusin pensil. Berapa buah pensil yang harus dibeli oleh paman Dewa?”.

Kekurangan itu antara lain, guru kelas belum mengetahui dan belum pernah menggunakan pendekatan PMRI dalam pembelajaran sebelumnya (Murwani, komunikasi pribadi, 2013) sehingga pada saat mengajar terlihat terbata-bata dalam berbicara dan menggunakan soal abstrak pada contoh soal. Terbukti guru mengulang cerita kontekstual yang disampaikan dan

terdiam beberapa menit serta bertanya kepada peneliti mengenai cerita yang digunakan pada pertemuan pertama.

Selain itu, guru masih cenderung menggunakan soal abstrak pada pembelajaran dan kurang membiasakan siswa untuk menyelesaikan masalah kontekstual. Menurut guru kelas, soal pada permainan domino terlalu banyak

Dokumen terkait