• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Siklus II

Data yang diperoleh dari tindakan pada siklus I belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian. Oleh sebab itu peneliti merencanakan siklus II. Pelaksanaan siklus II diuraikan sesuai tahapan prosedur penelitian yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi sebagai berikut: a. Perencanaan

Pada tahap perencanan, peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang telah diperbaiki dan divalidasi kembali berdasarkan refleksi siklus I. Pada siklus II materi berkaitan dengan pembagian pecahan. Media yang digunakan berupa pita warna. Perangkat pembelajaran siklus II yang meliputi silabus, RPP, bahan ajar, LKS, kisi-kisi soal UH, soal UH, serta kunci jawaban dan kriteria keberhasilan terdapat pada lampiran. Silabus terdapat pada lampiran 9 halaman 156, RPP dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 161, bahan ajar pada lampiran 11 halaman 171, dan LKS terdapat pada lampiran 12 halaman 175. Sedangkan kisi-kisi soal dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 181, soal UH terdapat pada lampiran 14 halaman 182, serta kunci jawaban dan kriteria penskoran pada lampiran 15 halaman 183.

Peneliti tetap berperan sebagai observer yang mengamati dan mencatat aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Peneliti dibantu oleh guru kelas V, Katarina Sri Murwani, S.Pd. dan teman PPL, Sr. Liasna Tarigan, dalam mengamati aktivitas siswa selama melakukan kegiatan berkelompok.

b. Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran siklus II menggunakan pendekatan PMRI dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Peneliti tetap bertindak sebagai observer yang mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran serta menggunakan camcorder untuk mendokumentasikan kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran diuraikan sebagai berikut:

1) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 6 Maret 2013 selama 3x40 menit (3JP). Pada pertemuan pertama ini, guru menggunakan media pita warna dan cerita kontekstual mengenai guru yang membeli pita lalu dipotong-potong sama panjang dan diberikan kepada murid-muridnya sebagai apersepsi. Pada kegiatan ini tampak penerapan karakteristik penggunaan konteks dan penggunaan model untuk matematika progresif.

Kegiatan selanjutnya siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan tersebut bersama teman sebangku. Kerja kelompok ini memperlihatkan karakteristik interaktivitas. Setelah itu, guru dan siswa membahas hasil penyelesaian masalah yang ditemukan siswa. Guru menjelaskan cara penyelesaian dengan menggambar pita yang dipotong-potong di papan tulis dengan pengurangan berulang maka diketahui bahwa pembagian merupakan pengurangan berulang.

Selanjutnya guru mengajak siswa untuk mengubah satuan dari meter menjadi desimeter sehingga diperoleh bilangan pecahan. Kegiatan mengubah satuan ini menerapkan karakteristik keterkaitan. Selanjutnya

guru memberikan soal kontekstual untuk dikerjakan secara berkelompok. Pembagian kelompok berdasarkan teman sebangku. Guru dan siswa membahas hasil kerja siswa dan guru melakukan penilaian. Guru mengajak siswa untuk merangkum inti pembelajaran. setelah itu, guru melakukan refleksi dan aksi serta tindak lanjut berupa PR. Guru mengakhiri pembelajaran matematika dengan meminta siswa menyiapkan buku pelajaran selanjutnya.

2) Pertemuan kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 7 Maret 2013 selama 3x40 menit (3JP) dengan materi pembagian pecahan menggunakan permaian rafly. Kegiatan diawali dengan apersepsi mengulang pembelajaran hari sebelumnya mengenai pembagian pecahan. Kegiatan apersepsi ini menunjukkan penggunaan karakteristik interaktivitas dan pemanfaatan hasil konstruksi siswa. Guru membahas PR dan melakukan penilaian kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Guru memberikan soal kontekstual dikerjakan secara kelompok lalu guru membahas hasil kerja siswa bersama siswa. Pada kegiatan ini, tampak karakteristik interaktivitas.

Guru membagi siswa menjadi empat kelompok sehingga dalam satu kelompok terdiri dari 5 dan 6 siswa dan menjelaskan peraturan permainan rafly yang akan dilakukan. Kegiatan kerja kelompok menampakkan karakteristik interaktivitas, penggunaan model untuk matematika progresif, dan pemanfaatan hasil konstruksi siswa. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk melakukan refleksi dan aksi serta tindak lanjut dengan memberi PR

dan menyuruh siswa mempelajari materi pembagian pecahan sebelum ulangan harian.

3) Pertemuan ketiga

Pertemuan ketiga pada hari Senin, tanggal 11 Maret 2013 selama 2x40 menit (2JP). Kegiatan diawali dengan menyiapkan siswa secara fisik dan psikis dan dilanjutkan dengan apersepsi dengan mengulang pembelajaran sebelumnya mengenai pembagian pecahan. Kegiatan apersepsi menunjukkan karakteristik penggunaan hasil konstruksi siswa dan interaktivitas. Kemudian, guru memberikan soal kontekstual untuk dikerjakan siswa secara individu sebagai latihan. Kegiatan ini memperlihatkan karakteristik konteks, penggunaan hasil konstruksi siswa, dan interaktivitas.

Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan membahas hasil kerja siswa dan bertanya jawab mengenai hal yang belum dimengerti. Setelah itu, pembagian soal ulangan dan lembar jawab. Pada saat mengerjakan ulangan harian, tampak karakteristik konteks, keterkaitan, dan penggunaan hasil konstruksi siswa. Setelah 60 menit waktu mengerjakan ulangan harian berakhir, guru mengumpulkan pekerjaan siswa. Guru bersama siswa melakukan refleksi dan aksi. Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberitahu pelajaran selanjutnya.

c. Observasi

1) Pertemuan pertama

Pengamatan dilakukan pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga pada siklus II. Pada pertemuan pertama, subjek penelitian adalah siswa kelas V

berjumlah 21 siswa (satu siswa tidak hadir karena sakit). Guru mengawali pembelajaran dengan menyiapkan siswa serta memeriksa kehadiran siswa. Guru menyampaikan apersepsi dengan cerita kontekstual yaitu “Bu Rina membeli pita sepanjang 14 desimeter. Pita itu dipotong-potong dengan ukuran 2 dm. Berapa jumlah pita yang berukuran 2 dm?”. Kegiatan ini menunjukkan penerapan karakteristik konteks, penggunaan model untuk matematika progresif, interaktivitas, dan keterkaitan.

Bu Rn mengambil pita yang telah dibawanya, kemudian dipotong-potong dan dibagikan kepada siswanya. Bu Rn bertanya kepada seluruh siswa: “Ada berapa siswa yang mendapat pita dari Ibu?”. Seluruh siswa menjawab serentak: “tujuh.” Guru bertanya lagi: ”Jika pita yang Ibu miliki ukurannya 1,4 meter, lalu Ibu memotongnya sepanjang 0,2 meter. Berapa pita berukuran 0,2 meter yang Ibu miliki?”. Kegiatan ini menerapkan karakteristik pengunaan konteks, interaktivitas, dan keterkaitan.

Guru memberi lembar kerja siswa untuk mencoba menyelesaikan soal cerita itu dengan teman sebangku. By bertanya kepada Bu Rn mengenai cara pembagian pecahan itu. “Bu, caranya pembagian pake koma itu gimana Bu? dikalikan sepuluh dulu?”, kata By. Guru menjawab: “Ya, bisa. Pake cara yang kalian bisa saja.” Ttn menyahut: “Bu, kan bisa dijadikan pecahan biasa dulu Bu, jadi persepuluh.” Guru menjawab: “Ya, bisa juga, terserah bagaimana cara yang kalian bisa, nanti kita bahas bersama.”

Setelah kurang lebih sepuluh menit siswa mencoba mengerjakan soal, guru menyuruh siswa untuk berhenti mengerjakan. Guru menyuruh By untuk menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis. By menulis penyelesaiannya

dengan cara mengalikan 1,4 dengan 10 sehingga diperoleh 14. By juga mengalikan 0,2 dengan 10 maka menjadi 2. Lalu By menghitung 14 dibagi 2 dan diperoleh hasil 7.

Setelah By selesai menuliskan pekerjaannya guru menyuruh Ttn untuk menuliskan hasil pekerjaannya di samping hasil pekerjaan By. Ttn menyelesaikan soal dengan mengubah pecahan desimal yaitu 1,4 menjadi pecahan persepuluh,

. Ttn juga mengubah 0,2 menjadi . Kemudian Ttn

menuliskan

: . Ttn membalik pecahan menjadi

. Selanjutnya Ttn

menulis

x

. Ttn memberi garis pada kedua bilangan 10 dan menuliskan bilangan satu di samping bilangan 10. Ttn juga memberi garis pada bilangan 14 serta menuliskan bilangan 7 di atas bilangan 14, selain itu Ttn juga memberi garis pada bilangan dua dan menulis bilangan 1 di bawah. Ttn menuliskan bilangan 7 sebagai hasilnya.

Guru melihat kedua hasil itu dan menanyakan kepada siswa-siswa mengenai cara pengerjaannya. Ln mengangkat tangannya sambil berkata: ”Saya Bu, saya mengerjakan dengan dikurangi.” Guru menyuruh Ln untuk menuliskan pekerjaannya di papan tulis. Ln menulis pecahan 1,4 dikurangi 0,2 dan hasilnya 1,2. pecahan 1,2 dikurangi lagi 0,2 sehingga hasilnya 1,0. Hasil itu dikurangi lagi 0,2 dan diperoleh 0,8. 0,8 dikurangi 0,2 maka hasilnya 0,6. 0,6 dikurangi 0,2 lalu diperoleh 0,4 dan 0,4 dikurangi 0,2 sehingga hasilnya 0. Ln lalu menghitung banyaknya 0,2 yang muncul dan menuliskan 7. Selanjutnya Ln menuliskan 1,4 : 0,2 = 7.

Guru menyuruh siswa untuk melihat ketiga penyelesaian itu. Guru menanyakan kesimpulan dari ketiga cara penyelesaian itu. Kcr menjawab bahwa hasilnya sama tetapi caranya berbeda. Guru memberi penegasan dengan berkata: ”Ya benar. Caranya berbeda tapi jawabannya sama.” Lebih lanjut guru mengatakan bahwa pembagian dapat diselesaikan dengan cara pengurangan berulang, bersusun, dan mengalikan dengan kebalikan dari bilangan pembaginya. Pada kegiatan ini, tampak penerapan interaktivitas dan pemanfaatan hasil konstruksi siswa.

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Prs menanyakan mengenai cara pembagian dengan mengalikan dengan kebalikan dari bilangan pembaginya. Guru menjelaskan kembali menggunakan tulisan Ttn yang masih terdapat di papan tulis. Guru berkata:”Pecahan desimal diubah dulu menjadi pecahan biasa. Jika ada satu bilangan di belakang koma maka saat dijadikan pecahan biasa berarti penyebutnya persepuluh.” Lebih lanjut guru berkata:”Setelah semua pecahan desimal diubah menjadi pecahan biasa, pecahan pembaginya dibalik dan tanda pembagian diubah menjadi tanda perkalian. Selanjutnya dihitung dengan mengalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut sama seperti saat kita mempelajari perkalian pecahan kemarin.” Guru menanyakan mengenai ada tidaknya pertanyaan lain, dan 75% dari 21 siswa menjawab tidak ada pertanyaan.

Selanjutnya guru memberikan soal kontekstual untuk dikerjakan secara berkelompok (masing-maing kelompok terdiri dari dua siswa). Tahap ini tampak karakteristik interaktivitas, hasil konstruksi siswa, dan keterkaitan. Pengamatan yang dilakukan peneliti selama siswa mengerjakan lembar kerja

siswa diperoleh data bahwa 45% dari 21 siswa menanyakan cara penyelesaian soal yakni bilangan mana yang menjadi pembagi dan bilangan mana yang akan dibagi. Guru memberi tahu bilangan yang menjadi pembagi dan yang dibagi.

Hal yang sama seperti siklus I diperlihatkan siswa pada siklus II yaitu terdapat 14% dari 21 siswa meminta agar tidak perlu menuliskan diketahui dan ditanyakan. Siswa mengatakan bahwa jika harus menulis diketahui dan dittanyakan menjadi lama namun guru tetap menyuruh siswa untuk menjawab menggunakan diketahui dan ditanyakan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 100% dari 21 siswa mengerjakan lembar kerja siswa; 50% dari 21 siswa perpendapat; 57% dari 21 siswa menanggapi pendapat teman sekelompok; 23% dari 21 siswa mempertahankan pendapat; 90% dari 21 siswa bertanya kepada teman sekelmpok; dan 90% dari 21 menjawab pertanyaan teman sekelompok.

Waktu 20 menit untuk mengerjakan lembar kerja siswa telah berakhir, maka guru menyuruh siswa untuk berhenti mengerjakan. Guru menunjuk Ptr, Tfn, Mr, dan Dc untuk mengerjakan hasil yang mereka kerjakan di papan tulis. Ptr menuliskan hasil soal nomor satu, Tfn menuliskan soal hasil nomor dua, Mr menuliskan hasil soal nomor tiga, dan Dc menuliskan hasil nomor empat. Kegiatan selanjutnya guru dan siswa membahas hasil kerja siswa dan melakukan penilaian. Kegiatan ini tampak penerapan karakteristik interaktivitas dan pemanfaatan hasil konstruksi siswa.

Guru merangkum inti pembelajaran bersama siswa yaitu pembagian dapat diperoleh dengan cara pengurangan berulang, bersusun, dan mengalikan

dengan kebalikan bilangan pembagianya. Kegiatan merangkum inti pembelajaran menerapkan karakteristik penggunaan hasil konstruksi siswa dan interaktivitas. Guru melakukan refleksi dan aksi serta tindak lanjut berupa PR. 2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan dua, terdapat satu siswa tidak hadir karena izin. Guru mengawali pembelajaran dengan menyiapkan siswa serta memeriksa kehadiran siswa. Guru melakukan apersepsi dengan mengulang materi sebelumnya mengenai pembagian pecahan yang diperolah dengan cara pengurangan berulang dan mengalikan dengan kebalikan dari bilangan pembaginya. Pada tahap apaersepsi tampak karakteristik penggunaan hasil konstruksi siswa dan interaktivitas. Guru memberi contoh soal cerita dan diselesaikan bersama siswa.

Setelah melakukan pembahasan soal, guru bersama siswa membahas PR dan melakukan penilaian. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal yang belum dimengerti. 50% dari 21 siswa menjawab tidak dan 35% dari 21 siswa berbicara dengan teman dan merapikan buku serta alat tulis di mejanya, sedangkan 15% dari 21 siswa diam. Guru memberikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan secara berkelompok dengan teman sebangku. Kerja kelompok ini memperlihatkan karakteristik penggunaan konteks, interaktivitas, dan keterkaitan. Setelah lima menit, guru meminta kelompok Sr dan Arm untuk menulis jawaban mereka di papan tulis. Guru memeriksa kebenaran jawaban itu lalu menyuruh siswa mengoreksi hasil pekerjaannya dan memberikan penilaian.

Guru menjelaskan kegiatan berikutnya yaitu permainan rafly pecahan. Guru memberitahu aturan permainan. Guru mengajak siswa untuk melakukan permainan di perpustakaan dan lesehan. Pembagian kelompok dengan cara mengambil undian kartu yang bertuliskan Ferrari, BMW, Toyota, dan Mercedes Benz. Siswa yang mendapat undian yang sama maka akan menjadi satu kelompok, sehingga setiap kelompok terdiri dari 5/ 6 siswa. Kelompok Ferrari terdiri dari Ttn, Rc, Ard, Agl, dan Bg. Anggota kelompok BMW yaitu Ln, Jn, And, Tfn, dan Dst, sedangkan kelompok Toyota terdiri dari Pts, Glg, Prs, Sr, dan Mr. Kelompok Mercedes Benz beranggotakan Dc, Trs, Arm, Wh, Ag, dan Tr.

Pada permainan, terlihat anggota kelompok Ferrari mengerjakan tugas sama banyak, sehingga setiap anggota mengerjakan enam soal dari 30 soal. Tn sebagai ketua memberi kesempatan anggota untuk memilih sendiri soal yang akan dikerjakan. Anggota kelompok saling bertanya mengenai penyelesaian soal yang dikerjakan. Anggota lain menjawab pertanyaan teman. Hal ini terbukti ketika Rc bertanya mengenai kebenaran penyelesaian soal, Ar menjawabnya. Anggota kelompok menghitung ulang jawaban teman yang kurang benar. Terbukti dengan Bg yang merasa tidak yakin dengan hasil yang diperoleh maka Agl menghitung ulang. Menurut guru kelas (Murwani, komunikasi pribadi, 2013), anggota kelompok Ferrari merupakan siswa yang rajin dan dapat bekerjasama. Setelah semua anggota selesai menghitung, mereka bekerjasama menentukan jalan yang akan dilewati pembalap menuju garis finnish.

Kelompok BMW yang beranggotakan Ln, Jn, An, Tf, dan Ds terlihat melakukan kerjasama saat melakukan permainan. Jn memberi tugas yang sama banyak pada setiap anggota. Setiap anggota mengerjakan soal yang menjadi tanggungjawabnya sendiri-sendiri. Ln bertanya mengenai cara penyederhanaan pecahan kepada Jn dan Jn menjawabnya. Tf mengingatkan Ds untuk tidak mengganggu kelompok lain dan segera menyelesaikan tugasnya. An terlihat termenung saat menghitung dan sesekali berhenti menghitung. Setelah semua anggota menyelesaikan perhitungan soal, Tf mengitung ulang soal yang dikerjakan An dan An menghitung ulang pekerjaan Ln. Ln menghitung ulang soal yang dikerjakan Ds dan Ds menghitung ulang pekerjaan Jn. Jn meneliti kembali hasi pekerjaan Tf. Selanjutnya mereka bersama-sama menentukan jalan dengan hasil pembagian yang sama.

Kelompok Toyota juga melakukan hal yang sama yaitu membagi tugas sama banyak. Setiap anggota mengerjakan soal bagiannya sendiri-sendiri, namun terlihat anggota saling bertanya mengenai kebenaran penyelesaian soal dan bentuk sederhana dari hasil pembagian itu. Anggota lain menjawab pertanyaan yang diajukan teman sekelompok. Gl, Mr, dan Pt setelah menyelesaikan soal yang menjadi tugasnya, mereka menghitung ulang hasil pekerjaan Pr. Sr dan Pt relatif sering mengingatkan temannya untuk segera menyelesaikan pekerjaannnya dengan teliti. Selanjutnya mereka berdiskusi menentukan jalan untuk mencapai garis finnish.

Kelompok Mercedes Benz membagi tugas sama banyak pada setiap anggota kelompok. Masing-masing anggota mengerjakan lima soal dari 30 soal karena kelompok Mercedes Benz terdiri dari 6 anggota. Setiap anggota

kelompok mengerjakan soal yang menjadi tanggung jawabnya sendiri-sendiri. Setelah selesai mengerjakan, Arm terlihat duduk menjauh dari kelompoknya dan melihat pekerjaan kelompok BMW. Arm terlihat mengajak berbicara Ln (anggota kelompok BMW). Guru mengatakan pada Arm untuk meneliti kembali hasil perhitungannya namun Arm tetap duduk di dekat Ln. Dc dan Wh terlihat membaca buku yang terdapat pada rak perpustakaan dan menyuruh Bg (anggota kelompok Ferarri) untuk ikut melihat buku bersama mereka karena kelompok Ferrari telah menyelesaikan permainan. Guru terlihat menyuruh mereka untuk tidak mengganggu kelompok lain dan menyuruh mereka membantu anggota kelompok yang belum menyelesaikan tugasnya.

Selain itu, Tr dan Trs terlihat cemberut melihat tingkah teman-temannya. Trs mengingatkan agar mereka membantunya untuk menemukan hasil yang sama, namun Arm, Dc, dan Wh tidak membantu. Ag mengingatkan teman- temannya untuk segera menyelesaikan permainan karena waktu permainan kurang lima menit. Trs menyuruh Dc, Wh, dan Ag untuk mengitung ulang karena belum ditemukan hasil yang sama. Dc, Wh, dan Ag mengatakan bahwa hasil perhitungannya benar dan menyuruh Tr dan Ar untuk menghitung ulang.

Dalam permainan ini, kelompok Ferrari dapat menemukan 12 kotak dengan hasil pembagian yang sama dengan jawaban yang benar sehingga menjadi kelompok pertama yang menemukan jalan menuju garis finnish. Kelompok Ferrari menyelesaikan permainan dalam waktu +27 menit. Setelah itu kelompok Toyota yang mampu meyelesaikan permainan dalam waktu +31 menit. Kelompok yang dapat menyelesaikan permainan selanjutnya adalah kelompok BMW dengan waktu +38 menit dan terakhir kelompok Mercedes

Benz dalam waktu +46 menit. Setelah memenuhi waktu yang diberikan guru dalam meyelesaikan permainan (45 menit), siswa kembali ke dalam kelas dan mempresentasikan hasil setiap kelompok. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk mengisi lembar refleksi dan aksi.

Guru memberikan PR dan menyuruh siswa untuk belajar lagi karena esok hari akan diadakan ulangan harian dengan materi pembagian pecahan. Dari hasil pengamatan, terbukti bahwa 80% dari 21 siswa perpendapat; 71% dari 21 siswa menanggapi pendapat teman sekelompok; 18% dari 21 siswa mempertahankan pendapat; 100% dari 21 siswa bertanya kepada teman sekelmpok; dan 90% dari 21 menjawab pertanyaan teman sekelompok.

3) Pertemuan ketiga

Observasi yang dilakukan peneliti pada pertemuan ketiga diperoleh hasil sebagai berikut: guru mengawali pembelajaran dengan menyiapkan siswa serta memeriksa kehadiran siswa. Guru memberikan apersepsi dengan mengulang pembelajaran sebelumnya. Selanjutnya guru memberikan soal kontekstual untuk dikerjakan secara individu selama lima menit (tampak penerapan karakteristik penggunaan konteks dan keterkaitan). Seluruh siswa terlihat mengerjakan soal dengan tenang. Setelah lima menit, guru membahas penyelesaian soal bersama siswa.

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan tidak ada siswa yang bertanya sehingga guru menanyakan kembali mengenai cara perkalian. Seluruh siswa menjawab bahwa perkalian dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan berulang dan dengan cara mengalikan pembilang dengan

pembilang dan penyebut dengan penyebut. Jawaban siswa menunjukkan karakteristik penggunaan hasil konstruksi siswa dan interaktivitas.

Guru menyuruh siswa memasukkan buku ke dalam tas dan menyiapkan alat tulis (pena) kemudian guru membagikan soal ulangan dan lembar jawab kepada siswa. Selama ulangan berlangsung, 100% dari 22 siswa mengerjakan tanpa bertanya kepada teman sebangku, namun terdapat 23% dari 22 siswa yang bertanya kepada guru mengenai maksud soal. Setelah 30 menit, terdapat satu dari 22 siswa menyelesaikan soal ulangan harian; terdapat empat dari 22 siswa yang menyelesaikan soal ulangan harian selama +40 menit; sembilan dari 22 siswa menyelesaikan soal dalam waktu +57 menit serta delapan dari 22 siswa menyelesaikan soal dalam waktu +65 menit. Ketika seluruh siswa telah mengumpulkan soal dan lembar jawaban soal ulangan harian, guru bersama siswa melakuka refleksi dan aksi. Guru mengakhiri pembelajaran dengan meminta siswa untuk mengisi kuesioner kerjasama.

d. Refleksi

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan sudah berjalan dengan baik karena tidak ditemui masalah atau kekeliruan proses PMRI seperti pada siklus I. Terbukti dengan guru tidak mengawali pembelajaran dengan soal abstrak namun menggunakan soal cerita. Kegiatan pembelajaran telah memunculkan karakteristik PMRI dan membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan kerjasama. Kerjasama siswa tampak pada setiap kegiatan berkelompok yaitu saat mengerjakan lembar kerja dan saat melakukan permainan rafly pecahan.

Karakteristik PMRI tampak terbukti pada hal-hal berikut: karakteristik konteks tampak dengan penggunaan soal kontekstual pada apersepsi, lembar kerja siswa,

dan soal evaluasi; karakteristik pemanfaatan hasil konstruksi siswa terlihat ketika guru meminta siswa menyelesaikan soal menggunakan cara yang mereka ketahui baik soal pada lembar kerja maupun soal evaluasi; karakteristik penggunaan model untuk matematika progresif terwujud pada penggunaan pita pada apersepsi dan gambar-gambar pada soal cerita; karakteristik interaktivitas terlihat pada setiap kegiatan pembelajaran baik interaktivitas siswa dengan gurumaupun siswa dengan siswa; dan karakteristik keterkaitan tampak penerapannya pada setiap soal kontekstual yang diberikan kepada siswa, contohnya keterkaitan antara konsep bilangan dengan konsep geometri dan pengukuran muncul pada soal “Satu gulung tali rafia panjangnya 4,8 meter akan dipotong menjadi 6 buah potongan yang sama panjang. Berapa desimeter (dm) panjang masing-masing tali itu?”.

Meskipun kegiatan pembelajaran sudah memunculkan kerjasama dan karakteristik PMRI, namun peneliti menyimpulkan ada hal yang perlu diperbaiki dari sikap guru yaitu guru relatif menuntun siswa dalam menyelesaikan soal sehingga siswa menjadi terbiasa bertanya tanpa mencoba menyelesaikannya terlebih dulu. Terbukti pada pertanyaan mengenai menentukan bilangan yang menjadi pembagi dan bilangan yang dibagi. Sikap guru tersebut juga terlihat pada saat siswa melakukan permainan dan guru memberi tahu trik dalam meyelesaikan permainan sebelum siswa mencobanya. Sikap guru tersebut jika sering diungkapkan maka akan menimbulkan dampak negatif bagi siswa seperti siswa menjadi tidak terbiasa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Peneliti juga berefleksi mengenai hal-hal yang telah dipersiapkan dan dilakukan. Peneliti sudah menyiapkan perangkat pembelajaran dengan baik. Hal

ini terbukti dengan hasil validasi yang tergolong sangat baik. Namun, peneliti perlu membuat perangkat pembelajaran yang lebih baik lagi yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik siswa sehingga mampu membuat kegiatan yang menarik dan bermakna. Observasi yang dilakukan peneliti juga memiliki kekurangan karena peneliti belum dapat mengobservasi setiap siswa dan guru

Dokumen terkait