• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simulasi pelayaran antara Jawa dan Madagaskar yang dilakukan Fitzpatrick dan Callaghan (2008)

Dalam dokumen Kemaritiman Nusantara (Halaman 84-90)

Kemungkinan Hubungan Jawa dengan Madagaskar 1. Bahasa

Peta 3. Simulasi pelayaran antara Jawa dan Madagaskar yang dilakukan Fitzpatrick dan Callaghan (2008)

Kemampuan masyarakat Jawa kuno dalam mengarungi samudera luas dibuktikan dengan adanya relief gambar kapal besar yang ada di dinding Candi Borobudur (McGrail 2001:301). Kapal tersebut merupakan angkutan besar yang membawa pengaruh Indonesia jauh mengarungi Samudera Hindia selama berabad-abad (Dick-Read 2006:32). Interpretasi ini telah dibuktikan oleh suksesnya pelayaran Philip Beale dengan kapal yang dibuat oleh para pelaut Kepulauan Kangeang secara tradisional tanpa besi dan tanpa mesin, kemudian diberi nama Samudera Raksa. Kapal ini merupakan replika dari kapal yang digambarkan dalam relief Borobudur dan diujicobakan pada tahun 2003 untuk berlayar sejauh 17.600 km dari Selat Sunda (Jawa) ke Madagaskar, kemudian melewati Tanjung Harapan untuk menuju Ghana (Dick-Read 2006:23-45).

Berdasarkan pada data tersebut di atas, maka dapat kita ketahui bahwa nenek moyang penduduk Nusantara telah akrab dengan Samudera Hindia paling tidak sejak awal milenium pertama Masehi. Pengamatan etnografi pada para pelaut tradisional

di pantai Baron (Gunung Kidul), bahwa mereka telah turun-temurun beradaptasi dan memiliki teknik khusus untuk berlayar di perairan dengan kondisi ombak yang tinggi dan pantai yang terjal. Untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, mereka berlayar menyusuri sepanjang pantai pada jarak agak jauh dari daratan yang masih berada dalam jangkauan penglihatan, sehingga terhindar terhempasan pada karang namun masih tetap memiliki pedoman arah. Saat ditemukan teluk yang cukup luas, landai dan aman untuk berlabuh, mereka akan berlayar langsung memotong dari tengah laut ke arah bagian tengah teluk tersebut.

Penutup

Madagaskar adalah salah satu daratan terakhir yang dicapai oleh manusia, dan proses penghuniannya adalah salah satu episode yang paling sedikit dipahami dalam periode prasejarah manusia. Meskipun lokasinya terletak di lepas pantai timur Afrika, namun bukti genetika, bahasa dan budaya membuktikan bahwa penduduk Madagaskar memiliki koneksi yang sangat erat dengan orang Indonesia. Fakta bahwa masyarakat penutur bahasa Austronesia telah menghuni Madagaskar memang sangat kuat. Pertanyaan selanjutnya adalah: Sejak kapan mereka menyeberangi Samudera Hindia? Siapa dan darimana mereka datang? Bagaimana rute yang mereka ambil? Apakah mereka menetap di daratan Afrika sebelum pergi ke Madagaskar? dan Apa yang memotivasi mereka?

Tulisan sederhana ini tentu tidak menjawab seluruh pertanyaan tersebut, namun lebih ditujukan untuk mendorong dilakukannya penelitian arkeologi maritim yang berwawasan regional di seluruh Indonesia. Cara pandang kita selama ini yang hanya tertarik dan berfokus pada perairan ”dalam” Nusantara yang cenderung tenang dan damai seharusnya juga perlu diubah. Sudah selayaknya kita menaruh perhatian yang lebih intensif pada perairan “luar” seperti Samudera Hindia di selatan Nusantara yang terkenal buas dan ganas, namun juga menjanjikan harapan akan penemuan yang menarik dan signifikan.

Penelitian arkeologi maritim di pesisir pantai bukanlah suatu penelitian tanpa kendala yang berarti. Salah satunya adalah proses pertambahan daratan (pantai) yang cepat oleh material alluvial akibat kegiatan vulkanik beberapa gunung berapi yang banyak bertebaran di Pulau Jawa. Untuk mencari situs-situs permukiman terbuka dari periode neolitik dan paleometalik di sekitar kawasan pantai, sebaiknya dibantu oleh bidang keilmuan lain. Geo-elektrik misalnya, berguna untuk membantu menemukan

garis pantai purba dan situs-situs arkeologis di pesisir pantai saat terjadinya aktivitas pelayaran dan perdagangan masa lampau pada sekitar awal abad Masehi. Selain itu, pembangunan database dan analisis laboratorium mengenai bahan baku artefak-artefak “import” berguna untuk mengetahui pola pertukaran antar kawasan yang terjadi pada masa tersebut.

Daftar Pustaka

Adelaar, Alexander. 1995. “Asian roots of the Malagasy: a linguistic perspective”, dalam Bijdragen tot de Taal-, Land-en Volkenkunde 3de Afl:325-356.

Adelaar, K. A. 2006. “The Indonesian migrations to Madagascar: making sense of the multidisciplinary evidence”, dalam Austronesian diaspora and the

ethnogenesis of people in Indonesian Archipelago. Proceedings of the

international symposium, hlm. 205-232.

Arikunto, Suharsini 2002, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineke Cipta.

Bellwood, Peter, and Peter Koon. 1989.”‘Lapita colonists leave boats unburned!’The question of Lapita links with Island Southeast Asia”, dalam Antiquity 63, No. 240:613-622.

Bellwood, Peter. 1995. Austronesian prehistory in Southeast Asia: homeland,

expansion and transformation. Canberra: ANU E Press.

Bellwood, Peter S. 2000. Prasejarah Kepulauan Indonesia-Malaysia. Gramedia Pustaka Utama.

Bellina, Bérénice. 2003.”Beads, social change and interaction between India and South-east Asia”, dalam Antiquity 77, No. 296:285-297.

Blench, R. 1991. “Ancient connections between Indonesia and Africa in the light of recent ethnobotanical evidence.”unpublished paper.

Blench, Roger. 2008. “The Austronesians in Madagascar and their interaction with the Bantu of the East African coast: Surveying the linguistic evidence for

domestic and translocated animals”, dalam Studies in Philippine Languages

and Cultures 18:18-43.

Blench, R. M., and Martin Walsh. 2009. “Faunal names in Malagasy: their etymologies and implications for the prehistory of the East African Coast”, dalam Proc. 11th Int. Conf. on Austronesian Linguistics (11 ICAL), Aussois,

France, 22-26 June 2009.

Blust, Robert. 1984. “The Austronesian homeland: a linguistic perspective”, dalam

Asian Perspectives 26, No. 1:45-67.

Brucato, Nicolas, Pradiptajati Kusuma, Murray P. Cox, Denis Pierron, Gludhug A. Purnomo, Alexander Adelaar, Toomas Kivisild, Thierry Letellier, Herawati Sudoyo, and François-Xavier Ricaut. 2016. “Malagasy genetic ancestry comes from an historical Malay trading post in Southeast Borneo”, dalam Molecular

Biology and Evolution 33, No. 9:2396-2400.

Cox, Murray P., Michael G. Nelson, Meryanne K. Tumonggor, François-X. Ricaut, and Herawati Sudoyo. 2012. “A small cohort of Island Southeast Asian women founded Madagascar”, dalam Proceedings of the Royal Society of London B:

Biological Sciences: rspb20120012.

Dahl, Otto Chr. 1951. Malgache et Maanjan: une comparaison linguistique. Vol. 3. A. Gimne.

Dahl, Otto C. 1991. Migration from Kalimantan to Madagascar: Otto Chr. Dahl. Vol. 82. Norwegian Univeristy Sic Press.

Diamond, Jared, and Peter Bellwood. 2003.”Farmers and their languages: the first expansions”, dalam Science 300, No. 5619:597-603.

Dick-Read, Robert. 2006. “Indonesia and Africa: questioning the origins of some of Africa’s most famous icons,” dalam TD: The Journal for Transdisciplinary

Research in Southern Africa 2, No. 1:23-45.

Fitzpatrick, Scott M., and Richard Callaghan. 2008. “Seafaring simulations and the origin of prehistoric settlers to Madagascar”, dalam Islands of Inquiry:

Colonisation, seafaring and the archaeology of maritime landscapes:47-58.

Horridge, G. Adrian. 1985. The prahu: traditional sailing boat of Indonesia. Oxford University Press, USA.

Jones A.M. 1971. Africa and Indonesia; the evidence of the xylophone and other

Kusuma, Pradiptajati, Murray P. Cox, Denis Pierron, Harilanto Razafindrazaka, Nicolas Brucato, Laure Tonasso, Helena Loa Suryadi, Thierry Letellier, Herawati Sudoyo, and François-Xavier Ricaut. 2015. “Mitochondrial DNA and the Y chromosome suggest the settlement of Madagascar by Indonesian sea nomad populations”, dalam BMC Genomics 16, No. 1:191.

Laurence B. R. 1968. “Elephantiasis and Polynesian origins”, dalam Nature, 219:53-6.

Mahdi, Waruno. 1999. “The dispersal of Austronesian boat forms in the Indian Ocean”, dalam Archaeology and Language 3:144-179.

Nitihaminoto, Goenadi. 2004. “Desa-desa kuno pantai Selatan Jawa”, dalam Berkala

Arkeologi 24 No.1. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta

Noerwidi, Sofwan. 2008. “Awal Pendaratan Austronesia di Pantai Utara Jawa Sebuah Prospek Melacak Nenek Moyang Etnis Jawa” Pertemuan Ilmiah Arkeologi XI, Surakarta.

Noerwidi, Sofwan. 2009. “Archaeological Research at Kendeng Lembu, East Java, Indonesia”, dalam Bulletin of the Indo-Pacific Prehistory Association 29:26-32.

---. 2012. “The significance of the Holocene human skeleton Song Keplek 5 in the history of human colonization of Java: a comprehensive morphological and morphometric study”, dalam International Master Thesis in Quaternary

and Prehistory (2012).

---. 2013. “Site Catchment Analysis of Neolithic Settlements in South Banyuwangi”, dalam Berkala Arkeologi 33, No. 1. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta

Noerwidi, Sofwan. 2013. “Chaîne Opératoire” Analysis of Stone Adze From Neolithic Workshop in South Banyuwangi”, dalam Berkala Arkeologi 33, No. 2:151-168. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta

Noerwidi, Sofwan dan Priyatno Hadi Sulistyarto. 2011. “Awal Kolonisasi Austronesia di Tenggara Pulau Jawa: Perspektif situs Kendenglembu“, dalam Amerta Vol. 29 No. 1:45-60. Jakarta: Puslitbang Arkenas.

Ricaut. 2015. “Mitochondrial DNA and the Y chromosome suggest the settlement of Madagascar by Indonesian sea nomad populations”, dalam BMC Genomics 16, No. 1:191.

Simanjuntak, Truman, Widiasmoro, and Harry Widianto. 1986. Laporan penelitian

arkeologi Limbasari. Proyek Penelitian Purbakala Jakarta, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Simanjuntak, Truman, ed. 2002. Gunung Sewu in Prehistoric Times. Gadjah Mada University Press.

Simanjuntak, Truman. 2015. “Progres Penelitian Austronesia Di Nusantara”, dalam

Amerta 33, No. 1:25-44.

Tanudirjo, Daud Aris. 2006. “The dispersal of Austronesian-speaking people and the ethnogenesis of Indonesian people”, dalam Austronesian Diaspora and the

Ethnogenesis of People in Indonesian Archipelago, LIPI Press, Jakarta, hlm.

83-98.

Tofanelli, Sergio, Stefania Bertoncini, Loredana Castrì, Donata Luiselli, Francesc Calafell, Giuseppe Donati, and Giorgio Paoli. 2009. “On the origins and admixture of Malagasy: new evidence from high-resolution analyses of paternal and maternal lineages”, dalam Molecular Biology and Evolution 26, No. 9:2109-2124.

Tryon, Darrell. 1995. “Proto-Austronesian and the major Austronesian subgroups”, dalam The Austronesians 19.

von Heine-Geldern, R. “Prehistoric Research in the Netherlands Indies (In the Memory of PVvan Stein Callenfels). 1945”, dalam Science and Scientists in

the Netherlands Indies:129-167.

Widianto, Harry. 1998. “Ekskavasi Ngrijangan: Karakter Teknologis dan Tipologis Artefak pada Perbengkelan Neolitik di Punung, Pacitan”. Berita Penelitian

Dalam dokumen Kemaritiman Nusantara (Halaman 84-90)