• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA

4.1 Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dalam Pelayanan

PelayananAdministrasiKependudukan

Sebagai penduduk warga Negara Indonesia, masyarakat mempunyai kewajiban untuk memiliki identitas diri dalam pendaftaran pendudukdan peristiwa penting lainnya dalam pencatatan sipil sebagai masyarakat yang tertib akan administrasi kependudukan. Dalam administrasi kependudukan pemerintah bertugas memberikan pelayanan publik untuk melayani masyarakat yang akan melakukan pendftaran penduduk dan pencatatan sipil.

Melakukan pendaftaran penduduk seperti penertiban kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), serta penerbitan Akta pencatatan sipil seperti akta kelahiran, kematian, perkawinan, dan perceraian dan menerbitkan dokumen peristiwa penting lainnya.

Dalam menjalankan tugas tersebut pemerintah perlu mengetahui tentang kondisi nyata masyarakat yang dinamis dengan beberapa permasalahannya. Salah satu permasalaham yang dihadapi masyarakat saai ini adalah masalah kependudukan seperti surat pindah karena seringnya pindah namun tidak melapor ke dinas kependudukan dan catatan sipil setempat karena masyarakat menganggap hanya sementara dan tidak perlu dilakukan perubahan dalam pencatatan.

Untuk menyikapi permasalahan kependudukan tersebut, pemerintah berusaha memperoleh data kependudukan yang akurat dan termutakhir untuk nenanggulangi masalah kependudukan nail ditingkat lokal maupun nasioanal. Data-data tersebut diperlukan untuk membuat program dalam rangka pengendalian jumlah penduduk serta pemerataan dan persebaran penduduk.

Pengelolaan pendaftaran penduduk di Kota Subulussalam merupakan suatu tanggung jawab pemerintah Kota Subulussalam dimana dalam pelaksanaanya diawali dari desa atau kelurahan sebagai ujung tombak pendaftaran penduduk dengan surat pengantar lalu diproses oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Subulussalam dengan membawa berkas-berkas yang diperlukan untuk pengurusan suatu pendaftaran penduduk atau untuk menerbitkan akta sipil atau peristiwa lainnya

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pelayanan administrasi kependudukan maka pemerintah mengeluarkan kebijakan pelayanan administrasi kependudukan dengan menggunkan Sisten Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).

Pelayanan administrasi melalui sistem SIAK ini didasari Undang-Undang Nomer 23 Tahun

2006 khusunya pasal 82 yang menyebutkan tentang Pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan dilakukan oleh Menteri.Pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan dilakukan melalui pembangunan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.Ketentuan lebih lanjut rnengenai Sistem informasi Administrasi Kependudukan diatur dengan Peraturan Pemerintah.Pengkajian dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kotadan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri

Pembangunan dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) bertujuanmewujudkan komitmen nasional dalam rangka menciptakan sistem pengenal tunggal,berupa NIK, bagi seluruh Penduduk Indonesia. Dengan demikian, data Penduduk dapatdiintegrasikan dan direlasionalkan dengan data hasil rekaman pelayanan PendaftaranPenduduk dan Pencatatan Sipil. Sistem ini akan menghasilkan data Penduduk nasionalyang dinamis dan mutakhir.Pembangunan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan denganmenggunakan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem jaringan komunikasi data yangefisien dan efektif agar dapat diterapkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia.

Pada Pasal 83 dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 ini menyebutkan bahwa Data Penduduk yang dihasilkan oleh sistem informasi dan tersimpan di dalam databasekependudukan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, seperti dalam menganalisadan merumuskan kebijakan kependudukan, menganalisa dan merumuskan perencanaan pembangunan, pengkajian ilmu pengetahuan. Dengan demikian baik pemerintah maupunnon pemerintah untuk kepentingannya dapat diberikan izin terbatas dalam arti terbataswaktu dan peruntukkannya

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013. Beberapa perubahan Undang-Undang ini memberikan dampak positif bagi masyarakat dan juga terhadap dinas itu sendiri karena pemerintah dituntut untuk lebih aktif memberikan pelayanan kepada masyarakantnya.

Adapun beberapa perubahan yang mendasar pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 adalah sebagai berikut:

1. Masa berlaku KTP Elektronik

Masa berlakunya KTP-el yang semula hanya berlaku 5 (lima) tahun diubah menjadi berlaku seumur hidup sepanjang tidak ada perubahan emelen data dalam KTP

2. Penggunaan Data Kementrian Dalam Negeri

Data Kependudukan Dalam Negeri yang bersumber dari data kependudukan kabupaten/kota merupakan satu-satunya data kependudukan yang digunakan untuk semua keperluan, mulai daari alokasi dana (termasuk untuk oerhitungan (DAU), pelayanan publik, perencanaan pembangunan, pembangunan demokrasi, penegakan hukum dan pencegahan kriminal

3. Pencetakan Dokument/Personalisasi KTP-el

Pencetakan Dokument/Personalisasi KTP-el yang selama ini dilakukan terpusat di Jakarta akan diserahkan kepada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten/Kota pada Tahun2014

4. Penerbitan Akta Kelahiran yang Pelaporannya Melebihi Batas Waktu 1 (satu) tahun Sebelumnya penerbitan tersebut memerlukan penetapan Pengadilan Negeri, namun cukup diubah dengan keputusan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota

5. Penerbitan Akta Pencatatan Sipil

Semula dilaksanakan di tempat terjadinya Peristiwa penting, di ubah menjadi penerbitannya di tempat domisili penduduk

6. Pengakuan dan Pengesahan Anak

Dibatasi hanya untuk anak yang dilahirkan dari perkawinan yang telah sah menurut hukum agama namunbelum sah menurut hukum negara. Pengesahana anak yang selama ini hanya dengan catatan pinggir di bah menjadi akta pengesahan anak.

7. Pengurusan dan Penertiban Dokumen Kependudukan Tidak Dipunggut Biaya (Gratis) Larangan untuk tidak dipungut biaya hanya semula hanya untuk penerbitan KTP-el, namun diubah menjadi untuk semua dokumen kependudukan seperti KK, KTP-el, Akta kelahiran, Kematian, Perkawinan, Perceraian, Pengakuan Anak dan yanglainnya 8. Pencatatan Kematian

Pelaporan Pencatatan Kematian yang semula menjadi kewajiban Penduduk, diubah menjadi kewajiban RT atau nama lain untuk melaporkan setiap kematian warganya kepaada instansi pelaksana. Pelaporan tersebut dilakukan secara berjenjang melalui RW atau Desa/ Kelurahan dan kecamatan. Dengan kebijakan ini diharapkan cakupan pencacatan ekamtian meningkat secara signifikan

9. Stelsel Aktif

Semula Stelsel Aktif diwajibkan kepada penduduk, diubah menjadi Stelsel Aktif diwajibkan kepada pemerintah melalui Petugas

10. Petugas Registrasi

Petugas Registrasi membantu Kepala Desa atau Lurah dan Instansi pelaksan dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil , petugas registrasi diangkat dan diberhentikan oleh bupati/walikota. Petugas regristrasi harus PNS, diubah diutamkan PNS

11. Pengangkatan Jabatan Struktural pada Unit Kerja Administrasi Kependudukan

Pejabatan Struktural pada Unit Kerja yang menangani administrasi kependudukan diProvinsi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Dalam Negeri atas usulan Gubernur. Pejabatan Struktural pada Unit Kerja yang menangani administrasi kependudukan diKabupaten/Kota diangkat dan diberhentikan oleh Meneteri Dalam Negeri atas usulan Bupati/walikota melalui.

12. Pendanaaan Program dan Kegiatan Adminduk dibebankan pada APBN

Pendanaan untuk penyelenggaraan program dan kegiatan administrasi kependudukan, baik diprovinsi maupun kabupaten/kota dianggarkan dalam APBN dan mulai pada APBN-P pada tahun 2014, dengan demikian berati sebelum tersedia APBN-P tahun 2014, pendanaanya masih tetap menggunakan APBD

13. Penambahan Saksi

Setiap ornag yang memerintahkan/ memfasilitasai/ manipulasi data kependudukan atau elemen data penduduk dipidana dengan pidana penajara paling lama 6 tahun atau denda paling banyak Rp. 75.000.000. Setiap pejabat dan petugas pada desa/kelurahan, kecamatan, UPTD, instnasi pelaksana yang memerintahkan atau memfasilitasi pungutan biaya kepda penduduk dalam pengurusan dan penertiban dokumen kependudukan dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun atau denda paling banyak Rp. 75.000.000. Setiap orang atau Badan Hukum yang tanpa hak mencetak, menerbitkan atau mendistribusikan dokumen kependudukan dipidana dengan pidana penjara paling lam 10 tahun atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000.

Dokumen terkait