• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR DI DAERAH IRIGASI JATILUHUR

2.5. Sistem Operasi dan Prosedur Operasional Waduk Jatiluhur

rekomendasi dan arahan, dan (5) memaksimumkan profit dan membantu memperoleh benefit berdasarkan prinsip bisnis, serta menjamin keberlanjutan aset pemerintah dan keberlanjutan pelayanan publik.

2.5. Sistem Operasi dan Prosedur Operasional Waduk Jatiluhur

Perkembangan sosial ekonomi kota Jakarta setelah 50 tahun DI Jatiluhur dibangun menyebabkan perubahan permintaan air, terutama pada wilayah Tarum Barat sebagai penyuplai air wilayah tersebut. Peningkatan permintaan air diiringi dengan peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan yang mencemari lahan dan air di wilayah Tarum Barat.

Pertumbuhan ekonomi berakibat pada meningkatnya pemakaian lahan untuk pemukiman dan air permukaan sepanjang saluran Tarum Barat. Perluasan wilayah pemukiman yang juga disebabkan peningkatan jumlah penduduk, berakibat pada rusaknya berbagai sarana penyaluran air, dan pengalihan air secara berlebihan dan tidak teratur. Kegiatan ekonomi telah berakibat pada peningkatan erosi yang menyebabkan pendangkalan saluran sehingga menurunkan debit aliran.

Sektor pertanian dalam hal ini kelompok tani atau petani dalam mempersiapkan input usahataninya berdasarkan pada proporsi lahan yang akan ditanami, curah hujan dan air yang akan dialokasikan serta intensitas tanam. Meskipun curah hujan sulit untuk diperkirakan dan hanya sekitar 80 persen air hujan efektif yang dapat digunakan. petani sangat bergantung pada ketersediaan air di saluran irigasi. Banyaknya air yang akan dialokasikan ditetapkan oleh Panitia Tata Pengaturan Air (PTPA).

Perkiran curah hujan berdasarkan pada data historis 4 atau 5 tahun yang lalu, sehingga seringkali curah hujan aktual melebihi angka perkiraan yang berakibat pada kelebihan suplai air atau sebaliknya dibawah angka perkiraan

yang berakibat terjadinya kekurangan air. Apabila terjadi kelebihan suplai air dapat dilakukan penyimpanan atau mengurangi jumlah yang dikeluarkan dari waduk tetapi apabila terjadi kekurangan menyebabkan jumlah air yang disuplai lebih besar dari yang direncanakan sehingga mempengaruhi ketersediaan air di waduk.

Selama musim kering (bulan Mei sampai dengan September) tahun berjalan, Organisasi Pemakai Air merencanakan areal yang akan ditanami dan intensitas tanam, dimulai pada bulan Oktober dan akan berakhir pada bulan September tahun berikutnya. Komisi Irigasi Tingkat Provinsi mengesahkan rencana yang diajukan Organisasi Pemakai Air. Pemberian air berdasarkan pada evapotranspirasi, faktor tanaman, perkolasi dan tergantung pada hujan efektif (80 persen) dan efisiensi saluran pada masing-masing wilayah Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). PPTPA pada tingkat DAS mendiskusikan rencana dan merekomendasikan kesimpulannya pada Gubernur bersama dengan rencana alokasi air untuk pengguna lainnya seperti PLTA, munipical dan industri termasuk Jakarta.

Perubahan alokasi areal yang akan ditanami secara substansial akan merubah jumlah air yang akan dialokasikan. Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang alokasi air tiap tengah bulanan merupakan dasar rekomendasi pada setahun mendatang. Keputusan Gubernur tersebut diteruskan kepada PJT II yang menanggapinya dengan membuat instruksi operasional sistem pengelolaan sumberdaya air, yang disebut Keputusan Direktur PJT II. PJT II menyalurkan air dari Waduk Juanda dan menyalurkan ke Bendung Curug untuk diteruskan melalui Kanal Tarum Utara, Tarum Barat dan Tarum Timur.

Keputusan Gubernur menetapkan alokasi air selama 12 bulan menjadi instruksi kepada PJT II untuk pengoperasian waduk, bendung dan saluran induk. PJT II membagi wilayah kerjanya dalam 5 sub wilayah yang disebut divisi, yakni

23

1. Divisi I, yang dialiri oleh Saluran Induk Tarum Barat mencakup Kabupaten dan Kota Bekasi.

2. Divisi II, yang dialiri Saluran Induk Tarum Timur mencakup Kabupaten Subang dan Indramayu.

3. Divisi III, yang dialiri Saluran Induk Tarum Utara mencakup Kabupaten Krawang.

4. Divisi IV, Stasiun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). 5. Divisi V, mencakup wilayah disebelah hulu Waduk Juanda.

Divisi membagi wilayahnya menjadi beberapa seksi, yang mencakup suatu wilayah pengamatannya, tugasnya meliputi operasional bendung, pintu air dan banyaknya air yang disalurkan. Total pintu sadap dan pembagi pada saluran primer dan sekunder masing-masing berjumlah 15.10 ribu buah dan 895 buah. sedangkan total pintu sebanyak 1.10 ribu buah. Operasional dan tanggung jawab pada saluran tersier menjadi tanggung jawab dari Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Banyaknya P3A di wilayah Tarum Barat. Timur dan Utara masing-masing sebanyak 570.69 ribu dan 900 buah. P3A cukup menjamin efektifitas operasional.

Sistem operasional yang dilakukan PJT II dalam menyalurkan air dari Waduk Juanda, pengendalian ketinggian air dilakukan di Bendung Curug dan menyalurkannya melalui pompa ke saluran induk Tarum Barat dan Tarum Timur maupun melalui pengaturan pintu air ke Tarum Utara. Pengaturan tinggi muka air guna penyaluran air ke Tarum Utara cukup hanya dengan pengaturan pintu air di Bendung Walahar. Pusat operasional PJT II cepat dalam menanggapi kebutuhan air di wilayah hilir dan mengatur sistem penyaluran air setiap hari. Data curah hujan yang terjadi akan mempengaruhi operasional yang dilakukan, yakni dengan mengubah jumlah air yang disalurkan ke hilir. Prosedur penyaluran yang dilakukan PJT II dapat dilihat pada skema diatas (Gambar 1).

Gambar 1. Skema Prosedur Operasional Waduk Juanda

Air irigasi ditambah dengan curah hujan efektif dapat memenuhi kebutuhan tanaman padi. Berdasarkan data dari PJT II, dalam satu tahun terdapat 120 sampai dengan 130 hari hujan, dengan curah hujan 18 mm sampai dengan 20 mm atau 2.40 ribu mm per tahun. Sebidang sawah yang menerima air hujan, kelebihan airnya akan dialirkan ke sawah lainnya pada hari berikutnya. Air yang diterimanya akan mencukupi kebutuhannya dalam sehari dengan asumsi setiap harinya air yang dibutuhkan sebanyak 5 mm sampai dengan 10 mm per hari. Berdasarkan data dari PJT II, bahwa sejak turun hujan sampai digunakan membutuhkan waktu paling lama 3 hari, hari pertama menerima air hujan, hari kedua mengalirkannya dan hari ketiga mengkonsumsinya.

KANTOR WADUK

JUANDA KANTOR DIVISI-DIVISI PJT II PDAM

BENDUNG CURUG STASIUN CURAH TMA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DIVISI OPERASI INSTRUKSI T M S PUSAT OPERASI PJT II PPTPA KOMISI IRIGASI GUBERNUR SKEP AREAL IRIGASI