• Tidak ada hasil yang ditemukan

RATIO LEGIS PEMBUKTIAN SEDERHANA DALAM HUKUM ACARA KEPAILITAN

D. Perbedaan Pembuktian Gugatan Perdata dan Pembuktian Sederhana Hukum Kepailitan Hukum Kepailitan

2. Sistem Pembuktian Secara Konvensional

Menyimak pengertian sistem yang dikemukakan oleh Shorde dan Volch sebelumnya bahwa suatu sistem dapat berarti entitas atau satuan dan dapat berupa metode atau prosedur. Demikian juga hukum pembuktian diyakini mempunyai sistem tersendiri seperti bidang hukum lain termasuk sistem hukum acara perdata.

Pada umumnya sistem pembuktian hukum acara perdata yang dipraktikkan di pengadilan adalah sistem konvensional yang tanpa putusan sela untuk menentukan beban pembuktian. Dalam sistem pembuktian konvensional, Penggugat membuktikan dalil-dalil gugatannya dan Tergugat membuktikan dalil-dalil bantahannya. Jika Tergugat mengajukan gugatan balas (rekonvensi)

262Mencari kebenaran materil ini diimplemetasikan melalui Pasal 183 KUHAP.

Secara teorikal dikenal dengan Negatief Wettelijke Bewijs Theorie. Putusan hakim tentang perbuatan terdakwa didasarkan minimal adanya 2 alat bukti yang sah ditambah adanya keyakinan hakim bahwa terdakwalah yang melakukan perbuatan yang didakwakan oleh Penuntut Umum.

(Lilik Mulyadi, Seraut Wajah Putusan Hakim dalamHukum Acara Pidana Indonesia, Perspektif , Teori, Praktik, Teknik Membuat dan Permasalahannya, PT. Citra Adytia Bakti, Bandung, 2014, hlm. 123 dan M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Sinar Grafika, Edisi Kedua, Jakarta, hlm. 348).

maka sekaligus Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi membuktikan gugatan rekonvensinya tersebut.

Prosesnya tentu setelah sidang dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum (kecuali undang-undang menentukan harus dinyatakan tertutup seperti perkara perceraian) maka Ketua Majelis Hakim mulai memeriksa identitas para pihak atau jika dikuasakan kepada kuasa hukum dengan memeriksa surat kuasa.

Bersamaan dengan itu Majelis Hakim memeriksa surat panggilan sidang (relaas).

Jika salah satu pihak tidak hadir di persidangan maka panggilan diulang lagi untuk kedua kalinya dengan memperhitungkan waktu yang cukup dan untuk itu sidang diundur. Bagi pihak yang sudah hadir maka ia tidak dipanggil lagi dan Ketua Majelis Hakim memberitahukan kepadanya agar ia datang lagi ke persidangan berikutnya dengan tidak dipanggil lagi. Pemberitahuan dari Ketua Majelis Hakim merupakan panggilan resmi bagi pihak yang sudah hadir pada persidangan berikutnya.263

Jika pada hari sidang berikutnya Tergugat sudah dipanggil secara sah dan patut tetapi tetap tidak hadir dan tidak pula mewakilkan kepada seorang kuasa untuk hadir di persidangan maka Majelis Hakim dapat mengambil putusan dengan mengabulkan gugatan Penggugat kecuali gugatan tersebut melawan hak atau tidak beralasan.264

Menurut M.Yahya Harahap ketentuan Pasal 125 HIR/Pasal 149 RBg ayat 1 tentang verstek tersebut penerapannya tidak bersifat imperatif. Majelis Hakim tidak mutlak menjatuhkan putusan verstek dalam hal Tergugat sudah dipanggil secara sah dan patut oleh Juru Sita. Dalam hal ini Majelis Hakim masih

263Lihat Pasal 126 HIR/Pasal 150 RBg tentang panggilan untuk kedua kalinya.

264Lihat Pasal 125 HIR/Pasal 149 RBg tentang Verstek.

berpeluang memanggil Tergugat untuk panggilan berikutnya.265 M. Yahya Harahap menambahkan bahwa tidak ada batasan pemanggilan berikutnya menurut Pasal 126 HIR/Pasal 150 RBg tetapi harus ada batas toleransi pemanggilan yaitu batas minimal dan maksimal. Batas minimal pemanggilannya adalah 2 (dua) kali dan maksimalnya 3 (tiga) kali. Dengan pamanggilan sidang yang ketiga kali ini jika Tergugat tetap tidak hadir di persidangan sedangkan panggilan sudah sah dan patut maka sifat fakultatif verstek berubah menjadi imperatif sehingga Majelis Hakim tidak perlu lagi memanggil Tergugat untuk keempat kalinya.266

Ketika pada sidang berikutnya para pihak sudah hadir di persidangan maka Majelis Hakim tidak langsung menyuruh Penggugat membacakan surat gugatannya tetapi menerangkan kepada para pihak untuk menempuh prosedur mediasi terlebih dahulu sebagaimana yang dianjurkan oleh Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016. Di sini para pihak bebas memilih seorang mediator yang sudah bersertifikat. Mediator yang dipilih boleh dari luar pengadilan yang sudah bersertifikat atau dari lingkungan Pengadilan Negeri yaitu para hakim atau pegawai pengadilan yang sudah pernah mengikuti pelatihan mediasi dan bersertifikat. Dalam Praktiknya seorang mediator yang dipilih oleh para pihak selalu seorang hakim di Pengadilan Negeri yang bersangkutan.

Sidang diundur selama 30 (tiga puluh) hari ke depan menurut ketentuan PERMA dan dapat diperpanjang oleh mediator setelah mendapat persetujuan dari Ketua Majelis. Penentuan tanggal jadwal bagi mediator ini oleh Ketua Majelis

265Lihat Pasal 126 HIR/Pasal 150 RBg tentang panggilan berikutnya sebelum dijatuhkan putusan verstek.

266M.Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Op.cit. hlm. 390.

diperlukan untuk menentukan tanggal sidang berikutnya. Hal ini memang diperlukan guna mengisi register perkara elektronik yang harus diisi secara sistemik. Register elektronik ini biasa disebut Case Tracking System (CTS)atau Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP). CTS memuat informasi perkara mulai dari pendaftaran hingga putusan dan minutasi. CTS dapat diunduh (downloaded) oleh publik yang memerlukan informasi perkara.

Hasil mediasi akan dilaporkan oleh Mediator kepada Ketua Majelis melalui Panitera Pengganti dalam Majelis Hakim perkara yang bersangkutan.

Laporan mediator dibuat dengan surat laporan mediator yang memuat hasil mediasi diberi tanggal dan ditandatangani oleh Mediator. Laporan mediator dilampiri dengan Surat Pernyataan berhasil/gagal mediasi yang ditandatangani oleh para pihak baik Penggugat atau Tergugat pribadi (principal) maupun kuasa hukumnya serta mediator yang bersangkutan.

Jika mediasi berhasil maka perkaranya dapat dicabut oleh Penggugat atau dibuatkan akta van dading disertai dengan putusan Pengadilan Negeri.

Sifat putusan ini adalah final dan mengikat (final and binding), in kracht van gewisjde, sehingga mempunyai sifat eksekutorial tanpa ada upaya hukum lagi.267 Tetapi jika mediasi tidak berhasil maka perkaranya dilanjutkan dengan perintah kepada Penggugat untuk membacakan surat gugatannya.

Jika gugatan tetap seperti semula sebagaimana ketika didaftarkan di kepanitraan maka kepada Tergugat diminta untuk menjawab gugatan penggugat tersebut pada hari tersebut atau pada hari sidang berikutnya. Tergugat sudah dapat

267Lihat Pasal 130 HIR/Pasal 154 RBg/Pasal 1858 KUH Perdata.

menjawab gugatan pada hari itu karena pada saat pemanggilan untuk sidang pertama oleh Juru Sita sekaligus diberikan satu set gugatan Penggugat kepada Tergugat dengan keterangan kepada Tergugat untuk menjawabnya.268

Sebelum putusan dijatuhkan oleh Majelis Hakim persidangan akan berlangsung dengan acara jawab-jinawab, yaitu setelah gugatan lalu jawaban, Replik (tanggapan Penggugat atas jawaban), Dupilik (tanggapan Tergugat atas Replik)269 lalu dilanjutkan dengan pembuktian oleh para pihak. Tiap acara persidangan seperti tersebut di atas diundur ke persidangan berikutnya tidak harus satu minggu, tetapi bisa diundur 3 (tiga) hari atau bahkan 1 (satu) hari karena para pihak sudah hadir di persidangan walaupun hal ini jarang dilakukan.

Pengunduran yang lazim adalah 3 (tiga) hari atau satu minggu.

Dalam sistem pembuktian konvensional setelah acara jawab-jinawab maka Ketua Majelis Hakim langsung memerintahkan para pihak untuk membuktikan dalil-dalil gugatan atau membantah dalil pihak lawan tanpa dibuat putusan sela.

Kedua belah pihak diperintahkan untuk mengajukan alat buktinya masing-masing.

Biasanya dimulai dari bukti surat (schrijftelijke beijs, written evidence, Pasal 164 HIR/Pasal 284 RBg/1866 KUH Perdata)yang diperintahkan kepada Penggugat terlebih dahulu setelah itu disusul pembuktian dengan mengajukan saksi-saksi.270

Setelah penyerahan alat bukti yang diajukan oleh penggugat disusul penyerahan alat bukti yang dilakukan oleh Tergugat baik alat bukti surat maupun saksi-saksi. Dalam praktiknya dan demi efisiensi waktu maka bukti surat dari

268Pasal 121 Ayat (2) HIR/Pasal 145 Ayat (2) RBg.

269 Ketentuan Replik dan Duplik diatur dalam Pasal 115 RV. Pasal 115 RV berbunyi:

”Setelah jawaban diberikan dalam persidangan, maka Pengacara Penggugat diberi kesempatan untukmengajukan jawabannya kembali (Replik) yang dapat dijawab lagi oleh Pengacara Tergugat (Duplik)”

270Lihat Pasal 139- 152 dan Pasal 162-172 HIR, Pasal 165-179 RBg dan Pasal 306-309 RBg serta Pasal 1895 dan Pasal 1902-1908 KUH Perdata.

Tergugat dapat diserahkan secara bersamaan dengan pemeriksaan saksi-saksi yang diajukan oleh Penggugat.

Pada saat pembuatan konsep putusan akan dipertimbangkan beban pembuktian kepada siapa yang lebih adil untuk dibebankan apakah kepada Penggugat atau Tergugat dengan merujuk kepada ketantuan Pasal 163 HIR/Pasal 283 RBg/Pasal 1865 KUH Perdata. Dalam hal ini tidak ada putusan sela tentang beban pembuktian. Putusan sela mungkin saja ada tetapi dalam konteks lain, misalnya Tergugat mengajukan eksepsi yang menyangkut kewenangan hakim dan dikabulkannya eksepsi baik secara absolut271 maupun relatif.272Dapat juga terjadi masuknya pihak ketiga dalam gugatan yang sedang berlangsung baik voeging273, tussenkomst274 maupun vrijwaring275 ataupun dikabulkannya putusan provisional dalam perkara Penggugat dan Tergugat.

271Kompetensi absolut adalah wewenang suatu badan pengadilan dalam memeriksa jenis perkara tertentu yang secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan peradilan lain, baik dalam lingkungan peradilan yang sama (Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi) maupun dalam lingkungan peradilan lain (Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama). Lihat Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Op.cit. hlm. 57.

272Kompetensi relatif adalah menyangkut wilayah hukum pengadilan yang sejenis yaitu menyangkut distribusi kekuasaan kehakiman, misalnya menyangkut domisili Tergugat Pasal 118 HIR/Pasal 142 RBg, dan mengenai benda tidak bergerak/tanah yaitu yang berwenang adalah Pengadilan tempat di mana tanah itu terletak (Pasal 142 Ayat 5 RBg).

273Voeging adalah ikut sertanya pihak ketiga ke dalam perkara perdata yang sedang berlangsung antara Penggugat dan Tergugat. Pihak ketiga ini memilih salah satu pihak dan biasanya memilih pihak Tergugat demi kepentingan hukumnya sendiri.

274Toessenkomst (interventie)adalah ikut sertanya pihak ketiga untuk ikut dalam proses suatu perkara yang sedang berlangsung dengan alasan ada kepentingan hukumnya terganggu dalam perkara antara Penggugat dan Tergugat. Apabila permohonan intervensi dikabulkan maka ada dua perkara yang diperiksa secara bersama-sama yaitu gugatan asal dan gugatan tussenkomst (intervensi).

275Vrijwaring (garansi, penanggungan atau pembebasan) adalah penarikan pihak ketiga untuk bertanggung jawab (untuk membebaskan Tergugat dari tanggung jawab Penggugat).

Vrijwaring diajukan dengan suatu permohonan dalam proses pemeriksaan oleh Tergugat secara lisan atau tertulis. Masuknya pihak ketiga ke dalam proses yang sedang berlangsung adalah secara terpaksa bukan karena keinginan pihak ketiga tersebut. Dapat ditambahkan bahwa lembaga-lembagahukum Voeging,Toessenkomst (interventie) dan Vrijwaring tidak diatur dalam HIR/RBg.

Tetapi dalampraktiknya ketiga lembaga hukum ini dapat dipergunakan dengan berpedoman pada Pasal 279-282 RV untuk voeging dan Toessenkomst dan Pasal 70-76 untuk Vrijwaring. (Lihat Buku