• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pengelolaan Sampah di Kawasan Perdesaan

III 102 Fungsi pendukungnya perdagangan dan jasa, perkebunan.

B. Sistem Pengelolaan Sampah di Kawasan Perdesaan

Sistem pengelolaan sampah di kawasan perdesaan dapat dilakukan dengan cara menimbun dan membakar, mengingat kawasan perdesaan kecenderungannya masih tersedia cukup luas lahan pekarangan. Pada sisi lain di kawasan perdesaan kecenderungannya didukung dengan lahan budidaya pertanian yang cukup luas, maka keberadaan sampah tersebut dapat diolah menjadi kompos (pupuk organik) yaitu dengan cara memisahkan jenis sampah yang dapat diuraikan bakteri (dimanfaatkan untuk kompos) dan sampah yang tidak dapat diuraikan bakteri (proses dibakar).

Untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih, maka diperlukan adanya sistem pengelolaan limbah khusus yang dihasilkan oleh setiap KK. Dalam penanganan limbah khusus rumah tangga diperlukan pengembangan fasilitas sanitasi. Upaya penanganan permasalahan limbah khusus rumah tangga dibedakan menurut wilayah perkotaan dan perdesaan.

a) Pada wilayah perkotaan pengembangan sanitasi diarahkan kepada pemenuhan fasilitas septic tank pada masing-masing KK; serta

b) Pada wilayah perdesaan penanganan limbah khusus rumah tangga dapat dikembangkan fasilitas sanitasi pada setiap KK serta fasilitas sanitasi umum.

RPIJM KABUPATEN ENDE

III - 106

Tabel 3.27 Arahan RTRW Kabupaten Ende Untuk Bidang Cipta Karya Tahun 2011-2031

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

a. Memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup. b. Menetapkan kawasan budidaya untuk

pemanfaatan sumberdaya alam di darat maupun di laut secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah yang sesuai dengan kemampuan daya dukung lingkungannya.

a. Strategi penataan ruang dilaksanakan melalui pengembangan sistem perkotaan dan pembagian WP yang sesuai dengan daya dukung sumber daya alam dan daya tampung lingkungan hidup.

b. Pengembangan perkotaan dan perdesaan dilaksanakan dalam kesatuan sistem hirarki kota agar berfungsi sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan.

c. Pembagian WP dilakukan dengan membentuk struktur ruang wilayah demi tercapainya keseimbangan, keserasian dan keharmonisan dalam pelaksanaan pembangunan sehingga tidak terjadi ketimpangan pembangunan antar wilayah. d. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur

dan sarana permukiman perkotaan dan perdesaan untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada seluruh lapisan masyarakat.

e. Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan akses masyarakat terhadap ketersediaan energi listrik dan jaringan telekomunikasi.

f. Pengembangan kawasan strategis dilakukan dengan mengembangkan wilayah-wilayah yang diprioritaskan untuk mengakomodasi perkembangan sektor-sektor strategis melalui penyiapan dan pengembangan penataan ruang kawasan.

RPIJM KABUPATEN ENDE

III - 107

Page I - 107 Peta 3.2 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Ende

RPIJM KABUPATEN ENDE

III - 108

Page I - 108 Peta 3.3. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Ende

RPIJM KABUPATEN ENDE

III - 109

3.1.3.3. Ketentuan Zonasi Bagi Pembangunan Prasarana Sarana Bidang Cipta Karya

Ketentuan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang, serta disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang.

Ketentuan zonasi merupakan pembagian lingkungan kota kedalam zona-zona dan menetapkan pengendalian pemanfaatan ruang yang berbeda-beda. Setiap zona bisa mempunyai aturan yang seragam mengenai guna lahan, intensitas dan massa bangunannya atau bisa juga satu zona berbeda dengan zona lainnya. Dalam sistem zonasi, aturan ditetapkan terlebih dahulu. Ijin pembangunan yang sesuai dengan aturan dapat langsung diterbitkan tanpa harus melalui penilaian (review).

Sistem zonasi ini ditujukan untuk beberapa hal sebagai berikut : a. Mengatur kegiatan yang boleh ada pada suatu zona.

b. Menerapkan pemunduran bangunan di atas ketinggian tertentu agar sinar matahari jatuh ke jalan dan trotoar, sehingga sinar dan udara mencapai bagian dalam bangunan.

c. Pembatasan besar bangunan di zona tertentu agar pusat kota menjadi kawasan yang paling intensif pemanfaatan ruangnya.

Peraturan zonasi sistem wilayah meliputi indikasi arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang dan pola ruang, yang terdiri atas :

a. Struktur ruang dan sistem perkotaan; b. Sistem jaringan prasarana wilayah; dan c. Kawasan lindung dan budidaya.

1. Ketentuan Zonasi Untuk Struktur Ruang dan Sistem Perkotaan

Ketentuan zonasi untuk sistem perkotaan wilayah dan jaringan prasarana wilayah meliputi :

a. Zonasi pemanfaatan ruang di sekitar jaringan prasarana wilayah untuk mendukung berfungsinya sistem perkotaan wilayah dan jaringan prasarana wilayah terdiri dari kegiatan di kawasan lindung dan budidaya sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan; b. Pelarangan melakukan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap

berfungsinya sistem perkotaan wilayah dan jaringan prasarana wilayah;

c. Pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar tidak mengganggu fungsi sistem perkotaan wilayah dan jaringan prasarana wilayah; dan

d. Peraturan zonasi untuk PKL disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi berskala kabupaten yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya.

2. Ketentuan Zonasi Untuk Sistem jaringan Prasarana Wilayah

Ketentuan zonasi pada jaringan sarana prasarana lingkungan meliputi persampahan dan sanitasi lingkungan.

RPIJM KABUPATEN ENDE

III - 110

 Pemanfaatan ruang di sekitar lokasi TPA harus memperhatikan jarak aman dari kegiatan lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; dan

 Pemanfaatan ruang pada sekitar jaringan persampahan harus memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan lingkungan dan meminimalisasi kemungkinan terkena dampak.

b. Ketentuan zonasi pada jaringan sarana prasarana sanitasi meliputi:

 Pemanfaatan ruang diwajibkan mempertimbangkan penyediaan sanitasi dan mendukung pengembangan sistem pengelolaan sanitasi wilayah; dan

 Pemanfaatan ruang di sekitar lokasi instalasi pengelolaan limbah harus memperhatikan dampak yang akan timbul dari kegiataan pengelolaan.

3. Ketentuan Zonasi Kawasan Lindung dan Budidaya

Ketentuan zonasi untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya disusun dengan memperhatikan :

a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan dan penelitian tanpa mengubah bentang alam;

b. Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang membahayakan keselamatan umum; c. Pembatasan pemanfaatan ruang di sekitar kawasan yang telah ditetapkan sebagai

kawasan rawan bencana alam; dan

d. Pembatasan pemanfaatan ruang yang menurunkan kualitas fungsi lingkungan.