• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGATURAN

C. Tinjauan Umum Tentang UU No. 23 Tahun 2002 Tentang

2. Sistematika UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Salah satu kelemahan dari undang-undang ini adalah tidak jelasnya mekanisme acara perlindungan anak. Karena kita tidak mempunyai sistem peradilan anak secara khusus, maka hukum acaranya diserahkan pada sistem peradilan umum. Meskipun demikian, undang-undang perlindungan anak mempunyai mekanisme yang diatur sebagai berikut:

Perlindungan dalam undang-undang ini dipahami sebagai “perlindungan”

secara umum, yaitu: “Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi” (Pasal 1 ayat 2).71

Selain itu ada yang disebut “perlindungan khusus”, yaitu: “Perlindungan yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi

71 Lihat Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan, perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan pelantaran” (Pasal 1 ayat 15)72

72Ibid

Undang-undang ini tidak memberikan mekanisme perlindungan yang jelas dan disistematisir. pihak-pihak yang memberikan perlindungan, selain lembaga dan aparatur hukum (kejaksaan, kepolisian, kehakiman) serta Departemen Sosial, masyarakat, dan KPAI tidak ada yang lebih spesifik. KPAI diberikan tugas untuk mensosialisasikan undang-undang ini, mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, dan evaluasi, dan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak. Selain itu, ia diminta untuk memberikan laporan, saran dan masukan pada presiden.

Tugas yang sangat umum ini tidak memberikan petujuk mengenai bagaimana menangani persoalan perlindungan anak sehari-hari yang terjadi dimasyarakat.

Selain itu, undang undang ini tidak memberikan petunjuk bagaimana pihak-pihak yang memberikan perlindungan tersebut harus berkoordinasi dengan kewenangan-kewenangan yang jelas. Artinya, undang-undang perlindungan anak tidak memberikan kerangka sistemik bagi perlindungan anak.

BAB III

PELAKSANAAN PERWALIAN TERHADAP ANAK ASUH YANG KEDUA ORANG TUANYA MASIH HIDUP

A. Sejarah dan Latar Belakang Pendirian Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution

Yayasan Perawatan Penitipan Bayi Medan didirikan atas anjuran Bapak Menteri Sosial yang datang berkunjung ke kantor Dinas Sosial Tk. II pada Juli 1958. Bapak Menteri sangat terkejut pada masa itu, didapatkannya keberadaan 9 (Sembilan) orang bayi di kantor Dinas Sosial Tk. II Medan. Secara langsung Menteri bertanya kepada Bapak Kepala Dinas sebab keberadaan bayi tersebut.73

Kadinsos (Bapak Bahran Tais) menceritakan bahwa bayi-bayi tersebut dihantarkan oleh polisi dan masyarakat dikarenakan tidak adanya keluarga atau sanak family yang berkenan memelihara mereka. Dalam kesempatan yang sama Bapak Kepala Dinas Sosial mengeluh atas kesulitan yang dihadapi. Kesulitan mendasar yang sangat dirasa yaitu untuk mengurusi atau merawat bayi-bayi ini sembari memohon petunjuk atas solusi permasalahan yang ada.74

Bapak Menteri menginstruksikan langsung pada Gubernur agar kiranya Sumatera Utara dibentuk suatu Yayasan yang dapat memelihara dan merawat bayi. Selanjutnya Yayasan ini hendaknya dijalankan oleh para ibu-ibu Pengurus Organisasi Wanita dijajaran Sumatera Utara. Apa yang diharapkan dalam hal ini adalah, bahwa ketika pelaksanaan Yayasan dilakukan langsung oleh para ibu, maka diyakini anak-anak tidak akan merasa kehilangan kasih sayang dari seorang

73 Profil Panti Asuhan Yayasan Perawatan & Penitipan Bayi Ade Irma Suryani Nasution

74 Ibid

ibu.

Instruksi ini ditindak lanjuti langsung oleh Gubernur Sumatera Utara dengan pelaksanaan pada waktu itu ada 2 (dua) orang anggota Komisi Kesra DPRD Tk. I Sumatera Utara (Nyonya Rasimah Ilyas dan Nyonya Tobing) pada 14 Agustus 1958 persis belakang 3 hari pada tanggal 17 Agustus 1958 yayasan dimaksud sudah selesai dibentuk dan diberi nama Yayasan Perawatan Peinitipan Bayi Sumatera Utara berdomisili di Medan dan telah selesai diaktekan pada tanggal 30 September 1958. Berdasarkan hasil rapat pengurus pada tanggal 05 February 1966 diubah menjadi Yayasan Perawatan dan Penitipan Bayi “ADE IRMA SURYANI NASUTION”.75

a. 0-5 tahun : 14 orang

Yayasan ini didirikan diatas sebidang tanah Hak Guna Bangunan seluas 11.396 m2 (sebelas ribu tiga ratus sembilan puluh enam meter persegi) di jalan Teuku Cik Ditiro No. 110 Medan Sumatera Utara yang sampai saat ini memiliki anak asuh sebanyak 62 orang dengan perincian usia sebagai berikut:

b. 6-12 tahun : 32 orang c. 13-18 : 16 orang

Dengan rincian tingkat pendidikan sebagai berikut:

a. TK : - b. SD : 32 orang c. SMP : 8 orang d. SMA : 8 orang

75 Ibid

Dengan sejumlah bangunan yang didirikan yaitu:

Gambar sket:

Keterangan:

A. Kantor Yayasan, B. Gudang, C. Ruang Makan, D. Kamar Bayi, E. Ruang Belajar, F. Kamar anak asuh, G. Musholla, Lantai 2 beberapa kamar anak asuh.

Yayasan ini memiliki struktur organisasi sebagai berikut, yaitu:

Pembina Ibu Hj. Tursina Darwis dan Ibu Hj. Rustina Adenin, Ketua Ibu Hj.

Hendrati, SH, Sekretaris Ibu Hj. Nursiah Abdullah dengan wakil sekretaris Ibu Iriana.OK.R, Bendahara Ibu Hj. Cut Aisyah, Pengawas dengan Bapak Febriansyah Mirza, SH, Bapak Drs. Yusran Idris Harahap, Pegawai Ibu Tuti Suryani, Ibu Wulandari Harahap, AMF, Ibu Zulfida dan Bapak Khalid Sulaiman, S.Pd.

Dalam melaksanakan tugas-tugas dan fungsi Panti Asuhan diperlukan tenaga- tenaga sebagai berikut:

1. Tenaga struktural, yaitu pejabat yang akan melaksanakan tugas-tugas organisasi dalam Panti Asuhan.

G

B

C

F E

D

A

2. Tenaga non struktural, yaitu para staf yang diperlukan untuk membantu melaksanakan tugas pimpinan unit-unit organisasi.

3. Tenaga fungsional, yaitu tenaga-tenaga profesional yang bertugas melaksanakan fungsi bimbingan dan pembinaan serta ketrampilan kerja anak asuh.

Dalam pengelolaan fisik Panti Asuhan, Kepala Panti Asuhan dibantu oleh tenaga yang mengatur bidang rumah tangga/asrama, gizi dan kesehatan, ketertiban dan keamanan dan tata usaha. Sedangkan dalam pembinaan anak-anak asuh Kepala Panti Asuhan dibantu oleh tenaga pengasuh, tenaga pendidik/ ahli dan pekerja sosial. Mekanisme kerja yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:76

1. Kepala Panti Asuhan bertanggung jawab atas terselenggaranya pelayanan sosial di dalam Panti Asuhan.

2. Urusan tata usaha bertanggung jawab untuk melaksanakan urusan kepegawaian dan keuangan, serta urusan dalam.

3. Unit identifikasi bertugas menyusun perencanaan, pelayanan dan pemeliharaan fisik.

4. Unit asuhan bertangung jawab melaksanakan asuhan, pendidikan, pembinaan mental spiritual dan latihan ketrampilan.

5. Unit penyaluran melaksanakan kegiatan penyaluran dalam masyarakat.

B. Visi, Misi dan Tujuan

76 Wawancara dengan Ibu Iriana selaku wakil sekretaris Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution Pada Tanggal 03 November 2016

Panti Asuhan merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan Departemen Sosial yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak terlantar agar mereka dapat tumbuh kembang secara wajar baik rohani, jasmani maupun sosialnya. Panti Asuhan diharapkan mampu melaksanakan kuasa asuh atas anak yang diartikan sebagai kekuasaan orang tua untuk mengasuh, mendidik, memelihara, membina, melindungi, dan menumbuh kembangkan anak sesuai dengan agama yang dianutnya dan kemampuan, bakat, serta minatnya. Sehingga dalam kehadirannya suatu Panti Asuhan diharapkan mampu memberikan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan demi perkembangan jiwa yang baik bagi para anak asuhnya. Untuk menciptakan suasana tersebut dibutuhkan suatu program kerja tertentu dalam menjalankan sebuah Panti Asuhan.

Berangkat dari niatan baik atas permasalahan yang dihadapi sosial masyarakat khususmya di Medan Sumatera Utara, didirikanlah Yayasan sosial ini dengan tujuan:

1. Turut serta berpartisipasi dalam meningkatkan kesejahteraan umum, membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan khususnya memelihara dan merawat bayi-bayi terlantar, fakir miskin dan yatim piatu.

2. Turut serta berpartisipasi dalam pembangunan bangsa dan negara terutama dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang makmur baik dalam material maupun spiritual serta berbudi pekerti luhur.

3. Turut serta berperan aktif dalam mendidik putra-putri dalam pendidikan yang formal maupun nonformal.77

77 Profil Panti Asuhan Yayasan Perawatan & Penitipan Bayi Ade Irma Suryani Nasution

Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution memiliki beberapa kegiatan pokok diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menyantuni anak asuhan.

2. Memberikan pendidikan formal dan ketrampilan di luar jam sekolah.

3. Memberikan bimbingan rohani.

4. Melatih untuk bisa melayani sesama.

Berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang ada, Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution memiliki beberapa fungsi antara lain:

a. Pusat pelayanan kesejahtaraan sosial.

1. Penyantunan.

Upaya untuk mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak asuh agar tercapai pemeliharaan fisik, penyesuaian sosial dan psikologis.

Mencakup kombinasi berbagai disiplin (keahlian), teknik, metode dan fasilitas pelayanan. Bersifat komprehensif meliputi penyuluhan sosial dan bimbingan kepribadian, latihan kerja serta upaya penempatan.

2. Perlindungan.

Upaya untuk menghindarkan anak asuh dari keterlambatan perkembangan pribadi, perlakuan kejam dari pihak lain maupun ekspoitasi oleh orang tua atau para pihak yang tidak bertanggung jawab.

3. Pencegahan.

Upaya untuk menekankan pada perbaikan lingkungan sosial anak asuh dengan tujuan menghindarkan anak asuh dari pola-pola tingkah laku

menyimpang dan mendorong lingkungan sosial untuk mengembangkan pola-pola tingkah laku yang wajar.

4. Pengembangan.

Upaya pendayagunaan peranan anak asuh, peranan dan tanggung jawab pengasuh pada anak asuh orang lain. Menekankan pada pengembangan potensi dan kemampuan anak asuh untuk mengembangkan diri sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan.

5. Penunjang program nasional.

Upaya untuk mengisi celah-celah program nasional, agar pelaksanan program lebih berdayaguna karena didukung oleh berbagai sektor baik intra maupun inter sektoral.

b. Pusat pengembangan kepribadian, potensi dan pembinaan kesetiakawanan sosial.

1. Pengembangan kepribadian.

a) Menumbuhkan kepribadian percaya diri.

1) Panti Asuhan harus mampu membekali anak asuh menjadi manusia yang cerdas, terampil dan berbudi.

2) Jiwa Pancasila harus mempribadi pada diri pembina, pengasuh dan anak asuh baik dalam tutur kata, sikap, tingkah laku dan tindakan.

3) Pembina harus dibekali ilmu pekerjaan sosial agar bermental pekerja sosial pejuang, maka dapat diukur tingkat kualitas pengabdiannya terhadap orang lain.

4) Penanaman mental kemandirian kepada anak asuh sedini mungkin agar mereka dapat tumbuh dan berkembang tegar, bangga sebagai anak asuh yang dapat berkarya dan mandiri di tengah-tengah masyarakat dan mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

b) Menegakkan disiplin dan kewibawaan.

1) Menumbuhkan sikap hidup efektif dan efisien, menghargai pentingnya waktu.

2) Menanamkan kepatuhan dan ketaatan serta memegang teguh terhadap aturan yang telah ditetapkan, baik kepada pembina, pengasuh, pelaksana teknis dan administratif maupun kepada anak yang diasuh.

3) Menampilkan kewibawaan dalam pergaulan bermasyarakat dengan tanpa mengurangi sikap keterbukaan pelayanan kesejahteraan sosial agar dapat menarik simpati masyarakat akan keberadaan Panti Asuhan sebagi lembaga yang potensial memecahkan masalah kesejahteraan sosial anak terlantar.

c) Menciptakan budaya hidup bersih, sehat dan indah.

1) Melibatkan secara aktif anak asuh dalam kegiatan kebersihan lingkungan misalnya tidak membuang sampah di sembarang tempat dalam rangka menciptakan suasana asrama dan lingkungan yang nyaman, bersih dan sedap.

2) Mengusahakan lingkungan yang hijau, sejuk, indah dan bermanfaat.

3) Menciptakan suasana anak asuh, pembina dan pengasuh serta aparat yang lain merasa kerasan karena suasana terasa sejuk, asri, indah dan

nyaman.

4) Memberikan pelayanan gizi yang sehat dan memenuhi syarat sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan anak asuh.

5) Menumbuhkan kebiasaan hidup sehat yang dimulai dari bangun tidur sampai dengan tidur lagi.

6) Mengusahakan adanya kegiatan olah raga, kesenian dan

7) rekreasi yang terprogram agar membudaya di lingkungan Panti Asuhan.

C. Prosedur Perwalian Anak pada Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution Perwalian pada dasarnya merupakan kewajiban orang tua terhadap anak, tetapi dalam hal orang tua dicabut kekuasaannya maka perwalian akan beralih pada kekuasaan pihak lain. Sebab-sebab dapat diajukannya pencabutan kekuasaan orang tua sesuai dengan Pasal 319a Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah:

1. Orang tua yang menyalahgunakan kekuasaannya atau sangat melalaikan kewajiban terhadap anaknya.

2. Orang tua yang berkelakuan buruk sekali.

3. Orang tua yang mendapatkan hukuman yang telah berkekuatan hukum tetap karena melakukan kejahatan terhadap anak dibawah umur yang ada dalam kekuasaannya.

4. Orang tua yang mendapatkan hukuman badan selama dua tahun atau lebih dengan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.78

78 Lihat Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia, 1996, PT. Pradnya Paramita, Jakarta

Anak yang tidak lagi berada di bawah kekuasaan orang tuanya maka kekuasaan orang tuanya dapat berpindah dengan adanya perwalian. Perwalian dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu dengan adanya penunjukan dari orang tua atau dengan pengangkatan oleh hakim kepada perseorangan maupun suatu perhimpun, yayasan atau lembaga amal. Dengan adanya kekuasaan perwalian atas seorang anak tersebut maka pihak timbul kewajiban-kewajiban dalam menyelenggarakan perwalian.

Sesuai dengan Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa dalam hal Hakim mengangkat seorang wali maka perwalian boleh diperintahkan kepada suatu perhimpunan, lembaga amal atau yayasan yang berkedudukan di Indonesia. Selanjutnya disebutkan bahwa perhimpunan, lembaga atau yayasan itu mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan yang diberikan kepada wali.79

Panti Asuhan harus memenuhi setiap kebutuhan anak di bawah perwaliannya, seperti disebutkan dalam Pasal 383 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa setiap wali harus menyelenggarakan pemeliharaan dan pendidikan anak sesuai harta kekayaannya dan mewakilinya dalam segala tindak perdata, serta dalam Pasal 385 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa wali harus mengurus harta kekayaan anak dengan baik dan bertanggung jawab atas biaya, Berdasarkan hal tersebut, maka perwalian yang terjadi pada Panti Asuhan sebagai sebuah yayasan di bidang sosial sesuai dengan peraturan dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang yang berlaku.

79Ibid.

rugi dan bunga yang timbul karena pemeliharaan yang buruk.80

1. Ia sangat melalaikan kewajiban terhadap anaknya.

Panti Asuhan merupakan sebuah lembaga sosial yang bertujuan untuk mengentaskan masalah sosial anak terlantar yang disebabkan oleh berbagai hal misalnya karena faktor ekonomi, karena tidak dikehendaki atau dibuang oleh orang tuanya, karena kedua orang tuanya sudah meninggal atau karena orang tuanya dicabut dari kekuasaannya. Sebab-sebab dapat diajukannya pencabutan kekuasaan orang tua sesuai dengan Pasal 49 ayat 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah:

2. Ia berkelakuan buruk sekali.81

Anak yang tidak lagi berada di bawah kekuasaan orang tuanya berada di bawah kekuasaan Panti Asuhan dalam hal ini dengan adanya perwalian. Dengan adanya perwalian tersebut, anak diharapkan tidak menjadi terlantar akibat tidak adanya kepengurusan pada diri anak, sehingga hak-hak anak dalam hal kesejahteraan, perlindungan dan keamanan dapat tercukupi. Jadi dapat dikatakan bahwa anak mempunyai hak kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan agar dapat tumbuh secara wajar.

Dalam suatu perwalian terdapat suatu kewajiban dari pihak wali untuk mengurus anak yang berada di bawah perwaliannya. Kewajiban itu tidak hanya mengenai pribadi anak saja tetapi juga atas harta benda yang dimiliki anak, sesuai dengan Pasal 50 ayat 2 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan perwalian itu mengenai diri pribadi anak dan harta bendanya, demikian pula

80Ibid.

81 Lihat Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

disebutkan dalam Pasal 385 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa wali harus mengurus dan bertanggung jawab terhadap harta kekayaan anak belum dewasa yang berada di bawah perwaliannya.

Anak-anak yang berada di bawah perwalian Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution pada umumnya adalah anak-anak terlantar, anak yang tidak memiliki orang tua, anak yang status orang tuanya tidak diketahui atau dikatakan sebagai anak alam, dan anak-anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu sehingga tidak meninggalkan harta benda bagi anaknya. Perwalian yang diberikan oleh Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution tidak hanya kepada anak-anak yang berada di dalam lingkup Panti Asuhan tetapi juga terhadap anak-anak terlantar yang layak dibantu dan tetap harus memenuhi persyaratan.82

Panti Asuhan wajib menerima setiap anak yang dibawa oleh Dinas Sosial dan tidak boleh menolak walau hanya satu orang anak sekalipun padahal pihak Dinas Sosial dan pemerintah sendiri tidak memberikan biaya apapun ke Panti Asuhan selama anak tersebut berada di dalam pengawasan Panti Asuhan. Pihak Dinas Sosial hanya memberikan santunan sebesar Rp. 1.000.000 per tahun untuk Anak-anak terlantar yang di asuh oleh Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution pada umumnya adalah anak-anak korban trafficking yang mendapatkan kekerasan, paksaan, dan dimanfaatkan untuk memberi keuntungan bagi beberapa pihak. Anak-anak ini biasanya dibawa oleh Dinas Sosial dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara untuk di asuh dan diberikan perwalian oleh Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution.

82 Wawancara dengan Ibu Iriana, Tanggal 03 November 2016 di Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution

satu orang anak yang dimana dengan biaya minim tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan anak tersebut. Saat ini ada sekitar 15 orang anak yang dibawa oleh Dinas Sosial untuk di asuh di Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution dan dalam beberapa tahun terakhir ini pihak Dinas Sosial belum memberikan santunan tersebut, sehingga para pengurus Panti Asuhan yang pada akhirnya harus menutupi biaya untuk kebutuhan anak-anak yang diasuh.83

1. Anak tersebut harus dilaporkan terdahulu kepada pihak Dinas Sosial atau Komisi Perlindungan Anak Indonesia

Bagi anak terlantar yang tidak diketahui status dan keberadaan orang tuanya maka proses perwalian tetap dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku yaitu:

2. Surat Keterangan Berita Acara penyerahan anak tersebut untuk dirawat di Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution

3. Diketahui oleh Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan 4. Dihadiri saksi-saksi84

Setelah persyaratan dipenuhi baru anak tersebut bisa di asuh dan diberikan perwalian dari Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution.

Untuk kejelasan status si anak agar diakui oleh negara maka anak tersebut harus memiliki akta kelahiran, dalam hal anak yang berada dalam perwalian maka bila anak asuh yang tidak memiliki dan atau orang tua anak tersebut tidak diketahui identitasnya maka nama orang tua yang dibuat dalam akta anak adalah

83 Wawancara dengan Ibu Hendrati, Tanggal 03 November 2016 di Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution

84 Wawancara dengan Bapak Febriansyah Mirza, Tanggal 03 November 2016 di Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution

nama ibu dan/atau bapak pengurus panti, namun apabila si anak hanya memiliki salah satu orang tua baik ibu atau ayah maka nama orang tua kandung tetap dicantumkan dalam akta bersama dengan nama salah satu pengurus panti baik sebagai ibu atau ayah. Jika anak yang masih memiliki kedua orang tua maka tidak ada perubahan pada akta si anak, nama orang tua tetap bersadarkan nama orang tua kandung tersebut. Dengan akta ini maka akan memudahkan si anak untuk melakukan suatu perbuatan seperti hal nya ketika anak tersebut akan bersekolah atau menikah.85

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Hj. Hendrati selaku Ketua Panti Asuhan, Ibu Iriana selaku wakil sekretaris dan Bapak Febriansyah Mirza selaku Pengawas di Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution pada tanggal 03 November 2016 pukul 11:00 WIB dapat diketahui bahwa Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution diharuskan mengurus anak terlantar, anak fakir miskin, yatim piatu dan anak asuh luar maksudnya adalah anak yang tidak berada di dalam panti namun pihak Panti Asuhan memberikan perwalian terhadap anak tersebut. Dalam hal perwalian terhadap anak asuh luar bukan berarti semua anak namun anak-anak yang layak untuk mendapatkan bantuan dari Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution yang pada umumnya anak asuh luar adalah anak fakir miskin.

D. Perwalian Terhadap Anak Asuh yang Kedua Orang Tuanya Masih Hidup

86

perwalian pada Panti Asuhan terjadi secara langsung dengan adanya penyerahan anak pada pihak Panti Asuhan, tidak memerlukan penetapan dari

85 Wawancara dengan Ibu Iriana, Tanggal 03 November 2016di Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution

86 Wawancara dengan Ibu Hendrati, Ibu Iriana dan Bapak Febriansyah Mirza, Tanggal 03 November di Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution

putusan hakim seperti ketentuan dalam undang-undang. Dengan terjadinya perwalian secara langsung tanpa ketetapan dari pengadilan bukan berarti terlepas dari proses dan persyaratan administratif. Adapun persyaratan administratif yang harus dipenuhi untuk menjadi anak asuh pada Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution didasarkan pada Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Panti Asuhan adalah sebagai berikut:

1. Warga Negara Indonesia yang dibuktikan dengan adanya akte kelahiran, surat kenal lahir atau surat kelahiran.

2. Surat keterangan tidak mampu dari kepala desa setempat diketahui camat.

3. Surat pernyataan menyetujui anaknya masuk Panti Asuhan yang dibuat oleh orang tua atau wali dan kesediaan menerima anak kembali apabila pelayanan selesai, surat ini diperkuat oleh kepala desa.

4. Surat pernyataan dari anak yang bersangkutan untuk bersedia menaati peraturan yang ada pada Panti Asuhan.

5. Surat keterangan berbadan sehat dari dokter.

6. Surat keterangan kelakuan baik orang tua atau wali calon anak asuh dari

6. Surat keterangan kelakuan baik orang tua atau wali calon anak asuh dari