• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN SOLUSI 1 Keberadaan Desa-desa wisata hari ini tidak

CAPAIAN KINERJA PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN

DAN SOLUSI 1 Keberadaan Desa-desa wisata hari ini tidak

seluruhnya dapat berfungsi sebagaimana harapan dan masih terkesan asal-asalan namun belum dibarengi dengan

Pertumbuhan desa-desa Wisata di Lombok Tengah yang dipandang Dewan tidak seluruhnya dapat berfungsi sebagaimana harapan bahkan terkesan asal-asalan memeang benar adanya. Hal ini tidak lepas dari eforia warga kita untuk mengembangtkan desanya menjadi desa wisata. Hal ini

LKPJ KAB. LOMBOK TENGAH TAHUN 2020 II .29

pengembangan dan inovasi

yangberkelanjutan. dipengaruhi oleh maraknya liputan media meanstream maupun medsos tentang desa-desa wisata yang telah berhasil bahkan sangat maju dan mandiri.

Ada dua kriteria daya tarik desa wisata kita. Yang pertama adalah daya tarik alam berupa obyek wisata alam berupa gunung, pantai, air terjun, pemandian dan lain-lain. Yang termasuk kriteria ini tersebar di desa-desa kawasan pantai selatan mulai dari Desa Mertak (Pantai Awang) sampai dengan Desa montong Ajan (Pantai Torok) dan desa-desa kawasan utara (BKU dan sekitarnya). Yang kedua adalah daya tarik seni budaya berupa desa adat, desa pusat kerajinan, desa hijau dan lain-lain. Termasuk dalam kriteria ini adalah Sade Rembitan, Nde Sengkol, Beleka, Sukarare, Bilebante, Bon Jeruk dll yang secara umum berada di kawasan tengah.

Secara umum desa-desa wisata (Dewi) yang memiliki kriteria tersebut secara perlahan namun menunjukkan harapan yang positif dapat berkembang dengan baik. Yang masalah tentunya desa-desa yang tidak memiliki kriteria tersebut. Beberapa Dewi memang memiliki potensi alam maupun senibudaya, namun masih memerlukan polesan inovasi dan ketersediaan SDM yang memadai.

Intervensi Pemda terhadap Dewi yang memiliki daya tarik alam adalah pelatihan manajemen tata kelola dan penyediaan amenitas/fasilitas dasar seperti toilet, shelter dll. Hal inipun baru menjangkau Dewi yang di kawasan wisatanya tersedia tanah/lahan milik pemerintah.

Pembiayaannya yang melalui dana DAK mewajibkan pembangunan amenitas harus di lahan pemerintah.

Untuk Dewi-dewi yang potensinya adalah seni budaya fasilitasinya adalah dengan pembinaan dalam bentuk bantuan peralatan seni untuk beberapa dewi yang jumlahnya sangat terbatas sesuai ketersediaan anggaran.

Bermacam-macam Diklat dilaksanakan dalam rangka mendukung Dewi diantaranya Diklat : Tata kelola Homestay, tata kelola destinasi, tata kelola Theme Park. Pelatihan Pemandu :Treking, Ekowisata, Geowisata, Outbond, Sejarah, Warisan budaya. Pada tahun 2020 sesuai format anggaran DAK non Fisik Disparbud juga mengadakan pelatihan untuk sport Tourism seperti pelatihan guide surfing dan Guide Paralayang.

LKPJ KAB. LOMBOK TENGAH TAHUN 2020 II .30 2 Pemeliharaan dan pengasawasan terhadap

sarana dan prasarana pendukung yang telah dibangun Pemerintah Daerah belum dilakukan secaraoptimal.

Sarpras pariwisata terdapat di lahan milik Pemerintah Pusat (KSDA), lahan Pemda dan lahan milik desa. Di lahan milik Pemda seperti Aik Bukak Disparbud menempatkan tenaga honorer untuk pemeliharaan dan pengawasannya. Di Benang Kelambu dan Stokel Pemerintah provinsi (Dishut NTB) menyerahkan pengelolaannya kepada Pihak Ketiga.

Terhadap adanya Sarpras yang merupakan aset Pemda Loteng akan dinegosiasikan lebih lanjut di tahun depan. Sarpras yg dibangun di lahan milik Pemerintah desa tentunya diharapkan desa dapat melakukan pemeliharaan dan pengawasan yang memadai. Di lahan milik KSDA sarpras yang diabngun lengsung dihibahkan kepada KSDA sehingga pemeliharaan dan pengawannya merupakan tanggung jawab KSDA.

3 Rendahnya lama tinggal wisatawan di Lombok Tengah perlu menjadi perhatian Pemerintah Daerah untuk berinovasi agar wisatawan betah tinggal di LombokTengah

Lama tinggal wisatawan dipengaruhi kualitas dan kuantitas Obyek wisata.

Pemda Lombok Tengah terus melakukan pengembangan sehingga Length of Stay (lama tinggal) wisatawan dapat meningkat. Pengermbangan dimaksud seperti pembangunan amenitas/sarpras di DTW dan juga penciptaan aktivitas di kawasan Wisata seperti aktivitas surfing, paralayang, kite surfing dsb.

4 Tumbuhnya POKDARWIS-POKDARWIS yang digandrungi masyarakat- masyarakat muda di desa-desa perlu mendapatkan perhatian agar menjadi daya tarik wisata kita dan harus tumbuh danberkembang.

Disparbud melaksanakan pelatihan-pelatihan kepada anggota Pokdarwis secara perwakilan kelompoknya (jumlahnya disesuaikan anggaran) sehingga mereka dapat memberiokan pelayanan yang prima di obyek wisata maupun desa wisata yang mereka kelola. Pada tahun 2020 diadakan 4 pelatihan dengan anggaran 600 juta rupiah dan tahun 2021 akan ada 7 Diklat dengan alokasi anggaran 800 juta rupiah dari DAK Non Fisik.

5 Pemerintah Daerah hendaknya tidak terlalu cepat menetapkan Desa-Desa menjadi Desa Wisata agar tidak terkesan menjamur tanpa ada kajian mendalam terhadap potensi wisata maupun dukungan sumber daya manusia dari desa-desatersebut.

Eforia dan keinginan desa-desa di Lombok Tengah untuk menjadi desa wisata perlu diapresiasi. Apalagi ada MOU Pemda dengan Dewi-Dewi tersebut untuk pengalokasian ADD untuk sektor pariwisata. Keberadaan Dewi guna menambah kuantitas dan keragaman DTW sangat diperlukan untuk menaikkan jumlah kunjungan dan lama tinggal wisatawan.

6 Dampak dari wabah COVID 19 terhadap kunjungan wisatawan sangatlah besar, oleh karenanya Pemerintah Daerah perlu

Pariwisata Lombok Tengah pasca Covid-19 sejalan dengan kebijakan pusat akan mendorong destinasi dan dunia usaha sektor pariwisata untuk menerapkan standar CHSE (Clean, Healthy, Safety and Environment) guna

LKPJ KAB. LOMBOK TENGAH TAHUN 2020 II .31 menyiapkan langkah- langkah strategis guna

memulihkan dunia pariwisata pasca COVID19. keberlanjutan pariwisata pasca covid.

7 Perlu kiranya Pemerintah Daerah memikirkan keberadaan pelaku-pelaku wisata terdampak COVID 19 agar mereka mampu bertahan dan berdiri pasca COVID 19 iniberlalu.

Bentuk perhatian terhadap pelaku wisata terdampak, selama tahun 2020 Pemerintah Pusat maupun Pemda memberikan bantuan berupa paket Sembako yang dikhususkan kepada para pelaku wisata.

8 Merebahnya Kecimol dan joget ale-ale yang menampilkan tarian-tarian erotis di tengah masyarakat kita dan parahnya diklaim sebagai budaya lokal, sangatlah patut manjadi perhatian Pemerintah Daerah guna penertibannya.

Kecimol dan joget ale-ale dengan tarian erotis dan juga sering mengakibatkan kemacetan lalulintas memang memerlukan perhatian dari Pemerintah Daerah, DRPRD tokoh agama, tokoh adat, seniman dan budayawan. Semua stake holder ini perlu merumuskan aturan, karena fenomena ini justru bagi pariwisata bisa sangat merugikan. Kemacetan terutama di jalur-jalur ke bandara sangat kontra produktif bagi image pariwisata kita.

9 Terkait dengan sarana dan prasarana untuk satpam wisata supaya menjadi perhatian Pemerintah Daerah karena sekarang ini para satpam wisata tidak mempunyai pos jaga dan sarana lainnya seperti misalnya alat transportasi dan alatkomunikasi.

Sarpras (Pos jaga), alat tarnsport dan sarana komunikasi bagi Pam Wisata perlu perhatian bersama Pemda dengan DPRD, khususnya untuk penganggarannya.

10 Dipandang perlu untuk adanya gambar atau daftar destinasi wisata yang ada di Kabupaten Lombok Tengah yang dipajang di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan design yang menarik sehingga mampu memberi kemudahan dan daya tarik bagi parawisatawan.

Gambar-gambar destinasi telah tersedia terutama yang merupakan hasil Lombo Foto Obyek Wisata pada tahun 2020 yang dilaksanakan Disparbud.

Foto-foto tersebut telah dicetak dengan ukuran yang cukup sehinnga dapat dipajang tidak hanya di Kantor Disparbud tetapi seyogyanya di semua kantor SKPD Selombok Tengah.

11 Terkait dengan tamu-tamu kunjungan yang datang ke Lombok Tengah, perlu kiranya Pemerintah Daerah menetapkan aturan yang mengharuskan mereka menginap di Kabupaten Lombok Tengah guna untuk meningkatkanPAD

Aturan yang mengaharuskan tamu-tamu daerah untuk menginap di Lombok Tengah masih perlu dikaji. Belum ada daerah yang melakukan hal serupa. Yang telah dilakukan seperti di Jawa Timur justru semacam pungutan retribusi bagi kunjungan kerja. Mungkin kita bisa menerapkan opsi bagi yang menginap di Loteng tidak perlu membayar retribusi semacam, namun bagi yang datang kungker tapi tidak menginap di Loteng diminta untuk membayar retribusi.

LKPJ KAB. LOMBOK TENGAH TAHUN 2020 II .32 3. Urusan Penanaman Modal(dilaksanakan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu).

NO REKOMENDASI DPRD TAHUN N-I TANGGAPAN /TINDAK LANJUT PERMASALAHAN

DAN SOLUSI