• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. KOKESMA ITB

4.4 Gambaran Solusi dari Pengurus KOPMA di Kota Bandung Mengenai Pengimplementasian UU No 17 tahun 2012 Khususnya Aspek

4.4.8 Solusi dari Pengurus KOPMA UNPAS

Setiap kendala yang dihadapi selalu ada solusi untuk menemukan jalan keluarnya. Solusi yang diungkapkan oleh pengurus KOPMA UNPAS untuk mengurangi kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan UU Perkoperasian No. 17 Tahun yaitu lebih digencarkan lagi sosialisasi dari pemerintah atau dinas terkait. UU perkoperasian ini sudah disahkan pada bulan Oktober 2012, namun hingga saat ini masih banyak pengurus koperasi yang pengetahuan serta pemahamannya masih rendah termasuk pengurus KOPMA UNPAS. Rendahnya pemahaman pengurus koperasi disebabkan kurangnya sosialisasi dari pemerintah, selama ini pengurus KOPMA UNPAS hanya mempelajari dari buku saja yang penjelasannya kurang dimengerti.

“Hmm...solusinya jika memang undang-undang ini memang sudah...memang sudah di sahkan ya teh...harapan saya untuk pemerintah itu lebih sosialisasikan tentang undang-undang ini supaya masyarakat juga lebih tahu gitu...jadi tidak....kan kalau misalnya...lebih dijelaskan sama pemerintah kitanya

juga lebih ngerti daripada kita baca sendiri...udah paling gitu aja...”

Penjelasan dari pemerintah sangat diperlukan untuk menyamakan persepsi dalam pengimplementasian UU No. 17 Tahun 2012. Pencarian informasi yang terus mengandalkan buku masih menemui banyak kebingungan karena penjelasan dari buku masih sangat kurang. Saat ini pengurus KOPMA UNPAS khususnya bidang keuangan masih kebingungan mengenai mekanisme perubahan simpanan menjadi sertifikat, perubahan keanggotaan, serta kepengawasan. Sosialisasi yang

81

Belinda Suryani Agustine, 2014

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed

diadakan oleh pemerintah diharapkan berbentuk pelatihan, agar pengurus yang ikut pelatihan bisa mempraktekan langsung perubahan mekanisme dala koperasi.

“Kalau...untuk keuangan kan harus lebih banyak sosialisasi dengan rencana pemindahan itunya aja beda...pengalihan dari simpanan ke sertifikat seperti apa...jadi nah keanggotaan itu kita tidak pusing gitu kalau kaya gini kan masih pusing gitu...sedangkan untuk kepengawasan juga kalau mereka udah punya Sertifikat Modal Koperasi itu boleh ikut jadi kepengawasan gitu...jadi...harus lebih banyak...apa ya...hmm...dari dinasnya juga harus lebih banyak pelatihan...pelatihan-pelatihan pada koperasi gitu...”

Sosialisasi yang masih sangat kurang membuat pengurus KOPMA UNPAS mencari informasi langsung ke dinas. Pengurus KOPMA UNPAS sering melakukam sharing dengan pihak dinas untuk mengurangi ketidakpahaman dan ketidaktahuan mengenai UU perkoperasian yang baru khususnya aspek permodalan yang banyak mengalami perubahan. Telah ada rencana untuk dilakukannya audiensi antara pihak dinas kota maupun dinas provisi dengan pengurus koperasi di Kota Bandung termasuk dengan pengurus KOPMA untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di koperasi. permasalahan utama di KOPMA UNPAS yaitu masih kurangnya pemahaman para pengurusnya mengenai perubahan mekanisme yang terjadi dalam UU No. 17 Tahun 2012.

Paling kita juga sering sharing teh ke dinas...kemarin juga...insya allah kita mau ada audensi dengan dinas kota...dinas provinsi juga bulan depan...jadi kita juga sekalian apa ya...ikut sharing lah soalnya kita juga ada permasalahan untuk undang-undang yang baru”

Audiensi yang baru akan dilakukan bulan depan, diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di koperasi khususnya KOPMA UNPAS. Setelah diadakannya audiensi ini, pemahaman pengurus KOPMA UNPAS diharapkan dapat meningkat dan KOPMA UNPAS dapat mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012 dengan baik dan sesuia dengan peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah.

Berdasarkan uraian di atas, maka kesimpulan solusi yang diberikan pengurus KOPMA di Kota Bandung dapat terlihat dalam tabel berikut.

Belinda Suryani Agustine, 2014

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed

Solusi Pengurus KOPMA di Kota Bandung mengenai UU No. 17 Tahun 2012 dari Hasil Wawancara

No Jawaban Pengurus Kesimpulan

1 KOPMA BS UPI

- “...kalau kami pengennya ada loka

karya...”

Dari jawaban respoden dapat disimpulkan bahwa solusi dari pengurus KOPMA di Kota Bandung yaitu pemerintah lebih sering lagi mensosialisasikan UU tersebut.

2 Ekuitas

- “...dari saya sih lebih gencar dari pihak

dinasnya...”

3 KOKESMA ITB

- “...harusnya sebelum undang-undang di iniin gitu ya harusnya nanya-nanya dulu ke koperasi-koperasi lainnya...”

4 KOPMA ITENAS

- “...pengennya sih maksudnya juga pemerintahnya juga ngeliat situasi dari tiap kampus gimana kan beda-beda gitu kan...”

5 KOPMA STT TEKSTIL

- “...solusinya paling ya.. mencari

permodalan juga ke dinas..”

6 KOPMA UNISBA

- “...cuma dalam masalah teknisnya ya harusnya pemerintah juga mengawasi ya tidak hanya me..melihat dari satu sisi..”

7 KOPMA UNPAD

- “...lebih disosialisasiin lagi...”

8 KOPMA UNPAS

- “...harapan saya untuk pemerintah itu lebih sosialisasikan tentang undang-

undang ini...”

Semua KOPMA di Kota Bandung mengatakan bahwa penjelasan maupun sosialisasi dari pemerintah sangat kurang. Sebelumnya pihak dinas sempat mengadakan sosialisasi, namun dalam sosialisasi tersebut kuota pengurus dibatasi sehingga tidak semua pengurus dapat mengikuti sosialisasi tersebut juga penjelasan yang dilakukan hanya sebagian besar saja tidak secara detail. Pengurus KOPMA se-Kota Bandung menginginkan dari pihak Dinas Koperasi melakukan

83

Belinda Suryani Agustine, 2014

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed

sosialisasi baik dalam bentuk pelatihan maupun lokakarya namun dalam segi penjelasannya detail atau secara menyeluruh sehingga pengurus KOPMA dapat mengetahui dan memahami UU No. 17 Tahun 2012 ini secara menyeluruh.

Sosialisasi yang dilakukan pihak terkait diharapkan dapat dilakukan di setiap KOPMA agar penjelasannya lebih mudah dipahami oleh semua pengurus. Pihak dinas diharapkan dapat membimbing serta mengawasi KOPMA dalam melakukan persiapan mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012. Pemerintah juga diminta agar peraturan yang dibuat tidak disama ratakan namun melihat kondisi koperasi secara nyata di lapangan. Sistem SMK dinilai sangat memberatkan jika diimplementasian di Koperasi Mahasiswa yang perkembangan koperasinya bergantung pada anggota yang tidak selalu meningkat, serta sistem keanggotaan yang pendek sesuai dengan lamanya studi menjadikan sistem tersebut teras berat untuk diimplementasikan.

Secara keseluruhan UU Perkoperasian No. 17 Tahun 2012 tersebut memiliki sisi negatif maupun sisi positif. Perbandingan mengenai UU No. 17 Tahun 2012 tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.6

Perbandingan sisi negatif dan sisi positif UU No. 17 Tahun 2012

Sisi Negatif Sisi Positif

 Koperasi terkesan seperti PT

 Mengkapitalisasi Koperasi

 Memperlemah daya saing koperasi

 Menghilangkan jati diri Koperasi

 Banyak Koperasi yang membubarkan diri

 Mempertegas kededukan Koperasi sebagai badan hukum

 Mempertegas legalitas koperasi

 Adanya penjamin dalam Koperasi Simpan Pinjam

 Pengelolaan yang profesional

Berdasarkan tabel di atas, sisi negatif dari UU No. 17 tahun 2012 yaitu koperasi terkesan seperti PT, mengakapitalisasi Koperasi, memperlemah daya saing Koperasi dan menghilangkan jadi diri Koperasi. UU No. 17 Tahun 2012 oleh sebagian orang diibaratkan seperti PT karena adanya Sertifikat Modal

Belinda Suryani Agustine, 2014

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed

Koperasi yang sistem pemberlakuannya seperti saham di PT yang bisa diperjualkan belikan dengan nominal yang berbeda sesuai dengan kemampuan anggota koperasi. Permodalan koperasi dalam UU No. 17 Tahun 2012 terlihat seperti sistem kapitalis yang merubah citra koperasi dari awalnya kumpulan orang menjadi kumpulan modal. Istilah simpanan diganti jadi setoran, tidak bisa dikembalikan dan hanya sebagai tiket masuk jadi anggota. hal tersebut dinilai memberatkan anggota. Bagi strategi penggalangan modal koperasi, jelas hal ini tidak menguntungkan, pertumbuhan modal koperasi dari unsur swadaya keanggotaan tak mungkin bisa bertumbuh selamanya, sebaliknya justru mendorong bank atau pemilik modal melalui kekuatan modalnya mampu mengambil alih koperasi, menguasai sumber-sumber produksi koperasi, dan lain- lain.

Surplus atau profit sebuah koperasi sudah sewajarnya dibagikan kepada Anggota, namun UU tersebut mengatur koperasi dilarang membagikan profit apabila diperoleh dari hasil transaksi usaha dengan non-anggota. Selain permodalan koperasi yang seakan berbentuk PT, administrasi pendirian Koperasi dalam UU tersebut pun seperti pendirian PT mulai dari tata cara pendirian anggaran dasar dan perubahan anggaran dasar. Administrasi pendirian Koperasi memerlukan biaya yang tidak murah. Koperasi yang tidak mampu mengikuti aturan yang terdapat dalam UU No. 17 Tahun 2012 terancam akan membubarkan diri. Aturan tersebut dirasa sangat memberatkan Koperasi khususnya bagi Koperasi yang belum mempunyai badan hukum Koperasi.

Selain sisi negitif, UU No. 17 Tahun 2012 mempunyai sisi positif berdasarkan sudut pandang yang berbeda. UU Perkoperasian No. 17 Tahun 2012 mempertegas kedudukan koperasi sebagai badan hukum dan badan usaha atau perusahaan dengan memisahkan kekayaan anggota sebagai modal Koperasi dan adanya tanggungjawab terbatas dari anggota, serta mempertegas pelayanan pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) hanya kepada anggota. Legalitas Koperasi pun dipertegas, pendirian koperasi harus melalui akta otentik. Pemberian status dan pengesahan perubahan anggaran dasar merupakan wewenang dan tanggungjawab

85

Belinda Suryani Agustine, 2014

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed

Menteri. UU tersebut juga mengatur ketentuan mengenai Koperasi Simpan Pinjam (KSP) mencakup pengelolaan maupun penjaminannya. KSP ke depan hanya dapat menghimpun simpanan dan menyalurkan pinjaman kepada anggota. Koperasi Simpan Pinjam harus berorientasi pada pelayanan pada anggota, sehingga tidak lagi dapat disalahgunakan pemodal yang berbisnis dengan badan hukum Koperasi. Selain itu, untuk menjamin simpanan anggota KSP diwajibkan menjaminkan simpanan anggota. Dalam kaitan ini pemerintah diamanatkan membentuk Lembaga Penjamin Simpanan Anggota Koperasi Simpan Pinjam (LPS - KSP) melalui Peraturan Pemerintah (PP).

Kemajuan lain yang dibawa oleh UU No. 17 Tahun 2012 adalah penegasan atas persyaratan kompetensi para pengurus dan pengawas KSP. Pengurus dan pengawas KSP wajib mempunyai kompetensi dan profesionalisme. Hal ini tentunya secara langsung juga akan menjadi jaminan bagi para anggota yang mempercayakan dananya kepada KSP bahwa dana mereka memang dikelola secara professional oleh orang yang tepat. Hadirnya UU No. 17 Tahun 2012 merupakan penyediaan fasilitas payung hukum oleh pemerintah bagi gerakan koperasi Indonesia untuk dapat berapresiasi dalam kegiatan usaha secara nyaman, aman, professional dan berskala global.

Belinda Suryani Agustine, 2014

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait