• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sosial Kemasyarakatan

KAJIAN PUSTAKA DAN TINJAUAN TEORI A. Kajian Pustaka

2) Sosial Kemasyarakatan

Menurut Daryanto, sosial merupakan sesuatu yang menyangkut aspek hidup masyarakat, namun jika dilihat dari asal katanya, sosial berasal dari kata socius yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan secara bersama-sama.19 Seiring dengan kemajuan zaman dan perubahan-perubahan yang sangat cepatnya, maka hal ini mempengaruhi suasana dan kondisi masyarakat muslim. Termasuk perubahan dalam mengembangkan fungsi dan peranan masjid yang ada di lingkungan kita. Salah satu fungsi dan peran masjid yang masih penting untuk tetap di pertahankan hingga kini adalah dalam bidang sosial kemasyarakatan. Selain itu masjid juga difungsikan sebagai tempat mengumumkan hal-hal yang penting berkaitan dengan peristiwa-peristiwa sosial kemasyarakatan sekitar.20 Karena pada dasarnya masjid yang didirikan secara bersama dan untuk kepunyaan serta kepentingan bersama. Sekalipun masjid tersebut didirikan secara individu, tetapi masjid tersebut tetaplah difungsikan untuk tujuan bersama. Hal ini dapat diamati dari pengaruh shalat berjama‟ah. Orang-orang duduk, berdiri, dan sujud dalam shaf (barisan) yang rapi bersama-sama dipimpin oleh seorang imam.21 Masjid mempunyai posisi yang sangat vital dalam memberikan solusi bagi permasalahan sosial di masyarakat apabila benar-benar dijalankan sesuai dengan fungsinya.22 Fungsi masjid sejatinya akan berjala dengan baik

18

Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka Antara, 1971, hal. 148.

19

Taufiqurrahman, “ Sosial Kemasyarakat di Era Modern” dalam http://

webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123 456789/346/3/Chapter%2520II.pdf. Diakses pada 18 Mei 2015.

20

Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam,…, hal. 127.

21

Hanafie Syahruddin, Mimbar Masjid, Pedoman untuk para khatib dan pengurus

masjid,…, hal. 349.

22

Teuku Amiruddin, Masjid Dalam Pembangunan, Yogyakarta: UI Press, 2008, hal. 52.

apabila ada program-program yang dirancang sebagai solusi bagi permasalahan sosial yang ada.

3) Ekonomi

Ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.23 Berawal dari keyakinan bahwa masjid adalah merupakan pembentuk peradaban masyarakat Islam yang didasarkan atas prinsip keutamaan dan tauhid, masjid menjadi sarana yang dapat melaksanakan dari apa yang menjadi kebutuhan masyarakat sekitarnya, minimal untuk masjid itu sendiri agar menjadi otonom dan tidak selalu mengharapkan sumbangan dari para jama‟ahnya.24

Hubungan masjid dengan kegiatan ekonomi tidak hanya berupa gagasan-gagasan tentang ekonomi saja, tetapi sebagai lingkungan tempat transaksi aktivitas ekonomi pada khususnya disekitar masjid, seperti di halaman dan pinggiran masjid. Ide-ide dasar prinsip Islam mengenai ekonomi berlaku dan dipraktikkan oleh umat Islam dari dulu hingga sekarang ini. Selayaknya masjid bisa melahirkan kompleks pertokoan, karena toko-toko tersebut dapat membantu melengkapi segala kebutuhan masjid dan sarananya. Aktivitas ekonomi tersebut merupakan kehendak sadar manusia atau sekelompok masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak mungkin diperoleh secara mandiri.25

4) Pendidikan

Pendidikan diartikan sebagai upaya untuk memanusiakan manusia, melalui pendidikan ini dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna sehingga dapat melaksankan tugas-tugasnya sebagai khalifah Allah SWT. Pendidikan dapat mengubah manusia dari tidak baik menjadi baik.26

Masjid adalah salah satu tempat berkontribusi untuk kemajuan pendidikan Islam. Pendidikan Islam ini jika dipahami sebagai sebuah

23

Mustafa, Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana, 2006, hal. 16.

24

Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam,…, hal. 185.

25

Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam,…, hal. 185

26

Heri Jauhar Muchtar, Fikih Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, hal.1.

proses, maka diperlukan rumusan sistem dan tujuan yang baik. Hal ini disebabkan pendidikan tanpa tujuan yang jelas niscaya akan menghilangkan nilai hakiki pendidikan.27 Oleh karena itu tujuan dalam sebuah proses pendidikan merupakan unsur yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan. Hal ini yang menjadikan semua aktifitas kependidikan, unsur dan komponen yang terlibat serta sistem pendidikan yang dibangun, semua harus diarahkan untuk mencapai hasil maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan rumusan yang telah ditetapkan. Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan ketika sebuah proses kegiatan itu selesai,28 sementara itu pendidikan, khususnya pendidikan Islam merupakan sebuah kegiatan yang berproses melalui tahapan-tahapan dan tingkatan, maka tujuan pendidikan itu harus sesuai dengan tahapan, klasifikasi tingkatan yang dinamis, karena tujuan pendidikan Islam bukan merupakan sesuatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi tujuan pendidikan Islam harus berkembang dinamis sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik dan perkembangan zaman. Tujuan pendidikan Islam bila ditinjau dari aspek historis, maka akan mengalami dinamika seirama dengan kepentingan dan perkembangan masyarakat dimana pendidikan itu dilaksanakan. Seperti halnya tujuan pendidikan masa Nabi Muhammad SAW dengan dinamika masyarakatnya yang sederhana berbeda jauh dengan tujuan pendidikan Islam abad IV M apalagi pada abad modern saat ini.29

Karena perkembangan zaman begitu cepat, tujuan pendidikan Islam menjadi dinamis dan transformatif. Namun terkadang tujuan pendidikan Islam itu juga bersifat ideal-statis, dalam arti rumusannya tetap, tetapi derajat kualitasnya berubah dan berkembang. Namun yang harus digaris bawahi, bahwa tujuan pendidikan tersebut tidak boleh melepaskan diri dari nilai-nilai ilahiyyah, akibat dinamika ini, para ahli pendidikan Islam berbeda dalam menentukan rumusan pendidikan Islam. Antara para ahli satu dengan yang lain berbeda pandangan sesuai disiplin ilmunya masing-masing serta latar belakang kondisi sosial yang beragam. Sekarang ini, tujuan pendidikan Islam banyak dirumuskan sesuai dengan keinginan guru, program institusi, kepentingan penguasa negara dan pembuat kebijakan, hasil konferensi, hasil lokakarya, hasil kongres, seminar30 atau pesanan

27

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hal. 23.

28

Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam , Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hal. 29.

29

Amin Abdullah, Falsafah Kalam di Era Post Modernisme, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995, hal. 10-13.

30

Kongres Second World Conference on Muslim Education, International Seminar on

Islamic Concepts and Curricula, Recommendation, 15‖to 20‖, March 1980, Islamabad:

golongan tertentu yang terkadang kurang mempertimbangkan landasan filosofis dan sumber nilai-nilai ilahiyyah dari perumusan tujuan pendidikan tersebut. Bukti penguasa negara Indonesia bisa berpengaruh pada tujuan pendidikan adalah transformasi rumusan tujuan pendidikan sejak zaman orde lama, orde baru dan zaman reformasi sekarang ini. Rumusan tujuan pendidikan yang secara makro lebih dikenal dengan tujuan pendidikan nasional selalu mengalami perubahan yang substantif dari masa ke masa. Hal ini mengakibatkan tujuan pendidikan nasional akan selalu berubah sesuai dengan kepentingan pembuat rumusan yang akan dimasuki berbagai kepentingan-kepentingan kelompok, golongan atau legislator di pemerintahan. Bahkan kadang memunculkan penolakan-penolakan dari kelompok tertentu dalam negara. Persoalan-persoalan di atas menjadi dasar pentingnya kajian pendidikan Islam untuk mencari jawabannya dengan cara menggali langsung dari Qur‟an dan Hadits. Al-Qur‟an dan al-Hadits sebagai pijakan dan landasan filosofis serta sumber teori untuk merumuskan tujuan pendidikan Islam, karena al-Qur‟an memuat banyak keilmuan yang masih belum digali secara serius. Banyak metode yang dipakai untuk menggali data-data dari ayat al-Qur‟an, salah satunya adalah metode tafsir tematik (mawdhu‘iy).

Banyak yang telah dicatat oleh kaum sejarawan bahwa Rasulullah SAW telah melakukan keberhasilan dakwahnya ke seluruh penjuru dunia. Salah satu faktor keberhasilan dakwah tersebut tidak lain karena mengoptimalkan masjid dalam bidang pendidikan. Masjid sebagai tempat pendidikan non formal juga berfungsi membina manusia menjadi insan beriman, bertakwa, berilmu dan beramal shaleh, serta berakhlak sehingga menjadi warga yang baik serta bertanggung jawab. Untuk meningkatkan fungsi masjid dibidang pendidikan ini memerlukan waktu yang lama karena pendidikan adalah proses yang berlanjut dan berulang-ulang.

Fungsi pendidikan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas jama‟ah dan menyiapkan generasi muda untuk meneruskan serta mengembangkan ajaran Islam. Oleh karena itu, masjid sebagai media pendidikan terhadap jama‟ahnya perlu dipelihara dan ditingkatkan.31

5) Dakwah

Kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da‘a-yad‘u-da‘watan, artinya mengajak, menyeru, memanggil. Secara pengertian dakwah dan

ini berusaha merumuskan tujuan pendidikan Islam yang diharapkan bisa dipakai oleh lembaga pendidikan Islam.

31

Hanafie Syahruddin, Mimbar Masjid, Pedoman Untuk Para Khatib dan Pengurus

tabligh itu merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut. pengertian dakwah secara terminologi, Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.32 Masjid merupakan pusat dakwah yang selalu menyelenggarakan kegiatan-kegiatan rutin seperti pengajian, ceramah-ceramah agama, dan kuliah subuh. Kegiatan semacam ini bagi para jama‟ah dianggap sangat penting karena forum inilah mereka mengadakan internalisasi tentang nilai-nilai dan norma-norma agama yang sangat berguna untuk pedoman hidup ditengah-tengah masyarakat secara luas atau ungkapan lain bahwa melalui pengajian, sebenarnya masjid telah menjalankan fungsi sosial.

Dalam menjalankan segala sesuatu dalam hidup ini, diperlukan pemahaman yang baik dan komprehensif. Pemahaman akan segala sesuatu yang akan dijalankan memberikan energy lebih serta orientasi yang jelas dan kuat dalam menjalankannya. Ketika sebuah amanah dipegang seseorang yang memahami kaidah serta hakikatnya, maka sebuah kmi kaidah serta hakikatnya, maka sebuah kegagalan bukanlah menjadi hal yang perlu dipertanyakan. Begitu pula berdakwah di kampus, seorang yang disebut dengan Aktifis Dakwah Kampus (ADK) harus memahami tentang dakwah itu sendiri dan tentunya tentang dakwah kampus. Mahasiswa diharapkan dapat mememberikan dakwah secara umum dan dakwah secara khusus. Dakwah secara umum terdiri dari makna dakwah, metode dakwah, tahapan dakwah dan karakteristik dakwah. Dakwah secara khusus bagi mahasiswa memiliki ruang lingkup kampus itu sendiri.33

6) Politik

Politik berasal dari bahasa Yunani polis yang artinya negara kota dan menjadi kata lain seperti polities (warga negara), politikus (kewarganegaraan atau civics) dan politike tehne (kemahiran politik) dan

politike episteme (ilmu politik). Secara terminologi, politik adalah interaksi

antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama

32Bachruddin Yanuar dan Handoko, “Orientasi Dakwah secara Universal,” dalam

http://eprints.walisongo.ac.id/1088/3/071211011_Bab2.pdf. Diakses pada 25 Juni 2016.

33Joko Sumanto, “Buku Panduan Risalah Dakwah untuk Lembaga Dakwah Kampus,” dalam https://www.academia.edu/18950171/Buku_Panduan_ Risalah_Dakwah_untuk_Lemb aga_Dakwah_Kampus. Diakses pada 4 Juli 2019.

masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.34 Masjid juga memiliki fungsi dan peran sebagai tempat pemerintahan. Nabi Muhammad saw melakukan diskusi-diskusi mengenai pemerintahan, diskusi siasat perang, perdamaian, dan lain sebagainya juga berlangsung di masjid. Segala hal duniawi yang didiskusikan di dalam masjid sesuai aturan-aturan Allah, yang artinya tidak akan terjadi penyimpangan dari syari‟at Allah dalam pengambilan keputusannya.

7) Kesehatan

Menurut Undang-Undang RI. No. 23 Tahun 1992, Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sehat secara fisik adalah orang yang tidak memiliki gangguan apapun secara klinis, fungsi organ tubuhnya berfungsi secara baik, dan tidak sakit. Sehat secara mental/psikis adalah sehatnya pikiran, emosional, maupun spiritual dari seseorang. Sedangkan dikatakan sehat secara sosial adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungan di mana ia tinggal.

Orang dengan kategori sehat secara ekonomi adalah orang yang produktif dan produktifitasnya mengantarkan ia untuk bekerja dan dengan bekerja ia akan dapat menunjang kehidupan keluarganya.35

Pada masa Rasulullah, fungsi masjid sebagai balai pengobatan bagi seluruh pejuang-pejuang yang mengalami luka setelah berperang. Setiap sisi ruangan/bagian masjid selalu dimanfaatkan oleh Rasulullah untuk segala aktivitas keduniawian (hablumminannas). Jika masjid memiliki balai pengobatan seperti klinik atau rumah sakit, maka masyarakat yang membutuhkan akan sangat terbantu dalam pengobatannya sehingga masjid akan sering dikunjungi jama‟ah.36