• Tidak ada hasil yang ditemukan

STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 54-58)

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

46 3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA

3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

53

Sejalan dengan hal tersebut, pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan juga mengalami peningkatan. Pada triwulan IV-2010, pangsa kredit MKM tercatat 83.06%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 61,17% (yoy). Kenaikan pangsa kredit MKM ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari rasio NPL sebesar 2,94% pada akhir tahun 2010.

3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara relatif terkendali. NPL relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana yang tercermin dari rasio LDR berada pada level sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO) menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.

3.4.1 Risiko Kredit

Pada triwulan IV 2010 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang tercermin dari indikator NPL dan konsentrasi kredit secara keseluruhan. Ratio NPL tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%) tercatat sebesar 3.18%. Dengan nilai NPL yang relatif terjaga maka terdapat peluang untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada sektor-sektor yang produktif. Lebih lanjut, terdapat penurunan NPL pada hampir semua sektor ekonomi terutama pada sektor

Grafik 3.18.

Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)

Grafik 3.17.

Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

- 50 100 150 200 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2009 2010

Menengah Kecil Mikro -1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2009 2010 Mikro Kecil Menengah

54

pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya perbankan dalam perbaikan kualitas kredit. Selain itu, perbaikan kualitas kredit pertanian pada triwulan laporan diperkirakan merupakan dampak membaiknya kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjamannya seiring dengan musim panen raya cengkeh.

Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi ) dengan pangsa mencapai 60,93% dari total kredit memiliki tingkat NPL sebesar 1.61%.

3.4.2 Risiko Likuiditas

Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan tingkat LDR menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan laporan cukup terkendali, walaupun perlu terus mendapat perhatian.

Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, DPK Provinsi Sulut cenderung didominasi oleh dana-dana jangka pendek yang berpotensi menciptakan

maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan jangka waktunya relatif lebih

panjang daripada penempatan dana masyarakat. Kondisi ini perlu dikelola dengan baik oleh perbankan, dimana perbankan dituntut untuk mampu memproyeksikan profil DPK-nya. Selanjutnya angka LDR pada triwulan laporan tercatat 110,97%, meningkat dari posisinya di periode yang sama tahun lalu sebesar 104,98%. Perlu digaris bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah DPK yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya rasio LDR ini disebabkan karena

Grafik 3.19.

Kredit & NPLs Sektoral Tw. IV2010

Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Konstruksi 5 = Perdagangan 6 = Angkutan 7 = Jasa Dunia Usaha 8 = Jasa Sosial 9 = Lainnya (Konsumsi)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II -2 4 6 8 10 12 -1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kredit (Rp. Miliar) NPLs (%) Rp. Miliar %

55

pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun bank.

Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah dialami oleh Kota Manado sebesar 97,15%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten Minahasa sebesar 206,41%, disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 143,93%, Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 131,67%, dan Kota Bitung sebesar 107,40%.

3.4.3 Risiko Pasar

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga dan kecenderungan penurunan suku bunga kredit searah dengan kebijakan BI dengan mempertimbangkan sasaran inflasi dan pertumbuhan sektor riil. Sementara itu, volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena paparan terhadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.

3.4.4 Indikator perbankan lainnya

 Rasio Kelonggaran Tarik Kredit

Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan IV-2010 memperlihatkan kecenderungan penurunan. Tercatat rasio kelonggaran tarik pada Desember 2010 sebesar 2,50%, mengalami penurunan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 6,31%. Hal ini mencerminkan berkurangnya jumlah kredit yang tidak dicairkan oleh nasabah, sehingga risiko idle money pada perbankan Sulawesi Utara mengalami penurunan.

 Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) merupakan salah satu indikator penilaian terkait kemampuan

bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga (NIM) pada triwulan laporan

Grafik 3.20.

Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

- 50 100 150 200 250 Minahasa Bolmong Sangihe Talaud Manado Bitung Q4 2009 Q3 2010 Q4 2010

56

menunjukkan angka yang positif sebesar Rp1505 miliar, mengalami peningkatan signifikan bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp1.125 miliar.

 Rasio BOPO

Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan meningkat yang tercermin dari penurunan rasio BOPO bank umum menjadi 70,57% pada triwulan laporan dari 71,54% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Hal ini dapat diartikan bahwa bank sudah lebih efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Kondisi ini patut dipertahankan secara berkesinambungan terutama dalam menjaga daya saing perbankan nasional dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi Asia (MEA).

 Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk

menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan IV-2010, rasio ROA bank umum tercatat sebesar 3,01%, mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2,90%. Peningkatan rasio ROA ini didorong oleh tingginya presentase kenaikan total aset yang mampu dikelola dengan baik oleh bank untuk menghasilkan laba.

Grafik 3.22.

Net Interest Margin Bank Umum

(Rp Miliar) Grafik 3.21.

Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2009 2010 Plafond 10,187 10,647 11,031 11,731 13,133 13,620 14,079 14,986 Outstanding 9,095 9,627 10,004 10,485 10,846 11,457 11,904 12,681 Rasio UL (%) 6.20 5.50 5.38 6.31 2.32 2.15 2.62 2.50 -1 2 3 4 5 6 7 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 % Rp Miliar

57

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 54-58)