• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau kelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Dengan menilia status gizi seseorang atau sekelompok orang, maka dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik ataukah tidak baik (Nasoetion & Riyadi 1995).

Status gizi anak sering dinyatakan dalam ukuran berat badan menurut umur yang kemudian dibandingkan dengan nilai standar dari WHO/NCHS. Ukuran status gizi ini secara internasional disebut Z-score. Anak dengan status gizi normal mempunyai Z-score -2Sd sampai +2Sd. Apabila Z-score berada di bawah -2Sd maka anak tersebut dikatakan menderita gizi kurang dan apabila dibawah -3Sd berarti status gizinya buruk (Khomsan 2004).

Menurut Khomsan (2004) setelah berusia enam bulan, ternyata anak- anak Indonesia cenderung memiliki Z-score antara 1-Sd sampai -2Sd. Hal ini menunjukkan bahwa meski mereka masih termasuk dalam kategori normal, dengan bertambahnya umur (sampai usia balita) anak-anak Indonesia beresiko besar untuk terpuruk menjadi gizi kurang.

Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa dkk 2002).

Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini

biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa dkk 2002).

Soekirman (2000) menyatakan bahwa di dalam ilmu gizi status gizi tidak hanya dapat diketahui dengan mengukur BB atau TB sesuai dengan umur (U) secara sendiri-sendiri, tetapi juga dalam indikator yang dapat merupakan kombinasi antara ketiganya. Masing-masing indikator mempunyai makna tersendiri. Misalnya kombinasi antara BB dan U membentuk indikator BB menurut U yang disimbolkan dengan “BB/U”, kombinasi antara TB dan U

membentuk indikator TB menurut U atau “TB/U”, dan kombinasi antara BB dan TB membentuk indikator BB menurut TB atau “BB/TB”.

Indeks Berat Badan Menurut Umur

Berat badan adalah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yanag labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status) (Supariasa dkk 2002).

Indikator BB/U dapat normal. lebih rendah, atau lebih tinggi setelah dibandingkan dengan standar WHO. Apabila BB/U normal, digolongkan pada status gizi baik. BB/U rendah dapat berarti berstatus gizi kurang atau buruk. Sedangkan BB/U tinggi dapat digolongkan berstatus gizi lebih. Baik status gizi kurang maupu status gizi lebih kedua-duanya mengandung resiko yang tidak baik bagi kesehatan. Status gizi kurang yang diukur dengan indikator BB/U di

dalam ilmu gizi dikelompokkan ke dalam kelompok “berat beban rendah” (BBR)

atau underweight. Menurut tingkat keparahannya BBR dikelompokkan lagi ke dalam kategori BBR tingkat ringan (mild), sedang (moderate), dan berat (sever).

BBR tingkat berat atau sangat berat sering disebut sebagai status gizi buruk (Soekirman 2000).

Indikator BB/U menunjukkan sacara sensitif status gizi saat ini karena mudah berubah. Namun indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh U juga dipengaruhi oleh TB. Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu, dan indikator BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini (Soekirman 2000).

Indeks Berat Badan Menurut Panjang atau Tinggi Badan

Pengukuran antropometri yang terbaik adalah menggunakan indikator BB/TB. Ukuran ini dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik. Artinya, mereka yang memiliki BB/TB kurang, dikategorikan sebagai

“kurus” atau “wasted” (Soekirman 2000).

Berat badan mempunyai hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertambahan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks tunggal BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status gizi saat sekarang ini seperti halnya dengan BB/U, dan biasanya digunakan bila data umur yang akurat sulit diperoleh. Karena indeks BB/TB dapat memberi gambaran proporsi berat badan relatif terhadap tinggi badan, maka indeks ini merupakan indikator kekurusan. (Nasoetion & Riyadi 1995).

Indeks Tinggi Badan Menurut Umur

Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap defisiensi gizi. Indeks TB/U lebih menggambarkan status gizi pada masa lalu. Indeks ini sangat erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi. Oleh karena itu, indeks TB/U dapat juga digunakan untuk menggambarkan indikator perkembangan sosial ekonomi masyarakat (Nasoetion & Riyadi 1995).

KERANGKA PEMIKIRAN

Pilar utama dalam proses menyusui adalah inisiasi dini atau lebih dikenal dengan inisiasi menyusui dini (IMD). IMD didefinisikan sebagai proses membiarkan bayi menyusui sendiri setelah kelahiran (Yuliarti 2010). Pada pelaksaan IMD, bayi diberikan kesempatan untuk mencari sendiri sumber susu ibunya tanpa adanya bantuan dari tenaga medis. Keberhasilan pelaksanaan IMD sangat bergantung pada, pelayanan tempat bersalin, dukungan anggota keluarga, sikap, pengetahuan dan motivasi bidan atau dokter, promosi IMD melalui media, serta manajemen laktasi ibu.

Selain itu pelaksanaan IMD juga dipengaruhi oleh pengetahuan IMD ibu. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik cenderung akan melaksanakan IMD sesaat setelah bayi dilahirkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati (2010) terdapat hubungan antara pengetahuan IMD ibu dengan pelaksaaan IMD. Ibu yang memiliki pengetahuan baik dan melakukan IMD sebesar 72% sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan yang baik dan tidak melaksanakan IMD hanya sebesar 4%.

Pelaksaan IMD merupakan salah satu langkah awal keberhasilan pemberian ASI selanjutnya. Program ASI eksklusif merupakan program pemberian ASI saja hingga usia enam bulan tanpa makanan tambahan. Program pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu program yang sedang digalakan pemerintah karena masih rendahnya ibu yang bersedia memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Pemberian ASI eksklusif merupakan satu hal yang sangat penting karena akan memberikan pengaruh pada status gizi batita.

Secara sistematik, kerangka pemikiran tersebut dapat disederhanakan dalam alur sebagai berikut :

Keterangan :

: variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti

: hubungan yang diteliti : hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran Pengetahuan dan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini, Pemberian ASI eksklusif Serta Status Gizi Batita

Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini :  Tenaga medis yang

menangani kelahiran

 Proses kelahiran

 Langkah

pelaksanaan IMD Pengetahuan IMD Ibu :

 Makanan sumber zat gizi  ASI Eksklusif  Definisi IMD  Langkah IMD  Manfaat IMD  Penghambat IMD

Status gizi batita : BB/U; BB/TB; TB/U

Pemberian ASI Eksklusif :  Pemberian kolostrum

 Alasan tidak memberikan kolostrum

 Pemberian ASI eksklusif

 Alasan pemberian ASI eksklusif

 Lama pemberian ASI Eksklusif

Faktor keberhasilan IMD :  Pelayanan tempat bersalin  Dukungan anggota keluarga  Sikap, pengetahuan, dan motivasi bidan atau dokter  Promosi IMD melalui media  Manajemen laktasi ibu. Karakteristik keluarga  Pendapatan orang tua

 Besar keluarga Karakteristik ibu

 Umur

 Pekerjaan

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional study. Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor mewakili daerah perdesaan sedangkan Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor mewakili daerah perkotaan. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sampling dengan alasan masih banyaknya ibu yang melahirkan tanpa ditolong oleh tenaga non medis dan belum ada penelitian yang berkaitan tentang inisiasi menyusui dini. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2011.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah batita dan ibunya yang tinggal di Desa Sukajadi dan Kelurahan Situgede. Populasi dalam penelitian ini adalah batita yang tinggal di desa dan kelurahan terpilih. Total populasi batita Situgede sebanyak 319 batita dan total populasi batita Sukajadi sebanyak 359 batita. Kriteria contoh adalah batita tercatat di posyandu, berusia 12-35 bulan, tinggal bersama ibunya di lokasi terpilih, serta bersedia untuk dijadikan contoh.

Jumlah minimal contoh yang diperlukan dalam penelitian diperoleh melalui perhitungan dengan derajat kepercayaan yang diinginkan sebesar 95% dan batas toleransi sebesar 15%, dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Lemeshow et al 1997) :

n0= (Z1-α/2)2 .P(1-P) = (1,96)2. 0,20 (1-0,20) = 27,3 ≈ 27

d2 0,152

Keterangan :

n0 = jumlah contoh penelitian yang akan dipilih Z = tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)

P = estimasi proporsi pelaksanaan IMD (20%) d = tingkat presisi (15%)

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus tersebut ukuran minimal contoh yang dibutuhkan untuk masing-masing lokasi adalah 27 calon contoh. Contoh dipilih dari 3 posyandu terpilih pada masing-masing daerah. Penentuan jumlah contoh posyandu dilakukan secara proporsional menurut jumlah batita yang memenuhi kriteria dari posyandu terpilih dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

n = jumlah contoh posyandu

b = jumlah batita yang memenuhi kriteria

P = populasi batita di tiga posyandu yang memenuhi kriteria Nmin = jumlah contoh minimal

Berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan diambil dari populasi yang ada sehingga di dapatkan total populasi keseluruhan batita di Desa Sukajadi yang memenuhi kriteria sebesar 241 batita dan di Kelurahan Situgede sebesar 235 batita. Contoh diambil dari posyandu yang memiliki jumlah batita terbanyak. Terdapat 3 posyandu di Desa Sukajadi (Posyandu RW II, RW IV, dan RW V) dan Kelurahan Situgede (RW III, RW IV, dan RW V) yang memiliki jumlah batita terbanyak. Populasi batita dari tiga posyandu terpilih yang memenuhi kriteria adalah 101 batita di Desa Sukajadi dan 97 batita di Kelurahan Situgede. Penarikan contoh posyandu dilakukan dengan Simple Random Sampling sehingga didapatkan 31 contoh yang diambil pada masing-masing daerah sehingga total contoh yang didapatkan adalah 62 contoh.

purposive

purposive

Gambar 2 Kerangka penarikan contoh Desa dan Kota

28 batita Posyandu RW V Posyandu RW III Posyandu RW V Posyandu RW II 33 batita 38 batita 23 batita Desa Sukajadi, Kabupaten Bogor (perdesaan) 62 contoh Kelurahan Situgede, Kota Bogor (perkotaan) Posyandu RW IV 40 batita Posyandu RW IV 36 batita 31 contoh 31 contoh 9 contoh 10 contoh 12 contoh 7 contoh 12 contoh 12 contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik batita (umur, jenis kelamin, dan berat saat lahir), ibu (umur, pendidikan, dan pekerjaan), keluarga batita (besar keluarga dan pendapatan keluarga), pengetahuan IMD ibu, pelaksanaan IMD, pemberian ASI eksklusif, dan data status gizi batita (berat badan dan tinggi badan). Data pelaksanaan IMD meliputi langkah pelaksanaan IMD. Data pemberian ASI eksklusif meliputi, pemberian kolostrum, alasan tidak pemberian kolostrum, pemberian makanan prelaktal, jenis makanan prelaktal, pemberian susu formula, pelaksanaan pemberian ASI eksklusif, alasan pemberian ASI eksklusif, dan lama pemberian ASI Eksklusif. Data sekunder berupa keadaan umum wilayah.

Pengumpulan data primer yang meliputi karakteristik batita, ibu dan keluarga, pengetahuan IMD ibu, pelaksanaan IMD, dan data pemberian ASI eksklusif diperoleh dengan metode wawancara terstruktur, yaitu menggunakan kuisioner. Data status gizi diperoleh dengan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Alat pengukur yang digunakan berupa timbangan injak dengan ketelitian 0,5 kg dan microtoise. Data sekunder yang berupa data mengenai keadaan umum wilayah yang diperoleh dari data profil desa. Secara keseluruhan variabel, data yang diperlukan dan cara pengumpulan data ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1Jenis dan cara pengumpulan data

No Variabel Data yang dikumpulkan Cara pengumpulan

1 Karakteristik batita a. Umur

b. Jenis kelamin c. Berat saat lahir

Wawancara dengan kuisioner 2 Karakteristik keluarga a. Besar keluarga

b. Pendapatan keluarga

Wawancara dengan kuisioner 3 Karakteristik ibu a. Umur

b. Pendidikan c. Pekerjaan

Wawancara dengan kuisioner 4 Status gizi batita a. Berat badan

b. Tinggi badan

Pengukuran dengan timbangan

dan microtoise

5 Pengetahuan IMD ibu a. Makanan sumber zat gizi b. ASI Eksklusif

c. Definisi IMD

d. Langkah-langkah IMD e. Manfaat IMD

f. Faktor penghambat IMD

Wawancara dengan kusioner

6 Pelaksanaan IMD a. Langkah pelaksaan IMD Wawancar dengan kuisioner

Tabel 1.Jenis dan cara pengumpulan data

No Variabel Data yang dikumpulkan Cara

pengumpulan 7 Pemberian ASI a. Pemberian kolostrum

b. Alasan pemberian kolostrum c. Pemberian makanan prelaktal d. Pemberian susu formula

e. Pelaksanaan pemberian ASI eksklusif

f. Alasan pemberian ASI eksklusif g. Lama pemberian ASI Eksklusi

Wawancara dengan kuisioner

8 Gambaran Umum lokasi penelitian

Arsip desa dan kelurahan Pegolahan dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi editing, coding, entry dan analisis. Data yang diperoleh dianalisis deskriptif dan inferensia dengan sistem komputerisasi menggunakan Microsoft Excel dan SPSS 16 for window. Hubungan antara variabel penelitian dianalisis secara statistik dengan menggunakan Rank Spearman Correlation Test, uji beda dengan menggunakan Indipendent t-Test dan Mann Withney.

Karakteristik batita. Data karakteristik batita yang terdiri atas umur, jenis kelamin, dan berat bayi saat lahir. Umur batita berkisar antara 12-35 bulan. Jenis kelamin dikelompokkan menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Berat bayi lahir dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu BBLR jika berat bayi lahir <2500 gram dan normal jika berat bayi lahir > 2500 gram. Data yang didapat ditabulasi, dianalisis secara deskriptif dan diuji beda.

Karakteristik ibu. Data karakteristik ibu meliputi : umur, pekerjaan dan pendidikan. Umur ibu dikategorikan menjadi 4, yaitu remaja (< 20 tahun), dewasa awal (20-40 tahun), dewasa tengah (41-65 tahun), dan dewasa lanjut (>65 tahun). Pendidikan ibu dikategorikan menjadi 6, yaitu tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, Akademik/D1/D2/D3, dan Universitas/Sarjana. Pekerjaan ibu dikelompokkan menjadi 10, yaitu petani punya lahan, petani tanpa lahan, supir, tukang ojek, tidak bekerja, wiraswasta, PNS, guru di sekolah, pegawai swasta, dan buruh pabrik. Data yang didapat ditabulasi, dianalisis secara deskriptif dan uji beda.

Karakteristik keluarga. Data karakteristik keluarga yang meliputi : besar keluarga dan pendapatan. Besar keluarga dikategorikan menjadi 3, yaitu keluarga kecil kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga besar

bulan yang dihasilkan dari pendapatan kepala keluarga dan anggota keluarga lain dibagi dengan besar keluarga dinilai dalam satuan rupiah. Data yang didapat ditabulasi, dianalisis secara deskriptif dan diuji beda.

Status gizi. Status gizi batita dihitung berdasarkan indeks berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur dan berat badan menurut tinggi badan dan diolah menggunakan software WHO Anthroplus 2007 . Tingkat status gizi diklasifikasikan berdasarkan Z-skor menurut Depkes RI 2010 adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Klasifikasi status gizi berdasarkan Z-skor Depkes RI 2010

Status gizi Z-skor Status gizi

BB/U Z-skor ≤-3 SD -3 SD < Z-skor < -2 SD -2 SD < Z-skor < 2 SD Z-skor ≥ 2 SD Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih TB/U Z-skor ≤-3 SD -3 SD < Z-skor <- 2 SD - 2 SD < Z-skor < 2 SD Z-skor ≥ 2 SD Sangat pendek Pendek Normal Tinggi BB/TB Z-skor ≤-3 SD -3 SD < Z-skor <- 2 SD -2 SD < Z-skor < 2 SD Z-skor ≥ 2 SD Sangat kurus Kurus Normal Gemuk

Pengetahuan IMD ibu. Data pengetahuan IMD ibu diukur dengan menggunakan kuisioner yang berisikan 20 pertanyaan mengenai makanan sumber zat gizi, ASI eksklusif, definisi IMD, langkah-langkah IMD, pentingnya IMD, faktor penghambat IMD, manfaat IMD. Pertanyaan untuk jawaban benar diberikan skor 1 dan jawaban salah diberikan skor 0 sehingga skor maksimal yang diperoleh adalah 20 dan skor minimal adalah 0. Pengetahuan IMD ibu kemudian di kategorikan ke dalam tiga kategori yaitu, tingkat pengetahuan IMD ibu baik jika total nilai > 80%, sedang jika total nilai berada antara selang 60 – 80%, dan rendah jika total nilai < 60% (Khomsan 2000).

Pelaksanaan IMD. Pelaksanaan IMD diukur dengan menggunakan 12 pertanyaan tentang : langkah pelaksanaan IMD (Depkes RI 2008). Contoh dianggap melaksanakan IMD jika melaksanakan langkah nomor lima yang berupa meletakkan bayi di atas perut ibu dan salah satu langkah nomor enam

hingga sepuluh yang berupa respon yang diberikan bayi setelah berada di perut ibu. Data yang didapatkan ditabulasi, dianalisis deskriptif dan di uji beda.

Pemberian ASI Esklusif. Pemberian ASI eksklusif diukur dengan menggunakan 8 pertanyaan tentang pemberian kolostrum, alasan tidak memberiakan kolostrum, pemberian makanan prelaktal, jenis makanan prelaktal, pemberian susu formula, pelaksanaan pemberian ASI eksklusif, alasan pemberian ASI eksklusif dan lama pemberian ASI Eksklusif. Data yang didapat ditabuasi, dianalisis deskriptif dan diuji beda.

Tabel 3. Pengelompokkan dan pengkategorian variabel

No Variabel Pengelompokkan atau pengkategorian

Data Primer

1 Karakteristik batita

Umur batita (WHO 2008) 1) 12 – 23 bulan 2) 24 – 35 bulan Berat baru lahir ... kg

Jenis kelamin 1) Laki-laki

2) Perempuan 2 Karakteristik keluarga

Besar keluarga (BKKBN 1998) 1) Keluarga kecil (≤ 4 orang) 2) Keluarga sedang (5-6 orang) 3) Keluarga besar (≥ 7 orang) Pendapatan keluarga dinyatakan

dalam pendapatan/kapita/bulan (BPS 2010)

Berdasarkan garis kemiskinan Provinsi Jawa Barat tahun 2010.

1) Miskin (< Rp 198 772) 2) Tidak miskin (≥ Rp 198 772 3 Karakteristik ibu

Umur 1) Remaja (< 20 tahun)

2) Dewasa awal (20-40 tahun) 3) Dewasa tengah (41-65 tahun) 4) Dewasa lanjut (>65 tahun)

Pekerjaan 1) Petani punya lahan

2) Petani tanpa lahan 3) Supir 4) Tukang ojek 5) Tidak bekerja 6) Wiraswasta 7) PNS 8) Guru di sekolah 9) Pegawai swasta 10) Buruh pabrik Pendidikan 1) Baik > 80% 2) Sedang 60% – 80% 3) Rendah < 60% 4 Pengetahuan IMD ibu (Khomsan

2000)

1) Baik > 80%

2) Sedang 60% – 80% 3) Rendah < 60%

5 Pelaksanaan IMD 1) Melaksanakan

Tabel 3. Pengelompokkan dan pengkategorian variabel

Definisi Operasional

ASI eksklusif adalah proses pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan selama 6 bulan.

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga batita, dikategorikan menjadi

keluarga besar (≥ 7 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga

kecil (≤ 4 orang) (BKKBN 1998).

Contoh adalah batita dan ibunya yang tinggal di lokasi terpilih dan tercatat di posyandu.

No Variabel Pengelompokan atau pengkategorian

Data Primer

6 Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian Kolostrum 1) Ya

2) Tidak Alasan tidak memberikan kolostrum

1) Cair, kotor, dan berbau amis 2) Tidak diperbolehkan

3) lainnya sebutkan... Pemberian makanan prelaktal 1) Ya

2) Tidak Jenis makanan atau minuman yang

diberikan

Pemberian susu formula (Khomsan 2003)

1) ≥ 6 bulan 2) < 6 bulan Pelaksanaan ASI eksklusif 1) Ya

2) Tidak Alasan pemberian ASI eksklusif

Lama pemberian ASI eksklusif (Khomsan et al 2009)

1) 6 bulan 2) 4 – 5 bulan 3) < 4 bulan 7 Status gizi batita

BB/U (Depkes RI 2010)

1) <-3 SD Z-skor (Gizi buruk)

2) -3 SD < Z-skor <-2 SD (Gizi kurang) 3) -2 SD < Z-skor < 2 SD (Gizi baik) 4) > 2 SD Z-skor (Gizi lebih)

TB/U

1) Z-skor ≤-3 SD (Sangat pendek) 2) -3 SD < Z-skor <- 2 SD (Pendek) 3) - 2 SD < Z-skor < 2 SD (Normal) 4) ≥ 2 SD Z-skor (Tinggi)

BB/TB

1) Z-skor ≤-3 SD (Sangat kurus) 2) -3 SD < Z-skor <- 2 SD (Kurus) 3) -2 SD < Z-skor < 2 SD (Normal) 4) ≥ 2 SD Z-skor (Gemuk)

Data Sekunder

Inisiasi Menyusui Dini adalah tindakan segera setelah bayi diletakkan menempel di dada atau perut ibu, dibiarkan merayap mencari putting, kemudian menyusu sampai puas (Depkes RI 2008).

Jenis Kelamin adalah identitas seksual yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Pekerjaan Ibu adalah jenis pekerjaan ibu meliputi petani punya lahan, petani tanpa lahan, supir, tukang ojek, tidak bekerja, wiraswasta, PNS, guru di sekolah, pegawai swasta, dan buruh pabrik

Pemberian ASI Eksklusif adalah keterangan mengenai pemberian ASI Eksklusif yang terdiri dari pemberian kolostrum, alasan tidak memberikan kolostrum, pemberian makanan prelaktal, pemberian susu formula, pelaksanaan pemberian ASI eksklusif, lama pemberian ASI eksklusif, dan alasan memberikan ASI eksklusif.

Pendapatan per kapita per bulan adalah jumlah pendapatan per bulan yang dihasilkan dari pendapatan kepala keluarga dan anggota keluarga lain dibagi dengan besar keluarga dinilai dalam satuan rupiah.

Pengetahuan IMD ibu adalah tingkat pengetahuan ibu tentang, makanan sumber zat gizi, kehamilan, ASI eksklusif, definisi IMD, langkah pelaksanaan IMD, manfaat IMD dan faktor penghambat IMD. Tingkat pengetahuan IMD ibu dihitung dalam persentase serta dikategorikan menjadi rendah jika skor <60%, sedang jika skor 60-80%, dan tinggi jika skor >80% (Khomsan 2000).

Perdesaan adalah wilayah penilitian yang terletak di wilayah Kabupaten Bogor yaitu Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari.

Perkotaan adalah wilayah penelitian yang terletak di wilayah Kota Bogor yaitu Kelurahan Situgede.

Responden adalah ibu dari batita terpilih.

Status gizi batita adalah perbandingan antara berat badan dengan umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang diklasifikasikan berdasarkan Depkes RI 2010.

Usia adalah waktu yang telah dilalui oleh contoh untuk melangsungkan kehidupan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis

Kelurahan Situgede merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor yang menjadi salah satu lokasi penelitian mewakili daerah perkotaan. Kelurahan Situgede memiliki luas wilayah 232,47 Ha dan terdiri dari 33 RT dalam 10 RW. Secara geografis, Kelurahan Sitgede dibatasi oleh Kelurahan Bubulak di sebelah timur, Desa Cikarawang di sebelah barat, Kali Cisadane di sebelah utara, dan Kali Sindangbarang di sebelah selatan.

Desa Sukajadi memiliki luas wilayah 304,139 Ha yang terbagi kedalam 3 Dusun, dan 32 RT dalam 11 RW. Secara geografis, Desa Situgede berbatasan dengan Desa Purwasari, Desa Petir, dan Desa Sukadami Kecamatan Dramaga disebelah utara, Desa Sukajaya disebelah timur, Gunung Salak disebelah selatan, dan Desa Gunung Malang Kecamatan Tenjolaya disebelah barat.

Sosio Demografi

Umur dan Jenis Kelamin. Jumlah penduduk Kelurahan Situgede adalah

Dokumen terkait