• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Representasi Sosial Kesuksesan Hidup Remaja di Pedesaan Dengan Pemilihan Pekerjaan Oleh Remaja di Pedesaan

3. Status Perkawinan

Ada perbedaan yang mendasar antara seorang remaja yang belum menikah dengan yang sudah menikah dalam memandang pekerjaan. Remaja belum menikah relatif lebih mudah untuk bermigrasi sehingga cenderung berorientasi keluar pertanian. Bagi remaja yang sudah menikah, jika tidak ada pekerjaan yang dinilai lebih baik secara status sosial maupun ekonomi yang bisa dimasuki, maka pekerjaan pertanian pun dikerjakan.

4. Usia

Secara dikotonomi dapat dikatakan bahwa remaja yang berusia lebih muda punya orientasi kerja lebih ke arah luar pertanian, karena tenaga masih kuat dan mobilitas masih tinggi. Pekerjaan pertanian dipersepsikan sebagai pekerjaan yang rumit, melelahkan dan kotor. Akibatnya, remaja berusia lebih muda berupaya mencari pekerjaan nonpertanian sekalipun harus ke luar desa. Tidak demikian dengan kelompok usia yang lebih tua.

5. Sosialisasi

Pekerjaan pertanian kurang disosialisasikan kepada anak, terlihat pada nasehat- nasehat yang disampaikan para orang tua untuk rajin sekolah agar jadi anak pintar dan tidak jadi petani seperti orangtuanya. Secara sadar atau tidak sadar orang tua telah mensosialisasikan pandangan kepada anak tentang kelelahan, kerendahan dan ketidakcerahan masa depan apabila bekerja di sector pertanian. Orang tua sudah mengalami pergeseran pandangan terhadap pekerjaan pertanian walaupun secara factual mereka masih hidup di dalamnya. Akibatnya proses sosialisasi pekerjaan tidak berlangsung secara intensif. Sebagai agen sosialisasi, orang tua membantu mengarahkan remaja untuk berusaha keluar dari pekerjaan pertanian.

Penelitian mengenai representasi remaja pedesaan terhadap pekerjaan juga pernah dilakukan oleh Herlina Tarigan, dalam jurnal nya yang berjudul “Representasi Pemuda Pedesaan Mengenai Pekerjaan Pertanian: Kasus Pada Komunitas Perkebunan Teh Rakyat di Jawa Barat”. Dalam penelitian tersebut penulis melihat bahwa pada masa sekarang ini semakin sulit memperoleh tenaga kerja pertanian di pedesaan yang disinyalir sebagai akibat dari rendahnya pendapatan bekerja di sector ini. Sebagian besar angkatan kerja yang kehilangan pekerjaan akibat terjadinya krisis ekonomi menolak untuk bekerja di sektor pertanian, sekalipun sektor ini relatif terbuka dan tidak menuntut kualifikasi pekerja yang tinggi. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa pergeseran pilihan pekerjaan pemuda pedesaan terhadap pekerjaan nonpertanian lebih disebabkan faktor pertimbangan sosial. Berkembang penilaian bahwa pekerjaan pertanian merupakan pekerjaan yang masih bernilai ekonomis tetapi kurang memberi status sosial yang terhormat. Sifat pekerjaan yang lebih mengandalkan kekuatan fisik namun langka terhadap teknologi dan unsur-unsur modern-perkotaan dinilai sebagai pekerjaan yang kurang menarik bagi pemuda.

Keinginan Migrasi

Remaja Desa Kuta Sirna cenderung tidak puas terhadap pekerjaan mereka saat ini dan sebagian besar ingin bekerja keluar dari Desa Kuta Sirna pindah ke kota besar seperti Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja Desa Kuta Sirna yang ingin urbanisasi keluar desa, penyebarannya dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Pilihan Daerah Tujuan Migrasi Remaja

Gambar 13. menunjukkan bahwa remaja Desa Kuta Sari sebagian besar (49%) sangat ingin urbanisasi ke kota besar (seperti : Jakarta, Bandung, Surabaya dan lain- lain), disusul oleh 38 persen remaja yang ingin urbanisasi ke desa lain. Responden menginginkan bekerja ke kota besar atau pindah ke desa lain dikarenakan di desa Kutasirna sulit untuk mendapatkan pekerjaan selain itu jarak tempuh ke pusat pemerintahan kecamatan dari desa Kutasirna yaitu 5Km, sedangkan jarak ke ibukota Kabupaten Sukabumi dari desa Kutasirna adalah 8Km dan hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Maka dari itu responden lebih memilih untuk bekerja di luar desa Kutasirna.

Julia Forcina Sinuraya dan Saptama melakukan penelitian mengenai “Migrasi Tenaga Kerja Pedesaan dan Pola Pemanfaatannya”, hasil kajian kualitatif di lapang menunjukkan bahwa keputusan seseorang untuk melakukan migrasi sangat dipengaruhi oleh rata-rata luas lahan yang dimiliki, kualitas lahan yang dicerminkan oleh tipe irigasi, umur migran, tingkat pendidikan, aksessibilitas desa-kota, perkembangan kesempatan kerja di luar sektor pertanian di pedesaan, dan perkembangan tingkat upah riil sektor pertanian di pedesaan. Banyaknya tenaga kerja muda dengan rata-rata tingkat pendidikan rendah asal pedesaan yang melakukan migrasi dengan tujuan utama pusat kota atau industri memberikan indikasi bahwa mereka kurang atau tidak tertarik lagi bekerja di sektor pertanian di pedesaan, yang terkesan kumuh, dan tidak memberikan jaminan tingkat, stabilitas, dan kontinyuitas pendapatan. Faktor penarik bermigrasi antara lain kesempatan kerja lebih tinggi, tingkat upah atau pendapatan yang lebih terjamin, serta faktor non ekonomi antara lain untuk memperoleh pengalaman hidup di kota dan peningkatan status sosial.

5

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian tentang pengaruh perilaku menonton infotainment terhadap representasi sosial tentang kesuksesan hidup dan pemilihan pekerjaan oleh remaja di pedesaan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Perilaku menonton infotainment remaja intensitas menonton paling tinggi adalah RCTI, jenis tayangan Go Spot, waktu menonton pagi hari sebelum ke sekolah

atau bekerja, durasi menonton infotainment sekitar 30 menit-1jam. Jenis stasiun televisi yang paling banyak ditonton oleh remaja Desa Kuta Sirna adalah RCTI. Alasan responden memilih stasiun televisi RCTI adalah karena stasiun televisi RCTI merupakan stasiun televisi yang sinyal tayangannya paling baik di Desa Kuta Sirna dibandingkan dengan stasiun televisi lain. Alasan mereka memilih tayangan Go Spot di RCTI karena Go Spot tayang paling pagi, sehingga Go Spot menghadirkan berita lebih awal dibandingkan dengan program acara lain. Tayangan Go Spot juga dianggap sebagai tayangan yang menggunakan kata- kata yang mudah dimengerti oleh mereka, menghadirkan fakta atau narasumber bukan hanya narasi dari pihak infotainment semata, dan juga selalu memberitakan selebritis yang mereka kenal dan selebritis yang sering muncul di televisi. Selain itu tampilan para pembawa acaranya dianggap menarik oleh para responden karena tidak terlalu berlebihan dalam hal pakaian dan dandanannya. 2. Terdapat hubungan antara lamanya menonton dengan representasi sosial

kesuksesan hidup selebritis. Remaja yang menonton tayangan infotainment yang kurang dari 1 jam per hari mempunyai representasi sosial kesuksesan hidup selebritis yaitu pintar atau ahli di bidangnya, sedangkan remaja yang menonton tayangan infotainment 1-2 jam per hari mempunyai representasi sosial kesuksesan hidup selebritis yaitu kaya, remaja yang menonton tayangan infotainment 2-3 jam per hari mempunyai representasi sosial kesuksesan hidup selebritis adalah terkenal, dan remaja yang menonton tayangan infotainment lebih dari 3 jam per hari mempunyai representasi sosial kesuksesan hidup selebritis yaitu selebritis yang sukses adalah selebritis yang pintar atau ahli di bidangnya.

3. Terdapat hubungan antara lamanya menonton dengan representasi sosial kesuksesan hidup remaja di pedesaan. Remaja yang menonton tayangan infotainment kurang dari 1 jam per hari mengatakan bahwa kesuksesan hidup adalah apabila mereka merasa bahagia lahir dan batin, yang menonton 1 jam hingga 2 jam per hari mengatakan bahwa kesuksesan hidup adalah apabila punya usaha sendiri, sedangkan remaja yang menonton tayangan infotainment 2 jam hingga 3 jam mengatakan bahwa kesuksesan hidup adalah apabila banyak harta, dan remaja yang menonton tayangan infotainment lebih dari 3 jam mengatakan bahwa kesuksesan hidup adalah apabila terkenal.

4. Tidak terdapat hubungan antara representasi sosial kesuksesan hidup remaja dengan pemilihan pekerjaan. Remaja desa Kuta Sirna menginginkan pekerjaan sebagai seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) karena menjadi PNS merupakan suatu kebanggaan dan dapat dikenal oleh masyarakat Desa Kuta Sirna. Profesi selebritis bukan pilihan remaja di desa Kuta Sirna karena mereka menyadari bahwa mereka tidak mempunyai kemampuan yang cukup serta tidak mempunyai wajah yang tampan/cantik.

Saran

1. Untuk produser tayangan infotainment agar lebih banyak lagi menayangkan mengenai cara-cara selebritis menggapai kesuksesannya serta perjalanan hingga mencapai kesuksesan tersebut agar lebih bisa memotivasi kaum remaja.

2. Kepada remaja di pedesaan agar lebih berhati-hati dalam memilih jenis tayangan infotainment yang akan ditonton, diperlukan bimbingan orang tua dalam menyaksikan tayangan infotainment.