• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI DALAM IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGAN

Dalam dokumen Pusat Sains dan Teknologi Akselerator BA (Halaman 95-98)

BUDAYA KESELAMATAN

W. Prasuad

Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju – BATAN Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang Banten prasuad@batan.go.id

ABSTRAK

STRATEGI DALAM IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN. Telah dilakukan penilaian awal dalam menerapkan strategi dan pembinaan budaya keselamatan di Badan Tenaga Nuklir Nasional. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Peraturan Kepala BATAN No.200/KA/X/2012 dan Sistem Manajemen Keselamatan SB006: OHSAS 18001:2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa percepatan pelaksanaan dan mendorong budaya keselamatan dapat dilakukan melalui penerapan sistem manajemen keselamatan. Dalam penelitian ini juga diusulkan strategi untuk mempercepat implementasi budaya keselamatan melalui klausul OHSAS 18001:2008 SB006 pada karakteristik dan atribut budaya keselamatan

Kata Kunci : Strategi menumbuh kembangkan budaya keselatan, Sistem manajemen keselamatan

ABSTRACT

STRATEGY DEVELOPMENT AND IMPLEMENTATION OF SAFETY CULTURE. Initial assessment has been made in implementing the strategies and fostering of safety culture in the National Nuclear Energy Agency (BATAN). The study was conducted using the approach the Rule of BATAN Head No.200/KA/X/2012 and Safety Management System SB006:OHSAS 18001:2008. The results of the study showed that the acceleration of implementation and fostering safety culture can be done through the implementation of safety management systems. In this study also proposed a strategy for accelerating the implementation of a safety culture through the clauses of the OHSAS 18001:2008 SB006 on the characteristics and attributes of safety culture.

Keywords: Strategies to fostering Safety Culture, Safety management system

PENDAHULUAN

ara ahli budaya keselamatan kelas dunia bersepakat, bahwa belum ada cara yang ampuh dalam menerapkan budaya keselamatan pada suatu organisasi. Salah satu pengaruh yang sangat kuat adalah karakteristif budaya organisasi yang spesifik dan dipengaruhi oleh budaya lokal serta budaya nasional yang cukup kuat. Sebagai pedoman tentu saja dibutuhkan untuk menjadi pegangan bersama dalam melaksanakan budaya keselamatan di organisasi.

Penerapan budaya keselamatan di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) bertujuan mewujudkan peningkatan berkelanjutan pada budaya keselamatan yang didasari oleh nilai-nilai budaya keselamatan yang ada pada setiap Satuan Kerja di BATAN. Untuk dapat mewujudkan pelaksanaan dan peningkatan berkelanjutan tersebut maka telah dikeluarkan Peraturan Kepala BATAN Nomor 200/KA/X/2012[1]. Pedoman ini dimaksudkan sebagai petunjuk dalam penerapan budaya keselamatan di lingkungan BATAN secara sistematis dan berkelanjutan

sehingga penyelenggaraan keselamatan dapat berjalan efisien dan efektif. Pedoman penerapan budaya keselamatan ini dibuat dengan mempertimbangkan bahwa kondisi sikap dan perilaku baik individu maupun organisasi, senantiasa dapat ditingkatkan dengan memperhatikan arti penting keselamatan dalam pengoperasian fasilitas atau instalasi yang memanfaatkan tenaga nuklir dan juga non-nuklir sebagai suatu ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi. Dengan adanya pedoman ini diharapkan dapat mempercepat menumbuh kembangkan kesadaran pada setiap individu akan pentingnya aspek keselamatan dalam berbagai kegiatan di BATAN. Dalam rangka menumbuh kembangkan budaya keselamatan di BATAN, telah dilakukan beberapa langkah praktis yang bertujuan agar budaya keselamatan dapat dilaksanakan dengan baik oleh setiap Satuan Kerja di BATAN. Kegiatan tersebut antara lain berupa sosialisasi bagi pejabat struktural dan fungsional, lokakarya budaya keselamatan serta forum diskusi udaya keselamatan tingkat Kawasan Nuklir Serpong. Dari hasil pengamatan dalam mensosialisasikan budaya keselamatan, pelaksanaan lokakarya

W. Prasuad ISSN 0216 - 3128 85

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah – Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2014 Pusat Sains dan Teknologi Akselerator - BATAN

Yogyakarta, 10 - 11 Juni 2014 kerja di BATAN serta para praktisi keselamatan

masih ditemukan kesulitan dalam mengimplementasikan budaya keselamatan. Ada 2 (dua) masalah utama yang menjadi hambatan dalam mengimplementasikan Perka Nomor 200/KA/X/2012 yaitu:

Budaya keselamatan tidak bisa diukur secara langsung dalam implementasinya, sehingga masih diperlukan tambahan penjelasan pada Lampiran Perka 200/KA/X/2012[2] yang berisikan tentang 5 karakteristik dan 27 atribut budaya keselamatan; Budaya keselamatan masih dipandang sebagai sistem manajemen.

Dalam kajian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap strategi yang tepat dan effektif dalam proses implementasi dan pengembangan budaya keselamatan pada Satuan Kerja di BATAN, hal ini dilaksanakan melalui tahapan strategi yang harus diterapkan sehingga tujuan menumbuh kembangkan budaya keselamatan secara berkelanjutan dapat terlaksana.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji dalam menentukan strategi yang tepat dalam mengimplementasikan dan menumbuh kembangkan budaya keselamatan di Satuan Kerja BATAN. Kajian diarahkan pada hubungan antara penerapan sistem manajemen keselamatan dengan budaya keselamatan.

Dengan terbitnya suatu standar keselamatan BATAN SB006 OHSAS 18001:2008[3], maka penerapan manajemen keselamatan di BATAN lebih mudah dalam hal implementasi dan pengawasanya. Hal ini disebabkan sistem manajemen lebih terlihat bentuk artefaknya dalam hal Plan, Do, Check dan Act nya. Berbeda dengan penerapannya dalam budaya keselamatan, dimana implementasinya lebih kepada sikap dan prilaku, secara praktis tidak ada prosedur langsung yang dibuat untuk sikap dan prilaku, melainkan malalui kepatuhan terhadap pelaksanaan dalam menjalankan prosedur dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Dengan tidak adanya pengukuran langsung terhadap suatu proses bisnis, maka sangat dirasakan sifat abstrak dari budaya keselamatan.

Sikap budaya yang dilihat sebagai pengulangan prilaku yang berujung pada pembiasaan dan prilaku, maka pada kajian ini akan dilakukan pendekatan implementasi budaya keselamatan malalui analogi dengan penerapan sistem manajemen keselamatan.

TINJAUAN TEORI

Dua hal besar yang sangat berpengaruh dalam melaksanakan pengelolaan keselamatan di fasilitas nuklir dan radiasi, yaitu adanya sistem manajemen keselamatan, pedoman pelaksanaan budaya keselamatan dan adanya standar serta acuan yang digunakan bersama. Pada bagian ini akan

disampaikan suatu tinjauan teori tentang keterkaitan antara pelaksanaan budaya keselamatan dan sistem manajemen keselamatan. Tinjauan sistem manajemen keselamatan yang digunakan pada tinjauan teori ini adalah SB006 OHSAS 18001:2008 dan Peraturan Ka. BATAN No : 200/KA/X/2012 tentang acuan dokumen IAEA yang terkait.

Penerapan Budaya Keselamatan

Praktek dan penarapan dan pengembangan budaya keselamatan memerlukan waktu dan usaha yang kuat dalam menjalankannya. Untuk itu sangat dibutuhkan suatu pedoman pelaksanaannya yang disertai dengan uraian yang lengkap dan jelas dalam menerapkan di fasilitas nuklir dan radiasi.

Berdasarkan Perka Ka.BATAN No : 200/KA/X/2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerapan Budaya Keselamatan, penarapan budaya keselamatan antara lain meliputi kegiatan : penilaian diri;sosialisasi; coaching; workshop; seminar, dan pelatihan budaya keselamatan tingkat internal Satuan Kerja.

Dalam penarapan seluruh kegiatan ini merupakan tanggung jawab seluruh personel dan manajemen dalam Satuan Kerja dengan tugas dan fungsi seperti pada Gambar 1.

Gambar. 1 Komitmen Budaya Keselamatan[2] Dari Gambar 1 terlihat jelas, tugas pimpinan puncak, menengah dan seluruh pegawai. Secara keseluruhan penjabaran dalam operasional di fasilitas kegiatan tersebut dituangkan dalam karakteristik dan atribut. Karakteristik budaya keselamatan untuk tiap satuan kerja sangat tergantung dari faktor proses bisnisnya, leadership, sifat berprilaku selamat (behavior base safety) pegawainya, sehingga setiap organisasi akan memiliki sifat budaya organisasi yang spesifik.

86

Dalam melaksanakan penerap keselamatan, faktor penguatan dan pele dapat terjadi, untuk itu peningkatan merupakan langkah yang harus Peningkatan berkelanjutan bertujuan unt pelaksanaan budaya keselamatan da dengan baik. Pada Gambar 2 dita peningkatan berkelanjutan dari budaya k

Gambar 2. Model proses pengembang Budaya Keselamatan Kolb Praktek Menumbuh Kembangka Keselamatan

Persyaratan untuk mengembangk keselamatan yang baik adalah tekad y nyata dari setiap individu di dalam or kelompok. Pada Gambar 1 diilustra intemediasi antara individu kan pengam terletak pada tingkat manajer. Ini faktor yang sangat berperan dalam kembangkan budaya keselamatan terleta manajer tingkat menengah. Peran man ditunjukkan pada Tabel 1 Tecdoc 1329[5 berdasarkan laporan keselamatan IAEA No.11[6],menumbuh kembangkan (foste dilakukan melalui tiga tahap sebagai be a. Keselamatan digerakkan oleh ada melaksanakan peraturan perundanga ditatapkan.

b. Kinerja keselamatan yang baik me organisasi dan dicapai melalui me dan tujuan keselamatan organisasi. c. Keselamatan dipandang sebagai perbaikan yang berkesinambun individu dapat memberikan and menumbuh kembangkan budaya organisasi.

Ciri–ciri ini dapat digunakan oleh sua untuk memberikan arah pada pengemba keselamatan dengan mengidentifikasi p dan posisi yang diinginkan.

ISSN 0216 - 3128 rapan budaya elemahan selalu n berkelanjutan us dilakukan. untuk menjamin dapat berjalan itampilkan alur a keselamatan. angan olb[4] gkan Budaya gkan budaya yang kuat dan organisasi atau trasikan bahwa ambil kebijakan i menunjukkan am menumbuh letak pada posisi anajer untuk ini [5]. Sedangkan A Safety Series stering) dapat berikut :

danya kerelaan ngan yang telah menjadi tujuan membuat target i suatu proses ungan, setiap ndilnya dalam a keselamatan suatu organisasi bangan budaya posisi saat ini

Tabel 1. Peran Manajer da kembangkan Budaya

No Kemampuan

1 Memiliki pengertian yang benar tentang konsep budaya keselamatan; 2 Tertarik pada aspek

keselamatan dan menyatukannya dalam perilakunya 3 Mendorong para pegawai untuk menumbuhkan dan meningkatkan sikap bertanya terhadap keselamatan; 4 Memastikan bahwa keselamatan telah diikut sertakan dalam aktifitas perencanaan; 5 Secara teratur meninjau aspek keselamatan untuk menjamin kepatutan dan ketepatannya dalam keadaan sekarang maupun yang akan datang 6 Pemantauan kecenderungan atau trend keselamatan untuk menjamin tercapainya tujuan- tujuan keselamata 7 Menghargai dan mengakui mereka yang meningkatkan keselamatan

Dengan menggabungkan dan mem pandangan tersebut, pelaksanaan budaya keselamatan dapat dilaksan Keterkaitan Sistem Manajem Dalam Penerapan Budaya Kesel Kepemimpin merupakan as keterkaitan antara SMK dan BK seperti pada Gambar 3. Hal ini m pimpinan memiliki peran yang tahap pengambilan keputusan masalah keselamatan di organisasi

W. Prasuad dalam Menumbuh aya Keselamatan Dampak Dapat membedakan SMK dan BK SMK dilaksanakan prilaku aman ( safe act) Menjadi motor penggerak implemantasi dan prilaku pegawai dalam memandang keselamatan Progam keselamatan setara dengan kegiatan dalam TUPOKSI organisasi Penjaminan pelaksanaan HIRADC dan evaluasinya Terjaminnya pelaksanaan Kaji diri dan audit keselamatan

Memberikan rasa aman dan nyaman dalam bekerja

empraktekkan kedua aan mengembangkan sanakan dan terukur. emen Keselamatan selamatan

aspek utama dalam BK, seperti an nya i menunjukkan bahwa g menentukan pada an tertinggi dalam

W. Prasuad

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Gambar 3. Keterkaitan SMK Dari Gambar 3 menunjukkan keselamatan dan sistem mana mempengaruhi[5]. Sistem mana adalah suatu pengaturan o pengelolaan keselamatan, s keselamatan akan sangat berpeng prilaku individu didalam ditunjukkan dengan komitmen m Pandangan lain yang menunj bahwa sistem manajemen kese diterapkan pada pelekaanaan b ditunjukkan pada Gambar 4. Pada Gambar 4 ini diilustras manajemen dapat berperan bes yang sangat kuat dalam st implementasi budaya keselamata angsur pengaruh sistem manajem pada tingkat Tata Nilai da Sedangkan pengaruh budaya semakin berkurang pada tingkat a Pemantauan awal sistem mana dan kesehatan kerja (SMK3) m analogi dengan pemotretan a keselamatan (melalui pengisian Pemantauan awal pada s dilakukan dengan :

Identifikasi kondisi yang dengan butir-butir yang releva Identifikasi sumber bahay dengan kegiatan organisasi Penilaian tingkat pengeta peraturan perundangan dan dan kesehatan kerja (K3) Membandingkan penerapan K dan sektor lain yang lebih bai Meninjau sebab dan akib membahayakan, kompensasi d

ISSN 0216 - 3128

muan dan Presentasi Ilmiah – Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknol Pusat Sains dan Teknologi Akselerator - BATAN

Yogyakarta, 10 - 11 Juni 2014 K dengan BK

kan bahwa budaya anajemen akan saling anajemen keselamatan organisasi terhadap sedangkan budaya engaruh terhadap sikap, m organisasi yang manajemennya. unjukkan interkoneksi eselamatan juga dapat budaya keselamatan trasikan bahwa sistem besar sebagai Artefak strategi awal pada atan. Secara berangsur jemen akan berkurang dan Asumsi Dasar. a keselamatan akan at artefak.

najemen keselamatan ) merupakan langkah awal pada budaya an kuesioner).

sistem manajemen g ada dibandingkan evan pada SMK3

aya yang berkaitan etahuan, pemenuhan n standar keselamatan n K3 dengan organisasi baik

kibat kejadian yang si dan gangguan

Gambar 4. Komitmen B

Semua proses dilakuk manajemen seperti pada mo manajemen keselamatan. Hasil pelaksanaan aw yang dilakukan dengan k pada lima unsur karaktr serta tiga puluh tujuh pengukuran budaya keselam kekuatan dan kelemahan kerja. Dari hasil ini, ma dilakukan langkah-2 pengu melalui kesesuaian implem yang akan berdampak keselamatan.

Dalam dokumen Pusat Sains dan Teknologi Akselerator BA (Halaman 95-98)