• Tidak ada hasil yang ditemukan

TATA KERJA Tata Kerja pada penul

Dalam dokumen Pusat Sains dan Teknologi Akselerator BA (Halaman 98-101)

Tata Kerja pada penul dengan melakukan te karakteristik budaya kese puluh tujuh atribut yang Perka BATAN No.200/K tiga puluh tujuh atribut terhadap butir dan klausu OHSAS 18001:2008. Pada dengan dokumen sistem pada satuan kerja, seperti y Mutu, Prosedur, Instruksi K dimiliki olehsatuan kerja. karakteristik budaya kese lebih dari satu klausul atau sistem manajemen keselam pada satuan kerja. Untuk k kesesuaian dengan atrib sebaiknya dilakukan ka manajemen keselamatan d dimiliki oleh satuan kerja.

87

getahuan dan Teknologi Nuklir 2014 n Budaya Keselamatan [1]

ukan mengikuti kaidah model “PDCA” pada sistem awal budaya keselamatan kaji diri dan atau observasi ktristik budaya keselamatan juh atributnya. Dari hasil lamatan ini akan diperoleh n dari karakteristik satuan maka dengan mudah dapat nguatan budaya keselamatan lementasi sistem manajemen

pada penguatan budaya

ulisan makalah ini adalah telaah terhadap lima eselamatan (BK) dan tiga ang terdapat pada Lampiran

0/KA/X/2012. Sebanyak but dilihat kesesuaiannya usul yang ada pada SB006 danan ini harus disesuaikan m manajemen keselamatan yang terdapat pada Manual si Kerja serta rekaman yang Setiap atribut dari seluruh selamatan bisa dipadankan tau butir yang terdapat pada amatan dan kesehartan kerja k kondisi dimana belum ada tribut pada perka, maka kaji ulang pada sistem dan kesehatan kerja yang

88 ISSN 0216 - 3128 W. Prasuad

Tabel 2. Keterkaitan Karakteristik BK dengan Klausul SM

HASIL DAN PEMBAHASAN

Langkah pertama yang dilakukan adalah mamadankan setiap atribut pada semua karakteristik dengan klausul dan butir pada dokumen SB006 OHSAS 18001:2008. Setiap atribut pada karakteristik budaya keselamatan[1] dipadankan yang sesuai dengan klausul-klausul pada SB006 OHSAS 18001:2008 seperti pada Tabel.2. Untuk memudahkan pemadanan dan tabulasi, maka

Karak teristik BK Atribut PERKA No. 200/KA/X/ 2012 PENERAPAN SB006 OHSAS 18001:2008 K -I (6 -A tr ib u t, K -I .1 s /d (K -I .6 )

K-I.1 IV.1; IV.2 ; K-I.2 IV.2.2.1.c; K-I.3 IV.2.2.1.d ; 3.1.;

IV.3.6

Program SMK3; K-I.4 IV.3.2.1. HIRADC K-I.5 IV.1; IV.2 ; K-I.6 IV.2.1.4 ; K -I I (1 0 -A tr ib u t, K -I I. 7 s /d K -I I. 1 6 )

K-II.7 IV.2.1 ; IV. 2.1.1 K-II.8 IV.2.1.1.d ;IV. 2.1. 3 K-II.9 IV.1.3 ; 4.1.3.1;

IV1.3.2 ;IV. 2.1.1.d K-II.10 IV.1.1; IV.1.1.b K-II.11 IV.1.1; IV.1.1.b

IV.1.3.2.d

K-II.12 IV.1.3.2.d; IV.1.4.2 K-II.13 IV.3.2;IV.2.3.f ;.;

IV.3.2.3 IV.3.2.4.h

K-II.14 IV.2; IV.2.1; IV.2.1.2; IV.1.3.1.b IV.5.3.1.e K-II.15 IV.1.5.2 K-II.16 IV.1.3.1.a ; IV.1.3.1.b; IV.1.3.2.b;IV.1.3.2.d. K -I II ( 5 A tr ib u t, K -I II .1 7 s /d K - II I. 2 1 )

K-II.17 Diusulkan KajiUlang K-III.18 IV.1.3.1; IV.1.3.1.a;

IV.1.3.2 . a s/d IV.1.3.2.d

K-III.19 IV.3.3.1.; IV.3.3.2; IV.3.3.3; IV.3.3.4; IV.5.2.1; IV.5.2.2; IV.5.4.1. K-III.20 IV.1.3.2.a; V.1.3.2.b; IV.1.3.2.c; IV.3.6.a. K-III.21 V.2.1.3 ; IV.2.1.1.d; IV.2.1.4 Karak teristik BK Atribut PERKA No. 200/KA/X/ 2012 PENERAPAN PADA SB006 OHSAS 18001:2008 K -I V (9 A tr ib u t, K -I V .2 2 - s/ d K -I V .3 0 )

K-IV.22 IV.2; IV.2.1.1; IV.2.1.1.a

K-IV.23 IV.3.2.5; IV.3.2.6; K-IV.24 IV.3.3; IV.3.5.1

IV.1.1.c; IV.1.1.e K-IV.25 IV.2.2.1;IV.2.3.

IV.3.1; IV.4 ; IV.5 IV.6

K-IV.26 IV.4.1.1; IV.4.1.1.a; IV.4.1.1.b; IV.4.1.3.2.a IV.4.1.4.2. IV.4.1.4.4.a IV.4.4.1.5.1;IV.4.1.6.1; IV.4.1.6.2;IV.4.1.6.3;I V.4.1.6.4;IV.4.1.6.5;IV .4.1.6.6; IV.4.1.6.7; IV.4.1.6.7

K-IV.27 IV.2; IV.2.1.1; IV.2.1.1.a

K-IV.28 IV.3.2.5; IV.3.2.6; K-IV.29 IV.3.3; IV.3.5.1

IV.1.1.c; IV.1.1.e K-IV.30 IV.2.2.1;IV.2.3.

IV.3.1; IV.4 ; IV.5 IV.6 (K -V ) ( 7 A tr ib u t, K - V .3 1 - s/ d K -I V .3 7 )

K-IV.31 Budaya Keselamatan. IV.4.1.5; IV.4.4.1.5.1; IV.4.4.1.5.2; IV.4.4.1.5.3. K-IV.32 Pelaporan IV.4.2.2; IV.4.2.2.1 IV.4.2.2.2; V.4.2.2.3. K-IV.33. Penilaian diri

IV.5.5;IV.5.6; IV.5.6.1; IV.5.6.2 IV.5.6.3; IV.5.6.4 IV.6.; IV.6.1; IV.6.2; IV.6.3.

K-IV.34 IV.2.2.1.d; IV.5.5; IV.5.6.

K-IV.35. IV.6.1; IV.6.2; IV.6.3. K-IV.36 IV.3.4; IV.3.5;

IV.5.4.1; IV.5.4.2; IV.5.4.3; IV.5.4.4. IV.5.5; IV.5.6; IV.6; IV.6.1;IV.6.2;IV.6.3. K-IV.37 IV.4.1.6.1; V.4.1.6.2;

W. Prasuad

Prosiding Pertemuan dan Presentasi K-I (6-atribut), K- II (10-atribut K-IV (9-atribut) dan K-V dipadankan dengan klausul dan manajemen yang dinotasikan sub.bab dan butir pada sub.ba OHSAS 18001:2008. Hasil pem dipeoleh bahwa 37 (tiga puluh (lima) karakteristik budaya ke padanan pada klausul dan b manajemen. Hal ini menunjuk atribut budayakeselamatan (B implementasinya melalui manua istruksi kerja dan formulir yang satuan kerja. Dalam hal im manajemen (SM) belum sesuai maka dapat dilakukan amandeme dengan menambahkan lingkup ya mengembangkan prosedurnya atribut budaya keselamatan d dalam pelaksanaan sistem mana Dengan memanfaatkan Tabel 2 i implementasi BK akan lebih mu pelaksanaan SM. Pendekatan pendekatan pada Safety Climate.

Pendekatan ini bukan yang mutlak, melainkan suatu up pelaksanaan budaya keselamatan Level-I, yaitu kepatuhan terh Dengan pencapaian pada taha langkah untuk meningkatkan p keselamatan secara berkelanjutan Wiegmann et. al[7] mengide Climate adalah ukuran semu b sesuai dengan persam individu organisasi organisasi. berdasarkan kondisi yang tertentu), mengacu pada kondis waktu dan tempat tertentu, Budaya keselamatan dapat dil climate[8] pada penerapan keselamatan, seperti ditunjukkan

Gambar 5. Model Safet Model pada Gambar 6 ini mem keselamatan dan safety climate konsep dan istilah ini sering

ISSN 0216 - 3128

muan dan Presentasi Ilmiah – Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknol Pusat Sains dan Teknologi Akselerator - BATAN

Yogyakarta, 10 - 11 Juni 2014 but), K-III (5- atribut),

V (7-atribut) akan dan butir pada sistem an dengan Bab dan .bab. pada SB006 emadanan pada Tabel 2 h tujuh) atribut dari 5 keselamatan memiliki butir dalam sistem jukkan bahwa seluruh (BK) dapat dilihat nual mutu, prosedur, ang harus dibuat oleh implementasi sistem ai dengan atribut BK, men pada manual mutu yang berkesuaian atau a sehingga seluruh dapat diterjemahkan anajemen keselamatan. 2 ini, maka diharapkan mudah terlihat melalui n ini serupa dengan

.

kan merupakan suatu upaya agar pendekatan tan yang dimulai pada erhadap perundangan. ahap awal ini, maka pelaksanaan budaya tan akan lebih terarah

.

identifikasikan Safety

budaya keselamatan, amaan persepsi antara asi. Oleh karena itu situasional (waktu disi keselamatan di relatif tidak stabil. dilihat sebagai safety sistem manajemen

an pada Gambar 5[9].

ety Culture[9]

emperlihatkan budaya yang saling terkait ing digunakan secara

bergantian[8].

Budaya keselamatan da ditunjukkan pada Gambar berkelanjutan, oleh kare mengatakan organisasi tela keselamatan sepenuh mengimplementasikan m sebagai langkah kepatuh perundangan (Level-I Buda Anne Kerhoas m persyaratan manajemen budaya keselamatan pa Workshop On Strengthen Through Improvement Of and Key Performance Ind manajemen harus digunaka dan mendukung budaya ke ini dapat dilakukan dengan umum dari aspek kunci dalam organisasi; men mendukung organisasi in melaksanakan tugas-tugas sukses, dengan mempertim individu, teknologi d memperkuat pembelajaran sikap di semua tingkat sarana yang organisasi mengembangkan dan keselamatan, sperti ditunjuk

Gambar 6. IAEA GS Manaje Memperhatikan bahwa memiliki persamaan dalam penguatan budaya keselama dengan menggunakan Perbedaan terdapat pada O unsur lingkungan. Sifat b juga sangat bergantung pa situasional maka dengan m pada Tabel.2 yang kami BSC_1”, maka pelemahan tercermin dalam karakter cepat terpantau dan ak

89

getahuan dan Teknologi Nuklir 2014

dan manajemen keselamatan

bar 2 sebagai proses yang arena itu tidak mungkin telah melaksanakan budaya

uhnya sebelum

manajemen keselamatan, tuhan terhadap peraturan daya Keselamatan)[10].

menguraikan hubungan pada GSR-3[11] dengan pada workshop National hening The Safety Culture

f The management System Indicators”[12], bahwa sistem akan untuk mempromosikan keselamatan yang kuat. Hal gan memastikan pemahaman i dari budaya keselamatan enyediakan sarana yang individu dan tim dalam mereka dengan aman dan timbangkan interaksi antara dan organisasi (ITO); ran dan mempertanyakan organisasi; menyediakan terus berupaya untuk meningkatkan budaya jukkan pada Gambar 6.

GS-R-3, Model Sistem ajemen[11]

GRS-3 dan OHSAS am implementasinya, maka matan dapat juga diklakukan OHSAS 18001:2008. OHSAS yang memasukkan t budaya keselamatan yang pada faktor lingkungan dan n model pendekatan seperti i namakan dengan “Model an budaya keselamatan yang r budaya keselamatan akan akan lebih mudah untuk

90 ISSN 0216 - 3128 W. Prasuad dilakukan penguatan.

Dengan menggunakan “Model BSC_1” ini yang diterapkan pada prosedur-prosedur manajemen keselamatan dalam SB006 OHSAS 18001:2008, maka implementasi budaya keselamatan akan terlihat sebagai sistem manajemen keselamtan. Keberhasilan model ini tentu masih banyak perlu didukung oleh Safety Tool Box, Behavior Base Safety (BBS) dan masih banyak metode fostering budaya keselamatan lainnya.

KESIMPULAN

Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada budaya keselamatan akan saling melengkapi dan saling ketergantungan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan keselamatan fasilitas. Melalui pendekatan pada safety climate dengan menerapkan sistem manajemen keselamatan, maka pelaksanaan budaya keselamatan dapat dianggap sebagai komponen permukaan yang memberikan 'snapshot' dari budaya keselamatan yang dapat diukur langsung dari penerapan sistem manajemen keselamatan. Kelemahan dan kekuatan organisasi saat melakukan kaji diri menggunakan Lampiran Perka BATAN No.200/KA/X/2012 dapat dilakukan analisis “mikro” terhadap setiap atribut dan dilihat padanannya pada penerapannya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SB006 OHSAS 18001:2008). Setiap atribut dapat dianalisis terhadap penerapan pada prosedur, instruksi kerja, formulir serta rekaman yang dimiliki satuan kerja. Dengan demikian pelaksanaan budaya keselamatan akan lebih mudah dilaksanakan dan dilakukan tindakan peningkatan berkelanjutan dengat cepat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Kepala BATAN Nomor

200/KA/X/2012, Tentang Pedoman Pelaksanaan Budaya Keselamatan, Jakarta, 2012.

2. Lampiran Peraturan Kepala BATAN Nomor 200/KA/X/2012 ,Jakarta, 2012.

3. BATAN, Standar Batan Nomor SB006 OHSAS 18001:2008, Persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta, 2008. 4. Kolb, D.(1984), Experiental Learning, Prentice-

Hall, Englewood Cliffs, NJ.

5. IAEA-TECDOC 1329(2002), Safety culture in nuclear installations: Guidance For Use In The Enhancecement Of Safety Culture,Vienna.

6. IAEA-Safety Series Report No.11(1998),

Developing Safety Culture In Nuclear

ActivitiesPractical Suggestions to Assist Progress,Vienna.

7. Douglas A. Wiegemann , Hui Zhang, Terry von Thaden, Gunjan Sharma, and Alyssa

and Safety Climate Research, Technical Report ARL-02-3/FAA-02-2, Illinois.

8. Guldenmund, F W. (2000). The Nature of SafetyCulture: a Review of Theory and Research. Delft University of Technology, Kanaalweg 2b, The Netherlands.

9. Ronny Lardner(2003), Safety Culture Application Guide – Final Version 1.1 ,PRISM FG1, United Kingdom.

10. IAEA Safety Report INSAG-4 (1991),Safety Culture, Vienna.

11.INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY(2006), The Management System for

Facilities and Activities, IAEA Safety Standards

Series No. GS-R-3,Vienna.

12.Anne Kerhoas, “National Workshop On Strengthening The Safety Culture Through Improvement Of The management System and Key Performance Indicators”, 17 to 21 November 2008, PTRKN BATAN, INDONESIA.

TANYA JAWAB

Dalam dokumen Pusat Sains dan Teknologi Akselerator BA (Halaman 98-101)