• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan Kerja

2.1.4 Strategi Keselamatan Kerja

Dalam penerapan keselamatan kerja bidang konstruksi, diperlukan adanya

pendidikan dan pelatihan mengenai metode dan prosedur yang benar pemakaian

peralatan keselamatan kerja. Penyediaan peralatan kerja yang memenuhi persyaratan

merupakan salah satu penerapan keselamatan kerja. Adapun standar peralatan kerja

yang harus disiapkan oleh kontraktor dalam menjaga keselamatan, kesehatan, dan

keamanan kerja adalah:

1. Pakaian kerja

Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia

terhadap pengaruh – pengaruh yang kurang sehat atau dapat melukai badan.

2. Sepatu kerja

Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki untuk

mengindari benda – benda tajam. 3. Helm

Digunakan untuk pelindung kepala dan sedauh menjadi keharusan bagi

para pekerja konstruksi untuk menggunakannya dengan benar sesuai

peraturan pemakaian yang dikeluarkan dari pabrik pembuatnya.

4. Sarung tangan

Tujuan dari penggunaan sarung tangan adalah untuk melindungi tangan

dari benda - benda tajam dan keras selama menjalankan kegiatan.

5. Masker

Pelindung pernapasan sangat diperlukan oleh para pekerja konstruksi

6. Kacamata kerja

Kacamata pengaman digunakan untuk perlindungan terhadap mata dari

debu kayu, batu atau serpihan besi yang bertebangan tertiup angin,

mengingat partikel – partikel debu yang terkadang tidak terlihat oleh mata. 7. Sabuk pengaman

Sudah selayaknya dalam pelaksanaan bangunan gedung bertingkat para

pekerjanya menggunakan sabuk pengaman.

8. P3K

Apabila terjadi kecelakaan kerja baik ringan ataupun berat pada pekerja

konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama di proyek.

Menurut Mangkuprawira (2007:133) strategi untuk program keselamatan

kerja dilakukan melalui pendekatan :

1. Pendekatan keorganisasian:

a. Merancang pekerjaan.

b. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan program.

c. Menggunakan komisi kesehatan dan keselamatan kerja.

d. Mengoordinasikan investigasi kecelakaan.

2. Pendekatan teknis:

a. Merancang kerja dan peralatan kerja.

b. Memeriksa peralatan kerja.

3. Pendekatan individu:

a. Memperkuat sikap dan motivasi tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

b. Menyediakan pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja.

c. Memberikan penghargaan kepada karyawan dalam bentuk program

intensif.

Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh semua unsur

konstruksi terutama dalam pekerjaan konstruksi, yaitu :

1. Lokasi pekerjaan, kebersihan tempat bekerja di lokasi pekerjaan ikut

menentukan produktivitas kerja para pekerja konstruksi. Secara rasional,

seseorang bekerja di lingkungan yang bersih tentu akan mendapatkan

kualitas kerja yang baik bila dibandingkan dengan tempat kerja yang kotor

dan acak – acakan. Selain tempat kerja, kebersihan alat – alat kerja juga memberikan konstribusi yang cukup pada kualitas hasil kerja.

2. Bahaya merokok, untuk menghindari bahaya kebakaran, sebaiknya semua

pekerja konstruksi tidak merokok pada saat bekerja terutama di lokasi

yang mudah terbakar. (Ervianto, 2005 : 200)

Menurut Ramli (2010:33) kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi

ketika ada kontak antara manusia dengan alat, material, dan lingkungan dimana dia

berada. Kecelakaan dapat terjadi karena kondisi alat atau material yang kurang baik

atau berbahaya. Kecelakaan juga dapat dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang

melampaui ambang batas. Disamping itu, kecelakaan juga dapat bersumber dari

manusia yang melakukan kegiatan di tempat kerja dan menangani alat atau material.

Menurut Suma’mur (2007:5) Kecelakaan adalah kejadian tak terduga dan

tidak diharapkan. Tak terduga karena dilatar belakangi pristiwa yang tidak terdapat

unsur kesengajaan. Kecelakaan kerja bukanlah hal yang diharapkan karena akan

mendatangkan kerugian material dan mendatangkan penderitaan yang paling ringan

dan paling berat kepada penderitanya.

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan

perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi

dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melakukan pekerjaan. Maka dalam hal

ini terdapat dua masalah penting, yaitu :

1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan.

2. Kecelakaan terjadi pada suatu pekerjaan yang sedang dilakukan.

Kecelakaan dan sakit ditempat kerja membunuh dan memakan lebih banyak

korban jika dibandingkan dengan perang dunia. Kecelakaan kerja tidak harus dilihat

sebagai takdir, karena kecelakaan itu tidaklah terjadi begitu saja. Kecelakaan pasti

ada penyebabnya, kelalaian perusahaan yang semata-mata memusatkan diri pada

keuntungan dan kegagalan pemerintah untuk meratifikasi konvensi keselamatan

internasional atau melakukan pemeriksaan buruh, merupakan dua penyebab besar

kematian terhadap pekerja.

Proses penerapan terhadap penyebab yang menimbulkan kecelakaan

penyebab kecelakaan, misalnya karena kurang hati-hati, keteledoran, kurang

pengetahuan, kurang pengalaman, kurang latihan, pengawasan yang kurang, dan

faktor lainnya yang berhubungan erat dengan sistem kerja.

Menurut Fathoni (2006:158) fakor penyebab kecelakaan dapat dilihat dari

dimensi pokok, yaitu :

1. Berkaitan dengan system kerja yang merupakan penyebab utama dari

kebanyakan kecelakaan yang terjadi pada suatu organisasi baik dikantor

maupun dipabrik atau di tempat kerja lainnya.

2. Berkaitan dengan pekerjaannya selaku manusia biasa, yang dalam hal

akibat sistem kerja, tetapi bisa juga terjadi kelalaian dari manusianya

selaku pekerja.

Sistem kerja yang merupakan faktor penyebab suatu kecelakaan karena

akibat:

1. Tempat yang tidak baik.

2. Alat atau mesin yang tidak punya sistem pengamanan yang sempurna.

3. Pembuatan alat atau mesin yang tidak aman.

4. Kerusakan tempat kerja, (pabrik), bahan-bahan, kondisi kerja yang kurang

tepat.

5. Kondisi kebersihan yang kurang baik, kemacetan dan pengaturan

pembuangan kotoran yang kurang lancar, fasilitas penyimpanan yang

kurang baik, dan tempat kerja yang sangat kotor.

7. Saluran udara atau pembuangan asap yang kurang baik dan kondisi

ruangan yang sangat pengap.

8. Fasilitas pengamanan pakaian atau peralatan lainnya yang kurang

mendukung terhdap pengamanan kerja.

Menurut Suardi (2005 :8) faktor penyebab kecelakaan kerja yaitu :

1. Fakor fisik, yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat

rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara, dan lain-lain.

2. Faktor kimia, yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan

benda-benda padat.

3. Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun dari tumbuh-tumbuhan.

4. Faktor fisiologis, seperti kontruksi mesin, sikap, dan cara kerja.

5. Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerja, hubungan diantara pekerja

atau dengan pengusaha, pemelihara kerja, dan sebagainya.

Menurut Suma’mur (2007: 11) kecelakaan kerja dapat dicegah dengan :

1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan

mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, kontruksi,

perawatan, dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara kerja,

peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, supervisi medis, dan

pemeriksaan kesehatan.

2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau

tak resmi mengenai syarat-syarat keselamatan, jenis-jenis peralatan,

3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan

perundang-undangan yang diwajibkan.

4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang

berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat

perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu,

atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain yang paling tepat untuk

tambang-tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya.

5. Riset medis, yang meliputi penelitian tentang efek-efek psikologis dan

patologis, faktor-faktor lingkungan dan teknologis dan keadaan-keadaan

fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang

menyebabkan terjadinya kecelakaan.

7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang

terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa

sebab-sebabnya.

8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum

teknik.

9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga

kerja yang baru, dan keselamatan kerja.

10.Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan

11.Asuransi, yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan

kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayarkan

oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.

12.Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran

utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah

kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu

perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan

kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.

Menurut Mangkuprawira (2007: 133) kecelakaan kerja dapat dikurangi atau

dikurangi melalui :

1. Telaah personal.

Telaah personal dimaksudkan untuk menentukan karakteristik karyawan

tertentu yang diperkirakan potensial berhubungan dengan kejadian

keselamatan kerja:

a. Faktor usia : apakah karyawan yang berusia lebih tua cenderung lebih

aman dibandingkan yang lebih muda atau sebaliknya.

b. Ciri-ciri fisik karyawan, seperti potensi pendengaran dan penglihatan

cenderung berhubungan dengan derajat kecelakaan karyawan yang

kritis.

c. Tingkat pengetahuan dan kesadaran karyawan tentang pentingnya

pencegahan dan penyelamatan dari kecelakaan kerja. Dengan

siapa saja karyawan yang potensial mengalami kecelakaan kerja. Lalu,

sejak dini perusahaan dapat menyiapkan upaya-upaya pencegahannya.

2. Program keselamatan kerja.

Program keselamatan kerja bagi karyawan biasa dilakukan oleh

perusahaan. Fokus pelatihan umunya pada segi-segi bahaya atau resiko

pekerjaannya, aturan dan peraturan keselamatan kerja serta perilaku kerja

yang aman dan berbahaya.

3. Sistem intensif.

Insentif yang diberikan kepada karyawan dapat berupa uang dan bahkan

karir. Dalam bentuk uang dapat dilakukan melalui kompetisi antar unit

tentang keselamatan kerja. Paling rendah dalam kurun waktu, misalnya

selama enam bulan sekali siapa karyawan yang mampu menekan

kecelakaan kerja sampai titik terendah akan diberikan penghargaan.

Bentuk lainnya adalah berupa peluang karir bagi para karyawan yang

mampu menekan kecelakaan kerja bagi dirinya atau bagi kelompok

karyawan di unitnya.

4. Peraturan keselamatan kerja.

Perusahaan perlu memiliki semacam panduan yang berisi peraturan dan

aturan yang menyangkut apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh

karyawan di tempat kerja. Isinya harus spesifik yang memberi petunjuk

bagaimana suatu pekerjaan dilakukan dengan hati-hati untuk mencapai

kerja yang dapat menimbulkan bahaya individu dan kelompok karyawan

serta tempat kerja. Dalam pelaksanaannya perlu dilakukan melalui

pemantauan, penumbuhan kedisiplinan, dan tindakan tegas kepada

karyawan yang cendrung melakukan kelalaian berulang-ulang.

Dokumen terkait