• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

HEALTH (Kesehatan

4.1 Strategi Pemberdayaan Perempuan Melalui Pengelolaan Bank Sampah Saraswati Cipete Utara Bank Sampah Saraswati Cipete Utara

4.1.2 Strategi Pemberdayaan Perempuan

Setiap kegiatan yang ada di RW 07 Cipete Utara dirangkum dalam sebuah motto yang diberi nama “Kampung Tosca”. Dimana dalam didalamnya terdapat 3 program utama yakni:

Clean, Green, dan Health. Setiap mottonya memiliki kegiatan

masing-masing seperti Program Clean (kebersihan lingkungan) yang melakukan pengecetan fasilitas umum yang sudah terkesan lapuk dengan warna hijau tosca dan melakukan sosialisasi kebersihan lingkungan melalui pertemuan-pertemuan antar warga.

67 Kedua, Program Green (penghijauan lingkungan) yakni memiliki kegiatan seperti urban farming, memanfaatkan sejengkal lawan warga yang belum terpakai atau selama ini menjadi tempat penumpukan sampah dan barang bekas cenderung kumuh dan kotor menjadi area penanaman tumbuhan pangan (cabe, sawi, terong, kangkong, tanaman obat), penghijauan akses lingkungan, potisasti, dan sosialisasi tanaman.

Gambar 4.5

“Kampung Tosca” di Dominasi Warna Tosca

Sumber: Studi Dokumentasi Peneliti

Ketiga, Program Health (kesehatan lingkungan) dimana memiliki kegiatan seperti mengoptimalkan program Kesehatan masyarakat, sosialisasi program BPJS, sosialisasi bahaya pengguna narkotika, miras, dan obat terlarang, gerakan tangkap tikus di lingkungan, mengolahragakan masyarakat dengan program senam, perencanaan pelaksanaan program RW 07 sehat (terbentuknya relawan kesehatan setiap RT).

Bank sampah sendiri dikategorikan dalam poin kedua yakni

68 tujuan Bank Sampah Saraswati, akan dijelaskan dalam bab ini meliputi:

a. Aksesibilitas

Berdasarkan yang telah tercantum dalam Bab II, Bank sampah bisa diakses oleh masyarakat setempat sebagaimana sesuai dengan Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 157 Tahun 2016 tentang pembinaan dan pengembangan bank sampah yang menyatakan:

1) Mengoordinasikan program pembinaan dan penetapan lokasi pengembangan bank sampah di tiap Rukun Warga (RW) dan sekolah di wilayah Provinsi DKI Jakarta

2) Mendukung dan menggerakan partisipasti masyarakat dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan bank sampah di lingkungan RW dan lingkungan sekolah

3) Melakukan pembinaan dan pendampingan bagi lokasi-lokasi bank sampah di lingkungan Rukun Warga (RW) dan sekolah dengan lingkup kegiatan

4) Dalam hal pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU, para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah (SKPD/UKPD) mempunyai rincian tugas masing-masing

5) Biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan Instrukti Gubernur ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan (DPA) masing-masing SKPD/UKPD dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, proses

69 pelaksanaan pemberdayaan perempuan berlangsung setiap dua bulan sekali. Sebelum adanya pandemi, bank sampah mengadakan kegiatan kelatihan daur ulang sampah plastik dan pelatihan kembuatan kompos dari sampah organik yang di hadiri oleh nasabah dan para pengurus. Hanya saja, selama tahun 2020 ini mereka belum pernah menjalankannya lagi lantaran mengikuti himbauan untuk mengurasi aktivitas kerumunan. Sebagimana hasil wawancara peneliti bersama Ibu Maryam, selaku ketuanya: “Kegiatan yang bisa diakses oleh perempuan sebenarnya apa saja bisa, bahkan semuanya. Seperti mengikuti kegiatan penimbangan sampah setiap 2 minggu sekali. Mereka bebas hadir menyaksikan penimbangan sampah yang telah dipilah dan dikumpulkan masing-masing, lalu melihat jumlah tabungan yang dihasilkan. Namun untuk pelatihan, sebelum pandemi Covid-19 melanda, Bank Sampah Saraswati sendiri mengadakan pelatihan setiap kurang lebih dua bulan sekali untuk para nasabah yakni mendaur ulang sampah plastik, pelatihan membuat kompos atau pupuk organik, membuat kreasi melalui kain perca dan koran bekas sehingga dapat menjadikan nilai jual ketika ada pameran hasil kreasi Bank Sampah se-kelurahan Cipete Utara. Perempuan bebas mengakses kegiatan tersebut, apabila sudah mendaftarkan diri menjadi anggota atau nasabah Bank Sampah dengan membawa fotokopi KTP dan kami (pengurus) akan memberikan buku tabungan sampah milik nasabah.” (Wawancara dengan Ibu Maryam, 2020)

Di samping itu, aksesibilitas diberikan sepenuhnya kepada pengurus maupun nasabah sebagaimana pemaparan hasil wawancara berikut ini:

“Pelaksanaan pemberdayaan perempuan ini tertuju untuk pengurus yang mengelola bank sampah itu sendiri dan nasabah aktif Bank Sampah Saraswati. Menurut Kepala Seksi Ekbang Lingkungan Hidup Kelurahan Cipete Utara, saat ini ada 21 bank sampah yang ada diwilayahnya hanya

70 ada beberapa bank sampah yang menunjang dalam segi pemberdayaan perempuan, salah satunya Saraswati RW 07” (Hasil wawancara dengan pak Andrias, 2020)

Hasil wawancara dengan Pak Andrias tersebut juga didukung dengan hasil wawancara peneliti mengenai latar belakang memilihnya perempuan dalam pengelolaan bank sampah, yakni seperti di bawah ini:

“Dari awal berdirinya Bank Sampah Saraswati, saya selaku Ibu RW 07 terpilih menjadi ketuanya. Dimana saat itu saya menilai bahwa perempuan cenderung lebih teliti, detail

oriented, meskipun dalam pengoperasian Bank Sampah

sendiri, tak bisa lepas dari bantuan warga laki-laki. Selain itu, saya juga ingin membangkitkan semangat perempuan dalam menjaga lingkungan, aktif dalam berkegiatan, dan memajukan perempuan-perempuan yang ada di RW 07 meskipun banyak juga warga perempuan yang bisa dikatakan sudah hidup berkecukupan.” (Wawancara dengan Ibu Maryam, 2020)

Sebagaimana hasil observasi, peneliti melihat bahwa perempuan turun aktif dalam setiap peran yang ada di bank sampah. Dimana pada saat kunjungan, peneliti mendapatkan bahwa masih terhitung hadirnya pengurus laki-laki. Mereka yang melakukan penimbangan dan pencatatan terlihat perempuan. para nasabah yang dating secara bergantian juga di dominasi perempuan, meskipun sesekali terlihat nasabah laki-laki yang hadir karena mewakili istri atau anggota keluarga lainnya. b. Partisipasi

Bank Sampah Saraswati terbuka bagi siapa saja nasabahnya yang ingin turut aktif dalam kegiatan baik perempuan maupun laki-laki. Mekipun dalam dalam pelaksanaannya perempuan

71 cenderung lebih aktif dalam partisipasti kegiatan yang berlangsung dan belum mencapai 50% dari warga perempuan yang ditargetkan oleh pengurus untuk turut aktif dalam pemberdayaan, namun sumber daya yang saat ini sudah ada di nilai mampu menjalankan pengelolaan bank sampah dengan baik. Hal ini sejalan dengan dengan hasil wawancara dengan salah satu nasabah aktif bank sampah yang bernama Ibu Maryati:

“Selama kurang lebih 4 tahun menjadi pengurus Bank Sampah Saraswati, kami mendapatkan beberapa alasan warga khususnya perempuan yang bisa dikatakan tidak aktif dalam berpartisipasi yakni karena keterbatasan lahan rumahnya untuk mengumpulkan dan memilah sampahnya masing-masing. Hal itu menjadikan alasan utama, setelah itu alasan kedua ialah keterbatasan waktu yang Bank Sampah miliki. Beberapa dari mereka beranggapan, dengan waktu kegiatan 2 minggu sekali itu cukup membuat mereka enggan dalam mengumpulkan dan memilah sampahnya. Tak jarang mereka yang menilai kami “lama” lalu memilih untuk menyerahkan sampahnya kepada pemulung atau tempat pembungan sampah lainnya. Disamping itu, warga dengan tingkat ekonomi keatas mengakui bahwa keterbatasan waktu menjadi penyebab utamanya mereka tidak berpartisipasi. Dengan 5 hari dalam seminggu sudah bekerja, mereka memilih sabtu minggu menjadi hari tenang atau bahkan menghabiskan waktu dengan keluarga masing-masing.” (Wawancara dengan Ibu Maryati, 2020)

Di temukan pula beberapa alasan nasabah yang memilih aktif dalam kegiatan bank sampah lantaran keuntungan mereka dalam berpartisipasi selain mengurangi sampah dan menambah pemasukan, Ibu Maryati juga memberitahu bahwa setiap nasabah diperbolehkan menukarkan sampahnya dengan bahan-bahan pokok yang sudah disedaikan oleh pengurus bank sampah. Sebagaimana pemaparan beliau berikut ini:

72 “Sebab melalui tabungan sampah yang saya miliki, penghasilan tersebut cukup bisa membantu saya memenuhi kebutuhan rumah tangga. Selain itu, Bank Sampah Saraswati juga menyediakan jual beli (beras, gula, kopi, sabun mandi, dan lain-lain) dan kami bisa membayarnya menggunakan sampah yang sudah ditentukan seperti botol atau koran bekas. Tentunya tarif harga barang yang akan dibeli sudah disesuaikan dengan berat sampah yang kami bawa.” (Wawancara dengan Ibu Mayati, 2020)

Gambar 4.6

Berbagai Macam Bahan Pokok Ditukarkan Dengan Sampah

Sumber: Studi Dokumentasi Peneliti

c. Kontrol

Dalam bank sampah, kontrol merupakan dimana seorang laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukan kontrol atas pemanfaatan sumber daya-sumber daya tersebut. Dalam segitu kriteria nasabah misalnya, pengurus tidak memiliki kriteria tertentu sebagaimana hasil wawancara berikut ini:

“Mereka yang ingin menjadi bagian dari kami cukup mendaftar kepada pengurus, memberikan fotocopy KTP,

73 setelah itu akan diberikan buku tabungan sampah oleh pengurus untuk masing-masing orang. Dimana dalam buku tersebut terdapat struktur, SOP, mekanisme, dan catatan saldo tabungan. Hanya saja, setiap RW di wilayah Cipete Utara memiliki Bank Sampahnya masing-masing, sehingga itu seperti sudah terbentuk bahwa setiap warga yang hendak menjadi nasabah bisa mendaftarkan dirinya berdasarkan domisili (RW) tempat tinggalnya masing-masing.” (Wawancara dengan Ibu Darti, 2020)

Tabungan sampah nasabah berbeda-beda berdasarkan besaran, jumlah, dan jenis sampah yang dimilikinya. Setiap dua minggu sekali, pengurus memiliki kewajiban untuk mencatat jumlah rupiah yang dihasilkan nasabah tiap kali selesai menimbang berat dari sampah tersebut. Meskipun mayoritas pengurus bank sampah ialah perempuan, namun dalam pelaksanaannya akan selalu ada beberapa laki-laki yang membantu sesuai dengan jobdesk-nya masing-masing seperti hasil dokumentasi berikut ini:

Gambar 4.7

Pengurus Laki-laki Turut Membantu Penimbangan

74 d. Manfaat

Manfaat aktif dalam kegiatan bank sampah yang dirasakan oleh nasabah berbeda-beda, sebagimana hasil wawancara peneliti sebagai berikut:

“Manfaat bagi diri sendiri, sudah pasti kegiatan ini menjadikan saya teman-teman nasabah yang lain memiliki penghasilan tambahan dari setiap tabungan bank sampah yang saya lakukan. Selain itu, saya jadi lebih tau bagaimana membuat kerajinan dari sampah yang sudah tidak digunakan. Lebih khusus sampah plastik, botol bekas, kain perca, dan masih banyak lagi. Saya merasa bahwa bank sampah ini telah berhasil dalam mengubah pola pikir kami, khususnya keluarga saya yang sekarang lebih baik memahami mengumpulkan sampah bekas dalam sisa aktivitas keseharian dan memilah jenisnya. Hal itu akan mendapatkan suatu pemasukan tambahan bagi kami karena satu botol bekas pun begitu berarti untuk menambah tabungan sampah kami. Dengan begitu, kami tutur pula menjadikan lingkungan lebih bersih dan ramah meskipun hanya dengan suatu langkah kecil.” (Wawancara dengan Mas Andi, 2020) Dari potongan hasil wawancara di atas, mengisyarakatkan bahwa banyak masyarakat yang merasakan manfaat baik dari berdirinya Bank Sampah Saraswati dalam sudut pandang nasabah perempuan ataupun laki-laki.

Berdasarkan hasil penemuan peneliti melalui wawancara dan observasi, terdapat beberapa manfaat yang diterima oleh nasabah maupun pengurus bank sampah setelah aktif partisipasi setiap kegiatan atau pengelolaan gerakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan pemberdayaan, yakni:

1) Nasabah memiliki penghasilan tambahan

Nilai ekonomis tidak bisa dipungkiri menjadi tujuan masyarakat khususnya perempuan turut aktif dalam kegiatan

75 Bank Sampah Saraswati. Dengan munculnya bank sampah membuat pengurus turut merasakan juga kegiatan positif yang mereka dapatkan selain mengurus rumah tangga, disamping itu turut membantu perekonomian keluarga juga menjadi alasan yang dominan.

2) Mengurangi angka penyakit demam berdarah

Dalam beberapa tahun terakhir, penyakit demam berdarah sedang marak terjadi di Indonesia. Tercatat bahwa tahun 2007 dan 2015 telah terjadi kasus yang sangat tinggi hingga menyentuh angka 126.675 kasus. DKI Jakarta sebagai Ibu Kota, menempati urutan ke 14 Provinsi dengan angkat penyakit DBD tertinggi pada saat tahun 2015. Penyakit yang dapat menyerang anak-anak hingga dewasa ini membuat para stake holder senantiasa melakukan pencegahan oleh untuk mengurangi angka tersebut.

Hingga pada tahun 2016 bank sampah di Kelurahan Cipete Utara perlahan mulai hadir, tenyata dapat menekan angka DBD di wilayah setempat hingga saat ini. Karena sebagaimana yang kita ketahui, jentik-jentik yang tinggal pada sampah-sampah atau kubangan air kotor dapat membuat penyakit demam berdarah tersebut menyerang banyak orang. Menurut penuturan Pak Andrias, kesadaran masyarakat akan peduli terhadap kebersihan lingkungan pun sejalan dengan menurunnya angka DBD di Kelurahan Cipete Utara.

3) Pengurus mendapatkan pengalaman untuk mengorganisir anggota atau nasabah bank sampah

Pelaksanaan Bank Sampah Saraswati tentunya tidak terlepas dari peran partisipasi para pengurus. Mereka terdiri dari perempuan dan satu orang laki-laki. Dengan sukarela mereka

76 merencanakan, nenyusun, dan menjalankan program-program yang ada di bank sampah hingga melakukan evaluasi dengan bantuan para tokoh masyarakat dan tentunya dengan pihak kelurahan. Belum tersedianya pekerja sosisal professional atau

community worker di wilayah setempat, membuat mereka bahu

membahu menjalankannya secara swadaya.

4) Pengurus dan nasabah mendapatkan pelatihan dalam membuat kerajinan dari sampah

Dengan memiliki tujuan kegiatan untuk melatih nasabah dalam mengelola sampah yang baik dan benar, pengurus mengadakan beberapa kegiatan daur ulang sampah untuk dibuat suatu kerajinan sampah yang akan menghasilkan nilai jual.

Selesai melakukan wawancara tersebut, peneliti diberi kesempatan untuk melihat hasil karya para nasabah yang ada di sekretariat RW 07. Kegiatan tersebut berhasil membuat beberapa kerajinan tangan seperti dompat, vas bunga, dan benda lainnya dengan berbahan dasar koran atau plastik bekas. Selama pandemi ini, mereka belum pernah lagi merasakan pelatihan daur ulang tersebut yang biasanya dilakukan 2 bulan sekali.

5) Merubah pola pikir mengenai sampah

Manfaat lainnya yang dirasakan oleh masyarakat dengan aktif dalam bank sampah yakni mampu merubah pola pikir masyarakat mengenai sampah sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Maryam selaku Ketua Bank Sampah Saraswati.

Jauh sebelum berdirinya bank sampah, banyak masyarakat dan menganggap bahwa sampah hanyalah sesuatu yang sudah tidak ada gunanya hingga tidak patut untuk dijadikan atau dibuat suatu barang. Namun, saat ini sudah banyak masyarakat RW 07

77 merasakan manfaat yang dapat dihasilkan dari kegiatan bank sampah. Terlebih jika mereka rajin dalam pengumpulkan, memilah, dan menabungkan sampahnya akan dapat mengasilkan nilai ekonomis.

Dokumen terkait