• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PENGELOLAAN BANK SAMPAH SARASWATI CIPETE UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PENGELOLAAN BANK SAMPAH SARASWATI CIPETE UTARA"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PENGELOLAAN BANK SAMPAH SARASWATI

CIPETE UTARA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Aulia Rahmah Aprilia NIM. 11160541000085

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2020 M/1441 H

(2)

STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PENGELOLAAN BANK SAMPAH SARASWATI CIPETE

UTARA JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Aulia Rahmah Aprilia NIM. 11160541000085

Dibawah Bimbingan:

Dr. Muhtadi, M.Si 197506012014111001

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2020 M/1441 H

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi Berjudul “STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PENGELOLAAN BANK SAMPAH SARASWATI CIPETE UTARA JAKARTA SELATAN” Disusun oleh Aulia Rahmah Aprilia, NIM 11160541000085 telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu, 21 Oktober 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) pada program studi Kesejahteraan Sosial.

Jakarta, 21 Oktober 2020 Sidang Munaqasyah

Ketua Penguji Sekretaris Penguji

Ahmad Zaky, M.Si Hj. Nunung Khairiyah, M.A NIP. 197711272007101001 NIP. 197307252007012018

Anggota

Penguji I Penguji II

Ellies Sukmawati, M.Si Nadya Kharima, M. Kessos NIP. 197803182009012007 NUPN. 9920012890

Dibawah Bimbingan

Dr. Muhtadi, M.Si 197506012014111001

(4)

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Aulia Rahmah Aprilai NIM : 11160541000085

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul STRATEGI

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI

PENGELOLAAN BANK SAMPAH SARASWATI RW 07 KELURAHAN CIPETE UTARA JAKARTA SELATAN adalah benar merupakan karya saya sendiri untuk memperoleh gelar strata 1 (S1) dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Jika terdapat kutipan, saya sudah mencantumkan sumbernya sesuai dengan peraturan penulisan skripsi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika suatu hari terbukti bahwa ini plagiat karya orang lain, saya bersedia untuk menerima sanksi.

Ciputat, 9 Oktober 2020

Aulia Rahmah Aprilia NIM 11160541000085

(5)

i ABSTRAK

Aulia Rahmah Aprilia, Strategi Pemberdayaan Perempuan Melalui Pengelolaan Bank Sampah Saraswati Cipete Utara Jakarta Selatan

Sejak beberapa tahun belakangan ini, kata gender telah menjadi pembahasan yang mencolok. Disamping isu gender yang sedang popular, masalah mengenai kerusakan lingkungan pun tengah menjadi perbincangan hangat. Dalam satu dekade ini, dunia seakan tidak ada habisnya berlomba-lomba melalui lembaga pemerintahan maupun non-pemerintahan untuk mencari solusi terbaik dari kerusakan lingkungan yang sedang terjadi sekarang ini seperti pencemaran sungai, banjir bandang, hingga kerusakan ekosistem laut. Penelitian ini membahas tentang pemberdayaan perempuan yang diinisiasi dan dicanangkan oleh Bank Sampah Saraswati Cipete Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh gerakan tersebut. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui teknik observasi dan wawancara, di mana peneliti turut andil dalam seluruh proses pencarian informasi dan data yang dibutuhkan.

Subjek informan dalam penelitian ini ialah pengurus dan anggota aktif bank sampah. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa program bank sampah dinilai efektif dilaksanakan sebab menunjang segala aspek pemberdayaan perempuan yang ada di dalamnya sudah sesuai dengan teori yang ada.

(6)

ii KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim..

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun maksud dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Prodi Kesejahteraan Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Atas bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan untuk memberikan segala yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini, perkenalkan penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Suparto, Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si. selaku Kepala Prodi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Muhtadi, M.Si. selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini berlangsung begitu banyak arahan, masukan, serta bimbingan dari beliau sehingga dapat membantu saya menyelesaikan skripsi ini di tengah-tengah kesibukan beliau dan selama pandemi Covid-19 yang membuat segalanya mejadi terbatas.

4. Ibu Hj. Nunung Khairiyah, M.A., Ibu Ellies Sukmawati, S.T., Ibu Dr. Siti Napsiyah, S.Ag., MSW. Ibu Nadya Kharima, M.Kessos. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si., Ibu Nurkhayati, S.E., M.Si., Bapak Drs. Helmi Rustandi, M.Ag., Bapak Ismet

(7)

iii Firdaus, M.Si., selaku dosen Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bank Sampah Saraswati RW 07 Kelurahan Cipete Utara Jakarta Selatan yang telah memberikan izin tempat kepada peneliti untuk melakukan penelitiannya.

6. Bapak Andrias, SKM. selaku pamong penelitian yang terus memberikan arahan dengan baik serta jadwal untuk peneliti melakukan penelitian di Bank Sampah Saraswati sekaligus menjadi Kepala Seksi Ekonomi, Pembangunan, dan Lingkungan Hidup Kelurahan Cipete Utara.

7. Pak Eko, Ibu Maryam, Ibu Ita, pengurus lainnya serta anggota/nasabah Bank Sampah Saraswati RW 07 Cipete Utara yang telah bersedia di wawancarai dalam memberikan informasi terkait dengan data yang dibutuhkan oleh peneliti. 8. Bapak H. Rochidin dan Ibu H. Jumeroh (orang tua tercinta)

yang selalu memberikan kasih saying yang tulus, tak pernah berhenti untuk selalu mengingatkan dan senantiasa mendoakan dalam setiap langkahku, memberi bantuan baik moril maupun materil sehingga membantu menyelesaikan skripsi ini

9. Saudara/i kandung tercinta yaitu Mus Muthoharoh, Ade Syahnudin, Noni Novian, Dicky Maulana yang telah banyak berjasa dalam memberikan inspirasi dan semangat dalam pembuatan skripsi ini.

10. Rekan-rekan UKM KMPLHK Ranita (Bunbun, Goel, Tongki, Alo, Budal, Lileung, Berma, Enon, Soled, Ceta, Bucin, Dume, Iceul, Gased, Dupong).

(8)

iv 11. HMJ Kesejahteraan Sosial dan rekan-rekan Prodi

Kesejahteraan Sosial lainnya yang telah memberikan banyak pelajaran sehingga memberi inspirasi dan dukungan untuk saya.

12. Kelompok Praktikum 1 Lapas Salemba dan Desa Pontang Legon, terimakasih atas segala pembelajarannya.

13. Teman-teman terkasih yaitu Dinda Fakhriyyah, Azka Nisailkamilah, Fajri Zakiyah, Vira Nabilla, Aisyah Novaliawati, Desy Rahmalia, Uswatun Hasanah, Shofura Kharima, Firda Aulia Rahmah, Nadhira Shafa, Erlani Dewi, Syaiful Bahri, Nur Ilham, Indra Wahyu, Ahmad Fauzan. 14. Kakak dan adik tingkat yang senantiasa memberikan support:

Chessy Candra, Alya Savira, Ayu Wulandari, dan Mutia Isnaeni. Dan eman-teman seperjuangan lainnya yang telah memberikan banyak inspirasi dan dukungan.

15. Randy Reja Ramadhan, Partner yang senantiasa memberi

support. Terima kasih, meskipun keberadaannya jauh, namun

hatinya selalu terasa begitu dekat.

Penulis menyadari akan segala kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, segala kritik maupun saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan agar kelak dikemudian hari dapat menghasilkan karya yang lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Jakarta, 5 Oktober 2020

(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 6

1.3 Perumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Tinjauan Kajian Terdahulu ... 7

1.6 Metode Penelitian ... 9

1.7 Sistematika Penulisan ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 18

2.1 Landasan Teori ... 18 2.1.1 Teori Kelembagaan ... 18 2.1.2 Intervensi Komunitas ... 20 2.1.3 Strategi Pemberdayaan... 23 2.1.4 Gender ... 33 2.1.5 Pengolahan Sampah ... 36 2.2 Kerangka Pikir ... 39

BAB III GAMBARAN LEMBAGA ... 41

3. 1 Kampung Tosca RW 07 Cipete Utara... 41

(10)

vi

3.2 Sejarah Bank Sampah Saraswati ... 47

3.3 Tujuan Bank Sampah Saraswati ... 48

3.4 Struktur Kepengurusan Bank Sampah Saraswati... 48

3.5 Standarisasi Operasional Bank Sampah Saraswati ... 49

3.6 Mekanisme Kerja Bank Sampah Saraswati ... 50

BAB IVDATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 53

4.1 Strategi Pemberdayaan Perempuan Melalui Pengelolaan Bank Sampah Saraswati Cipete Utara ... 54

4.2 Faktor Pendukung dan Penghambat ... 77

BAB V PEMBAHASAN ... 79

5.1 Tahapan Pemberdayaan ... 80

5.2 Strategi Pemberdayaan Perempuan ... 84

BAB VI PENUTUP ... 87 6.1 Kesimpulan ... 87 6.2 Saran ... 89 DAFTAR PUSTAKA ... 91 LAMPIRAN... 95 Lampiran 1 ... 96 Lampiran 2 ... 98 Lampiran 3 ... 99 Lampiran 4 ... 101

(11)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Subjek dan Informan Penelitian……… …….. 15

Tabel 3.1 Struktur Kegiatan Kampung Tosca RW 07………... 43

Tabel 3.2 Program Unggulan Kampung Tosca RW 07……… 44

Tabel 3.3 Profil Bank Sampah Saraswati………. 46

Tabel 3.4 Mekanisme Bank Sampah Saraswati RW 07………... 51

Tabel 3.5 Pengembangan innovative pengelolaan Bank Sampah……… 52

DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Peta Wilayah RW 07 Cipete Utara……….. 41

Gambar 3.2 Struktur Bank Sampah Saraswati……… 49

Gambar 4.1 Pengelola Bank Sampah Saraswati………. 57

Gambar 4.2 Hasil Daur Ulang Sampah Plastik………... 63

Gambar 4.3 Hasil Reduksi Sampah Kelurahan Cipete Utara 2019….... 64

Gambar 4.4 Buku Tabungan Sampah Nasabah……….. 66

Gambar 4.5 “Kampung Tosca” di Dominasi Warna Tosca……… 67

Gambar 4.6 Bahan Pokok Ditukarkan Dengan Sampah………. 72

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak beberapa tahun belakangan ini, masalah mengenai kerusakan lingkungan tengah menjadi perbincangan hangat. Dunia seakan tidak ada habisnya berlomba-lomba melalui lembaga pemerintahan maupun non-pemerintahan untuk mencari solusi terbaik dari kerusakan lingkungan yang sedang terjadi sekarang ini seperti pencemaran sungai, banjir bandang, hingga kerusakan ekosistem laut. Permasalahan yang bermula dari sampah tersebut mampu menjadikan Indonesia sebagai negara terbesar kedua dalam pembuangan sampah plastik ke laut. Sampah yang terlihat kecil dan tak jarang disepelekan oleh masyarakat, namun mampu merusak lingkungan apabila sudah menjadi tumpukan tinggi bahkan hingga menyakiti makhluk hidup lainnya.

Dengan bertambah besarnya jumlah penduduk yang terjadi di Indonesia, maka akan mendorong tumbuhnya wilayah-wilayah perkotaan baru untuk memperoleh pemukiman-pemukiman baru. Konsentrasi penduduk di wilayah perkotaan semakin bertambah besar dan padat serta terus berkembang dengan pesat dan bisa melampaui jumlah penduduk di wilayah pedesaan. Sejalan dengan itu dalam pertumbuhan volume sampah di Indonesia maka sangat erat hubungannya dengan pertumbuhan penduduk, tingkat kesejahteraan dan gaya hidup masyarakat yang bisa menjadikan jumlah timbunan sampah meningkat pesat terutama di wilayah perkotaan.

DKI Jakarta, sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia, kerap mendapatkan perhatian dari berbagai macam pihak

(13)

2 mengenai keadaan masyarakat, ekonomi, dan lingkungan. Ekonomi dan lingkungan yang baik akan mendukung terciptanya masyarakat yang sejahtera. Namun sayangnya, isu mengenai kerusakan lingkungan dampak dari pembuangan sampah di Ibu Kota seperti tidak pernah ada habisnya. Masyarakat yang tinggal di dekat sungai-sungai, masih kurang kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Selain itu, minimnya tempat pembuangan sampah menjadikan mereka tak luput dari kebiasaan membuang sampah kesungai hingga pada akhirnya sungai menjadi tercemar akibat dari tumpukan sampah.

Pemprov DKI Jakarta sebenarnya telah mengatur dan membuat kebijakan-kebijakan mengenai sampah, seperti membuat Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum (PPSU), menambah fasilitas penunjang pembuangan sampah, hingga yang baru-baru ini telah menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan pada Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan, dan Pasar Rakyat per tanggal 1 juli 2020.

Salah satu wilayah di DKI Jakarta, Kelurahan Cipete Utara menjadi penggerak bank sampah yang ada diantara Kecamatan Kebayoran Baru. Dengan memiliki 14 Bank Sampah, menjadikan masyarakat di Kelurahan Cipete Utara turut aktif dalam menjaga lingkungan. Mereka memiliki beberapa sekretariat untuk membuat kerajinan tangan dari pengelolaan sampah bekas koran, plastik, dan kaleng. Terlebih, para keluarga bisa menabung mendapatkan hasil dari tabungan yang ada di masing-masing Bank Sampah setempat.

Bank sampah sendiri memiliki arti konsep pengelolaan sampah dengan memilah sampah kering dan basah dilakukan secara kolektif dan mendorong peran aktif warga. Bank sampah juga sebagai salah

(14)

3 satu pengembangan ekonomi yaitu dengan memilah sampah kering, masyarakat dapat menabung di bank sampah serta mendapatkan keuntungan ekonomi dari sampah tersebut. (Yogya Kota Bank Sampah, siapa takut? 2016)

Gerakan swadaya masyarakat yang berdiri tahun 2016 ini lahir dari keresahan masyarakat mengenai keadaan lingkungan sekitar yang seringkali terlihat kumuh, sehingga mereka menemukan terobosan baru untuk menciptakan Bank Sampah Saraswati dengan berkomitmen mengemban teguh nilai-nilai pemberdayaan kaum perempuan sekitar RW 07 dalam setiap kegiatannya. Memilih perempuan dalam pengelolaannya tentu memiliki beberapa alasan dasar. Diantaranya, menurut penuturan Ibu Maryam selaku ketua bank sampah yang mengatakan bahwa perempuan cenderung lebih teliti sebagaimana yang tercantum dalam hasil wawancara dengan informan tersebut.

Pemberdayaan perempuan merupakan upaya dalam peningkatan peran perempuan. Pemberdayaan bagi kaum perempuan sangatlah penting karena perempuan tidak hanya berperan mengurus rumah tangga, namun bisa berperan di luar rumah seperti berorganisasi sama halnya seperti laki-laki. Pemberdayaan kaum perempuan tidak terlepas dari oengembangan diri perempuan tersebut. Pengembangan diri kaum perempuan dianggap sebagai sifat dan perilaku aktif dalam mengembangakan potensi dirinya (Al-Hibri 2001)

Dalam ilmu kesejahteraan, sudah banyak yang membahas terkait pembangunan yang berkelanjutan bahwa kesejahteraan masyarakat lekat dengan lingkungan hidup atau sistem ekologis. Dengan begitu sudah banyak model-model pekerja sosial yang berasaskan ekologis. Dalam sistem kesejahteraan sosial sangat erat kaitannya dengan lingkungan sekitar termasuk lingkungan hidup. Di mana kenyamanan

(15)

4 dan pemenuh kebutuhan manusia sebagai bagian dari kesejahteraannya juga terdapat pada lingkungan hidup.

Bermulanya isu lingkungan di bidang kesejahteraan sosial yaitu sekitar tahun 1980-an. Komisi dunia untuk pembangunan dan lingkungan menjelaskan pembangunan yang berkelanjutan sebagai pembangunan yang cara pemenuhan kebutuhannya tidak menghancurkan kemungkinan generasi yang akan datang. Perkembangan masalah lingkungan selama ini, bukan hanya pada monopoli di Negara berkembang saja, tetapi mencakup Negara yang sedang berkembang. Salah satu masalah yang terlihat dari pembangunan dan tingginya tingkat migrasi adalah masalah sampah. (Rukminto, Kesejahteraan Sosial 2013)

Agama islam sendiri menyerukan umatnya untuk tidak merusak lingkungan, sebagaimana Firman Allah Swt. Dalam Al Qur'an Surat Al Rum 41 – 42

Artinya: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut

disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (41) “Katakanlah: perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (42)

(16)

5 Sepotong dari surat Ar Rum ayat 41 dan 42 Menerangkan bahwa Allah Swt. menciptakan alam semesta dan segala isinya adalah untuk dimanfaatkan oleh manusia demi kesejahteraan hidup dan kemakmurannya. Manusia diangkat sebagai khalifah di bumi yang diamanati agar menjaga kelestarian alam jangan sampai rusak.

Pemberdayaan, merupakan salah satu fokus pekerja sosial yang tidak bersifat Individualis, menjalankan pendekatan perbuatan (dakwah bil-hal) yakni kegiatan dakwah yang mengutamakan kemampuan kreativitas perilaku da'i secara luas atau yang dikenal dengan action approach atau perbuatan nyata. Dalam pengertian lebih luas dakwah bil-hal, dimaksudkan sebagai keseluruhan upaya mengajak orang secara sendiri-sendiri maupun berkelompok untuk mengembangkan diri dan masyarakat dalam rangka mewujudkan tatanan sosial ekonomi dan kebutuhan yang lebih baik menurut tuntunan Islam, sekaligus bentuk mencintai dan cara membantu saudara seiman. (Sagir 2015)

Disisi lain, pengelolaan sampah hanya dilakukan sebagai sesuatu yang bersifat rutin, yaitu hanya dengan cara memindahkan, membuang ke sungai-sungai, membakar, dan memusnahkan sampah. Kegiatan membangun masyarakat terkait erat dengan Memberdayakan Masyarakat serta mengembangkannya karena di samping memerangi permasalahan sampah dan kebersihan lingkungan, juga mendorong masyarakat menjadi lebih aktif dan penuh inisiatif. (Usman 2006)

Maka, berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Strategi Pemberdayaan Perempuan Melalui Pengelolaan Bank Sampah Saraswati Cipete Utara”

(17)

6 1.2 Pembatasan Masalah

Dalam sebuah penelitian harus dibentuk pembatasan masalah agar peneliti fokus dalam mencari dan meneliti objek penelitiannya. Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti membatasi objek permasalahan yang akan diteliti yaitu bagimana strategi pemberdayaan perempuan dan pengelolaan seperti apa yang dijalankan oleh Bank Sampah Saraswati Cipete Utara.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan sebelumnya, terdapat rumusan masalah yang akan diteliti yaitu bagaimana proses strategi pemberdayaan perempuan melalui pengelolaan Bank Sampah Saraswati Cipete Utara?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1) Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui strategi pemberdayaan perempuan di Bank Sampah Saraswati Kelurahan Cipete Utara Jakarta Selatan. b. Untuk mengetahui proses dari pemberdayaan perempuan di

Bank Sampah Saraswati Kelurahan Cipete Utara Jakarta Selatan.

2) Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat Akademik

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi bagi siapapun yang membacanya.

2. Penelitian ini dapat di jadikan sebagai sarana untuk melatih keterampilan menulis dalam membuat hasil karya ilmiah.

(18)

7 3. Penelitian ini dapat dijadikan referensi literasi dalam

bidang kesejahteraan sosial tentang Pemberdayaan Perempuan.

b. Manfaat Praktik

1. Hasil penelitian ini diharapkan membantu Bank Sampah Saraswati dalam melakukan pemberdayaan perempuan. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban yang

sesuai dengan yang diteliti.

3. Hasil penelitian diharapkan membantu para praktisi yang berprofesi di bidang Community Development agar dapat mengemban tugas dengan baik.

1.5 Tinjauan Kajian Terdahulu

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan kajian terdahulu sebagai langkah dari penyusunan skripsi yang diteliti agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lain. Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan judul yang penulis ambil, diantaranya:

Skripsi dengan judul “Implementasi Program Pemberdayaan Perempuan Melalui Gender Mainstreaming: Studi Kasus Workshop Pemberdayaan Mubalighta I oleh Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, penulis Nadya Kharima, NIM. 104054102123, Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008. Penelitian ini membahas tentang implementasi dari program pemberdayaan perempuan dalam studi kasus Workshop Pemberdayaan Mubalighta I di Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lebih jauhnya, dalam penelitian ini penulis membahas tentang bagaimana impelementasi suatu program pemberdayaan yang dilakukan oleh Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedangkan penelitian saya

(19)

8 membahas strategi pemberdayaan perempuan dalam pengelolaan Bank Sampah Saraswati Cipete Utara. Dalam penelitian ini, penulis menuliskan bagaimana program pemberdayaan perempuan dalam suatu studi kasus dapat di implementasikan, menganalisa indikator keberhasilan dan kegagalan program pemberdayaan. Sedangkan dalam penelitian saya membahas bagaimana strategi pemberdayaan perempuan yang dijalankan oleh suatu gerakan bank sampah. Jelas tuuan dari penelitian ini berbeda.

Selanjutnya, skripsi dengan judul “Pemberdayaan Perempuan Melalui Pengelolaan Bank Sampah Pujarima di Kampung Pujokusuman RW 05 Yogyakarta”, Penulis bernama Nikmal Perdana, NIM. 1112054100003, Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017. Penelitian ini membahas tentang pemberdayaan perempuan dalam pengelolaan bank sampah, dan tujuan dari skripsi ini yakni untuk mengetahui peran perempuan dalam pengelolaan Bank Sampah Pujarima di Kampung Pujokusuman RW 05 Keparakan Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta. Dalam penelitian saya memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian ini karena penelitian saya pun membahas mengenai pemberdayaan perempuan dalam pengelolaan bank sampah dan memiliki tujuan dalam mengetahui bagaimana strategi pemberdayaannya yang dilakukan dalam pengelolaan Bank Sampah Saraswati RW 07 Cipete Utara. Sedangkan perbedannya, penelitian beliau menggunakan satu teori pemberdayaan oleh Isbandi Rukminto, penelitian saya menambahkan teori strategi pemberdayaan.

(20)

9 1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian menurut (Subagyo 2015) adalah suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan dengan purposive, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

1.6.2 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yang bertujuan untuk membuat deskripsi tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu populasi atau daerah tertentu secara sistematik dan teliti (Subagyo 2015) Berdasarkan penjelasan tersebut tujuan peneliti adalah ingin mengetahui bagaimana Strategi Pemberdayaan Perempuan Melalui Pengolahan Bank Sampah Saraswati Kelurahan Cipete Utara Jakarta Selatan. Data yang akan diperoleh nantinya berasal dari wawancara, foto, dokumen pribadi, maupun dokumen resmi. 1.6.3 Sumber Data

Terdapat dua jenis sumber data yang dijadikan acuan dalam melakukan penelitian ini, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder:

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh melalui proses penelitian secara langsung terhadap sasaran penelitian atau

(21)

10 informan di Bank Saraswati. Data primer ini diperoleh melalui observasi dan wawancara kepada informan secara detail seperti kepala bidang pemberdayaan atau pengelolaan yang bertanggung jawab atas program tersebut.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumber yang sudah ada. Data sekunder biasanya dapat diperoleh dari arsip Bank Saraswati, dokumen, arsip-arsip, jurnal, surat kabar dan literatur yang memiliki keterkaitan dengan penelitian.

1.6.4 Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang diambil peneliti dalam mencari data dan informasi terkait dengan penelitian adalah Bank Sampah Saraswati RW 07, Kelurahan Cipete Utara, Jakarta Selatan. Selain itu, variabel-variabel yang menjadi perhatian penelitian ini merupakan mengetahui apa saja dan bagaimana pemberdayaan perempuan melalui pengelolaan Bank Sampah tersebut.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang penulis lakukan adalah selama 2 bulan terhitung pada tanggal 13 Juni tahun 2020 sampai dengan tanggal 16 Agustus tahun 2020.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data a. Teknik Observasi

Metode observasi yaitu pengamatan yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik terhadap gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian, baik secara langsung maupun tidak langsung (Margono 2000). Metode ini digunakan

(22)

11 untuk mendapatkan data yang terhubung dengan objek penelitian. Dalam kaitan ini, peneliti langsung terjun ke lokasi untuk pengamatan dan penelitian guna mendapatkan data yang diperlukan. Posisi peneliti adalah sebagai observer non participant yaitu observasi yang menjadikan peneliti sebagai penonton atau penyaksi terhadap gejala atau kejadia yang menjadi topik penelitian (Emzir 2012).

Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk mengamati kegiatan proses berlangsungnya Bank Sampah Saraswati dan menjadi pengamat independen terhadap kehidupan informan.

b. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan kepada informan (Subagyo 2015). Dalam penelitian kualitatif ini, pertanyaan yang digunakan dalam wawancara merupakan pertanyaan terbuka, sehingga informan diharapkan bisa menjawab dengan lebih komprehensif.

Dengan metode ini pula, peneliti mampu mendapatkan informasi primer dari informan dan juga bisa berinteraksi secara langsung. Adapun orang yang akan peneliti pilih untuk dijadikan informan adalah kepala bidang pemberdayaan, pengurus atau anggota internal, nasabah bank sampah saraswati.

c. Studi Dokumentasi

Teknik Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data melalui penginggalan tertulis seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dalil, atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

(23)

12 Dalam penelitian kualitatif, teknik ini merupakan alat mengumpulan data yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori, atau hukum-hukum yang diterima, baik yang mendukung ataupun yang menolong hipotesis tersebut. (Zuhriah 2009)

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Atau dokumentasi adalah salah satu metode yang digunakan untuk mencari data-data autentik yang bersifat dokumentatif, baik data itu berupa catatan harian, memori atau catatan penting lainnya. (Sarlito 2000)

Dengan menggunakan metode ini akan diperoleh data berupa laporan hasil kegiatan yang meliputi foto-foto, data, buku dan literatur yang berkaitan dengan penelitian di Bank Sampah Saraswati RW 07 Cipete Utara Jakarta Utara.

1.6.6 Teknik Pemilihan Informan

Peneliti menggunakan metode penelitian Purposive Sampling, Purposive Sampling menentukan subjek/objek sesuai

tujuan. Meneliti dengan menggunakan kualitatif biasanya sudah ditetapkan tempat yang dituju. Dengan menggunakan pertimbangan pribadi yang sesuai dengan topik penelitian, peneliti memilih subjek/objek sebagai unit analisis. Peneliti memilih unit analisis tersebut berdasarkan kebutuhannya dan menganggap bahwa unit analisis tersebut representatif.

Berdasarkan pemahaman di atas, maka dalam penelitian ini peneliti sudah menentukan siapa saja yang dapat dijadikan sebagai informan yakni beberapa pengurus dan nasabah untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan serta bagaimana proses

(24)

13 pemilihan informasi untuk dijadikan objek penelitian sebagai bahan penulisan peneliti.

Tabel 1.1

Subjek dan Informan Penelitian Informan Informasi yang

diperoleh Jum-lah Metode Pak Andrias (Kepala Seksi Ekbang Lingkungan Hidup Kelurahan Cipete Utara) Memperoleh Informasi mengenai pemberdayaan

perempuan oleh Bank Sampah Saraswati 1 orang Wawancara Ibu Maryam (Ketua Bank Sampah Saraswati) Gambaran umum mengenai Bank Sampah Saraswati 1 orang Wawancara Pengurus Bank Sampah Saraswati Memperoleh informasi terperinci mengenai strategi pemberdayaan perempuan melalui Bank Sampah Saraswati

1 orang Wawancara dan observasi Nasabah bank sampah Memperoleh informasi mengenai kegiatan proses pemberdayaan dan hasilnya 5 orang Wawancara

Total Informan 8 orang

(25)

14 1.6.7 Teknik Analisis Data

Menurut Nasution dalam Usman dan Purnomo (2009) analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan dengan baik. Menyusun data memiliki artian menggolongkan dalam pola atau tema. Tafsiran artinya memberikan makna terhadap analisis, menjelaskan pola, serta mencari hubungan konsep.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Bungin 2003):

1) Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data adalah analisis pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

2) Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data dilakukan pada saat pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, menelusur tema, mengkode, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya tujuannya untuk menyisihkan data/informasi yang tidak relevan.

3) Data Display

Setelah data direduksi, maka Langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dimana dalam Langkah ini pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk naratif.

4) Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing

(26)

15 Verifikasi dan penegasan kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Dalam pengertian ini analisis data kualitatif yaitu merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus-menerus. Selanjutnya data yang telah di analisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk mendeskripsikan fakta yang ada di lapangan lalu diambil initisarinya saja.

Berdasarkan uraian di atas, setiap tahap dalam proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh data yang ada.

1.6.8 Teknik Keabsahan Data

Penelitian kualitatif dinyatakan absah apabila memiliki derajat keterpercayaan atau kredibilitas, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. (Satori dan Komariah 2013, 164)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Teknik Kredibilitas yaitu ukuran kebenaran data yang dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian. Kredibiltas (derajat kepercayaan) data diperiksa melalui kelengkapan data yang diperoleh dari berbagai sumber. Karena yang dicari adalah kata-kata, maka tidak mustahil ada kata-kata yang keliru yang tidak sesuai antara yang dibicarakan dengan kenyataan sesungguhnya. Hal ini dipengaruhi oleh kredibiltas informannya, waktu pengungkapan, kondisi yang dialami dan sebagainya. Maka peneliti perlu melakukan Triangulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu.

(27)

16 1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi disajikan ke dalam 6 (enam) BAB, sesuai Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, dengan gaya penulisan menggunakan Chicago 1: Bidang Ilmu Sosial

(author-datesystem). Berikut sistematika penulisan dalam skripsi ini:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan kajian Terdahulu, Metode Penelitian (terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pemilihan subjek dan informan, teknik pengelolaan dan analisis data, teknik keabsahan data) dan Sistematika Penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang Landasan Teori yang akan digunakan dan mendukung penelitian mengenai teori kelembagaan, teori pemberdayaan perempuan, dan teori gender, Kajian Pustaka, dan Kerangka Berfikir.

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

Bab ini berisi tentang gambaran geografis, historis, sosial budaya, dan sebagainya yang meliputi: Sejarah Bank Sampah Saraswati, Visi dan Misi Bank Sampah Saraswati, Tugas dan Fungsi Bank Sampah Saraswati dan Struktur Bank Sampah Saraswati

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab ini berisi tentang uraian penyajian data dan temuan penelitian mengenai hasil penelitian yang dilakukan peneliti yaitu Startegi

(28)

17 Pemberdayaan Perempuan Melalui Pengelolaan Bank Sampah Saraswati.

BAB V PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang analisis strategi pemberdayaan perempuan melalui pengelolaan Bank Sampah Saraswati Cipete Utara, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. BAB VI PENUTUP

Bab ini terdiri dari Kesimpulan, dan Saran, dengan mengemukakan kesimpulan hasil penelitian pada tiap-tiap bab sebelumnya, dan memberikan saran kepada peneliti atau lembaga atau profesi lain.

(29)

18 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Kelembagaan

a. Kelembagaan sebagai struktur

Kelembagaan merupakan struktur sosial yang telah mencapai ketahanan tertinggi dan terdiri dari budaya kognitif, normatif, dan regulatif yang sarat dengan perubahan. Elemen-elemen ini secara bersama-sama mempengaruhi kegiatan dan sumber daya untuk memberikan stabilitas dan makna bagi kehidupan sosial. Dalam upaya memberikan stabilitas ini maka sebuah Lembaga perlu memperhatikan unsur-nusur seperti rules,

norms, cultural benefit, peran dan sumber daya material (Hessel

and Richard 2008). Sehingga akan dapat menciptakan stabilitas melalui berbagai kebijakan dengan program yang ada.

Teori kelembagaan menggambarkan hubungan antara organisasi dengan lingkungannya; tentang bagaimana dan mengapa organisasi menjalankan sebuah struktur dan proses serta bagaimana konsekuensi dari proses kelembagaan yang dijalankan tersebut (Meyer and Rowan n.d.). Teori ini dapat digunakan untuk menjelaskan peran dan pengambilan keputusan dalam organisasi bahwa struktur, proses dan peran organisasi seringkali diperngaruhi oleh keyakinan dan aturan yang diantur oleh lingkungan organisasi. Misalnya organisasi yang berorientasi pada layanan publik, dalam pengambilan keputusan sudah tentu dipengaruhi oleh keyakinan dan aturan yang berlaku di pemerintah pusat, pemerintah daerah dan lingkungan masyarakat. Berangkat dari hal ini, maka dapat dijelaskan bahwa

(30)

19 organisasi sebagai pihak yang menerapkan kebijakan harus memiliki komitmen yang kuat dalam menjalankan tugasnya agar tujuan akhir dari sebuah kebijakan dapat tercapai. (Richard 2008)

Teori ini menjadi penjelas yang kuat dan populer bagi tindakan individu maupun organisasi yang disebabkan oleh faktor eksogen, eksternal, sosial, ekspektasi masyarakat, dan lingkungan (Ridha dan Basuki, 2012). Faktor-faktor ini cenderung menunjuk pada hubungan organisasi dengan pihak eksternal, seperti domain negara (state), sektor swasta (private), akademisi dan masyarakat (society). Organisasi pemerintah selaku pihak internal memiliki legitimasi untuk mempertanggung jawabkan penyelenggaraan pemerintahannya kepada pihak eksternal. Dengan demikian dalam menjalankan fungsinya, organisasi rentan juga terhadap tekenan eksternal. b. Kelembagaan sebagai norma

Kelembagaan merupakan seperangkat hubungan norma-norma, keyakinan-keyakinan, nilai-nilai yang nyata, terpusat pada kebutuhan-kebutuhan sosial dan serangkaian tindakan yang penting dan berulang.

Sementara itu, Taneko (1993) mendefinisikan kelembagaan sebagai adanya norma-norma dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat dalam situasi tersebut. Dengan demikian lahirnya kelembagaan di masyarakat sebagai bentuk aturan (rule) yang ada dan mengikat guna untuk memperoleh serta memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosialnya.

Melalui kelembagaan yang dibuat untuk mengatur terhadap pola perilaku dan pemenuhan kebutuhan manusia, maka

(31)

20 keberadaan kelembagaan akan memberikan kontibusi (keuntungan) bagi kehidupan masyarakat. Perspektif kelembagaan sebagai aturan yang ada dan keuntungan yang diperoleh dari keberadaan kelembagaan tersebut, dipengaruhi oleh perpektif rational choice theory.

Colemans (1990) mengatakan bahwa rational choice theory ini menekankan pada tindakan perseorangan mengarah kepada sesuatu tujuan dan tujuan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan. Terdapat tiga kelebihan yang dimiliki oleh rational choice

theory, untuk memilih tindakan yang dapat memaksimalkan

kegunaan atau yang memuaskan keinginan dan kebutuhan yaitu: memiliki kontribusi pada area pengukuran, sebagai pendekatan pertikaian dalam institusi sosial (seperti: dalam hukum, peraturan-peraturan, norma, dan nilai-nilai budaya), serta memberikan kemungkinan tentang cara untuk menjawab pilihan tujuan. (Ritzer 2008)

Adapun dalam perspektif sosiologi-antropologi dalam corak kelembagaan biasa disebut dengan Normative Institution, dimana kelembagaan merupakan bagian sistem norma yang terdapat di masyarakat. Sehingga norma yang terdapat di masyarakat diinternalisasi elemen dari sistem kepribadaian, orientasi nilai dan objek orientasi yang ada di luar individu untuk mengatur kehidupan manusia.

2.1.2 Intervensi Komunitas

Pengembangan Masyarakat merupakan suatu model intervensi yang sangat memperhatikan aspek manusia serta pemberdayaan masyarakat, dimana di dalamnya kental terasa adanya unsur Pendidikan dalam upaya mengubah suatu

(32)

21 komunitas. Partisipasi masyarakat dalam proses intervensi pengembangan masyarakat menjadi salah satu kunci terwujudnya peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Sebagai sebuah metode atau pendekatan yang cukup efektif, pengembangan masyarakat menekankan adanya proses pemberdayaan, partisipasi, dan peranan langsung warga komunitas dalam proses pembangunan di tingkat komunitas dan antar komunitas. (Rukminto, Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat 2013)

Intervensi sosial merupakan perubahan yang terencana yang dilakukan oleh pelaku perubahan (change agent) terhadap berbagai sasaran perubahan (target of change) yang terdiri dari individu, keluarga, dan kelompok kecil (level mikro), komunitas dan organisasi (level mezzo) dan masyarakat yang lebih luas, baik ditingkat kabupaten/kota, provinsi, negara, maupun tingkat global (level makro). Kesimpulan mengenai definisi intervensi sosial adalah suatu metode perubahan sosial yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang menjadi sasaran intervensi dalam melakukan perubahan sosial yang diinginkan oleh pelaku perubahan.

Tujuan utama intervensi sosial adalah untuk membantu masyarakat untuk memperoleh kembali keberfungsian sosialnya, meningkatkan kemampuan mengatasi masalah yang dihadapi dengan teknik penyelesaian masalah yang lebih baik serta dapat menjalankan peran barunya sesuai dengan perkembangan yang dialami agar hambatan sosial yang dihadapi tidak terulang lagi.

(33)

22 (Rukminto, Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat 2013)

Bank Sampah Saraswati menjadi suatu komunitas dimana masyarakat melakukan aksi untuk menjadikan lingkungannya lebih baik lagi, Sebagimana dalam bukunya tersebut, Isbandi juga menjelaskan bahwa dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial, salah satu bentuk intervensi yang berkaitan dengan perspektif pembangunan sosial tersebut ialah metode intervensi sosial di level komunitas atau yang disebut dengan intervensi komunitas. Oleh karena itu, maka salah satu cara agar masyarakat mampu mewujudkan kesejahteraannya yaitu dengan melakukan beberapa model intervensi pada tingkat komunitas, salah satunya diantaranya ialah dengan melakukan aksi sosial (social action).

Untuk mewujudkan kesejahteraan pada suatu masyarakat, salah satu bentuk intervensi yang dapat dilakukan pada level komunitas ialah dengan melakukan aksi sosial. Dalam Adi (2013, hal.188) dipaparkan bahwa pelaksanaan model intervensi komunitas melalui aksi sosial lebih cenderung mengarah pada intervensi di tingkat komunitas lokal. Berdasarkan pemaparan Butcher (1993) Pendekatan aksi komunitas sangatlah berbeda dengan pendekatan pengembangan masyarakat. Sebab aksi komunitas melibatkan masyarakat dalam rangka membuat tuntutan kepada pembuat kebijakan, hal tersebut dolakukan untuk menunjukan adanya respon terhadap kebijakan serta adanya kepentingan yang dimiliki oleh masyarakat.

(34)

23 2.1.3 Strategi Pemberdayaan

a. Pengertian Strategi Pemberdayaan

Strategi adalah cara untuk mengerahkan tenaga, dana, daya, dan peralatan yang dimiliki guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Arti pemberdayaan masyarakat itu sendiri adalah suatu proses yang mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam proses pembangunan yang berlangsung secara dinamis sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mandiri (Sumaryo 1991)

Ada 3 (tiga) strategi utama yang dapat dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat, antaranya yaitu:

1) Strategi tradisional, strategi ini menyarankan masyarakat mengetahui dan memilih kepentingan terbaik secara bebas dalam berbagai keadaan atau dengan kata lain semua pihak bebas menentukan kepentingan bagi kehidupan mereka sendiri dan tidak ada pihak lain yang menggangu kebebasan setiap pihak

2) Strategi direct-action, strategi ini memerlukan dominasi kepentingan yang dihormatui semua pihak yang terlibat, dipandang dari sudut perubahan yang mungkin terjadi. 3) Strategi transformatif, strategi ini menunjukan bahwa

pendidikan masa dalam jangka panjang diperlukan sebelum pengidentifikasian kepentingan diri sendiri (pelajaran.co.id 2018)

Sedangkan secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata ‘power’

(35)

24 (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. (Suharto, Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat 2005)

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat “people centered, participatory, dan sustainable.” (Chambers 1985). Ada beberapa faktor internal yang menghambat pemberdayaan antara lain, kurang bisa untuk saling mempercayai, kurang daya inovasi atau kreativitas, mudah pasrah atau menyerah atau putus asa, aspirasi dan cita-cita rendah, tidak mampu menunda menikmati hasil kerja, wawasan waktu yang sempit, familisme, sangat tergantung pada bantuan pemerintah, sangat terikat pada tempat kediamannya dan tidak mampu atau tidak bersedia menempatkan diri sebagai orang lain. (Hikmat 2001)

Konsep pemberdayaan masyarakat layaknya sudah menjadi salah satu konsep utama dalam ilmu kesejahteraan sosial dimulai pada era 1990-an hingga saat ini, yang mana sering dikaitkan dengan intervensi komunitas. Dengan berbagai macam metode yang dijalankan oleh pekerja sosial atau community worker dalam menjalankan intervensi tersebut, membuat pemberdayaan memiliki tujuan, fungsi, dan definisi yang berbeda-beda.

Dalam teorinya Jim Ife mengatakan bahwa dalam proses pemberdayaan perlu adanya kesadaran seseorang terhadap apa

(36)

25 yang sedang terjadi di luar, karena hal tersebut sama pentingnya dengan kesadaran diri. Seseorang dituntut untuk menjadi sensitif terhadapat perkataan orang lain. Sehingga dalam proses pemberdayaan perlu dilakukannya proses penyadaran melalui sebuah percakapan yang bisa mempengaruhi masyarakat. Dengan proses penyadaran tersebut maka masyarakat akan mulai berfikir dan sadar bahwa program pemberdayaan yang ditawarkan itu penting untuk mereka.

Modal yang penting dalam suatu perencanaan pemberdayaan partisipatif adalah adanya modal lingkungan yang dapat dijangkau dan dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya Perempuan. Dalam kasus tertentu modal lingkungan dikatakan menjadi sebuah potensi yang belum diolah memiliki nilai yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan dalam menjalani kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dalam masyarakat terdapat aspek yang dapat dipertimbangkan seperti bumi, udara, laut, tumbuhan dan hewan. Kurangnya kesadaran masyarakat bahwa lingkungan masuk ke dalam asset masyarakat, tidak sedikit masyarakat yang mengeksploitasi lingkungan dan tidak peduli akan kelestarian lingkungan. (Rukminto, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial 2007)

Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment

setting) yakni Mikro, Mezzo, dan Makro.

a. Mikro: Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas

(37)

26 kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach)

b. Mezzo: Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. c. Makro: Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi system besar (large-system-strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada system lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kamanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak. (Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat 2005)

Pandangan mengenai pembangunan sosial dapat berjalan dengan baik jika dilakukan oleh rakyat, dan untuk rakyat sendiri diharapkan mampu membentuk semangat kerjasama secara harmonis pada masyarakat lokal setempat agar dapat membentuk dasar yang biasa disebut dengan pendekatan kemasyarakatan pembangunan sosial.

Tahapan atau langkah pemberdayaan masyarakat sebagai berikut:

(38)

27 1) Tahap Persiapan (Engagement)

Pada tahap awal ini, sekurang-kurangnya ada dua tahapan yang harus dikerjakan yaitu penyiapan petugas dan penyiapan lapangan. Penyiapan tugas dalam hal ini tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa juga dilakukan oleh

community worker, dan penyiapan lapangan merupakan

prasyarat suksesnya suatu program pemberdayaan masyarakat yang pada dasarnya diusahakan dilakukan sacara non-direktif.

2) Tahap Pengkajian (Assessment)

Proses assessment yang dilakukan di sini dapat silakukan secara individual melalui tokoh-tokoh masyarakat

(key-person), tetapi dapat juga melalui kelompok-kelompok

dalam masyarakat. Pada tahap ini, petugas sebagai agen perubah berusaha mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan = felt needs) dan juga sumber daya yang dimiliki klien.

3) Tahap Perencanaan (Designing)

Pada tahap ini, petugas sebagai agen perubah (change agent) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.

4) Tahap Pemformulasian Rencana Aksi

Yaitu petugas membantu masing-masing kelompok masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada pihak penyandang dana.

(39)

28 Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang peling penting dalam program pemberdayaan masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara petugas dan warga masyarakat, maupun kerja sama antar warga.

6) Tahap Evaluasi

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal.

7) Tahap Terminasi (Disengagement)

Tahap terakhir ini merupakan tahap ‘pemutusan’ hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dalam suatu program pemberdayaan masyarakat, tidak jarang dilakukan bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap ‘mandiri’ tetapi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan. (Rukminto, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial 2002)

b. Pemberdayaan Perempuan

Menurut Sara Longwe, Pemberdayaan perempuan yang dilakukan pada komunitas masyarakat harus mencakup kelima

(40)

29 level. Antara lain seperti Kesejahteraan/pemenuhan kebutuhan dasar (Welfare), Keterbukaan akses seperti antara Pendidikan, keterampilan, informasi, dan kredit (Access), Kesadaran kritis

(Conscientisation), Pergerakan (Mobilization) atau partisipasi

dalam pengambilan keputusan, baik di tingkat rumah tangga, kehidupan bermasyarakat, dan area publik/politik, Kontrol terhadap sumber daya, implementasi dalam pengambilan keputusan, dan termasuk keterwakilan dalam Lembaga pengambilan keputusan (Control). (Handayani, Trisakti and Sugiarti 2004)

Pemberdayaan perempuan merupakan bagian dari pembangunan sumber daya manusia, dan ditujukan untuk meningkatkan status, posisi, dam kondisi perempuan agar dapat mencapai kemajuan yang setara dengan laki-laki, serta membangun generasi yang berkualitas. Pemberdayaan perempuan merupakan prioritas pembangunan, meliputi kualitas hidup perempuan di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan politik yang selama ini masih rendah dan rentan diskriminasi serta eksploitasi.

Pemberdayaan perempuan dimulai dari kesadaran pribadi perempuan itu sendiri. Setiap manusia, tidak terkecuali perempuan, diciptakan dengan kekuatan pribadi. Kekuatan pribadi dan kekuatan kelompok ini bila direfleksikan dengan baik maka dapat membangkitkan semangat dari dalam diri kita. Faktanya, perempuan Indonesia dilihat sebagai investasi tenaga pembangunan, sehingga peran sertanya sangat diharapkan. Dengan demikian, perempuan Indonesia menjadi lebih berat

(41)

30 tanggung jawabnya dalam melaksanakan pembangunan, yang semua keputusannya hampir diambil oleh laki-laki.

Pemberdayaan perempuan merupakan bagian dari pembangunan sumber daya manusia, dan ditujukan untuk meningkatkan status, posisi, dam kondisi perempuan agar dapat mencapai kemajuan yang setara dengan laki-laki, serta membangun generasi yang berkualitas. Pemberdayaan perempuan merupakan prioritas pembangunan, meliputi kualitas hidup perempuan di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan politik yang selama ini masih rendah dan rentan diskriminasi serta eksploitasi.

c. Tujuan Pemberdayaan Perempuan

Tujuan dari program pemberdayaan perempuan adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan kemampuan kaum perempuan untuk melibatkan diri dalam program pembangunan, sebagai partisipasi aktif (subjek) agar tidak sekedar menjadi objek pembangunan seperti yang terjadi selama ini

2) Meningkatkan kemampuan kaum perempuan dalam kepemimpinan, untuk meningkatkan posisi tawar-tawaran dan keterlibatkan dalam setiap pembangunan baik sebagai perencana, pelaksana, maupun melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan.

3) Meningkatkan kemampuan kaum perempuan dalam mengelola usaha skala rumang tangga, industri kecil maupun industri besar untuk menunjang peningkatkan kebutuhan rumah tangga, maupun untuk membuka peluang kerja produktif dan mandiri.

(42)

31 4) Meningkatkan peran fungsi organisasi perempuan di tingkat

lokal sebagai wadah pemberdayaan kaum perempuan agar dapat terlibat secara aktif dalam program pembangunan pada wilayah tempat tinggalnya. (Nugroho 2008)

d. Unsur dan Langkah Pemberdayaan Perempuan

Dikutip dari buku Gender dan Strategi Pengarus-utamaannya di Indonesia, terdapat empat unsur pemberdayaan bagi kaum perempuan yang dikemukakan oleh Nursahbani Kartjasungkana yaitu Aksesibilitas, Partisipasti, Kontrol, dan Manfaat. (Sumodiningrat 2008)

Akses, dalam arti kesamaan hak dalam mengakses sumber daya produktif di dalam lingkungan. Pemerataan akses juga bisa dikatakan meningkatnya kemampuan mereka masuk kesektor-sektor untuk mendapatkan informasi dan perempuan mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki.

Partisipasi, yaitu keikutsertaan dalam mendayagunakan asset atau sumberdaya yang terbatas tersebut. Sebagaimana dinyatakan oleh Conyers (1991 dan Tjokrowinoto (1987), partisipasi merupakan faktor penentu bagi keberhasilan pembangunan. Davis (dalam Ndraha, 1987) mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan mental dan perasaan individu dalam suatu kelompok (masyarakat) untuk bersedia memberikan kontribusinya dalam mencapai tujuan kelompok disertai rasa ikut bertanggungjawab. (Setyawati and A. Susanto, 2013)

Kontrol, dimana seorang laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukan kontrol atas pemanfaatan sumber daya-sumber daya tersebut. Disamping itu, perlunya kesempatan perempuan dalam

(43)

32 penguasaan/kewenangan/kekuatan untuk mengambil setiap keputusan.

Manfaat, yaitu bahwa lelaki dan perempuan harus sama-sama memiliki hasil pemanfaatan sumber daya atau pembangunan secara bersama dan setara. Meskipun bagi sebagian orang berpikiran bahwa perbedaan gender menjadi hal yang patut untuk dibedakan dalam berbagai macam hal, namun dalam proses pemberdayaan, kebutuhan serta aspirasi dari kedua gender tersebut harus saling dipertimbangkan.

Disamping itu, perlunya langkah berkesinambungan dalam melakukan pemberdayaan, seperti pemihakan perempuan yang harus dipihaki daripada laki-laki, persiapan pemberdayaan perempuan untuk bisa ikut mengakses, persiapan perempuan untuk berpartisipasi, mengontrol, mengambil manfaat, dan kaum perempuan perlu mendapatkan perlindungan dalam mengikuti suatu kegiatan pembedayaan. (Sumodiningrat 2008)

e. Keberhasilan Pemberdayaan Perempuan

Keberhasilan pemberdayaan menurut Aida Vitayala S. Hubeis, tergantung pada interaksi empat unsur:

1) Motivasi perempuan untuk memberdayakan diri: hal ini memerlukan bentuan sarana dan prasarana (manusia, kelembagaan, tatanan kerja) yang mampu memotivasi perempuan untuk memberdayakan diri, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk keluarga.

2) Program-program tepat guna dan berdayaguna yang memiliki nilai tambah ekonomi bagi pemberdayaan perempuan, seperti kepeduliaan kalangan perguruan tinggu, swasta, dan lembaga swadaya masyarakat selain pemerintah

(44)

33 merupakan elemen paling penting yang perlu dimantapkan dalam bentuk tatanan mekanisme kelembagaan permbedayaan sumberdaya perempuan secara terstruktur. 3) Dukungan berdedikasi untuk seluruh aparat yang terlibat

dalam ini, pelibatan perempuan untuk pemberdayaan sumberdaya perempuan perlu dibuat secara spesifik menurut segmen khalayak sasaran, menurut status dan segmen ekonomi.

4) Peran aktif masyarakat. Dalam hal ini, kesamaan pemahaman akan makna pemberdayaan perempuan merupakan prasyarakt tercapainya hasil optimal penanggulangan kemisikinan melalui peningkatan peran wanita. (Hubeis n.d.)

2.1.4 Gender

Di berbagai forum nasional maupun internasional seperti Indonesia, persoalan tentang perempuan merupakan salah satu isu penting yang selalu menjadi perhatian, terutama yang terkait tentang persoalan gender. Gender memiliki pengertian yang berbeda dengan jenis kelamin. Jika jenis kelamin terdapat jenis perempuan atau laki-laki, maka gender mengacu pada pembagian peran dan tanggung jawab perempuan atau laki-laki yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan apa yang dianggap pantas bagi perempuan dan laki-laki menurut norma, adat, dan kebiasaan masyarakat.

Gender adalah segala sesuatu yang diasosiasikan dengan jenis kelamin seseorang, termasuk juga peran, tingkah laku, preferensi, dan atribut lainnya yang menerangkan kelaki-lakian atau kewanitaan di budaya tertentu (Baron and Byrne, 1979 dalam

(45)

34 Kestaro, 2011). Adapun yang berpendapat bahwa gender adalah sesuatu yang dilihat sebagai “psychological, social, and

culturalaspects of maleness and femaleness”. Gander tidak

dibawa sejak lahir melainkan dipelajari melalui sosialisasi. Oleh sebab itu, gender dapat berubah. Proses sosialisasi yang membentuk persepsi diri dan aspirasi semacam ini dinamakan sosialisasi gender (gendersozialization) (Kessler dan McKenna, 1978).

Gender adalah pembedaan peran, kedudukan, tanggung jawab dan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Istilah “gender” untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang merupakan bentukan budaya yang dikonstruksikan, dipelajari dan disosialisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Isu Gender adalah permasalahan yang timbul akibat adanya relasi gender yang berkaitan dengan adanya pelabelan

(stereotype), peminggiran (marginalisasi), perendahan (subordinasi), fungsi ganda dan beban kerja berlebihan serta adanya tindak kekerasan sehingga menimbulkan perbedaan pada akses, kontrol, partisipasi dan manfaat, yang berakibat kepada kesenjangan.

Keadilan Gender adalah kondisi dan perlakuan yang adil terhadap perempuan dan laki-laki. Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi dan posisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik,

(46)

35 ekonomi, sosial budaya, pendidikan, pertahanan, keamanan nasional dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan yang dampaknya seimbang.

Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah strategi pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan laki-laki dan perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan, penyandang cacat dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi, lokasi, umur, dan kesukuan ke dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh program dan kegiatan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender.

Dengan kata lain, PUG adalah salah satu strategi pembangunan untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender yang harus melibatkan langsung perempuan dan laki-laki secara proporsional melalui partisipasi aktif dalam proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pemantauan, serta evaluasi dalam semua bidang pembangunan, sehingga baik perempuan dan laki-laki akan mendapatkan akses, kontrol, partisipasi dan manfaat yang sama terhadap pembangunan.

World Summit for Social Development di Copenhagen pada

tahun 1995 mengangkat kesetaraan gender sebagai strategi untuk pembangunan sosial ekonomi dan perlindungan lingkungan. Pada tahun 1995, The Fourth World Conference on Woman, di Beijing, mengungkap ulang pentingnya cara ini, dengan melukiskan agenda untuk memperkuat status perempuan dan mengadopsi sebuah deklarasi dan landasan kerja yang membidik untuk mengatasi rintangan untuk mencapai kesetaraan gender, dan

(47)

36 menjamin partisipasi aktif perempuan dalam segala aspek kehidupan. Pemerintah dengan segenap masyarakatnya, dihadapkan dengan area kritis terkait kesenjangan gender (Jurnal Perempuan 2011)

2.1.5 Pengolahan Sampah a. Pengertian Sampah

Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat. Juli Soemirat (1994) berpendapat bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat.

Azwar (1990) mengatakan yang dimaksud dengan sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk kedalamnya. Manik (2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia. (Kahfi 2017)

Menurut Reksosoebroto (1985) dalam Efrianof (2001) pengelolaan sampah sangat penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih dan sehat, dengan demikian sampah harus dikelola dengan sebaik-baiknya sedemikian rupa sehingga

(48)

37 hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air, dan tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya.

b. Prinsip Pengolahan Sampah

Menurut Panji Nugroho (2013), Prinsi-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah dikenal dengan nama 5 M yaitu (Susiani and Khasanah 2018):

1) mengurangi (Reduce) mengurangi penggunaan barang-barang habis pakai yang dapat menimbulkan sampah. Karena semakin banyak barang terbuang maka akan semakin banyak sampah.

2) Menggunakan kembali (Reuse) Mengusahakan untuk mencari barangbarang yang bisa dipakai kembali, dan mengindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai guna memaksimalkan umur suatu barang.

3) Mendaur ulang (Recycle) Selain mencari barang yang dapat dipakai kembali, dapat pula mencari barang yang dapat didaur ulang. Sehingga barang tersebut dapat dimanfaatkan bukan menjadi sampah.

4) Mengganti (Replace) Metode ini dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan disekitar. Ganti barang sekali pakai

(49)

38 11 dengan barang yang lebih tahan lama, serta menggunakan barang yang ramah lingkungan.

5) Menghargai (Respect) Metode ini menggunakan rasa kecintaan pada alam, sehingga akan menimbulkan sikap bijaksana sebelum memilih.

c. Mengurangi Sampah

Pasal 20 dalam Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah membahas pengurangan sampah antara lain dalam ayat (1) menjelaskan bahwa pengurangan sampah meliputi kegiatan: a. Pembatasan timbulan sampah; b. Pendauran ulang sampah; dan/atau c. Pemanfaatan kembali sampah. Dan ayat (2) pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut: a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu; b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan; c. memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan; d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan e. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.

Selain itu juga dalam pasal 20 ayat 4 menjelaskan masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam. Permasalahan sampah ini harus ditangani bersama oleh semua pihak baik pemerintah, masyarakat itu sendiri dan lembaga swadaya masyarakat. Maka dari itu dibutuhkan kesadaran dan komitmen seluruh pihak untuk perubahan sikap, perilaku dan etika terhadap lingkungan.

(50)

39 2.2 Kerangka Pikir

Sering kali sifat tidak peduli masyarakat terhadap lingkungannya justru menghadirkan masalah. Dalam partisipasi masyarakat memilah sampah, diharapkan dapat mengurangi sampah tertimbun dan tidak dimanfaatkan lagi yang akan menimbulkan masalah lain di masyarakat. Partisipasi masyarakat juga tidak hanya dalam memilah, tetapi dalam peran mereka tidak sebagai pelaku langsung melainkan sebagai pemberi informasi dan lain sebagainya.

Pemberdayaan perempuan pada dasarnya mengacu pada partisipasi masyarakat itu sendiri. Sebelum mendapatkan hasil pemberdayaan seperti yang diharapkan, para kaum perempuan di RW 07 sudah dipastikan mendapatkan empat unsur atau langkah pemberdayaan.

(51)

40 Bagan 1.1

Kerangka Pikir

(52)

41 BAB III

GAMBARAN LEMBAGA 3. 1 Kampung Tosca RW 07 Cipete Utara

Kampung Tosca RW 07 adalah Program Unggulan RW 07 guna mewujudkan wilayah setempat menuju hunian yang bersih, hijau (asri), dan sehat. Program tersebut dimulai pada tahun 2018, dimana tahun tersebut merupakan tahun pertama kepengurusan RW 07 Periode tahun 2017 – 2020. Konsep kampung Tosca RW 07 sendiri dilaksanakan pada bulan januari 2018 dan resmi di deklarasikan pada bulan mei 2018.

Gambar 3.1

Peta Wilayah RW 07 Cipete Utara

Sumber: Data RW 07

Dengan jumlah wilayah mencangkup 15 RT, Kampung Tosca membagi berdasarkan ciri khas sebagi berikut: RT 01 Kampung Madani, RT 02 Kampung Ngaji Bersama, RT 03 Kampung Kreasi, RT 04 Kampung Interaksi, RT 05 Kampung Sehat, RT 06

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tegangan (< 40 kV) dan frekuensi (< 40 kHz) yang rendah pada perlakuan PEF tidak berpengaruh signifikan terhadap total mikroba,

topik penelitiannya dilihat dari lembar konsultasi yang dipegang oleh masing- masing mahasiswa, kemudian dari ketiga data tersebut yang penulis analisis mengenai

Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai pemanfaatan sumber belajar Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar Fikih materi haji dan umroh siswa kelas VIII MTsN

Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan seperti pengukuran kondisi dan pertumbuhan tanaman pokok, pengukuran tajuk, pengukuran intensitas

Dia adalah sarjana Sta s ka dari Universitas Padjajaran dan juga mengiku beberapa ujian yang diselenggarakan oleh Persatuan Aktuaris Indonesia untuk menjadi

Tim Pengabdian Universitas Harapan Medan melakukan kegiatan sosialisasi tentang Manajemen Pengembangan area turis dalam hal progress renovasi dan pelaksanaan proyek

penelitian tersebut menunjukkan bahwa penciri genetik gen κ-kasein pada sapi dapat dipergunakan sebagai alat bantu dalam menseleksi produksi susu dan komposisi susu.. Alel A dan

Estimasi waktu tempuh perjalanan kendaraan pada penelitian ini menggunakan metode Instantaneous model berdasarkan data spot speed yang telah diolah menjadi 2 (dua)