• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

HEALTH (Kesehatan

4.1 Strategi Pemberdayaan Perempuan Melalui Pengelolaan Bank Sampah Saraswati Cipete Utara Bank Sampah Saraswati Cipete Utara

4.1.1 Tahapan Pemberdayaan

Tahapan pemberdayaan menjadi suatu hal yang mendasar dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh Bank Sampah Saraswati. Seperti hasil wawancara dengan Pak Andrias selaku kepala seksi ekonomi, pembangunan, dan lingkungan hidup yakni pemberdayaan baginya merupakan suatu usaha untuk membangun sumberdaya yang ada dengan upaya mengingkatkan diri dari yang belum mampu menjadi mampu melalui kapasitas atau sumberdaya yang dimiliki oleh masing-masing individu atau kelompok.

a. Tahap Persiapan (Engagement)

Proses persiapan yang dilakukan oleh Bank Sampah Saraswati pada saat pembentukan ialah menjalin engagement dengan para ulama, ustad, dan majlis ta’lim setempat, yang mana para tokoh tersebut dinilai berpengaruh di kalangan masyarakat setempat. Namun saat ini dalam kegiatan pemberdayaan yang rutin dilakukan oleh Bank Sampah Saraswati sudah tidak menggunakan metode tersebut karena pengurus dinilai sudah memiliki kedekatan yang terjalin dengan antar nasabah.

57 Sebagaimana penuturan Pak Andrias selaku Kepala Seksi Ekbang Lingkungan Hidup Kelurahan Cipete Utara sebagai berikut:

“Kami melakukan engagement melalui PKK dan Majlis Taklim setempat. Sedangkan pada awal mula kegiatan bank sampah kami lakukan sosialisasi melalui masing-masing ketua RT dan mengambil beberapa tokoh masyarakat untuk mengetahui keresahan mengenai sampah seperti apa yang terjadi di wilayah setempat. Kami juga melakukan analisis terkait pengelolaan sampah seperti apa yang tepat untuk kami gunakan agar sampah di lingkungan menjadi berkurang.” Dalam tahapan pertama ini, setidaknya terdapat beberapa elamen atau unsur yang terlibat di dalamnya, seperti pihak kelurahan, tokoh masyarakat, dan kelompok-kelompok masyarakat. Hasil dari pada proses ini pada saat ini yaitu terbentuknya tujuan, struktur, dan jenis kegiatan yang akan diadakan oleh bank sampah masing-masing. Dengan demikian, bank sampah terbentuk atas swadaya masyarakat yang menginginkan perubahan lingkungan menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Gambar 4.1

Pengelola Bank Sampah Saraswati

58 b. Tahap Assessment

Dalam tahapan ini, peneliti mendapatkan hasil wawancara melalui narasumber yang menilai bahwa tahapan engagement dan

assessment adalah suatu hal yang tidak jauh beda, namun mereka

melakukan tahapan kedua ini untuk mengkaji identifikasi masalah yang dirasakan oleh masyarakat. Yang mana pada saat itu masyarakat menyadari bahwa sampah telah menjadi masalah yang mendesak untuk lingkungan mereka. Dalam hal ini, peran pihak kelurahan dituntut untuk turun aktif dalam melalukan

assessment sebagaimana yang telah dilakukan oleh mereka untuk

mencari tahu permasalahan apa yang sedang meresahkan masyarakat, dan bagaimana formulasi untuk memecahkan masalah tersebut. Sehingga ditemukan prioritas masalah saat itu ialah mengenai sampah. Seperti hasil wawancara peneliti dengan pihak kelurahan di bawah ini:

“Sehingga hasil assessment yang kami dapatkan, masyarakat pun merasa bahwa masalah sampah akan menjadi masalah yang serius apabila tidak cepat diatasi. Dari sanalah mereka membulatkan tekad bahwa dengan berdirinya bank sampah akan meminimalisir pembuangan sampah yang saat itu masih jauh dari kata baik.”

Dengan mengutip hasil wawancara bersama Pak Andrias di atas, peneliti penemukan bahwa masalah sampah seperti hal yang sudah mendesak pada saat itu di wilayah Cipete Utara sehingga masyarakat sepakat dengan apa yang dirancangkan oleh pihak kelurahan. Meskipun dalam pengelolaannya atau pengoperasiannya, pihak kelurahan yakni Pak Andiras sendiri berperan cukup sampai dengan pengawasan jalannya bank sampah itu sendiri. Pada saat itu pihak kelurahan turut dibantu

59 oleh para tokoh masyarakat setempat yang ada di wilayah RW masing-masing.

c. Tahap Perencanaan (Designing)

Selanjutnya pada tahapan perencanaan, pada tahun 2016 hingga saat ini mereka belum memiliki agen perubah yang bersifat professional layaknya profesi pekerja sosial ataupun

community worker. Sebagaimana hasil wawancara berikut ini:

“Agen perubah yang kami hadirkan pada tahap perencanaan ialah tokoh ulama setempat. Dimana mereka ikut berperan aktif dalam menggerakan, mengajak, mendiskusikan kepada masyarakat mengenai bayangan proses dan bagaimana hasilnya yang mereka akan dapatkan apabila bank sampah ini berjalan sesuai yang sudah dirancang bersama. Para tokoh ulama juga tak segan dalam menyampaikan dakwahnya tiap kali berceramah atau khutbah untuk meleburkan nilai-nilai pentingnya menjaga lingkungan dalam sudut pandang agama islam. Sebagai contohnya untuk bank sampah (RW 07) memiliki tokoh ulama yang bernama Haji Ilham Khalid, dan Ustad Halim. Beberapa tahun yang lalu pernah ada pendamping CSR suatu perusahaan mengunjungi bank sampah dan ingin bekerjasama dengan kami. Selebihnya belum pernah ada lagi sampai saat ini. Untuk tenaga kesejahteraan sosial sendiri sepertinya belum ada yang bergerak di kelurahan kami.” (Wawancara dengan Pak Andrias, 2020)

Dalam hal ini, peneliti tidak hadir langsung dalam tahapan perencanaan sebab pada bulan maret 2020 DKI Jakarta terjadi pandemi Covid-19 yang mana segala aktivitas bank sampah menjadi terhambat. Salah satunya kegiatan pemberdayaan yang biasanya dilakukan seperti mendaur ulang sampah plastik koran bekas sebagaimana hasil wawancara di bawah ini:

60 “Kegiatan yang bisa diakses oleh perempuan sebenarnya apa saja bisa, seperti mengikuti kegiatan Bank Sampah setiap 2 minggu sekali. Mereka bebas hadir menyaksikan penimbangan sampah yang telah dipilah dan dikumpulkan masing-masing, lalu melihat jumlah tabungan yang dihasilkan. Namun untuk pemberdayaan, sebelum pandemi Covid-19 Bank Sampah Saraswati sendiri mengadakan pelatihan setiap satu bulan sekali untuk perempuan yakni mendaur ulang sampah plastik koran bekas sehingga dapat menjadikan nilai jual ketika ada pameran hasil kreasi Bank Sampah Kelurahan Cipete Utara.” (Wawancara dengan Ibu Maryam, 2020)

d. Tahap Pemformulasian Rencana Aksi

Pada pemformulasian rencana aksi, para tokoh masyarakat yang sudah terpilih tadi berperan manjadi pihak yang menjembatani antara kelurahan dengan menghadirkan partisipasi masyarakat Kelurahan Cipete Utara yang dihadirkan oleh perwakilan masing-masing RW setempat untuk sama-sama mendapatkan solusi terbaik dalam rangka mengurangi sampah. Sehingga ketika menghasilkan munculnya bank sampah, metode yang digunakan para tokoh tersebut pada saat itu dengan berdiskusi dan memberikan beberapa program kegiatan apa saja yang tepat pada saat itu.

“Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, tugas kelurahan dan para tokoh ulama sudah pasti memberi edukasi guna membantu kelompok masyarakat untuk memformulasikan gagasannya mengenai bank sampah itu sendiri baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Masyarakat pun pada saat itu ikut berpartisipasi dalam hal itu dan menyepakati bahwa setiap bank sampah memiliki program pemberdayaan penunjangnya masing-masing selain kegiatan bank sampah rutin itu sendiri.” (Wawancara dengan Pak Andrias, 2020)

61 Dari penjelasan di atas, Pak Andrias menuturkan belum ada fasilitator professional yang menunjang. Namun para tokoh masyarakat setempat yang membantu dalam perencanaan yang mana setiap bank sampah memiliki programnya penunjangnya masing-masing selain kegiatan bank sampah rutin. Selain itu, pihak kelurahan sendiri pun belum memiliki staff tenaga kesejahteraan sosial professional yang membantu dalam pemberdayaan melalui bank sampah setempat.

e. Tahap Pelaksanaan Program Kegiatan (Implementasi) Setelah sudah melewati beberapa tahapan, pada kali ini setiap bank sampah khususnya Saraswati sendiri memiliki beberapa program pemberdayaan penunjang seperti daur ulang sampah plastik dan koran bekas yang tentunya menghadirkan partisipasi masyarakat khususnya anggota aktif bank sampah.

“Program yang kami hadirkan dalam pemberdayaan perempuan melalui pengelolaan bank sampah yakni kegiatan rutin bank sampah yang berbeda-beda sesuai dengan kesepakatan masing-masing warganya dan kegiatan yang bersifat pelatihan yang mereka butuhkan seperti daur ulang sampah plastik dan koran bekas serta akan mengubahnya menjadi suatu nilai jual.” (Wawancara dengan Pak Andrias, 2020)

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa sampah plastik perlu penanganan lebih khusus terlebih dalam tiap penimbangan selalu lebih banyak dibandingkan sampah lainnya. Kedua program pemberdayaan tersebut juga dipilih oleh masyarakat karena berdasarkan hasil perhitungan Pak Eko selaku Ketua RW 07 dimana beliau memperkirakan bahwa sampah plastik setiap harinya selalu

62 meningkat sejalan dengan penggunaan konsumtif warganya. Sebagaimana penjelasan di bawah ini:

“Jumlah penduduk RW 07 Cipete Utara cenderung meningkat setiap tahun, sejalan dengan peningkatan volume sampah semakin hari semakin bertambah. Pak Eko (Ketua RW 07) mencatat jumlah warganya mencapai 8.355 jiwa dan mampu menghasilkan sampah 0,5 kg/orang/hari. Jika dikalikan satu bulan, volume sampah bisa mencapai 125.325 kg/bulan terdiri dari sampah organik 54% dan sampah non organik 46%.”

Tahapan pelaksaan program menjadi salah satu tahapan terpenting dalam pelaksanaan pemberdayaan, dimana dalam pelaksaannya bergantung pada “change agent” dengan para partisipatif. Dalam hal ini dilakukan pemilihan tokoh tersebut berdasarkan kapasitas internal pengurus maupun eksternal seperti pihak kelurahan, atau tokoh dari domisili wilayah lainnya. Sebagaimana pemaparan Ibu Ita berikut ini:

“Pelatihan kompos hanya pernah kami laksanakan sekali selama ini, karena dari hasil evaluasi kami ditemukan bahwa pengurangan sampah plastik menjadi prioritas yang akan kami lakukan. Pada saat itu, pelatihan kompos di tahun 2019 berlangsung selama satu jam yang mana tokoh kelurahan menjadi change agent pada kegiatan tersebut dan nasabah turut serta berpartisipasi. Sedangkan dan daur ulang sampah plastik yang biasanya bank sampah lakukan berlangsung masing-masing satu hari sampai dua hari tergantung bagaimana jenis kesulitan pembuatannya. Hingga saat ini kami membuat daur ulang sampah plastik kopi menjadi tas dan dompet. Sedangkan botol plastik dan koran bekas kami daur ulang menjadi vas bunga atau box serbaguna.”

Beberapa studi dokumentasi milik peniliti mengenai program kegiatan pemberdayaan yaitu daur ulang sampah yang dilakukan

63 oleh pengurus dan nasabah sebelum datangnya pandemi Covid-19:

Gambar 4.2

Hasil Daur Ulang Sampah Plastik

Sumber: studi dokumentasi milik peneliti

f. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi menjadi hal yang terpenting dalam setiap kegiatan yang telah berlangsung, sebagaimana setiap bank sampah yang ada di Kelurahan Cipete Utara diwajibkan menjalankan evaluasi minimal satu kali setiap enam bulannya. Pembahasannya dari mulai evaluasi perencanaan hingga hasil yang ditemukan, sejauh mana memberikan dampak terhadap masyarakat dan lingkungannya masing-masing. Selain itu, tahap evaluasi diperlukan untuk mencari tahu suatu kekurangan dan hambatan dalam proses implementasi serta dalam pertemuan itu membahas hasil evaluasi untuk menemukan formulasi baru dalam kegiatannya. Namun karena hadirnya pandemi, kebijakan ini pun mengalami perubahan. Dari yang biasanya dilaksankan enam

64 bulan sekali, saat ini evaluasi belum pernah dilakukan kembali sebagai langkah mengurangi aktivitas kerumunan.

“Setiap enam bulan sekali kami melakukan evaluasi akbar pada masing-masing bank sampah yang mana ketika pandemi datang kami belum pernah melaksanakannya kembali. Dalam pembahasan evaluasi, kamu cenderung membahas hasil, kinerja, dan faktor hambatan seperti apa yang dirasakan oleh tiap pengurus. Meskipun kami memiliki target dapat mengurangi sampah sebanyak 60% untuk di daur ulang oleh Kelurahan Cipete Utara dan sisanya 40% masuk kedalam TPS, hal itu seperti masih jauh dari target setiap kami membahas hasil pada proses evaluasi” (wawancara dengan Pak Andrias, 2020)

Evaluasi menjadi hal yang penting bagi suatu lembaga untuk mengetahui datasan-batasan mana yang sudah tercapai maupun yang belum terlampaui. Bank sampah saraswati belum memiliki infografis hasil reduksi sampah setiap tahunnya, namun peneliti mendapatkan data di bawah ini sebagai suatu hasil pencapaian bank sampah secara keseluruhan di Kelurahan Cipete Utara:

Gambar 4.3

Hasil Reduksi Sampah Kelurahan Cipete Utara 2019

65 g. Tahap Terminasi (Disengagement)

Terminasi atau tahap terakhir ini biasa dikenal dengan tahap ‘pemutusan’ hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Dimana dalam pekerja sosial cenderung melakukan pemutusan kontrak terhadap kliennya. Namun, untuk bank sampah sendiri mengatakan bahwa pihak kelurahan merasa tidak melewati tahap tersebut karena hadirnya bank sampah merupakan bagian dari sebuah program yang dilandasi kesadaran masyarakat dalam semangat menjadikan lingkungannya lebih baik, dan berjangka panjang. Sebagaimana hasil wawancara berikut ini:

“Disisi lain, kali tidak melakukan tahapan terminasi

(disengagement) karena bank sampah merupakan suatu

program jangka Panjang yang mana dalam pelaksanaannya turut diawasi oleh Pemprov DKI Jakarta itu sendiri. Hanya saja jika nasabah diketahui pindah alamat dan keluar atas keinginannya sendiri, pengurus bank sampah akan menghapusnya dari daftar nasabah aktif. Sedangkan untuk nasabah yang wafat, kami menghimbau pengurus untuk

tracking saldo milik nasabah sehingga hasil tabungannya

bisa diserahkan kepada pihak keluarganya masing-masing.” (Wawancara dengan Pak Andrias, 2020)

Berdasarkan pemaparan dari Pak Andrias bahwa bank sampah tidak melakukan upaya terminasi, dimana nasabah yang pindah alamat domisili kependudukan dan keluar dengan keinginan sendiri akan diberhentikan dari status keanggotaannya di bank sampah. Sedangkan bagi nasabah yang wafat, akan lakukan pemeriksaan terhadap saldo tabungan sampah yang tertera di buku dan catatan pengurus sehingga bisa diserahkan kepada anggota nasabah tersebut.

66 Berikut merupakan hasil studi dokumentasi miliki peneliti, dimana setiap buku tabungan nasabah dibawa pada setiap penimbangan dan dilakukan pengecekan kembali oleh pangurus bank sampah terhadap hasil tabungan milik nasabah.

Gambar 4.4

Buku Tabungan Sampah Nasabah

Sumber: Studi Dokumentasi Peneliti

Dokumen terkait