• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

4.6 Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah .1 Strategi Pengembangan Sarana dan Prasarana

4.6.2 Strategi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

Implementasi sistem operasional pengelolaan sampah di Kota Jambi baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang, memerlukan perencanaan strategis aspek kelembagaan. Perlu dibangun model kelembagaan yang sesuai untuk mengelola prasarana terbangun. Strategi pengembangan kelembagaan tersebut meliputi :

a. Penguatan pelaksanaan pemisahan lembaga regulator dan lembaga operator pengelolaan sampah di seluruh wilayah pelayanan,

b. Penguatan kelembagaan swadaya masyarakat (KSM) dalam proses pengumpulan sampah dan dalam operasionalisasi TPS 3R.

A. Strategi Pengembangan Perangkat Daerah

Pengembangan Kelembagaan Dinas/Badan sebagai lembaga regulator dan lembaga operator dilakukan melalui rencana pengembangan lembaga regulasi dan lembaga operator pengelolaan sampah dengan menempatkan DKPP dan Bidang terkait sebagai Regulator dan UPTD sebagai operator pengelolaan sampah di Kota Jambi.

Penetapan strategi dalam pengembangan kelembagaan lembaga regulator dan operator dimaksud dengan melihat potensi dan permasalahan serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dasar hukum yang digunakan sebagai dasar dalam pembetukan kelembagaan perangkat daerah yaitu Undang-undang No. 9 Tahun 2015 dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa permasalahan yang dihadapi kelembagaan DKPP Kota Jambi adalah SDM dan anggaran yang terbatas sehingga pelayanan yang diberikan menjadi terbatas. Strategi yang dapat diterapkan meliput:

a. Pemisahan fungsi antara Dinas sebagai regulator dan UPTD sebagai operator; b. Pembentukan dan penguatan kelembagaan pada masing-masing sistem kegiatan

Halaman IV-38

DON’T NOT COPY

Sampah; UPTD tersebut salah satunya dibentuk sebagai pengelola pelayanan pada wilayah pelayanan yang telah ditetapkan;

c. Penguatan koordinasi Dinas, UPTD, Kecamatan, Kelurahan dan kelembagaan masyarakat;

d. Pembentukan kelembagaan masyarakat sebagai operator pengelolaan sampah pada tingkat wilayah yang lebih kecil (RT/ Kelurahan).

e. Penguatan UPTD menjadi UPTD dengan manajemen pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) pada jangka menengah.

Selain itu untuk meningkatkan pelayanan manajemen perlu diterapkan strategi:

a. Penyelenggaraan birokrasi pengelolaan sampah yang efektif, efisien dan professional;

b. Penyelenggaraan pengelolaan sampah yang transparan, partisipatif serta akuntabel; c. Penerapan standar operasional prosedur (SOP) dan Standar Pelayanan Minimal

(SPM) untuk mendukung kinerja kelembagaan pengelolaan sampah;

d. Penyelenggaraan sistem informasi untuk memperkuat komunikasi kelembagaan pengelolaan sampah.

Dari beberapa strategi yang akan diterapkan tersebut perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang khususnya tentang Strategi Pengembangan Perangkat Daerah melalui pengembangan fungsi Dinas dan UPTD dan Strategi Kelembagaan Masyarakat. Seperti yang disampaikan di atas terdapat dua peraturan yang mendasari pembentukan UPTD, yaitu Undang-undang N0. 9 Tahun 2015 dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016. Sebelum menjelaskan bagaimana pembentukan UPTD, akan dijelaskan terlebih dahulu pembetukan Dinas Kab/kota yang akan mengelola persampahan. Sebagaimana Pasal 209 ayat (2) Undang-undang No. 23 Tahun 2014 Perangkat Daerah Kab/kota terdiri atas :

a. Sekretariat Daerah; b. Sekretariat DPRD; c. Inspektorat; d. Dinas; e. Badan; dan f. Kecamatan

Halaman IV-39

DON’T NOT COPY

1) Urusan Pemerintahan

Perangkat Daerah Kab/kota sebagaimana dimaksud selain melaksanakan urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Daerah juga melaksanakan tugas Pembantuan. Pembagian Urusan Pemerintahan sub Bidang Persampahan diatur pada Lampiran C dan Lampiran D Undang-undang No. 23 Tahun 2014, seperti diuraiakan pada tabel berikut ini.

Tabel 4. 21 Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Sub Bidang Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/kota

Persampahan a. Penetapan pengembangan system pengelolaan persampahan secara nasional b. Pengembangan system pengelolaan persampahan lintas daerah provinsi dan system pengelolaan sampah untuk kepentungan strategis nasional Pengembangan system dan pengelolaan persampahan regional Pengembangan system pengelolaan persampahan dalam daerah Kab/kota

Sumber: Lampiran C - Undang-undang No. 23 Tahun 2014.

Tabel 4. 22 Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup

Sub Bidang Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/kota

Persampahan a. Penerbitan izin insenerator pengolah sampah menjadi energy listrik b. penerbitan izin

pemanfaatan gas metana (landfill gas) untuk energy listrik di tempat pemrosesesan akhir (TPA) regional oleh pihak swasta c. pembinaan dan

pengawasan penangan sampah di TPA/tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) regional oleh pihak swasta d. Penetapan dan pengawasan tanggung Penanganan sampah di TPA/TPST regional a. Pengelolaan sampah. b. Penerbitan izin pendaurulangan sampah/pengolahan sampah dan pemrosesan akhir sampah yang diselenggarakan oleh swasta c. pembinaan dan pengawasan pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh pihak swasta.

Halaman IV-40

DON’T NOT COPY

Sub Bidang Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/kota

jawab produsen dalam pengurangan sampah. e. Pembinaan dan

pengawasan tanggung jawab produsen dalam pengurangan sampah.

Sumber : Lampiran K. Undang-undang No. 23 Tahun 2014.

Gambar 4. 6 Arahan Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Sampah Kota Jambi Pasca PP 18 Tahun 2016

2) Pembagian Peran Operator dan Regulator

Untuk menghindari terjadinya konfik kepentingan serta adanya check and balance yang memastikan pelaksanaan pelayanan persampahan, Permen PU No. 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) menyatakan perlu adanya pemisahan peran antara institusi yang berperan sebagai regulator dan institusi yang berperan sebagai operator/ penyelenggara layanan. Dalam konteks tugas pemerintahan, yang dimaksud dengan regulator adalah pihak yang mengembangkan kebijakan, norma, dan standar, bagi pelaksanaan pelayanan publik. Regulator kemudian juga melakukan fungsi pengawasan dan

SEKSI RETRIBUSI DAN PENGELOLAAN SAMPAH

Halaman IV-41

DON’T NOT COPY

pengendalian agar pelaksanaan pelayanan publik bisa berjalan sesuai koridor yang telah ditetapkan. Di lain pihak, operator merupakan pelaksana pelayanan publik (misal: pengelola TPA, pengelola pengangkutan sampah) yang melakukan perencanaan dan implementasi kegiatan sesuai arahan dari regulator. Peran regulator dan operator harus tercermin dengan jelas pada uraian tugas dan fungsi dari masing-masing institusi.

Tabel 4. 23 Uraian Tugas dan Fungsi Regulator dan Operator

Uraian Regulator Operator

Tugas Melaksanakan urusan pemerintahan bidang persampahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah

Melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/ atau kegiatan teknis penunjang di bidang pengelolaan sampah

Fungsi Perumusan kebijakan teknis dan perencanaan strategis

Penyusunan NSPK

Penyelenggara urusan pemerintahan dan pelayanan yang meliputi: pembangunan dan rehabilitasi

Pembinaan, pengawasan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

Pelaksana penyusun rencana kebutuhan operasional pengelolaan sampah

Pelaksana pelayanan dan jasa pengangkutan sampah, serta pemrosesan akhir sampah Pelaksana pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan persampahan Pengawasan pemanfaatan sarana dan prasarana pelayanan persampahan Pelaksana pendataan & pelaporan hasil pelak- sanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan. Pelaksana administrasi umum dan f. kerumahtanggaan

Sumber : Permen PU No. 21/PRT/M/2006

3) Pembentukan Dinas Daerah

Menurut Pasal 211 ayat (2) Undang-undang No. 23 Tahun 2014, nomenklatur Perangkat Daerah dan unit kerja pada Perangkat Daerah yang melaksanakan Urusan Pemerintahan dibuat dengan memperhatikan pedoman dari kementerian/lembaga pemerintah nonkemeterian yang membidangi Urusan Pemerintahan tersebut. Beberapa ketentuan lainnya pada Undang-undang No. 23 Tahun 2014 yang berkenaan dengan pembentukan Perangkat Daerah yaitu:

 Pasal 212 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang No. 23 Tahun 2014, pembentukan dan susunan Perangkat Daerah ditetapkan dengan Perda. (2) Perda sebagaimana dimaksud berlaku setelah mendapat persetujuan dari Menteri bagi Perangkat Daerah provinsi dan dari gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat bagi Perangkat Daerah Kab/kota.

Halaman IV-42

DON’T NOT COPY

 Pasal 212 ayat (3) Undang-undang No. 23 Tahun 2014, Persetujuan Menteri atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat diberikan berdasarkan pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Pilihan.

 Pasal 217 ayat (1) Undang-undang No. 23 Tahun 2014, Dinas dibentuk untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. (2) Dinas diklasifikasikan atas:

a. dinas tipe A yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang besar;

b. dinas tipe B yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang sedang; dan c. dinas tipe C yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan yang

menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang kecil.

 Pasal 217 ayat (3) Undang-undang No. 23 Tahun 2014, Penentuan beban kerja didasarkan pada jumlah penduduk, luas wilayah, besaran masing-masing Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, dan kemampuan keuangan Daerah untuk Urusan Pemerintahan Wajib dan berdasarkan potensi, proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan untuk Urusan Pemerintahan Pilihan.

 Pasal 218 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Undang-undang No. 23 Tahun 2014, Dinas dipimpin oleh seorang kepala. Kepala dinas mempunyai tugas membantu kepala daerah melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Kepala dinas dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris Daerah.

Menurut Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016, Kriteria tipelogi Perangkat Daerah untuk menentukan tipe Perangkat Daerah berdasarkan hasil pemetaan urusan pemerintahan dengan variabel:

 Umum dengan bobot 20% (dua puluh persen); dan  Teknis dengan bobot 80% (delapan puluh persen).

Kriteria variabel umum ditetapkan berdasarkan karakteristik Daerah yang terdiri atas indikator:

a. Jumlah penduduk; b. Luas wilayah; dan

Halaman IV-43

DON’T NOT COPY

Menurut Pasal 6 ayat (3) Kriteria variabel teknis ditetapkan berdasarkan beban tugas utama pada setiap Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi dan Daerah Kab/kota serta fungsi penunjang Urusan Pemerintahan. Untuk Kriteria Variabel Teknis pengelolaan persampahan hanya terdapat pada Kriteria Variabel Teknis Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup. Sebaliknya Kriteria variabel Teknis pengelolaan persampahan tidak terdapat pada Kriteria Variabel Teknis Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Kriteria Variabel Teknis Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana diatur pada Lampiran C Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang pada Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016, diantaranya mengatur Kriteria Variabel Teknis tentang 1) Jumlah bangunan gedung, 2) Panjang sungai, 3) Jumlah kapasitas tampungan air, 4) Panjang garis pantai, 5) Luas daerah irigasi teknis, 6) Jumlah desa/kelurahan rawan air, 7) Jumlah fasilitas pengelolaan air limbah, 8) Luas cakupan layanan Sistem Pengelolaan air limbah (SPAL), 9) Drainase, 9) Jumlah Luas kawasan permukiman 10) Panjang jalan yang menjadi kewenangan Kab/kota.

Tabel 4. 24 Kriteria variabel Teknis Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup Kab/kota

NO INDIKATOR & KELAS

INTERVAL SKALA NILAI BOBOT (%) SKOR

1 Jumlah Taman Kehati a. ≤ b. 3 - 4 c. 5 - 6 d. 7 - 8 e. > 8 200 400 600 800 1.000 5 10 20 30 40 50

2 Jumlah perusahaan pengumpul dan pengolah Limbah B3 a. < 10 b. 11 - 50 c. 51 – 100 d. 101 – 200 e. > 200 200 400 600 800 1.000 15 30 60 90 120 150

3 Jumlah TPA/TPS Regional a. < 3 b. 4 - 7 c. 8 - 11 d. 12 - 15 200 400 600 800 15 30 60 90 120

Halaman IV-44

DON’T NOT COPY

NO INDIKATOR & KELAS

INTERVAL SKALA NILAI BOBOT (%) SKOR

e. > 15 1.000 150

4 Jumlah Dokumen Lingkungan yang dinilai (AMDAL, UKL/UPL, SPPL) bagi usaha yang izinnya dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi a. < 10 b. 11 - 50 c. 51 – 200 d. 201 –350 e. > 100 200 400 600 800 1.000 20 40 80 120 160 200

5 Jumlah objek yang harus dilakukan pemantauan kualitas lingkungan sesuai ketentuan yang dampaknya lintas Kab/kota a. < 3 b. 4 - 50 c. 51 - 75 d. 76 – 100 e. >100 200 400 600 800 1.000 20 40 80 120 160 200

Menurut Pasal 35 Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016, Dinas Daerah Kab/kota mempunyai tugas membantu bupati/wali kota melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang diberikan kepada Kab/kota. Dinas Daerah Kab/kota dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya; b. pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;

c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya; d. pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan

e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/wali kota terkait dengan tugas dan fungsinya.

Pasal 36 Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016, Dinas Daerah Kab/kota dibedakan dalam 3 (tiga) tipe, terdiri atas:

a. dinas Daerah Kab/kota tipe A untuk mewadahi pelaksanaan fungsi dinas Daerah Kab/kota dengan beban kerja yang besar;

b. dinas Daerah Kab/kota tipe B untuk mewadahi pelaksanaan fungsi dinas Daerah Kab/kota dengan beban kerja yang sedang; dan

c. dinas Daerah Kab/kota tipe C untuk mewadahi pelaksanaan fungsi dinas Daerah Kab/kota dengan beban kerja yang kecil

Halaman IV-45

DON’T NOT COPY

Menurut Pasal 37 Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016, Urusan Pemerintahan terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan. Urusan Pemerintahan Wajib terdiri atas:

a. Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar; dan b. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.

Tabel 4. 25 Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan Urusan Pemerintahan

Wajib Yang Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar

Urusan Pemerintahan Wajib Yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan

Dasar Urusan Pemerintahan Pilihan a. pendidikan; b. kesehatan;

c. pekerjaan umum dan penataan ruang; d. perumahan rakyat dan

kawasan permukiman; e. ketenteraman dan

ketertiban umum serta perlindungan masyarakat; dan

f. sosial.

a. tenaga kerja;

b. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

c. pangan; d. pertanahan; e. lingkungan hidup;

f. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;

g. pemberdayaan masyarakat dan Desa; h. pengendalian penduduk dan keluarga

berencana; i. perhubungan;

j. komunikasi dan informatika;

k. koperasi, usaha kecil, dan menengah; l. penanaman modal;

m. kepemudaan dan olah raga; n. statistik; o. persandian; p. kebudayaan; q. perpustakaan; dan r. kearsipan. a. kelautan dan perikanan; b. pariwisata; c. pertanian; d. perdagangan; e. kehutanan; f. energi dan sumber

daya mineral; g. perindustrian; dan h. transmigrasi.

Sumber: Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016

Menurut Pasal 37 ayat (6) Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 masing-masing Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada tabel di atas diwadahi dalam bentuk dinas. Adapun uraian struktur organisasi pada Dinas Daerah Kab/kota, seperti pada tabel berikut ini.

Halaman IV-46

DON’T NOT COPY

Tabel 4. 26 Tipe Dinas Daerah Kab/kota

KETENTUAN TIPE DINAS

KAB/KOTA STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 81 Dinas Daerah Kab/kota tipe A

 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang

 Sekretariat terdiri atas paling banyak 3 subbagian  Bidang terdiri atas paling banyak 3 seksi

Pasal 82 Dinas Daerah Kab/kota tipe B

 1 sekretariat dan paling banyak 3 bidang  Sekretariat terdiri atas 2 subbagian dan  Bidang terdiri atas paling banyak 3 seksi.

Pasal 83 Dinas Daerah Kab/kota tipe C

 1 sekretariat dan paling banyak 2 bidang.  Sekretariat terdiri atas 2 subbagian dan  Bidang terdiri atas paling banyak 3 seksi.

Sumber : Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016

Penggabungan Urusan Pemerintahan dilakukan paling banyak 3 (tiga) Urusan Pemerintahan. Tipelogi dinas hasil penggabungan Urusan Pemerintahan dapat dinaikkan 1 (satu) tingkat lebih tinggi atau mendapat tambahan 1 (satu) bidang apabila mendapatkan tambahan bidang baru dari Urusan Pemerintahan yang digabungkan. Nomenklatur dinas yang mendapatkan tambahan bidang Urusan Pemerintahan merupakan nomenklatur dinas dari Urusan Pemerintahan yang berdiri sendiri sebelum penggabungan.

Dalam hal berdasarkan perhitungan nilai variabel tidak terdapat Urusan Pemerintahan dalam 1 (satu) rumpun yang memenuhi kriteria untuk dibentuk dinas, Urusan Pemerintahan tersebut dapat digabung menjadi 1 (satu) dinas tipe C sepanjang paling sedikit memperoleh 2 (dua) bidang. Nomenklatur dinas mencerminkan Urusan Pemerintahan yang digabung. Dalam hal berdasarkan perhitungan nilai variabel tidak terdapat Urusan Pemerintahan dalam 1 (satu) rumpun yang memenuhi kriteria untuk dibentuk dinas atau bidang, fungsi tersebut dilaksanakan oleh sekretariat Daerah dengan menambah 1 (satu) subbagian pada unit kerja yang mengoordinasikan Urusan Pemerintahan yang terkait dengan fungsi tersebut.

Halaman IV-47

DON’T NOT COPY

Tabel 4. 27 Uraian Pekerjaan Regulator/ Perangkat Daerah Pengelola Persampahan

Lingkup Pekerjaan Uraian Pekerjaan Regulator

Perumusan kebijakan teknis dan perencanaan strategis

 Menyusun kebijakan teknis di bidang persampahan  Melakukan penyusunan master plan, studi kelayakan,

Detailed Engineering Design, AMDAL dan dokumen

perencanaan lainnya

 Melakukan penyusunan rencana program kerja & anggaran

 Memberikan masukan teknis dalam rangka penyusunan peraturan daerah pendukung di bidang persampahan

 Melakukan penyusunan tata laksana organisasi  Menyusun rancangan kerjasama antar daerah dan

kerjasama dengan pihak swasta

Penyusunan NSPK  Menyusun NSPK persampahan

 Menyusun SOP sarana & prasarana

Pembangunan dan Rehabilitasi  Melaksanakan pembangunan konstruksi prasarana dan sarana fasilitas persampahan, seperti TPA, TPST, SPA dan TPS 3R

 Melakukan kerjasama dengan pihak swasta terkait pengembangan prasarana dan sarana persampahan (*)  Melakukan pengadaan alat berat dan alat angkut

sampah(*)

 Melakukan pengadaan dan pemeliharaan tempat sampah umum

Pembinaan dan Pengawasan  Mengkoordinasikan upaya penegakan hukum

Melaksanakan koordinasi dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan persampahan  Melaksanakan peningkatan kapasitas teknik dan

manajemen penyelenggara persampahan

 Melakukan kampanye, sosialisasi dan pemberdayaan pengurangan dan pemilahan sampah dari sumber  Melakukan penyelenggaraan bantuan teknis pada

kecamatan, pemerintah desa serta kelompok masyarakat di wilayahnya

Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan  Mengkoordinasikan upaya penegakan hukum Melaksanakan koordinasi dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan persampahan  Melaksanakan peningkatan kapasitas teknik dan

manajemen penyelenggara persampahan

 Melakukan kampanye, sosialisasi dan pemberdayaan pengurangan dan pemilahan sampah dari sumber  Melakukan penyelenggaraan bantuan teknis pada

kecamatan, pemerintah desa serta kelompok masyarakat di wilayahnya

Halaman IV-48

DON’T NOT COPY

4) Pembentukan Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Daerah (UPTD)

Pasal 41 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 yang menetapkan bahwa pada dinas Daerah Kab/kota dapat dibentuk unit pelaksana teknis dinas Daerah Kab/kota untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu. Pembentukan unit pelaksana teknis dinas khususnya sebagai operator pengelolaan sampah di Kota Jambi dilakukan dengan pengedekatan proses penanganan sampah, dalam hal ini UPTD harus mampu mewadahi semua tahapan operasi penanganan sampah dari hulu ke hilir, yaitu : (1) UPTD Pengumpulan dan Pengangkutan (2) UPTD TPA dan Pemrosesan Akhir (3) UPTD Pengurangan dan Pengolahan.

Dinas

UPTD Pengumpulan dan Pengangkutan

UPTD TPA dan Pemrosesan Akhir

UPTD Pengurangan dan Pengolahan

Gambar 4. 7 Kebutuhan Pengembangan Kelembagaan UPTD Operator Pengelolaan Sampah di Kota Jambi

Pembentukan Unit pelaksana teknis dinas Daerah untuk pengelolaan sampah di Kota Jambi sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 dapat dilakukan dalam 2 (dua) alternatif/pilihan klasifikasi, yang terdiri atas:

a. unit pelaksana teknis dinas Daerah kelas A untuk mewadahi beban kerja yang besar; dan

b. unit pelaksana teknis dinas Daerah kelas B untuk mewadahi beban kerja yang kecil.

Pembentukan Unit pelaksana teknis dinas Daerah kelas A dan/atau kelas B sangat tergantung hasil penilaian pada Kriteria variabel Umum dan Kriteria variabel Teknis yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri pada urusan

Halaman IV-49

DON’T NOT COPY

pemerintahan bidang Lingkungan Hidup. Pembentukan unit pelaksana teknis dinas pengelolaan sampah Kota Cimahi ditetapkan dengan Peraturan Walikota Jambi setelah dikonsultasikan secara tertulis kepada Gubernur Jawa Timur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

a) Pengembangan Struktur Organisasi

Struktur organisasi UPTD dapat disusun dengan mengacu kepada Pasal 84 Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016, yang menetapkan:

1) Unit pelaksana teknis pada dinas Daerah Kab/kota kelas A terdiri atas 1 (satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional.

2) Unit pelaksana teknis pada dinas Daerah Kab/kota kelas B terdiri atas pelaksana dan kelompok jabatan fungsional.

Gambar 4. 8 Struktur Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah

Kepala UPTD adalah pejabat setara Eselon IVa dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha adalah pejabat setara Eselon IVb. Jabatan Fungsional yang diperlukan untuk membantu pekerjaan pelaksanaan operasional pengelolaan persampahan. Struktur organisasi seperti tersebut di atas dapat dikembangkan dengan beberapa komponen jabatan dalam struktur organisasi UPTD kelas A sesuai kegiatan pengelolaan sampah, yaitu jabatan di bawah Kepala (Ka) Subbagian Tata Usaha ditambahkan jabatan untuk pengelolaan administrasi (Adm) Keuangan dan Adm. Kepegawaian

Halaman IV-50

DON’T NOT COPY

dan Rumah Tangga. Untuk UPTD Pengangkutan Sampah dalam pengelolaan kegiatan operasional dapat ditambahkan jabatan Koordinator untuk kegiatan pengumpulan dan pengangkutan.

Gambar 4. 9 Arahan Struktur Organisasi UPTD Pengangkutan Sampah

Sebagai operator, UPTD yang akan dibentuk mempunyai tugas pokok:

“Melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/ atau kegiatan teknis penunjang di bidang pengelolaan sampah”.

Dalam menjalankan tugas pokok tersebut UPTD menyelenggarakan fungsi: a. Pelaksana penyusun rencana kebutuhan operasional pengelolaan sampah b. Pelaksana pelayanan dan jasa pengangkutan sampah, serta pemrosesan

akhir sampah

c. Pelaksana pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan persampahan d. Pengawasan pemanfaatan sarana dan prasarana pelayanan persampahan e. Pelaksana pendataan dan pelaporan hasil pelaksanaan operasi dan

pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan. f. Pelaksana administrasi umum dan kerumahtanggaan.

KEPALA UPTD

Ka. Subbagian Tata Usaha Kelompok Jabatan Fungsional Koordinator Pengumpulan Dan Pengolahan Koordinator Pemrosesan Akhir Koordinator Pengangkutan

Operator Operator Operator

Staf Adm. Keuangan Staf Adm. Kepeg

Halaman IV-51

DON’T NOT COPY

Tabel 4. 28 Uraian Tugas SDM dalam UPTD

Jabatan Uraian Tugas

Ka. UPTD - Mengkoordinasikan kegiatan perencanaan UPTD

- Mengkoordinasikan kegiatan operasional UPTD - Memberikan pembinaan SDM UPTD

- Melakukan pengendalian dan evaluasi kegiatan UPTD - Mengkoordinasikan kegiatan penyusunan data, informasi dan

pelaporan UPTD

Ka. Subbgian

Tata/Usaha/Koordinator Tata Usaha

- Menyusun rencana program, kegiatan dan anggaran tahunan - Menyusun rencana bisnis (bagi UPTD PPK BLUD/Perusahaan

Daerah)

- Memberi masukan dan terlibat dalam penyusunan perencanaan master plan, DED, AMDAL dan dokumen perencanaan lainnya bersama regulator

- Melakukan perhitungan tariff retribusi sampah - Melakukan pemeliharaan prasarana dan sarana - Melakukan pengadaan prasarana dan sarana

- Meningkatkan kompetensi personil operator pemrosesan sampah - Melakukan pengadaan kebutuhan operasional alat angkut dan alat

berat

- Melakukan pengarsipan surat menyurat − melakukan

pengadministrasian keuangan dan kepegawaian dan perlengkapan - Mengumpulkan dan menyusun data kegiatan pengelolaan sampah - Menyajikan data, informasi dan pelaporan UPTD

Koordinator Pengumpulan

- Merencanakan kegiatan pengumpulan - Melakukan pengumpulan

- Melakukan kebersihan pada fasilitas umum - Mengumpulkan dan menyusun data pengumpulan - Melaporkan kegiatan pengangkutan kepada Kepala UPTD

Koordinator Pengolahan dan Pengangkutan

- Merencanakan kegiatan pengolahan dan pengangkutan - Melakukan pengolahan dan pengangkutan sampah - Mengoperasikan alat angkut dan alat berat

- Memelihara alat angkut dan alat berat - Mengoperasikan Prasarana Sarana TPST, SPA - Melaksankan pemeliharaan alat angkut dan alat berat - Melakukan pemeliharaaan Prasarana Sarana TPST, SPA

Mengumpulkan dan menyusun data pengolahan dan pengangkutan - Melaporkan kegiatan pengolahan dan pengangkutan kepada Kepala

UPTD

Koordinator Pemrosesan Akhir

- Merencanakan kegiatan pemrosesan akhir

- Melaksanakan penimbangan dan pencatatan sampah yang masuk ke TPA

- Melakukan pengadaan tanah penutup sel sampah

- Melaksanakan penutupan sampah secara rutin sesuai SOP