• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir Penyusunan Master Plan Persampahan Kota Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Akhir Penyusunan Master Plan Persampahan Kota Jambi"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Halaman IV-1

DON’T NOT COPY

B

B

A

A

B

B

4

4

K

K

E

E

B

B

I

I

J

J

A

A

K

K

A

A

N

N

D

D

A

A

N

N

S

S

T

T

R

R

A

A

T

T

E

E

G

G

I

I

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

M

M

B

B

A

A

N

N

G

G

A

A

N

N

S

S

I

I

S

S

T

T

E

E

M

M

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

L

L

O

O

L

L

A

A

A

A

N

N

S

S

A

A

M

M

P

P

A

A

H

H

K

K

O

O

T

T

A

A

J

J

A

A

M

M

B

B

I

I

4.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah 4.1.1 Visi dan Misi

Rencana Jangka Menengah Daerah Kota Jambi tahun 2013-2018 merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Walikota yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJM-D Provinsi Jambi, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program SKPD, lintas SKPD dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Salah satu yang menjadi isu pokok di Kota Jambi adalah permasalahan pembangunan, dimana masalah infrastruktur menjadi sesuaitu hal yang penting dalam menopang kehidupan masyarakat di Kota Jambi. Berdasarkan RPJMD Kota Jambi tahun 2013-218 salah satu permasalah yang mendasar di bidang infrastruktur kota yang berkaitan dengan persampahan adalah “Belum optimalnya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan” dan “Masih terdapat kawasan-kawasan kumuh dan sintasi buruk”. Oleh karena itu dalam rangkan mengurangi permasalah tersebut di atas, dalam RPJMD Kota Jambi tahun 2013-2018 pemerintah Kota Jambi mengusung Visi dan Misi sebagai berikut.

Visi :

Terwujudnya Kota Jambi Sebagai Pusat Perdagangan Dan Jasa Berbasis Masyarakat Yang Berakhlak Dan Berbudaya.

Sedangkan Misi yang diudung dalam rangka mewujudukan visi tersebut di atas ditetapkan 5 (lima) Misi pembangunan Kota Jambi periode 2013-2018 sebagai berikut :

(3)

Halaman IV-2

DON’T NOT COPY

2. Meningkatkan Perekonomian Kota Berbasis Potensi Lokal menuju Kemandirian Daerah.

3. Mewujudkan Masyarakat Kota yang Berkualitas, Berakhlak, Berbudaya dan Berdaya Saing.

4. Mewujudkan Pemerintahan yang Profesional dan Bersih (Clean Governance) 5. Meningkatkan Kesejahteraan Sosial, Keamanan dan Kenyamanan Masyarakat,

Dalam Bingkai Kearipan Lokal.

Berdasarkan rumusan Visi dan Misi yang diselaraskan dengan arahan teknis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Jambi Tahun 2005-2025, maka tujuan dan sasaran pembangunan Kota Jambi lima tahun kedepan (2013-2018) yang erat kaitannya dengan pengelolaan persampahan adalah Misi pertama “Membangun Infrastruktur Perkotaan yang Merata dan Berwawasan Lingkungan” dengan Tujuan dan sasaran adalah “Mewujudkan Lingkungan Hidup Perkotaan yang Sehat, Hijau, Nyaman dan Berkelanjutan” (Tujuan 3). Adapun yang menjadi sasaran dari tujuan tersebut adalah :

1. Terwujudnya pemanfaatan dan pengendalian tata ruang, Penataan kawasan sepadan sungai dan danau serta perluasan RTH

2. Terwujudnya kualitas pengelolaan Lingkungan Hidup dan Persampahan

yang baik dan berkelanjutan

Memperhatikan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang dimiliki oleh Kota Jambi, maka visi misi sanitasi Kota Jambi Tahun adalah Sebagai Berikut :

“Menciptakan Sistem Pelayanan Sanitasi Yang Berdaya Guna Dan Optimal”

Berdasarkan pada visi misi pemerintah Kota Jambi dalam pelayanan pengelolaan sampah, maka pengembangan Master Plan Persampahan diarahkan untuk secara bertahap berupaya secara progresif mendorong hal-hal sebagai berikut:

(4)

Halaman IV-3

DON’T NOT COPY

1. Memaksimalkan Pengurangan Sampah : mengubah sistem pengelolaan sampah yang boros material, termasuk sistem ekonomi yang melandasinya (throwaway economy), menuju penggunaan material yang efisien pada seluruh daur materi

2. Memaksimalkan Pengolahan Sampah : mengubah sistem pengelolaan sampah yang saat ini mengutamakan operasional pengangkutan (kumpul-angkut-buang), menjadi yang mengutamakan pengolahan sampah

3. Menerapkan konsep Desentralisasi Pengelolaan Sampah : mengubah sistem pengelolaan sampah yang saat ini tersentralisasi di satu tempat yang mengelola sampah dalam jumlah besar (TPA), ke sistem pengelolaan sampah yang tersebar dan sedekat mungkin dengan sumber sampah

4. Berorientasi jangka panjang pada upaya penghilangan kandungan racun dan bahan tambang pada seluruh material yang digunakan : pengurangan kandungan berbagai jenis bahan beracun dan bahan tambang pada berbagai barang yang digunakan, atau minimal yang dapat sepenuhnya didaur ulang

4.1.2 Kebijakan

Berdasarkan pada isu strategis yang meliputi aspek teknis, kelembagaan, pengaturan, pembiayaan dan peran serta masyarakat diketahui bahwa tingkat pelayanan persampahan Kota Jambi hingga disusunnya dokumen Masterplan Persampahan Kota Jambi adalah mencapai 76%. Peningkatan persampahan beum optimal lebih disebabkan karena pola pelayanan saat ini yang berorientasi kumpul-angkut-buang. Oleh karenanya, dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan persampahan di Kota Jambi maka kebijakan yang dikembangkan adalah:

1) Meningkatkan kualitas akses pelayanan persampahan dari 78% menjadi 100% pada tahun 2019.

2) Membangun sistem pengelolaan terdesentralisasi, dalam mengurangi beban operasional pengangkutan ke TPA, dan mencapai target pengurangan 50% pada tahun 2019.

3) Meningkatan pembiayaan pengelolaan sampah dengan penguatan komitmen dalam alokasi pendanaan dan optimalisasi penyerapan retribusi sampah berdasarkan beban operasional ke TPA.

(5)

Halaman IV-4

DON’T NOT COPY

4) Menguatkan peraturan dan optimalisasi kelembagaan baik institusi maupun kelembagaan pelaku pengolahan sampah di masyarakat.

Keempat kebijakan diatas sejalan dengan indicator capaian akses sanitasi Indonesia pada tahun 2019 (universal acsess) yang mengamanatkan program 100-0-100, yaitu 100% akses aman air minum, bebas kumuh, dan 100% akses sanitasi yang layak pada akhir tahun 2019. Kemudian kebijakan tersebut juga sejalan dengan Misi Kota Jambi yang dituangkan dalam RPJMD 2013-208, dan RPJPD 2005-202025 dimana Kota Jambi memiliki Misi “Membangun Infrastruktur Perkotaan yang Merata dan Berwawasan Lingkungan”.

4.2Tujuan dan Target Penanganan 4.2.1 Tujuan

Dengan mengacu terhadap kebijakan yang menjadi landasan dasar dalam operasional sistem pengelolaan sampah Kota Jambi maka tujuan yang akan dicapai yaitu:

a) Jangka Pendek (Tahun 2017 – 2019)

Upaya peningkatan kinerja operasional sistem pengelolaan sampah dan peningkatan tingkat pelayanan sampah 100% dan pengurangan sampah 50% di seluruh wilayah administrasi Kota Jambi sesuai dengan target Universal Access

Tahun 2019 dengan pemrosesan akhir sampah Kota Jambi masih memanfaatkan TPA Talang Gulo.

b) Jangka Menengah (Tahun 2020 – 2025)

Upaya penguatan kinerja operasional pelayanan sampah dan peningkatan kinerja pengelolaan sampah di Kota Jambi berbasis institusi dan masyarakat dalam rangka melakukan pengurangan sampah hingga 60% di sumber sampah pada akhir tahun jangka menengah.

c) Jangka Panjang (Tahun 2026 – 2036)

Upaya pengurangan beban pencemaran terhadap dampak dari adanya sampah terhadap ekosistem lingkungan sekitar melalui pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan dan berbasis masyarakat. Hal ini dilakukan dengan melakukan penguatan pemrosesan akhir sampah di TPA Talang Gulo.

(6)

Halaman IV-5

DON’T NOT COPY

4.2.2 Target Penanganan

Secara umum target penangan sampah di Kota Jambi dalam jangka waktu 20 tahun yang akan datang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Lingkup wilayah pelayanan dalam pengelolaan sampah adalah seluruh wilayah administrasi Kota Jambi

Pengumpulan sampah diserahkan kepada pengelolaan kawasan (Kelurahan) untuk proses pengangkutan

Pengembangan Desentraliasi pengolahan dan pemrosesan sampah dengan membangun TPS 3R, rumah kompos, dan pusat-pusat daur ulang pada semua zona khusunya untuk wilayah pada zona 3 dan zona 2

Jenis sampah yang ditangai adalah sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan permukiman, pasar, daerah komersil, sapuan jalan dan taman, perkantoran, rumah sakit dan fasilitas umum yang ada di Kota Jambi.

Pengelolaan sampah B3 rumah tangga seperti aerosol bekas, kemasan insektisida, batu baterai bekas, neon bekas dan lain sebagaianya secara bertahap harus menjadi tanggung jawab pemerintah dan produsen penghasil produk, dan dipastikan dalam jangka panjang dapat ditangani. Dalam hal sampah tersebut terkandung di dalam sampah rumah tangga dan sejenisnya, maka dalam penanganannya institusi pengelola harus berkoordinasi dengan bagian Lingkungan Hidup.

A. Target Penanganan Jangka Pendek (2017-2019)

Target penanganan jangka pendek di Kota Jambi direncanakan pada tahun 2017-2019, dimana pada target penanganan jangka pendek ini direncanakan dikembangkan dengan skenario Optimis.

1. Target Pengolahan Skenario Optimis :

Dikembangkan berdasarkan dengan target universal access pada tahun 2019  Target pelayanan 100%

Menghidupkan dan mengoperasikan kembali pengolahan-pengolahan dengan prinsip 3R yang ada di Kota Jambi.

(7)

Halaman IV-6

DON’T NOT COPY

Tabel 4. 1 Target Pengolahan Jangka pendek

Kriteria Satuan

Jangka Pendek Tahun

2017 2018 2019 Jumlah Penduduk Kota Jambi Jiwa 603,649 615,307 626,965 Timbulan Sampah Kota Jambi ton/hari 345.3 352.0 358.6

Target Pelayanan Kota Jambi % 80% 90% 100%

Beban Operasional ton/hari 276.2 316.8 358.6

Target Pengurangan Kota Jambi % 6% 8% 10%

Beban Pengurangan ton/hari 16.6 25.3 35.9

Beban Sampah Terolah di TPS 3R ton/hari 14.2 21.6 30.6

Residu dari TPS 3R ton/hari 2.4 3.7 5.2

Target Pengangkutan Kota Jambi 94% 92% 90%

Beban Pengangkutan ke TPA Talang Gulo ton/hari 259.7 291.4 322.8

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2016

B. Target Penanganan Jangka Menengah (2020-2027)

Target penanganan jangka menengah di Kota Jambi direncanakan pada tahun 2020-2026, dimana pada target penanganan jangka menengah ini direncanakan dikembangkan dengan skenario Optimis

Dikembangkan berdasarkan dengan target universal access dengan tingkat pelayanan optimal  Target pelayanan 100%

Membangun dan mengoptimalkan kembali pengolahan-pengolahan dengan prinsip 3R yang ada di Kota Jambi

Tabel 4. 2 Target Pengolahan Jangka Menengah

Kriteria

Jangka Menengah Tahun

2020 2025 2026 2027 Jumlah Penduduk Kota Jambi 638,623 696,914 708,572 720,230 Timbulan Sampah Kota Jambi 365.3 398.6 405.3 412.0 Target Pelayanan Kota Jambi 100% 100% 100% 100%

Beban Operasional 365.3 398.6 405.3 412.0

Target Pengurangan Kota Jambi 12% 28% 30% 32%

Beban Pengurangan 43.8 111.6 121.6 131.8

Beban Sampah Terolah di TPS 3R 37.4 95.3 103.8 112.6

Residu dari TPS 3R 6.4 16.3 17.8 19.2

Target Pengangkutan Kota Jambi 88% 72% 70% 68% Beban Pengangkutan ke TPA Talang Gulo 321.5 287.0 283.7 280.1

(8)

Halaman IV-7

DON’T NOT COPY

C. Target Penanganan Jangka Panjang (2028- 2037)

Target penanganan jangka panjang di Kota Jambi direncanakan pada tahun 2028-2037, dimana pada target penanganan jangka panjang ini direncanakan dikembangkan dengan skenario Optimis.

Dikembangkan berdasarkan dengan target universal access dengan tingkat pelayanan optimal  Target pelayanan 100%

Mengoptimalkan pengolahan-pengolahan dengan prinsip 3R yang ada di Kota Jambi dan penguatan pelaksanaan pemilahan

Tabel 4. 3 Target Pengolahan Jangka Panjang

Kriteria

Jangka Panjang Tahun

2028 2030 2035 2036 2037

Jumlah Penduduk Kota Jambi 731,888 755,204 813,495 825,153 836,811 Timbulan Sampah Kota Jambi 418.6 432.0 465.3 472.0 478.7 Target Pelayanan Kota Jambi 100% 100% 100% 100% 100%

Beban Operasional 418.6 432.0 465.3 472.0 478.7

Target Pengurangan Kota Jambi 36% 40% 49% 50% 50%

Beban Pengurangan 150.7 172.8 228.0 236.0 239.3

Beban Sampah Terolah di TPS 3R 128.7 147.6 194.7 201.5 204.4

Residu dari TPS 3R 22.0 25.2 33.3 34.5 34.9

Target Pengangkutan Kota Jambi 64% 60% 51% 50% 50% Beban Pengangkutan ke TPA Talang Gulo 267.9 259.2 237.3 236.0 239.3

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2016

4.3Pengembangan Daerah Pelayanan

Wilayah-wilayah yang telah terlayani oleh pengangkutan sampah saat ini di Kota Jambi merupakan wilayah yang menjadi prioritas utama dalam pelayanan pengangkutan sampah. Hal ini, mengingat dari tahun ke tahun kondisi timbulan sampah kelurahan akan semakin besar. Kondisi eksisting pelayanan persampahan di Kota Jambi saat ini terjadi menjadi 3 (tiga) zona pelayanan. Dimana setiap zona dibedakan berdasarkan tingkat kedalaman pelayanan yang dilakukan.

 Zona 1 : merupakan zona yang dilayani rutin setiap hari oleh DKPP disebut Level 3,

 Zona 2 : merupakan zona penyisiran di jalan utama/ protocol yang dilakukan secara berkala oleh DKPP disebut level 2

(9)

Halaman IV-8

DON’T NOT COPY

 Zona 3 : merupakan zona penyisiran di jalan utama/protocol yang dilakukan tidak setiap hari (tidak rutin) yang dilakukan oleh DKPP disebut level 1. Untuk rencana pengembangan daerah pelayanan persampahan di Kota Jambi konsep yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut :

Untuk kelurahan yang berada pada zona 3 (level 1) dan 2 (level 2) merupakan wilayah yang akan menjadi prioritas penangan pengolahan sampah DKPP Kota Jambi

Pendekatan pengolahan sampah untuk level 1 dan level 2 adalah dengan pendekatan prinsip 3R (on-site treatment)

Residu yang dihasilkan dari kegiatan dengan prinsip 3R pada level 1 dan level 2 akan diangkut oleh petugas DKPP menuju ke TPA Talang Gulo. Untuk kelurahan yang berada pada zona 1 (level 3) dimana merupakan

wilayah yang intensif dilayanai oleh DKPP, tingkat pelayanan akan ditingktkan menjadi 100%.

Pelayanan yang akan dikembangkan adalah pelayanan intensif pengangkutan sampah ke TPA dan mengembangkan program 3R dengan mengaktifkan TPS 3R yang sudah ada (berhenti operasi) dan membangun kawasan 3R baru.

4.4Penetapan Zona Prioritas

Penetapan zona prioritas dilakukan melalui skoring terhadap beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui skala prioritas penanganan pengelolaan sampah. Setiap indikator disajikan dalam bentuk peta yang menunjukkan tingkatan tertentu dalam beberapa kategori. Beberapa peta yang disajikan kemudian akan dioverlay untuk mengetahui tingkatan prioritas yang paling mendesak untuk dilakukan pengelolaan sampah dan pembangunan sarana/prasarana persampahan pada jangka periode tertentu. Terdapat 4 (empat) indikator penentuan zona prioritas pengelolaan sampah di Kota Jambi, hal ini dengan pertimbangan teknis operasional pelayanan sampah serta ketersediaan data sehingga didapat indikator-indikator prioritas tersebut antara lain:

(10)

Halaman IV-9

DON’T NOT COPY

2) Indeks Resiko Sanitasi (IRS)

3) Pengembangan wilayah perkotaan (RTRW) 4) Wilayah pelayanan eksisting

Masing-masing indikator memiliki kategori tersendiri yang menunjukkan tingkatan dari masing-masing indikator tersebut untuk setiap desa/kelurahan di wilayah perencanaan. Skor untuk setiap tingkatan disesuaikan dengan data yang tersedia untuk setiap indikator. Sedangkan dalam menentukan zona prioritas adalah dengan menjumlahkan skor dari setiap indikator pada masing-masing kelurahan di lokasi pekerjaan. Hasil akhir dari penjumlahan skor di tiap kelurahan tersebut kemudian akan kembali diklasifikasikan untuk menentukan skala prioritas penanganan sampah sehingga akan diperoleh lokasi (desa/kelurahan) yang menjadi lokasi pembangunan sarana/prasarana pengelolaan sampah pada suatu kecamatan.

Pembagian zona prioritas pengembangan pengelolaan sampah Kota Jambi mengadopsi pada batas administrasi tingkat desa/kelurahan untuk mengetahui desa/kelurahan mana yang menjadi wilayah prioritas penanganan sampah di setiap zona pelayanan sampah di Kota Jambi. Selanjutnya akan dilakukan lagi pembobotan untuk menentukan zona prioritas dari kecamatan prioritas yang telah di tentukan sebelumnya, kemudian dilakukan overlay dengan peta-peta dari setiap indikator yang ada. Semakin besar total skor dari penjumlahan nilai indikator, maka semakin prioritas penanganan pengelolaan sampahnya. Dari penentuan prioritas tersebut kemudian dibagi menjadi 2 (dua) kelas zona prioritas yaitu Zona Prioritas I (Sangat Penting) dan Zona Prioritas II (Penting). Adapun rentang nilai dari setiap kelas penentuan prioritas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

4.4.1 Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk yang dinilai adalah kepadatan penduduk di Tahun 2015 di tingkat kelurahan. Tingkat kepadatan penduduk di tiap kelurahan ini diketahui dari jumlah penduduk di suatu kelurahan yang dibagi dengan luas wilayah kelurahan tersebut. Data jumlah penduduk dan luas wilayah kelurahan mengacu data Kecamatan Dalam Angka yang diterbitkan BPS Tahun 2016. Hasil skoring untuk indikator kepadatan penduduk pada kelurahan di Kota Jambi disajikan pada

(11)

Halaman IV-10

DON’T NOT COPY

Lampiran, sedangkan rentang untuk setiap klasifikasi tingkat kepadatan penduduk dibagi menjadi 5 (lima) kelas seperti yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4. 4 Indikator Tingkat Kepadatan Penduduk

No Kategori Rentang Kepadatan

(Jiwa/Ha) Prioritas 1 Sangat Rendah < 1000 5 2 Rendah > 1000 - 2000 4 3 Sedang > 2000 - 3000 3 4 Padat > 3000 - 4000 2 5 Sangat Padat > 40000 1

(12)

Halaman IV-11

DON’T NOT COPY

Insertkan petanya

(13)

Halaman IV-12

DON’T NOT COPY

4.4.2 Indeks Resiko Sanitasi (IRS)

Penetapan area beresiko sanitasi ini sangat penting bagi Kota Jambi untuk menetapkan prioritas wilayah pengembangan sanitasi dan prioritas wiayah pengembangan sanitasi dan prioritas pengembangan per subsektornya. Prioritas ini akan menentukan arah pengembangan sanitasi kota di masa mendatang. Proses penetapan area beresiko merupakan proses klasifikasi dan pemetaan wilayah Kota berdasarkan tingkat/derajat resiko sanitasi yang dimiliki kawasan tersebut. Resiko dimaksud mencakup resiko : penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan/atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat.

Kualitas hasil penetapan area beresiko sangat ditentukan oleh kelengkapan, keakuratan data, pemahaman individu pokja terhadap kondisi yang ada. Untuk penentuan area beresiko dilakukan dengan pembobotan dari masing-masing : Hasil akumulasi penilaian masing-masing SKPD, Data sekunder yang ada, serta Hasil analisa studi EHRA sebagai sumber data primer. Beberapa indikator yang digunakan Pokja Sanitasi Kota Jambi untuk menentukan skoring yang bersumber dari data sekunder adalah: tingkat kepadatan penduduk, persentase angka kemiskinan, ketersediaan air bersih, kondisi persampahan, serta aspek penyehatan lingkungan.

Hasil skoring penentuan area beresiko sanitasi untuk setiap kelurahan mengacu pada Buku Putih Sanitasi Kota Jambi tahun 2013 disajikan pada Lampiran. Area beresiko sanitasi dibagi menjadi 4 (empat) tingkat/katagori yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 5 Indikator Resiko Sanitasi

Indikator Kategori Prioritas

Area beresiko sanitasi

Area beresiko sanitasi rendah 4 Area beresiko sanitasi sedang 3 Area beresiko sanitasi tinggi 2 Area beresiko sanitasi sangat tinggi 1

(14)

Halaman IV-13

DON’T NOT COPY

Insertkan petanya

(15)

Halaman IV-14

DON’T NOT COPY

4.4.3 Klasifikasi Wilayah Perkotaan

Klasifikasi ini merupakan pembagian wilayah di Kota Jambi yang merupakan kawasan yang menjadi prioritas pelayanan persampahan menurut fungsi kota. Fungsi Kota menurut RTRW terdiri dari Pusat Pelayanan Kota (PPK), sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK), dan Pusat Lingkungan (PL). Pusat pelayanan kota memiliki wilayah pelayanan satu kota ataupun wilayah regional yang lebih luas. Kegiatan dengan skala pelayanan di Kota Jambi tersebar pada pusat yang berbeda yaitu Kawasan Pasar Jambi, Kawasan Telanai, dan Kota Baru.

Sub pusat pelayanan kota memiliki skala pelayanan terhadap sub-wilayah kota yang bertujuan untuk mendukung fungsi Kota Jambi sebagai pusat regional yang diharapkan mampu mereduksi beban yang ditanggung kawasan pusat kota. Secara fungsional kawasan ini mampu memberikan pelayanan terhadap bagian wilayah kota yang didukung oleh aksesibilitas yang memadai baik terhadap Kawasan Pusat Pelayanan Kota maupun pusat-pusat lingkungan yang dilayani.

Pusat Pelayanan Kota merupakan Pusat Lingkungan merupakan pusat pelayanan untuk melayani kegiatan dengan skala wilayah lingkungan kota, dimana pusat lingkungan ini untuk mendukung keberadaan sub pusat pelayanan kota melalui redksi terhadap beban dari sub pusat pelayanan kota. Adapun wilayah yang diperuntukkan sebagai pusat lingkungan adalah Kelurahan yang termasuk kedalam BWK II, III, IV, V, dan VI.Berdasarkan kepada ketentuan dan ketetapan terhadap fungsi kota menurut RTRW, maka klasifikasi ditentukan berdasarkan Pusat pelayanan kota dan bukan pusat pelayanan kota.

Tabel 4. 6 Indikator Klasifikasi Wilayah Perkotaan

Indikator Kategori Prioritas

Klasifikasi Wilayah Perkotaan PPK 1

Non-PPK 2

(16)

Halaman IV-15

DON’T NOT COPY

(17)

Halaman IV-16

DON’T NOT COPY

4.4.4 Daerah Pelayanan Eksisting

Wilayah-wilayah yang telah terlayani oleh pengangkutan sampah saat ini di Kota Jambi merupakan wilayah yang menjadi prioritas utama dalam pelayanan pengangkutan sampah. Hal ini, mengingat dari tahun ke tahun kondisi timbulan sampah kelurahan akan semakin besar. Kondisi eksisting pelayanan persampahan di Kota Jambi saat ini terjadi menjadi 3 (tiga) zona pelayanan. Dimana setiap zona dibedakan berdasarkan tingkat kedalaman pelayanan yang dilakukan.

 Zona 1 : merupakan zona yang dilayani rutin setiap hari oleh DKPP disebut Level 3,

 Zona 2 : merupakan zona penyisiran di jalan utama/ protocol yang dilakukan secara berkala oleh DKPP disebut level 2

 Zona 3 : merupakan zona penyisiran di jalan utama/protocol yang dilakukan tidak setiap hari (tidak rutin) yang dilakukan oleh DKPP disebut level 1.

Adapun Kelurahan yang masuk kedalam kategori level 1 sampai 3 diperlihatkan pada table di bawah ini.

Tabel 4. 7 Daerah Pelayanan Eksisting Kelurahan

Zona 1 (level 3) Zona 2 (level 2) Zona 3 (level 1) Tanjung johor Handil Jaya Beringin

Tanjung Pinang Eka Jaya OKH

Tanjung Sari Lingkar selatan Pasar Jambi

Sijenjang Beliung Sungai Asam

teluk kenali Arab Melayu Cempaka Putih Penyengat rendah Jelmu Jelutung Pasir panjang Mudung Laut Kebon Handil tanjung pasir Tahtul Yaman Lebak Jambi

tanjung raden Tengah Payo Lebar

Kasang Jaya Talang Jauh

Telanai Pura Talang Bakung

olak kemang Payo Selincah

Paal Merah Sungai Putri Murni Legok Selamat Solok Sipin Kenali Besar

(18)

Halaman IV-17

DON’T NOT COPY

Kelurahan

Zona 1 (level 3) Zona 2 (level 2) Zona 3 (level 1)

Rawa Sari Mayang Mangurai Bagan Pete Rajawali Talang Banjar Budiman Sulanjana Kasang Thehok Pasir Putih Pakuan Baru Tambak Sari Wijaya Pura Paal lima Sukakarya

Kenali asam Atas

Kenali Asam Bawah

Simpang III sipin

Simpang IV sipin

Buluran Kenali

pematang sulur

ulu gedong

Pelayanan pengelolaan sampah baik secara insitusi maupun masyarakat harus dipenuhi oleh semua masyarakat perkotaan. Hasil skoring untuk indikator wilayah pelayanan eksisting di Kota Jambi disajikan pada Lampiran. Adapun kriteria dan nilai dari indikator wilayah pelayanan pengangkutan sampah eksisting dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 8 Indikator Wilayah Pelayanan Eksisting

Indikator Kategori Prioritas

Wilayah Pelayanan

Eksisting

Telah terlayani 2

Belum terlayani 1

(19)

Halaman IV-18

DON’T NOT COPY

(20)

Halaman IV-19

DON’T NOT COPY

4.4.5 Hasil Penetapan Zona Prioritas

Berdasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan di atas, maka wilayah pelayanan pengelolaan sampah di Kota Jambi dikembangkan berdasarkan kepada faktor-faktor berikut :

1. Arah pengembangan kota yang merupakan perwujudan dari visi dan misi Kota Jambi dalam Jangka Pendek sampai dengan jangka panjang;

2. Proyeksi pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk pada setiap kawasan berdasarkan luas terbangun;

3. Indek Resiko Sanitasi (IRS);

4. Kondisi fisik wilayah (arahan RTRW)

Maka dengan menganalisa kriteria pembangian zona pelayanan pengelolaan sampah diatas, rencana wilayah pelayanan pengelolaan sampah di Kota Jambi akan dikembangkan menjadi 2 (Dua) zona yaitu:

1. Zona 1

Zona 1 adalah zona pelayanan eksisting yaitu kawasan pusat kegiatan perkotaan yang membutuhkan pelayanan tinggi; sehingga dalam hal ini kriteria pengelolaan sampah yang dilakukan dalam zona 1 adalah sebagai berikut :

Zona Prioritas Pelayanan I :

1. Level Pelayanan Eksisting Level-I 2. Pusat Pelayanan Perkotaan 3. Kepadatan > 6000 jiwa/km2 4. Resiko Sanitasi Tinggi

5. Kondisi fisik wilayah (topografi dan struktur tanah).

Dengan mengacu terhadap kriteria diatas, Zona ini mencakup di 9 kecamatan di Kota Jambi yaitu Kecamatan Pasar, Kecamatan Jelutung, Kecamatan Paal Merah, Kecamatan Danau Sipin, Kecamatan Alam Barajo, Kecamatan Jambi Timur, Kecamatan Jambi Selatan, Kecamatan Kota baru dan Kecamatan Telanai Pura. Cakupan wilayah pelayanan pengelolaan sampah di Zona 1 disajikan dalam tabel sebagai berikut.

(21)

Halaman IV-20

DON’T NOT COPY

Tabel 4. 9 Wilayah Pelayanan Zona 1

No. Kecamatan Kelurahan

1 Kec.Pasar Beringin

OKH

Pasar Jambi

Sungai Asam

2 Kec. Jelutung Cempaka Putih

Handil Jaya Jelutung Kebon Handil Lebak Jambi Payo Lebar Talang Jauh

3 Kec. Paal Merah Talang Bakung

Payo Selincah

Eka Jaya

Lingkar selatan

Paal Merah

4 Kec. Danau Sipin Sungai Putri

Murni

Legok

Selamat

Solok Sipin

5 Kec. Alam Barajo Kenali Besar

Rawa Sari

Mayang Mangurai

Bagan Pete

Beliung

6 Kec. Jambi Timur Tanjung Pinang

Tanjung Sari Rajawali Talang Banjar Sijenjang Budiman Kasang Jaya Sulanjana Kasang

7 Kec. Jambi Selatan Thehok

Pasir Putih

Pakuan Baru

Tambak Sari

(22)

Halaman IV-21

DON’T NOT COPY

No. Kecamatan Kelurahan

8 Kec. Kota Baru Paal lima

Sukakarya

Kenali asam Atas

Kenali Asam Bawah

Simpang III sipin

9 Kec. Telanai Pura Telanai Pura

Simpang IV sipin

teluk kenali

Buluran Kenali

Penyengat rendah

pematang sulur

Sumber : Hasil Analisa Konsultan

Konsep dasar pelayanan pengelolaan sampah pada zona pertama ini adalah sebagai berikut:

(a) Merupakan area yang harus terlayani penuh 100% (full coverage) dalam jangka pendek ke menengah;

(b) Pelayanan pengelolaan sampah pada zona ini harus dilakukan dengan pengelolaan berbasis instiusi, dalam hal ini adalah DKPP Kota Jambi; dan dengan intensitas pelayanan yang tinggi, untuk menjamin kebersihan terwujud dalam 24 jam;

(c) Pelayanan tinggi dilaksanakan dengan pola kemitraan bersama Kewilayahan, bahwa operasi pengumpulan sampah di lingkungan permukiman menjadi tanggung jawab Kecamatan, DKPP memberikan pelayanan berupa pengumpulan sampah di TPS- TPS yang telah ditentukan dan pengumpulan sampah di daerah komersil.

2. Zona 2

Zona 2 adalah kawasan kelurahan dengan kebutuhan sedang. Zona ini sebagai zona pengembangan wilayah pelayanan dari zona 1 sehingga dalam hal ini kriteria pengelolaan sampah yang dilakukan dalam zona 2 adalah sebagai berikut :

(a) Merupakan area yang harus terlayani hingga 100% dalam jangka menengah-panjang;

(23)

Halaman IV-22

DON’T NOT COPY

(b) Pola operasional difokuskan pada penanganan sampah di sumber; dan mendorong terjadinya perputaran tertutup material, yaitu sampah yang timbulkan harus dimanfaatkan untuk kegiatan lain di kawasan tersebut, misalnya pertanian dan peternakan yang memang banyak terdapat di Zona 2 ini.

(c) Dengan mengacu terhadap kriteria diatas, Zona ini mencakup di 2 kecamatan di Kota Jambi yaitu Kecamatan Pelayangan dan Danau teluk sebagai pengembangan wilayah pelayanan. Cakupan wilayah pelayanan pengelolaan sampah di Zona 2 disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 4. 10 Wilayah Pelayanan Zona 2

No. Kecamatan Kelurahan

1 Kec. Pelayangan Arab Melayu

Jelmu

Mudung Laut

Tahtul Yaman

Tanjung johor

Tengah

2 Kec. danau teluk olak kemang

Pasir panjang

tanjung pasir

tanjung raden

Ulu gedong

Sumber : Hasil Analisa Konsultan

Maka rencana wilayah pelayanan pengelolaan sampah di Kota Jambi akan dikembangkan berdasarkan Zona 1 dan Zona 2 yang dilihat pada gambar sebagai berikut.

(24)

Halaman IV-23

DON’T NOT COPY

(25)

Halaman IV-24

DON’T NOT COPY

4.5 Perhitungan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah 4.5.1 Perhitungan Proyeksi Timbulan Sampah

Saat ini timbulan sampah Kota Jambi diperkirakan mencapai 2,6 l/o/hari sehingga beban operasional pelayanan pengelolaan sampah mencapai 339 ton/hari di tahun 2017 dan menjadi 379 ton/hari dalam 5 tahun mendatang dan dalam 20 tahun mendatang yaitu pada tahun 2037, menjadi 479 ton/hari. Tabel berikut memperlihatkan beban operasional pengelolaan sampah Kota Jambi, mulai tahun 2016 hingga 20 tahun mendatang, yaitu hingga tahun 2037.

Tabel 4. 11 Beban Operasional Kota Jambi

Tahun 2016 2017 2022 2027 2032 2037 Jumlah Penduduk (Jiwa) 591991 603649 661939 720230 778520 836811 Timbulan Sampah (m3/tahun) 561799 572863 628181 683498 738816 794134 Timbulan Sampah (m3/hari) 1539 1569 1721 1873 2024 2176 Timbulan Sampah (ton/tahun) 123596 126030 138200 150370 162539 174709 Timbulan Sampah (ton/hari) 339 345 379 412 445 479

Sumber : Hasil Perhitungan konsultan, 2016

4.5.2 Perhitungan Teknis Operasional 4.5.2.1 Pemilahan/ Pewadahan

Pewadahan adalah aktifitas penanganan sampah di sumber. Wadah sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah di sumber, sebelum sampah itu dikelola. Konsep pewadahan yang akan diterapkan di Kota Jambi disesuaiakan dengan UU No 18 Tahun 2008 dan peraturan turunannya yaitu PP No 81 Tahun 2012 dan Permen PU 03 Tahun 2013, bahwa pewadahan sudah harus terpilah.

Kriteria teknis pewadahan yang akan diterapkan di Kota Jambi yaitu:

1. Pemilahan wadah menjadi 2 jenis (jangka pendek) yaitu sampah yang mudah membusuk dan sampah yang sulit membusuk;

(26)

Halaman IV-25

DON’T NOT COPY

2. Pemilahan wadah menjadi 3 jenis (jangka menengah-panjang) yaitu sampah yang mudah membusuk, sampah yang sulit membusuk dan sampah B3 rumah tangga;

3. Kapasitas wadah sampah minimal 20-30 liter per jenis sampah;

4. Label sampah yaitu Sampah Mudah Membusuk, Sampah Sulit Membusuk dan Sampah B3 Rumah Tangga;

5. Warna wadah sampah terdiri dari yaitu :

(a) Wadah sampah mudah membusuk berwarna hijau; (b) Wadah sampah sulit membusuk berwarna kuning; (c) Wadah sampah B3 rumah tangga berwarna merah.

(d) Bentuk wadah berupa kotak, silinder, kontainer, dan bin (tong tertutup); 6. Bahan wadah sampah terbuat dari logam, plastik, fiberglass, kayu, bambu

atau rotan;

7. Sifat wadah sampah yaitu ringan, mudah dipindahkan dan dikosongkan, bentuk dan warna estetis, mudah dibersihkan, kedap air dan udara serta memiliki tutup supaya higienis;

8. Pengadaan wadah sampah dilakukan oleh penimbul sampah secara mandiri;

(27)

Halaman IV-26

DON’T NOT COPY

4.5.2.2 Pengumpulan

Pengumpulan sampah merupakan kegiatan operasional pelayanan yang berhubungan langsung dengan hasil tingkat kebersihan di sumber atau tempat asal sampah yaitu berupa lingkungan bersih dan sehat yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Kelancaran dan keberhasilan sistem pengumpulan sampah merupakan syarat pertama tercapainya sanitasi lingkungan dari gangguan sampah. Dengan demikian lingkungan menjadi bersih tidak terdapat sampah yang tercecer, dibuang ke saluran, ke sungai ke tempat-tempat ilegal lainnya.Target dari sistem pengumpulan adalah tercapainya tingkat sanitasi lingkungan dari gangguan sampah melalui operasi pengumpulan yang menjamin rutinitas dan stabilitas pelayanan. Sistem pengumpulan yang dibangun disesuaikan dengan kondisi fisik geografi, ekonomi, fasilitas jalan dan kondisi lainnya supaya dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Adapun prasarana pengumpulan secara umum saat ini permasalahannya terletak pada kuantitas armada pengumpul. Saat ini nilai kecukupan sarana pengumpul baru mencapai 8%. Untuk kebutuhan jumlah prasarana dan sarana pengumpulan sampah di Kota Jambi sampai tahun 2037 maka dihitung berdasarkan jumlah kebutuhan penambahan prasarana dan sarana pengumpul dan jumlah eksisting prasarana dan sarana pengumpul yang dimiliki oleh DKPP Kota Jambi. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut.

(28)

Halaman IV-27

DON’T NOT COPY

Tabel 4. 13 Kebutuhan Penambahan Sarana Pengumpulan (Motor sampah)

Kecamatan Kelurahan MOTOR SAMPAH (UNIT) 2017 2021 2027 2032 2037 Zona 1 Pasar Beringin 2 2 2 2 3 OKH 1 1 1 1 1 Pasar Jambi 0 0 0 0 0 Sungai Asam 3 4 4 4 5 Jumlah 7 8 8 8 9 Jelutung Cempaka Putih 4 5 5 5 5 Handil Jaya 5 6 6 6 7 Jelutung 8 10 10 10 11 Kebon Handil 5 6 6 6 7 Lebak Bandung 6 7 7 7 8 Payo Lebar 5 6 6 6 7 Talang Jauh 2 2 2 2 2 Jumlah 35 42 40 43 47 Pall Merah Talang Bakung 12 15 14 15 16 Payo Selincah 7 8 8 8 9 Eka Jaya 8 10 10 10 11 Lingkar selatan 9 10 10 11 12 Paal Merah 6 8 7 8 9 Jumlah 42 51 48 52 57 Danau Sipin Sungai Putri 4 5 5 5 6 Murni 3 3 3 3 4 Legok 6 8 7 8 9 Selamat 4 5 5 5 6 Solok Sipin 5 7 6 7 7 Jumlah 23 28 26 28 31 Alam Barajo Kenali Besar 16 19 18 20 21 Rawa Sari 8 10 10 10 11 Mayang Mangurai 9 11 10 11 12 Bagan Pete 5 6 5 6 6 Beliung 4 5 5 5 5 Jumlah 42 51 48 52 57

Jambi Timur Tanjung Pinang 6 7 7 8 8 Tanjung Sari 4 5 4 5 5

(29)

Halaman IV-28

DON’T NOT COPY

Kecamatan Kelurahan MOTOR SAMPAH (UNIT) 2017 2021 2027 2032 2037 Rajawali 4 5 4 5 5 Talang Banjar 7 9 8 9 10 Sijenjang 2 2 2 2 3 Budiman 3 3 3 3 3 Kasang Jaya 3 4 4 4 4 Sulanjana 2 2 2 3 3 Kasang 3 3 3 4 4 Jumlah 33 41 38 41 45 Jambi Selatan Thehok 9 11 11 12 13 Pasir Putih 7 8 8 8 9 Pakuan Baru 4 5 5 5 6 Tambak Sari 6 7 7 7 8 Wijaya Pura 4 5 4 5 5 Jumlah 30 36 35 37 41 Kota Baru Paal lima 7 9 8 9 10 Sukakarya 5 6 5 6 6 Kenali asam Atas 4 4 4 4 5 Kenali Asam Bawah 9 11 10 11 12

Simpang III sipin 11 14 13 14 16

Jumlah 36 43 41 44 48 Telanai Pura Telanai Pura 3 3 3 3 4 Simpang IV sipin 7 9 8 9 10 Teluk Kenali 1 1 1 1 1 Buluran Kenali 4 5 4 5 5 Penyengat rendah 5 6 5 6 6 Pematang Sulur 4 5 5 6 6 Jumlah 23 28 27 29 31

Danau Teluk Ulu Gedong 1 1 1 2 2

Total 271 329 312 336 368 Zona 2 Pelayangan Arab Melayu 1 2 1 1 1 Jelmu 0 0 0 0 0 Mudung Laut 1 1 0 0 1 Tahtul Yaman 2 2 1 1 1 Tanjung johor 1 1 0 1 1

(30)

Halaman IV-29

DON’T NOT COPY

Kecamatan Kelurahan MOTOR SAMPAH (UNIT) 2017 2021 2027 2032 2037 Tengah 0 0 0 0 0 Jumlah 6 6 2 3 4 Danau Teluk Olak kemang 2 2 1 1 1 Pasir panjang 1 1 0 0 0 Tanjung Pasir 1 1 0 0 1 Tanjung Raden 1 1 1 1 1 Jumlah 5 5 2 3 3 Total 10 11 4 6 7

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan

Tabel 4. 14 Kebutuhan Penambahan Sarana Pengumpulan TPS

Beban Pelayanan Sampah (M3/Hari) Keb TPS (unit) Pengadaan TPS Revitalisasi TPS Jumlah Kebutuhan 2,447 235 235 235 2,781 267 32 32 3,187 306 39 39 3,247 312 6 6 3,307 318 6 6 3,366 324 6 6 3,426 329 6 6 3,486 335 6 6 3,546 341 6 6 3,593 345 5 121 126 3,653 351 6 32 38 3,712 357 6 39 45 3,772 363 6 6 11 3,831 368 6 6 11 3,886 374 5 6 11 3,964 381 8 6 13 4,024 387 6 6 11 4,084 393 6 6 11 4,144 398 6 5 10 4,203 404 6 6 11 4,251 409 5 6 10

(31)

Halaman IV-30

DON’T NOT COPY

4.5.2.3 Pengangkutan

Dalam perencanaan pengembangan sistem pengangkutan di Kota Jambi maka dikembangkan untuk melayani seluruh wilayah pelayanan institusi pengelolaan sampah Kota Jambi. Oleh karena itu rute transportasi sampah yang direncanakan dibagi menjadi 2 (dua) tahap yaitu:

1. Rencana jangka pendek-menengah (2017-2019), Rute pengangkutan sampah di area zona 1 dan 2 dengan kategori sumber sampah non permukiman dimana armada angkut yang digunakan adalah dump truck dan armroll truck; 2. Rencana jangka panjang dibutuhkan pengembangan rute pengangkutan residu

dari setiap TPS 3R kawasan.Pengembangan rencana jenis sarana pengangkutan sampah di Kota Jambi dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4. 15 Kebutuhan Penambahan Sarana Pengangkutan pada Residu TPS 3R

Nama Kecamatan Amroll TPS 3R (Unit)

2017 2021 2027 2032 2037

Zona 1 Kec. Pasar 1 1 1 1 1

Jelutung 4 5 4 5 5 Pall Merah 5 6 5 6 6 Danau Sipin 2 3 3 3 3 Alam Barajo 5 6 5 6 6 Jambi Timur 4 4 4 5 5 Jambi Selatan 3 4 4 4 4 Kota Baru 4 5 4 5 5 Telanai Pura 3 3 3 3 3 Danau Teluk (Ulu Gedong) 0 0 0 0 0

Jumlah 29 36 34 37 40

Zona 2 Pelayangan 1 0 0 0 0

Danau Teluk 0 0 0 0 0

Jumlah 1 1 0 1 1

Total 30 37 34 37 41

(32)

Halaman IV-31

DON’T NOT COPY

Tabel 4. 16 Kebutuhan Penambahan Sarana Pengangkutan pada Kawasan Komersil

Nama Kecamatan ARM ROLL KOMERSIAL

2017 2021 2027 2032 2037

Zona 1 Kec. Pasar 0 0 0 0 0

Jelutung 1 1 1 1 1 Pall Merah 1 1 1 1 0 Danau Sipin 0 0 1 1 1 Alam Barajo 1 1 1 1 1 Jambi Timur 1 1 1 1 1 Jambi Selatan 1 1 1 1 1 Kota Baru 1 1 1 1 1 Telanai Pura 0 0 1 1 1 Danau Teluk (Ulu Gedong) 0 0 0 0 0

Jumlah 5 5 8 8 7

Zona 2 Pelayangan 0 0 0 0 0

danau teluk 0 0 0 0 0

Jumlah 0 0 0 0 0

Total 5 5 8 8 8

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan

Tabel 4. 17 Kebutuhan Penambahan Sarana Pengangkutan pada Sarana Pasar dan Rumah sakit

Nama Kecamatan ARM ROLL TRUK PASAR DAN RS

2017 2021 2027 2032 2037 Zona 1 Pasar 0 0 0 0 0 Jelutung 0 1 1 1 1 Pall Merah 0 1 1 1 1 Danau Sipin 0 1 1 1 1 Alam Barajo 0 1 1 1 1 Jambi Timur 0 1 1 1 1 Jambi Selatan 0 1 1 1 1 Kota Baru 0 1 1 1 1 Telanai Pura 0 1 1 1 1 Danau Teluk (Ulu Gedong) 0 0 0 0 0

(33)

Halaman IV-32

DON’T NOT COPY

Nama Kecamatan ARM ROLL TRUK PASAR DAN RS

2017 2021 2027 2032 2037 Zona 2 Pelayangan 0 0 0 0 0 Danau Teluk 0 0 0 0 0 Jumlah 0 0 0 0 0 Total 1 7 7 8 9

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan

4.5.2.4 Pengolahan

Dalam rencana pengembangan sarana dan prasarana unit pengolah sampah di Kota Jambi dilakukan secara bertahap pada pengelolaan sampah wilayah pelayanan. Dalam hal ini rencana pengembangan jumlah unit pengolahan sampah yang akan dilakukan di Kota Jambi mengacu terhadap kebutuhan penambahan jumlah sarana TPS 3R.

Tabel 4. 18 Kebutuhan Penambahan Sarana Pengolahan

Nama Kecamatan TPS 3R 2017 2021 2027 2032 2037 Zona 1 Pasar 0 0 0 0 0 Jelutung 0 0 1 1 1 Pall Merah 0 0 1 1 1 Danau Sipin 0 0 0 0 0 Alam Barajo 0 0 1 1 1 Jambi Timur 0 0 0 1 1 Jambi Selatan 0 0 0 0 0 Kota Baru 0 0 1 1 1 Telanai Pura 0 0 0 0 0 Danau Teluk (Ulu Gedong) 0 0 0 0 0

Jumlah 0 1 4 4 4 Zona 2 Pelayangan 0 0 1 1 1 Danau Teluk 0 0 1 1 1 Jumlah 0 1 2 2 2 Total 0 2 6 7 7

(34)

Halaman IV-33

DON’T NOT COPY

Maka berdasarkan Kebutuhan sarana dan prasarana Pengelolaan sampah Kota Jambi dari tahun 2017 hingga 2037 dapat diihat pada table berikut ini :

Tabel 4. 19 Kebutuhan Sarana dan Prasarana Pengelolaan sampah di Kota Jambi

No Kebutuhan Sapras Satuan Tahun

2017 2021 2027 2032 2037

1 Motor Sampah

Kebutuhan tahunan unit 281 343 349 349 375

Pengadaan tahunan unit 281 0 0 0 6

Peremajaan Mosam unit 0 281 17 7 281

Jumlah Pengadaan unit 281 281 17 7 287

2 TPS 3R Kecamatan

Kebutuhan tahunan unit 0 2 6 7 7

Pengadaan tahunan unit 0 1 1 1 0

Amroll TPS 3R

Kebutuhan tahunan unit 30 37 38 38 41

Pengadaan tahunan unit 30 0 0 0 1

Peremajaan Amroll unit 0 0 0 4 12

Jumlah Pengadaan unit 30 0 0 4 13 3 Amroll TPS Komersil

Kebutuhan tahunan unit 5 7 8 8 9

Pengadaan tahunan unit 5 0 0 0 0

Peremajaan Amroll unit 0 0 0 2 2

Jumlah Pengadaan unit 5 0 0 2 2 4 Amroll TPS Pasar & RS

Kebutuhan tahunan unit 1 7 7 8 9

Pengadaan tahunan unit 1 0 0 0 1

Peremajaan Amroll unit 0 0 0 0 0

Jumlah Pengadaan unit 1 0 0 0 1

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan

4.5.2.5 Pemrosesan Akhir

Operasi pemrosesan akhir adalah proses mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.Saat ini, operasi pemrosesan akhir sampah di Kota Jambi dilakukan di TPA Talang gulo, TPA ini menjadi satu-satunya TPA milik Pemerintah yang digunakan di Kota Jambi. Konsep pemrosesan akhir sampah di Kota Jambi, dikembangkan sejalan dengan sistem yang

(35)

Halaman IV-34

DON’T NOT COPY

dikembangkan di hulu. Pada dasarnya TPA untuk Kota Jambi dalam jangka panjang harus hanya menerima sampah residu dan sampah tidak terolah di sumber. Namun demikian, dalam masa transisi, yaitu hingga tahun 2019 TPA Kota Jambi masih akan menerima sampah tercampur yang harus diproses secara penimbunan.

Tabel 4. 20 Kebutuhan Lahan TPA

No Tahun Timbulan Sampah

Target Pelayanan (%) Beban Pelayanan Target Reduksi TPS 3 R (%) Kebutuhan Lahan (ha/5 thn)) m3/hari ton/hari m3/hari ton/hari

1 2017 1,569 345.29 80% 1,255.59 276.23 6.0% 14.77 2 2018 1,600 351.96 90% 1,439.82 316.76 8.0% 3 2019 1,630 358.62 100% 1,630.11 358.62 10.0% 4 2020 1,660 365.29 100% 1,660.42 365.29 12.0% 5 2021 1,691 371.96 100% 1,690.73 371.96 15.0% 6 2022 1,721 378.63 100% 1,721.04 378.63 18.0% 13.98 7 2023 1,751 385.30 100% 1,751.35 385.30 22.0% 8 2024 1,782 391.97 100% 1,781.66 391.97 25.0% 9 2025 1,812 398.63 100% 1,811.98 398.63 28.0% 10 2026 1,842 405.30 100% 1,842.29 405.30 30.0% 11 2027 1,873 411.97 100% 1,872.60 411.97 32.0% 12.00 12 2028 1,903 418.64 100% 1,902.91 418.64 36.0% 13 2029 1,933 425.31 100% 1,933.22 425.31 38.0% 14 2030 1,964 431.98 100% 1,963.53 431.98 40.0% 15 2031 1,994 438.65 100% 1,993.84 438.65 43.0% 16 2032 2,024 445.31 100% 2,024.15 445.31 45.0% 10.41 17 2033 2,054 451.98 100% 2,054.46 451.98 46.0% 18 2034 2,085 458.65 100% 2,084.78 458.65 48.0% 19 2035 2,115 465.32 100% 2,115.09 465.32 49.0% 20 2036 2,145 471.99 100% 2,145.40 471.99 50.0% 21 2037 2,176 478.66 100% 2,175.71 478.66 50.0%

Kebutuhan Luas Lahan Total (Ha) 51.16

(36)

Halaman IV-35

DON’T NOT COPY

4.6Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah 4.6.1 Strategi Pengembangan Sarana dan Prasarana

Sebagai Ibu Kota Propinsi, Kota Jambi memiliki peran dan fungsi pengembangan wilayah yang sangat strategis. Kota Jambi merupakan pusat pemerintahan serta pusat perdagangan dan jasa mempunyai mobilitas penduduk yang tinggi, terutama dari daerah tetangga (mobilitas sirkuler). Kondisi ini secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi terhadap meningkatnya kualitas dan kuantitas sampah. Melalui strategi pengembangan prasarana dan sarana persampahan tersebut diharapkan Kota Jambi dapat terbebas dari problem pengelolaan sampah sehingga kelestarian lingkungan dan nilai estetika kota tetap terpelihara dari penceramaran lingkungan akibat sampah, sehingga strategi dalam pengembangan prasarana dan sarana persampahan di Kota Jambi dikembangkan sebagai berikut :

Jangka Pendek 2017-2019 :

1. Menguatkan Armada Pengangkutan untuk mendukung operasi pengangkutan ke TPA TAlang Gulo lama dan bahkan perluasannya, sebagai pentahapan pencapaian 100% pelayanan,

2. Memaksimalkan kapasitas operasional TPS 3R yang aktif, hingga mencapai kapasitas total 1-2 ton/hari per unit TPS 3R, dengan mengedepankan pengolahan sampah organik menjadi kompos padat ataupun cair,

3. Memgaktifkan TPS 3R yang saat ini tidak beroperasi, hingga mencapai 1-2 ton/hari (Tahun 2020) juga dengan mengedepankan pengolahan sampah organik menjadi kompos padat, atau cair dan atau menjadi pakan ternak,

4. Mulai melakukan pemetaan potensi penanganan dan perancangan sistem sampah material daur ulang,

5. Mulai membangun Model Kawasan Permukiman yang melakukan pemilahan sampah sejak dari sumber nya, dengan mengedepankan kawasan terdekat dengan TPS 3R aktif. Sangat tepat bila program ini di kemas besamaan dengan program Kampung Bantar 6. Menguatkan sosialisasi pemilahan sampah di setiap sumber aktifiatas perkotaan,

(37)

Halaman IV-36

DON’T NOT COPY

Jangka Menengah 2020-2027 :

1. Intensifikasi sosialisasi pemilahan, melalui program komunikasi, informasi dan edukasi,

2. Optimalisasi Kapasitas TPS 3R dan penambahan unit TPS 3R di setiap kecamatan, terintegrasi dengan replikasi pembangunan model kawasan

3. Optimalisasi pemanfaatan dan peningkatan nilai ekonomi produk olahan sampah organik, di bidang pertanian, dan peternakan dan atau pemanfaatan lainnya,

4. Penyiapan sarana prasarana sistem penanganan sampah material daur ulang, 5. Operasionalisasi sistem daur ulang sampah material daur ulang,

6. Peningkatan kinerja pengumpulan sampah di sumber komersil, dalam kerangka peningkatan pendapatan retribusi, dan peningkatan perolehan sampah material daur ulang,

7. Intensifikasi kinerja pengangkutan sampah dari zona prioritas, untuk menjamin kondisi bebas sampah, di jalur prioritas,

8. Mempersiapkan sistem penanganan sampah residu, mulai dari kajian kelayakan teknologi, sampai pada pengembangan sistem penanganan sampah residu.

9. Mempersiapkan sistem pengurangan sampah toksik (beracun berbahaya) dari sampah rumah tangga.

Jangka Panjang 2028-2037 :

1. Intensifikasi pengolahan sampah organik, sehingga 100% sampah organik dapat terolah dan produknya dimanfaatkan dalam pertanian dan peternakan di dalam kota,

2. Penguatan pelaksanaan pemilahan di sumber, hingga seluruh permukiman teratur, dan seluruh kawasan komersil sudah memilah sampah sejak di sumbernya,

3. Pengurangan timbulan sampah beracun berbahaya

4. Pengurangan timbulan sampah yang tidak bisa didaur ulang 5. Operasionalisasi pusat pengolahan sampah residu

(38)

Halaman IV-37

DON’T NOT COPY

4.6.2 Strategi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

Implementasi sistem operasional pengelolaan sampah di Kota Jambi baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang, memerlukan perencanaan strategis aspek kelembagaan. Perlu dibangun model kelembagaan yang sesuai untuk mengelola prasarana terbangun. Strategi pengembangan kelembagaan tersebut meliputi :

a. Penguatan pelaksanaan pemisahan lembaga regulator dan lembaga operator pengelolaan sampah di seluruh wilayah pelayanan,

b. Penguatan kelembagaan swadaya masyarakat (KSM) dalam proses pengumpulan sampah dan dalam operasionalisasi TPS 3R.

A. Strategi Pengembangan Perangkat Daerah

Pengembangan Kelembagaan Dinas/Badan sebagai lembaga regulator dan lembaga operator dilakukan melalui rencana pengembangan lembaga regulasi dan lembaga operator pengelolaan sampah dengan menempatkan DKPP dan Bidang terkait sebagai Regulator dan UPTD sebagai operator pengelolaan sampah di Kota Jambi.

Penetapan strategi dalam pengembangan kelembagaan lembaga regulator dan operator dimaksud dengan melihat potensi dan permasalahan serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dasar hukum yang digunakan sebagai dasar dalam pembetukan kelembagaan perangkat daerah yaitu Undang-undang No. 9 Tahun 2015 dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa permasalahan yang dihadapi kelembagaan DKPP Kota Jambi adalah SDM dan anggaran yang terbatas sehingga pelayanan yang diberikan menjadi terbatas. Strategi yang dapat diterapkan meliput:

a. Pemisahan fungsi antara Dinas sebagai regulator dan UPTD sebagai operator; b. Pembentukan dan penguatan kelembagaan pada masing-masing sistem kegiatan

(39)

Halaman IV-38

DON’T NOT COPY

Sampah; UPTD tersebut salah satunya dibentuk sebagai pengelola pelayanan pada wilayah pelayanan yang telah ditetapkan;

c. Penguatan koordinasi Dinas, UPTD, Kecamatan, Kelurahan dan kelembagaan masyarakat;

d. Pembentukan kelembagaan masyarakat sebagai operator pengelolaan sampah pada tingkat wilayah yang lebih kecil (RT/ Kelurahan).

e. Penguatan UPTD menjadi UPTD dengan manajemen pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) pada jangka menengah.

Selain itu untuk meningkatkan pelayanan manajemen perlu diterapkan strategi:

a. Penyelenggaraan birokrasi pengelolaan sampah yang efektif, efisien dan professional;

b. Penyelenggaraan pengelolaan sampah yang transparan, partisipatif serta akuntabel; c. Penerapan standar operasional prosedur (SOP) dan Standar Pelayanan Minimal

(SPM) untuk mendukung kinerja kelembagaan pengelolaan sampah;

d. Penyelenggaraan sistem informasi untuk memperkuat komunikasi kelembagaan pengelolaan sampah.

Dari beberapa strategi yang akan diterapkan tersebut perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang khususnya tentang Strategi Pengembangan Perangkat Daerah melalui pengembangan fungsi Dinas dan UPTD dan Strategi Kelembagaan Masyarakat. Seperti yang disampaikan di atas terdapat dua peraturan yang mendasari pembentukan UPTD, yaitu Undang-undang N0. 9 Tahun 2015 dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016. Sebelum menjelaskan bagaimana pembentukan UPTD, akan dijelaskan terlebih dahulu pembetukan Dinas Kab/kota yang akan mengelola persampahan. Sebagaimana Pasal 209 ayat (2) Undang-undang No. 23 Tahun 2014 Perangkat Daerah Kab/kota terdiri atas :

a. Sekretariat Daerah; b. Sekretariat DPRD; c. Inspektorat; d. Dinas; e. Badan; dan f. Kecamatan

(40)

Halaman IV-39

DON’T NOT COPY

1) Urusan Pemerintahan

Perangkat Daerah Kab/kota sebagaimana dimaksud selain melaksanakan urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Daerah juga melaksanakan tugas Pembantuan. Pembagian Urusan Pemerintahan sub Bidang Persampahan diatur pada Lampiran C dan Lampiran D Undang-undang No. 23 Tahun 2014, seperti diuraiakan pada tabel berikut ini.

Tabel 4. 21 Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Sub Bidang Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/kota Persampahan a. Penetapan pengembangan system pengelolaan persampahan secara nasional b. Pengembangan system pengelolaan persampahan lintas daerah provinsi dan system pengelolaan sampah untuk kepentungan strategis nasional Pengembangan system dan pengelolaan persampahan regional Pengembangan system pengelolaan persampahan dalam daerah Kab/kota

Sumber: Lampiran C - Undang-undang No. 23 Tahun 2014.

Tabel 4. 22 Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup Sub Bidang Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/kota Persampahan a. Penerbitan izin

insenerator pengolah sampah menjadi energy listrik b. penerbitan izin

pemanfaatan gas metana (landfill gas) untuk energy listrik di tempat pemrosesesan akhir (TPA) regional oleh pihak swasta c. pembinaan dan

pengawasan penangan sampah di TPA/tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) regional oleh pihak swasta d. Penetapan dan pengawasan tanggung Penanganan sampah di TPA/TPST regional a. Pengelolaan sampah. b. Penerbitan izin pendaurulangan sampah/pengolahan sampah dan pemrosesan akhir sampah yang diselenggarakan oleh swasta c. pembinaan dan pengawasan pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh pihak swasta.

(41)

Halaman IV-40

DON’T NOT COPY

Sub Bidang Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/kota jawab produsen dalam

pengurangan sampah. e. Pembinaan dan

pengawasan tanggung jawab produsen dalam pengurangan sampah.

Sumber : Lampiran K. Undang-undang No. 23 Tahun 2014.

Gambar 4. 6 Arahan Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Sampah Kota Jambi Pasca PP 18 Tahun 2016

2) Pembagian Peran Operator dan Regulator

Untuk menghindari terjadinya konfik kepentingan serta adanya check and balance yang memastikan pelaksanaan pelayanan persampahan, Permen PU No. 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) menyatakan perlu adanya pemisahan peran antara institusi yang berperan sebagai regulator dan institusi yang berperan sebagai operator/ penyelenggara layanan. Dalam konteks tugas pemerintahan, yang dimaksud dengan regulator adalah pihak yang mengembangkan kebijakan, norma, dan standar, bagi pelaksanaan pelayanan publik. Regulator kemudian juga melakukan fungsi pengawasan dan

SEKSI RETRIBUSI DAN PENGELOLAAN SAMPAH

(42)

Halaman IV-41

DON’T NOT COPY

pengendalian agar pelaksanaan pelayanan publik bisa berjalan sesuai koridor yang telah ditetapkan. Di lain pihak, operator merupakan pelaksana pelayanan publik (misal: pengelola TPA, pengelola pengangkutan sampah) yang melakukan perencanaan dan implementasi kegiatan sesuai arahan dari regulator. Peran regulator dan operator harus tercermin dengan jelas pada uraian tugas dan fungsi dari masing-masing institusi.

Tabel 4. 23 Uraian Tugas dan Fungsi Regulator dan Operator

Uraian Regulator Operator

Tugas Melaksanakan urusan pemerintahan bidang persampahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah

Melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/ atau kegiatan teknis penunjang di bidang pengelolaan sampah

Fungsi Perumusan kebijakan teknis dan perencanaan strategis

Penyusunan NSPK

Penyelenggara urusan pemerintahan dan pelayanan yang meliputi: pembangunan dan rehabilitasi

Pembinaan, pengawasan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

Pelaksana penyusun rencana kebutuhan operasional pengelolaan sampah

Pelaksana pelayanan dan jasa pengangkutan sampah, serta pemrosesan akhir sampah Pelaksana pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan persampahan Pengawasan pemanfaatan sarana dan prasarana pelayanan persampahan Pelaksana pendataan & pelaporan hasil pelak- sanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan. Pelaksana administrasi umum dan f. kerumahtanggaan

Sumber : Permen PU No. 21/PRT/M/2006

3) Pembentukan Dinas Daerah

Menurut Pasal 211 ayat (2) Undang-undang No. 23 Tahun 2014, nomenklatur Perangkat Daerah dan unit kerja pada Perangkat Daerah yang melaksanakan Urusan Pemerintahan dibuat dengan memperhatikan pedoman dari kementerian/lembaga pemerintah nonkemeterian yang membidangi Urusan Pemerintahan tersebut. Beberapa ketentuan lainnya pada Undang-undang No. 23 Tahun 2014 yang berkenaan dengan pembentukan Perangkat Daerah yaitu:

 Pasal 212 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang No. 23 Tahun 2014, pembentukan dan susunan Perangkat Daerah ditetapkan dengan Perda. (2) Perda sebagaimana dimaksud berlaku setelah mendapat persetujuan dari Menteri bagi Perangkat Daerah provinsi dan dari gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat bagi Perangkat Daerah Kab/kota.

(43)

Halaman IV-42

DON’T NOT COPY

 Pasal 212 ayat (3) Undang-undang No. 23 Tahun 2014, Persetujuan Menteri atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat diberikan berdasarkan pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Pilihan.

 Pasal 217 ayat (1) Undang-undang No. 23 Tahun 2014, Dinas dibentuk untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. (2) Dinas diklasifikasikan atas:

a. dinas tipe A yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang besar;

b. dinas tipe B yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang sedang; dan c. dinas tipe C yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan yang

menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang kecil.

 Pasal 217 ayat (3) Undang-undang No. 23 Tahun 2014, Penentuan beban kerja didasarkan pada jumlah penduduk, luas wilayah, besaran masing-masing Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, dan kemampuan keuangan Daerah untuk Urusan Pemerintahan Wajib dan berdasarkan potensi, proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan untuk Urusan Pemerintahan Pilihan.

 Pasal 218 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Undang-undang No. 23 Tahun 2014, Dinas dipimpin oleh seorang kepala. Kepala dinas mempunyai tugas membantu kepala daerah melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

Kepala dinas dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris Daerah.

Menurut Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016, Kriteria tipelogi Perangkat Daerah untuk menentukan tipe Perangkat Daerah berdasarkan hasil pemetaan urusan pemerintahan dengan variabel:

 Umum dengan bobot 20% (dua puluh persen); dan

 Teknis dengan bobot 80% (delapan puluh persen).

Kriteria variabel umum ditetapkan berdasarkan karakteristik Daerah yang terdiri atas indikator:

a. Jumlah penduduk; b. Luas wilayah; dan

(44)

Halaman IV-43

DON’T NOT COPY

Menurut Pasal 6 ayat (3) Kriteria variabel teknis ditetapkan berdasarkan beban tugas utama pada setiap Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi dan Daerah Kab/kota serta fungsi penunjang Urusan Pemerintahan. Untuk Kriteria Variabel Teknis pengelolaan persampahan hanya terdapat pada Kriteria Variabel Teknis Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup. Sebaliknya Kriteria variabel Teknis pengelolaan persampahan tidak terdapat pada Kriteria Variabel Teknis Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Kriteria Variabel Teknis Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana diatur pada Lampiran C Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang pada Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016, diantaranya mengatur Kriteria Variabel Teknis tentang 1) Jumlah bangunan gedung, 2) Panjang sungai, 3) Jumlah kapasitas tampungan air, 4) Panjang garis pantai, 5) Luas daerah irigasi teknis, 6) Jumlah desa/kelurahan rawan air, 7) Jumlah fasilitas pengelolaan air limbah, 8) Luas cakupan layanan Sistem Pengelolaan air limbah (SPAL), 9) Drainase, 9) Jumlah Luas kawasan permukiman 10) Panjang jalan yang menjadi kewenangan Kab/kota.

Tabel 4. 24 Kriteria variabel Teknis Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup Kab/kota

NO INDIKATOR & KELAS

INTERVAL SKALA NILAI BOBOT (%) SKOR

1 Jumlah Taman Kehati a. ≤ b. 3 - 4 c. 5 - 6 d. 7 - 8 e. > 8 200 400 600 800 1.000 5 10 20 30 40 50 2 Jumlah perusahaan pengumpul

dan pengolah Limbah B3 a. < 10 b. 11 - 50 c. 51 – 100 d. 101 – 200 e. > 200 200 400 600 800 1.000 15 30 60 90 120 150 3 Jumlah TPA/TPS Regional

a. < 3 b. 4 - 7 c. 8 - 11 d. 12 - 15 200 400 600 800 15 30 60 90 120

(45)

Halaman IV-44

DON’T NOT COPY

NO INDIKATOR & KELAS

INTERVAL SKALA NILAI BOBOT (%) SKOR

e. > 15 1.000 150

4 Jumlah Dokumen Lingkungan yang dinilai (AMDAL, UKL/UPL, SPPL) bagi usaha yang izinnya dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi a. < 10 b. 11 - 50 c. 51 – 200 d. 201 –350 e. > 100 200 400 600 800 1.000 20 40 80 120 160 200 5 Jumlah objek yang harus

dilakukan pemantauan kualitas lingkungan sesuai ketentuan yang dampaknya lintas Kab/kota a. < 3 b. 4 - 50 c. 51 - 75 d. 76 – 100 e. >100 200 400 600 800 1.000 20 40 80 120 160 200

Menurut Pasal 35 Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016, Dinas Daerah Kab/kota mempunyai tugas membantu bupati/wali kota melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang diberikan kepada Kab/kota. Dinas Daerah Kab/kota dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya; b. pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;

c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya; d. pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan

e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/wali kota terkait dengan tugas dan fungsinya.

Pasal 36 Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016, Dinas Daerah Kab/kota dibedakan dalam 3 (tiga) tipe, terdiri atas:

a. dinas Daerah Kab/kota tipe A untuk mewadahi pelaksanaan fungsi dinas Daerah Kab/kota dengan beban kerja yang besar;

b. dinas Daerah Kab/kota tipe B untuk mewadahi pelaksanaan fungsi dinas Daerah Kab/kota dengan beban kerja yang sedang; dan

c. dinas Daerah Kab/kota tipe C untuk mewadahi pelaksanaan fungsi dinas Daerah Kab/kota dengan beban kerja yang kecil

Gambar

Gambar 4. 2 Peta Indeks Resiko Sanitasi (IRS) Kota Jambi
Tabel 4. 8 Indikator Wilayah Pelayanan Eksisting
Tabel 4. 9 Wilayah Pelayanan Zona 1
Tabel 4. 10 Wilayah Pelayanan Zona 2
+7

Referensi

Dokumen terkait