• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Kelembagaan Swadaya Masyarakat

Rencana pengembangan kelembagaan swadaya masyarakat dapat dilakukan dengan strategi pengembangan kelembagaan masyarakat. Pengembangan kelembagaan swadaya masyarakat merupakan salah satu strategi untuk pengembangan jejaring kerja pelayanan, agar pelayanan pengelolaan sampah yang diberikan kepada masyarakat dapat berjalan secara maksimal, terutama pada tahapan operasi pengumpulan dan pengolahan di sumber. Dengan Pengembangan kelembagaan swadaya masyarakat dapat dilihat dari kondisi masyarakat. Observasi yang dilakukan terhadap beberapa pengelola swadaya masyarakat, nampaknya masih diperlukan penguatan kapasitas dan adanya penetapan mekanisme pembiayaan bagi para Lembaga Swadaya tersebut.

Dilihat dari tahapan operasional pengelolaan sampah, dan dengan mengukur kekuatan pembiayaan APBD Kota Jambi dalam pengelolaan sampah, maka tahapan operasi penanganan sampah yang dapat dikerjasamakan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat adalah (1) Operasi Pengumpulan sampah di

Halaman IV-59

DON’T NOT COPY

Kawasan Permukiman dari sumber ke TPS/TPS 3R, (2) Operasi pengolahan sampah di TPS 3R.

Karena itu strategi yang dikembangkan untuk itu adalah :

a. Membenahi kelembagaan masyarakat pengelola sampah di tingkat RT, Kelurahan dan Kecamatan.

b. Mempersiapkan perangkat hukum bagi Lembaga Pengelola Sampah Swadaya Masyarakat , dalam urusan : (1) ketentuan bentuk lembaga, (2) Tugas pokok dan kewenangan yang diperoleh (3) Mekanisme kerjasama dengan Dinas Pengelola Sampah Kota, termasuk di dalamnya mengenai Mekanisme pembiayaan operasional pengelolaan sampah yang dijalankannya.

Arah pengembangan Lembaga pengelola sampah swadaya masyarakat (LPSM) di Kota Jambi adalah sebagai berikut :

1. LPSM dibentuk dan atau ditunjuk oleh Forum RT di tingkat Kelurahan, berkoordinasi dengan Lurah setempat. Namun lembaga ini adalah lembaga independen, tidak berada di bawah Struktur Kelurahan. Lurah dalam hal ini bertanggung jawab sebagai Pembina dan Pengawasan Kinerja LPSM.

2. LPSM merupakan lembaga berbadan hukum, yaitu minimal berbentuk Koperasi dan atau CV, sehingga dapat menjalin kerjasama dengan Pemerintah.

3. LPSM dapat melayani satu kawasan Kelurahan dana tau beberapa Kelurahan, namun pemberian penugasan awal dimulai dari satu Kelurahan terlebih dahulu, bila kinerja teruji, maka dapat diberikan perluasan wilayah pelayanan oleh Dinas.

Pengembangan LPSM dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup, Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3, khusus Seksi Manajemen dan retribusi,

Halaman IV-60

DON’T NOT COPY

dan dapat dilakukan sejalan dengan pembinaan kawasan yang dilayani oleh TPS 3R.

4.6.3 Strategi Pengembangan Peran Serta Masyarakat

Berdasarkan pada hasil studi sikap dan prilaku masyarakat di Kota Jambi, pada dasarnya dibutuhkan adanya perubahan pola pikir dari: fisik dulu, baru non-fisik, menjadi sebaliknya: persiapkan non-fisik dulu, baru didukung dengan fisik. Lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:

• Perlunya disusun program pembangunan masyarakat yang lebih mengutamakan aspek perubahan sikap (membuat masyarakat mau dan antusias menerapkan 3R), daripada melulu penambahan pengetahuan atau keterampilan. Sehingga lebih banyak diperlukan program-program pembelajaran dan pendampingan masyarakat

• Merancang peran Pemerintah agar lebih memfasilitasi pembiayaan kegiatan untuk menumbuhkan budaya mengelola sampah yang pro 3R, daripada pembiayaan penyediaan sarana dan prasarana fisik

• Membuat sistem baru pengelolaan persampahan, yang lebih mendorong partisipasi masyarakat. Sistem layanan armada pengangkut sampah yang masih tercampur dari TPS-TPS ke TPA, harus digantikan dengan cara-cara yang baru. Misalnya pemerintah hanya melayani pengangkutan sampah kering

• Perlunya dirancang perencanaan koordinasi antar pihak untuk menciptakan sinergi antar pihak yang berkepentingan dalam membentuk sistem pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Setiap pihak memiliki kapasitas dan sumberdaya tersendiri yang unik. Jika bekerja masing-masing, akan sangat kecil dampaknya. Tetapi jika pemerintah selaku regulator mampu menghimpun parapihak yang berkepentingan untuk bahu membahu, bisa dipastikan akan tercipta sinergi bagi kemakmuran masyarakat

Halaman IV-61

DON’T NOT COPY

Dengan pemahaman terhadap kondisi umum masyarakat Kota Jambi, maka pengembangan peran serta masyarakat Kota Jambi, di kemas dalam Program Komunikasi Perubahan

Perilaku.

Program ini dimulai dari tahun 2017 sampai dengan akhir tahun 2027. Tujuan akhir dari desain ini adalah:

 Penguatan kapasitas masyarakat dalam menganalisis kebutuhan sistem pengelolaan sampah tingkat komunitas, merencanakan, melaksanakan sistem tersebut, dan melakukan monev 3R

 Terbangunnya infrastruktur persampahan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan selaras dengan pola pengelolaan sampah tingkat kota

 Penguatan kapasitas pemerintahan daerah dalam pengawasan dan pengendalian sistem pengelolaan persampahan 3R

Adapun sasaran program adalah sebagai berikut:

 Aparat SKPD. Termasuk dalam kategori ini adalah: DKPP, BLH, Pemerintah tingkat Kecamatan, Kelurahan/Desa

 Pihak non-pemerintah pengelola persampahan. Termasuk para pengusaha, akademisi, penyedia jasa pengelolaan sampah

 Masyarakat. Yang dimaksud sebagai masyarakat dalam hal ini termasuk para pengurus RW, RT, kaum perempuan, dan Kelompok masyarakat, LSM

Keluaran

 Aparat SKPD yang bertanggungjawab, setara, partisipatif, dan pro 3R  Pihak non-pemerintah yang bertanggungjawab, partisipatif, profesional, dan

pro 3R

 Masyarakat yang pro aktif, mandiri, bertanggungjawab, partisipatif, setara, dan pro 3R

Khusus bagi SKPD Kota Jambi, perlu direncanakan adanya program pengembangan kapasitas para pihak sebagai berikut:

Halaman IV-62

DON’T NOT COPY

 Penguasaan para pihak terhadap sistem pengelolaan sampah berbasis 3R di Kota Jambi terhadap : mekanisme sistem pengelolaan sampah berbasis 3R  Penguasaan para pihak sistem pengelolaan sampah berbasis 3R di Kota Jambi

terhadap : filosofi pemberdayaan masyarakat, dan pendekatan partisipatif  Penguasaan para pihak sistem pengelolaan sampah berbasis 3R di Kota Jambi

terhadap ilmu manajemen atau pengelolaan sistem

 Kesepakatan para pihak untuk tidak melakukan korupsi, suap, dan penyalahgunaan sistem

Jika kapasitas-kapasitas tersebut telah dikuasai oleh para pihak berkepentingan di Kota Jambi, diharapkan akan tercipta sistem pengelolaan sampah berbasis 3R yang berkelanjutan di Kota Jambi.

Tahapan Proses

Proses pengembangan kapasitas, akan menjadi langkah awal dalam membekali parapihak agar bisa melakukan kampanye penerapan konsep 3R di Kota Jambi. Program pengembangan kapasitas sebaiknya dilakukan bertahap dalam waktu satu tahun, dengan menggunakan berbagai metode pelatihan.

Tahap selanjutnya adalah kampanye penerapan sistem pengelolaan sampah berbasis 3R di Kota Jambi. Kampanye akan harus melibatkan semua pihak, dengan para lulusan pengembangan kapasitas sebagai tim inti. Kampanye akan dilakukan selama dua tahun, dengan metode yang integratif dan kreatif.

Jika kampanye telah berhasil meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan para pihak, maka untuk selanjutnya pemerintah kota Jambi akan menyediakan tim untuk mendampingi berbagai pihak, dalam memulai penerapan konsep 3R seutuhnya dalam pengelolaan sampah di Kota Jambi. Pendampingan sebaiknya dilakukan selama dua tahun, untuk memastikan parapihak siap untuk mendukung sepenuhnya pengelolan sampah berbasis 3R di Kota Jambi.

Setelah tahapan-tahapan tersebut, sebaiknya pihak DKPP Kota Jambi bertugas untuk mengkoordinasikan proses harmonisasi sistem pengelolan sampah dari tingkat komunitas hingga tingkat Kota, hingga tercapainya Kota Jambi yang bersih dan sehat di tahun 2027. Berikut adalah gambar tahapan-tahapan tersebut:

Halaman IV-63

DON’T NOT COPY

REKOMENDASI TAHAPAN PENERAPAN KONSEP 3R DI