Aspek Teknis Per Sektor
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
6.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan a Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini antara lain :
Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim ;
Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan ;
Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Directive Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI ;
Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan ;
Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin ;
Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh ;
Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun ; Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
pengembangan kawasan permukiman ;
Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Kemudian untuk isu strategis Kota Mojokerto yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018
Tabel 6.1. Isu-isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota Mojokerto
No Sektor/Kawasan Isu Strategis Pengembangan Lokasi
Pengembangan 1. Permukiman Pengembangan perumahan Perumnas
Surodinawan, Perumnas Pulorejo
Pengembangan kualitas permukiman Kelurahan Miji, Kelurahan Prajurit Kulon, dan Kelurahan Blooto
Sumber : RTRW Kota Mojokerto 2012 - 2032
b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian Kota Mojokerto dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni, terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di Kota Mojokerto (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota, maupun peraturan lainnya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.
Tabel 6.2. Peraturan terkait Pengembangan Permukiman di Kota Mojokerto
No Jenis Peraturan Keterangan Peraturan No. Peraturan Perihal Tahun
1. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 1 Perumahan dan
Kawasan Permukiman
2011
2. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 26 Penataan Ruang 2007
3. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Kawasan Siap
Bangun dan
Lingkungan Siap
Bangun Yang Berdiri Sendiri
1999
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 27 Penataan Ruang
Terbuka Hijau di Perkotaan 2007 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Pedoman Penyerahan Sarana, Prasarana dan Utilitas Perumahan dan Permukiman di Daerah 2009 6. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat
Nomor 34 Pedoman Umum
Penyelenggaraan Keterpaduan
Prasarana, Sarana
Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018
No Jenis Peraturan Keterangan Peraturan No. Peraturan Perihal Tahun
Dan Utilitas (PSU) Kawasan Perumahan 7. Peraturan Daerah
Kota Mojokerto
Nomor 4 Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Mojokerto 2012 - 2032 2012 8. Peraturan Walikota Mojokerto Nomor 6 a Pedoman Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan dan Permukiman di Kota Mojokerto 2011 9. SK Walikota Mojokerto
188.45/329/417.111/2013 Tim Teknis Kegiatan Koordinasi Penyelenggaraan Pengembangan Perumahan Kota Mojokerto 2013
Sebagai salah satu elemen yang mengindikasikan pertumbuhan dan perkembangan kota, maka perkembangan perumahan dan permukiman menjadi salah satu indikatornya. Secara keseluruhan jumlah rumah yang ada di Kota Mojokerto berjumlah ± 32.567 unit. Dari jumlah tersebut rumah yang terbanyak di Kecamatan Magersari sejumlah 16.902 unit, dengan distribusi tertinggi berada di Kelurahan Wates sebanyak 4.556 unit. Untuk Kecamatan Prajurit Kulon jumlah rumahnya adalah sebanyak 15.665, dengan distribusi terbanyak jumlah rumah ada di Kelurahan Kranggan sebanyak 4.311 unit. Lebih jelasnya mengenai jumlah rumah tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6.3. Jumlah Rumah Tiap Kelurahan di Kota Mojokerto
No Kecamatan / Kelurahan Jumlah Rumah (unit) 1 Kecamatan Prajurit Kulon
Surodinawan 1.757 Kranggan 4.311 Miji 1.756 Prajurit Kulon 1.843 Blooto 1.620 Mentikan 1.832 Kauman 744 Pulorejo 1.802 Sub Total 15.665 2 Kecamatan Magersari Meri 2.018 Gunung Gedangan 1.401
Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018
No Kecamatan / Kelurahan Jumlah Rumah (unit)
Kedundung 3.261 Balongsari 1.667 Jagalan 892 Sentanan 681 Purwotengah 492 Gedongan 508 Magersari 1.426 Wates 4.556 Sub Total 16.902 Total 32.567
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Mojokerto
Sedangkan untuk tipe atau pola permukiman yang terdapat di Kota Mojokerto adalah berupa Permukiman Informal. Permukiman informal adalah permukiman yang menempati tanah legal milik pemerintah yang dibangun atas hasil swadaya warga kota atau biasa disebut permukiman kampung (perumahan lama) yang merupakan permukiman yang sudah ada sejak zaman dahulu. Pengertian permukiman informal lainnya adalah perumahan yang dibangun tidak pada lahan yang diperuntukkan untuk membangun perumahan atau tidak mendapatkan izin pemilikan tanah dari pemerintah contohnya adalah huniar liar yang berada di stren sungai maupun disepanjang rel kereta api yang merupakan lahan milik PT. KAI. Kondisi permukiman informal dan marginal tersebut akan cenderung kumuh. Berdasarkan atas Buku Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Tingkat Kekumuhan (Dirjen Perumahan dan Permukiman, Departemen Permukiman dan Prasarana wilayah), suatu kawasan dapat dikatakan kumuh jika aspek - aspek lingkungan permukiman secara jelas menunjuk kepada keadaan tidak layak, kondisi kesehatan tidak memenuhi syarat, secara fisik bangunan kurang nyaman dan tidak aman, kepadatan bangunan tinggi, rawan terjangkit berbagai penyakit, tingkat pelayanan prasarana dan sarana lingkungan tidak memadai, serta membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuni.
Permukiman formal adalah permukiman yang diberi izin oleh pemerintah dalam skala luas dan biasanya dibangun oleh developer swasta ataupun pemerintah yang bekerjasama dengan developer untuk membantu warga kota dalam mendapatkan rumah. Permukiman formal ini juga dapat disebut sebagai perumahan massal meliputi perumahan yang biasanya berbentuk real estate atau kompleks yang dikembangkan oleh pengembang secara komersial.
Perkembangan hunian massal di Kota Mojokerto cukup pesat, kondisi tersebut dapat dilihat di lapangan beberapa hunian massal yang mulai berkembang di Kota Mojokerto diantaranya adalah Perumahan Griya Ijen, Perumahan Wates di Kelurahan
Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018
Wates, Perumahan Magersari Indah di Kelurahan Magersari, Griya Permata Meri (GPM) di Kelurahan Meri, Perumahan Kedundung Indah di Kelurahan Kedundung, Perum Kranggan Permai di Kelurahan Kranggan. Kemudian mengenai jumlah rumah sederhana sehat (RSH) di Kota Mojokerto dapat dilihat di tabel berikut.
Tabel 6.4. Data Jumlah Rumah Sederhana Sehat (RSH) Tiap Kelurahan di Kota Mojokerto
No Kecamatan / Kelurahan Jumlah Rumah Sehat Jumlah Rumah Tidak Sehat 1 Kecamatan Prajurit Kulon
Surodinawan 1.757 0 Kranggan 4.311 0 Miji 1.460 296 Prajurit Kulon 1.843 0 Blooto 1.620 0 Mentikan 1.512 320 Kauman 559 185 Pulorejo 1.363 439 Sub Total 14.425 1.240 2 Kecamatan Magersari Meri 1.985 33 Gunung Gedangan 1.355 46 Kedundung 3.052 209 Balongsari 1.577 90 Jagalan 626 266 Sentanan 561 120 Purwotengah 219 273 Gedongan 324 184 Magersari 1.426 0 Wates 2.997 1.559 Sub Total 14.122 2.780 Total 28.547 4.020
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Mojokerto 2012
c. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan yang terkait dengan perkembangan perumahan dan permukiman di Kota Mojokerto antara lain :
Pesatnya perkembangan permukiman oleh developer semakin mengurangi luasan lahan pertanian khususnya sawah teknis.
Berkembangnya pembangunan rumah pada kawasan sempadan/Squater.
Untuk lebih detail masalah pengembangan permukiman per kecamatan di Kota Mojokerto yaitu :
Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018
Kecamatan Prajurit Kulon
Kecamatan Prajurit Kulon mempunyai luas sebesar 775,8 Ha, dengan kepadatan penduduk sebesar 7.838 jiwa/km². Kepadatan tertinggi berada di Kelurahan Mentikan sebesar 39.621 jiwa/km², kemudian untuk kepadatan terendah berada di Kelurahan Blooto sebesar 3.267 jiwa/km², kesenjangan ini jika dibiarkan maka dapat berdampak pada rawan akan menurunnya kondisi lingkungan di kelurahan yang memiliki kepadatan hunian tinggi. Secara umum bahwa permasalahan perumahan dan permukiman di Kecamatan Prajurit Kulon lebih banyak menunjukkan permasalahan kualitas, terutama dalam hal permasalahan kualitas fisik. Prosentase cakupan rumah layak huni pada Kecamatan Prajurit Kulon adalah 95,5% dan rumah tidak layak huni sebanyak 4,5%. Sehingga dalam upaya meningkatkan cakupan rumah layak huni sebesar 100%, dibutuhkan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman, khususnya kawasan kumuh. Permasalahan lain yang terkait perumahan dan permukiman di Kecamatan Prajurit Kulon adalah permasalahan yang tidak sesuai dengan tata ruang seperti permasalahan di daerah genangan, permasalahan di sempadan sungai serta permasalahan di bantaran rel kereta api.
Dari permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penertiban sedini mungkin di kawasan tersebut agar jangan sampai proses ini menjadi semakin komplek.
Kecamatan Magersari
Kecamatan Magersari merupakan kecamatan yang paling luas yaitu sebesar 870,3 Ha, dengan kepadatan penduduk sebesar 8.437 jiwa/km². Kepadatan tertinggi berada di Kelurahan Jagalan sebesar 20.881 jiwa/km², kemudian untuk kepadatan terendah berada di Kelurahan Gunung Gedangan sebesar 3.952 jiwa/km². Secara umum bahwa permasalahan perumahan dan permukiman di Kecamatan Magersari terdiri dari permasalahan kualitas fisik, permasalahan yang tidak sesuai dengan tata ruang seperti permasalahan di daerah genangan, permasalahan di sempadan sungai serta permasalahan di bantaran rel kereta api.
Prosentase cakupan rumah layak huni di Kecamatan Magersari adalah 96% dan rumah tidak layak huni sebanyak 4%. Sehingga dalam upaya meningkatkan cakupan rumah layak huni sebesar 100%, dibutuhkan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman, khususnya kawasan kumuh. Melihat kondisi permukiman yang ada di Kecamatan Magersari maka dibutuhkan kegiatan-kegiatan penanganan permukiman kumuh yang ada.
Sedangkan tantangan terkait dengan perkembangan perumahan dan permukiman di Kota Mojokerto adalah :
Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018
Memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Mojokerto ;
Mengurangi kesenjangan pelayanan prasarana dan sarana antar tingkat golongan masyarakat di Kota Mojokerto ;
Menyediakan prasarana dan sarana perumahan dan permukiman yang serasi dan berkelanjutan ; serta
Mengelola pembangunan perumahan dan permukiman secara efektif dan efisien di Kota Mojokerto.