• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGY IMPLEMENTATION : LEADERSHIP AND CULTURAL

Dalam dokumen Buku Manajemen Strategi PT. GarudaFood (Halaman 66-73)

Kepemimpinan

Kepemimpinan didefinisikan sebagai ”kegiatan yang mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan kelompok” (Terry dalam Anoraga & Suryati, 1993: 186).

Organisasi masa depan yang mampu bertahan adalah organisasi yang memiliki kepemimpinan yangefektif. Pemimpin yang efektif memiliki 10 karakteristik: 1) mengembangkan, melatih, dan mengayomi bawahan; 2) berkomunikasi secara efektif dengan bawahan; 3) memberi informasi kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan perusahaan dari mereka; 4) menetapkan standar hasil kerja yang tinggi; 5) mengenali bawahan serta kemampuannya; 6) memberi peranan kepada para bawahan dalam proses pengambilan keputusan; 70 selalu memberi informasi kepada para bawahan mengenai kondisi perusahaan; 8) wasapada terhadap kondisi moral perusahaan dan selalu berusaha untuk meningkatkannya; 9) bersedia melakukan perubahan dalam melakukan sesuatu, dan 10) menghargai prestasi bawahan (Purnama, 2000: 59).

Hubungan yang ditemukan antara perilaku efektif seorang pemimpin cukup kuat dalam banyak kasus dibanding hubungan antara sifat-sifat pemimpin dan efektifitasnya (dalam Wexley & Yulk, 1992: 197).

Berikut pendekatan umum untuk mengembangkan kepemimpinan organisasi.

1. Seleksi atau pendekatan yang beranggapan bahwa terdapat kemungkinan untuk mengidentifikasikan potensi-potensi pemimpin yang efektif, baik antara bawahan yang dapat dipromosikan maupun di antara pelamar dari luar yang dapat dikontrak untuk mengisi posisi kepemimpinan.

Manajemen Strategi | PT. GarudaFood 67 2. Latihan dan pengembangan manajemen yang beranggapan bahwa terdapat

kemungkinan untuk mengidentifikasi dan mengajar kecakapan dan perilaku kepemimpinan yang diperlukan.

3. Mengubah situasi kepemimpinan secara langsung yang mencakup perubahan, seperti iklim organisasi, kekuasaan posisi serta lingkup wewenang pemimpin, banyaknya bawahan dan tipe pekerjaan bawahan.

Gaya Kepemimpinan

Perilaku dan sikap pemimpin terhadap kelompok dan proses kelompok merupakan gaya kepemimpinan yang dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Pemimpin otoriter menjalankan pengendalian, pengarahan dan pengawasan yang tinggi.

2. Pemimpin yang demokratis mencari kerja sama dan partisipasi dari anggota kelompok. Pemimpin demokratis memberikan pengarahan dan instruksi sesuai kebutuhan, mendorong kelompok untuk mengembangkan atau menyarankan prosedur, menerapkan metode operasional dan pola komunikasi yang mengalir bebas.

3. Pemimpin yang nondirektif berusaha untuk merangsang kelompok untuk melakukan pengarahan diri. Pemimpin yang nondirektif tidak memaksakan gagasan atau keyakinan kepada kelompok.

4. Pemimpin laissez-faire menjalankan sedikit pengendalian dan pengarahan terhadap kegiatan kelompok. Anggota kelompok yang berada di bawah pemimpin laissez-faire memiliki kebebasan yang tinggi, tetapi mungkin tidak menyelesaikan tugas yang diberikan secepat anggota dari pemimpin jenis pertama dari ketiga jenis pemimpin tadi.

Budaya organisasi

Pemimpin adalah manajer informasi karena menghubungkan unit-unit organisasi melalui pengkomunikasian informasi antara kelompok dan individu. Pemimpin mendapatkan kerja sama di antara kelompok dan berusaha mencegah atau berurusan dengan konflik demi kesatuan dan produktifitas organisasi (curtis, 2000: 147-183).

Manajemen Strategi | PT. GarudaFood 68 Budaya organisasi adalah suatu pola asumsi dasar dari pembagian pembelajaran kelompok, seperti pemecahan masalah yang berkaitan dengan adaptasi eksternal dan internal (Schein dalam Taliziduhu Ndraha, 1997: 43); nilai dan praktik yang dimiliki bersama di seluruh kelompok dalam suatu perusahaan, setidaknya dalam manajemen senior (Kotter & Heskett, 1992: 6); seperangkat nilai, norma, persepsi dan pola perilaku yang diciptakan atau dikembangkan dalam sebuah perusahaan untuk mengatasi masalah, baik menyangkut adaptasi eksternal maupun integrasi secara internal (Cheki dalam Sunuantari, 2000: 15). Keberdaaan budaya tersebut menurut Schein terdiri dari tiga tingkatan: artefak yang ditentukan pada permukaan: nilai dan norma perilaku (dalam Hatch, 1997: 211).

Budaya organisasi mengandung unsur-unsur keseluruhan yang dapat dirasakan dan dialami dalam kehidupan organisasi, yakni:

1) nilai, kepercayaan, dan norma ketentuan yang dihayati bersama;

2) mitos, cerita, dan ungkapan bahasa tertentu tentang sisi manusiawi pimpinan, pencapaian kedudukan puncak, penanganan penyimpangan atau menghadapi berbagai hambatan;

3) upacara dan perayaan dalam pelantikan, kenaikan pangkat, penurunan pangkat, pembaharuan, peredaman konflik, dan integrasi ke dalam sistem,

4) interaksi simbolik berbagai inti dan proses manajerial (Hardjana).

Jalan keluar untuk memecahkan masalah cenderung menjadi sebagian dari budaya, meskipun berasal dari per orangan atau kelompok dan dari tingkat bawah atau puncak organisasi. Dalam perusahaan dengan budaya kuat, gaagasan sering dihubungkan dengan pendiri atau pemimpin awal sebagai suatu divisi, strategi bisnis atau ketiga-tiganya (Kotter dan Heskett, 1992: 6-7).

Denison menunjukkan empat jenis budaya yang dapat dikembangkan perusahaan sehubungan dengan strategi dan keadaan lingkungan sebagai berikut.

1. Budaya adaptasi atau budaya yang ditandai oleh lingkungan yang tidak stabil dengan strategi terfokus pada kegiatan ekstern. Pada budaya adaptasi ini orang-orang dalam perusahaan diarahkan untuk dapat

Manajemen Strategi | PT. GarudaFood 69 mendukung kapasitas organisasi untuk menangkap tanda-tanda dan menafsirkan tindakan terhadap perubahan lingkungan ke dalam perilaku baru. Perusahaan yang menganut budaya ini memerlukan tanggapan yang segera untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.

2. Budaya misi atau budaya yang ditandai oleh keadaab lingkungan yang relatif stabil. Dalam keadaan lingkungan yang stabil, perusahaan mulai memperhatikan orang-orang di,luar perusahaan. Tujuannya adalah menyebarkan visi pada khalayak. Visi tersebut memberi arti bagi para anggota dengan mendefinisikan secara jelas perannya dalam perusahaan. 3. Budaya partisipatif, yakni budaya yang memfokuskan pada keterlibatan

seluruh orang dalam perusahaan terhadap perubahan dalam lingkungan yang labil. Perusahaan membangkitkan inisiatif para karyawan agar terlibat dalam kebersamaan melalui rasa tanggung jawab dan rasa memiliki serta komitmen yang tinggi terhadap perusahaan. Rasa kepemilikan dikembangkan melalui profit sharing atau gain sharing. 4. Budaya konsisten atau budaya yang dikembangkan dalam lingkungan

yang stabil. Perusahaan memfokuskan strategi ke arah intern perusahaan. Simbol kepahlawanan dan protokoler yang didesain khusus dimaksudkan untuk mendukung kerja sama, tradisi dan mengikuti kebijakan perusahaan dalam mencapai sasaran tertentu. Dalam perusahaan ini, keterlibatan individu tidak terlalu menonjol, tetapi diimbangi dengan niat baik untuk menyesuaikan diri dan kerja sama antaranggota. Keberhasilan perusahaan ditimbulkan oleh hubungan antara bagian-bagian dan manusianya yang saling bersatu dan efisien (dalam Kasali, 1994: 112-113).

Komunikasi yang terjalin baik memudahkan manajemen untuk menanamkan budaya perusahaan, disepakati oleh seluruh karyawan. Semua pihak mengerti dan memahami budaya perusahaan mereka, baik anggota baru maupun lama. Singkatnya, komunikasi efektif sangat menunjang keberhasilan organisasi, karena pengertian masing-masing pihak memudahkan hal yang dikomunikasikan untuk dimenerti, dipikirkan dan dilaksanakan.

Manajemen Strategi | PT. GarudaFood 70

Kepemimpinan dan budaya yang diterapkan oleh pimpinan PT. Garuda Food

Chief Executive Officer (CEO) Garudafood Group, ini terpilih sebagai salah satu “CEO Idaman 2005” versi majalah Warta Ekonomi. Sebelumnya, pria kelahiran Rembang 20 Maret 1956, ini terpilih sebagai Entrepreneur of the Year (EoY) 2004 versi Ernst & Young. Sudhamek AWS pun menjadi salah satu dari 34 peserta kontes World Entrepreneur of the Year (WEOY) 2005 di Monte Carlo, Monaco 28 Mei 2005.

Dinilai memiliki karakter entrepreneur sukses dan tangguh, Sudhamek dinobatkan sebagai Entrepreneur of the Year (EoY) 2004 versi Ernst & Young setelah menyisihkan finalis lainnya oleh Dewan juri yang terdiri dari Mari Pangestu, Eva Riyanti Hutapea, Noke Kiroyan, Stanley Atmadja dan Sihol Siagian.

Dewan juri juga menetapkan, pria kelahiran Rembang 20 Maret 1956 itu berhak mewakili Indonesia dalam forum World Entrepreneur of The Year (WEOY) di Monte Carlo, Monaco, 28 Mei 2005.

Pada gelanggang CEO terbaik sedunia, World Entrepreneur of the Year (WEOY) 2005 yang diikuti 34 peserta pemenang di tingkat negara (country winners), itu Sudhamek AWS membawa misi mengharumkan nama bangsa. Dia memaparkan visi Garudafood dalam hal komitmen, keterlibatan (partisipasi), dan menjadi model.

Paparannya mengtundang pujian dari sejumlah peserta. Sebab meski Garudafood menjadikan kacang sebagai bisnis inti, karyawannya mencapai 16.000 orang dan melibatkan lebih kurang 3.000 petani. Produk Kacang Garuda saat ini bahkan telah menjangkau lebih dari 25 negara di lima benua.

Sudhamek seperti dilaporkan harian Kompas dari Paris Minggu pagi (29/5/2005) menyatakan, ia bangga menjadi wakil Indonesia di forum dunia itu. Ia bangga bisa menerangkan tentang sebuah perusahaan yang dimulai dari bawah, kemudian bisa berkembang sedemikian rupa karena menekankan kebersamaan, kejujuran, inovasi, reputasi, dan kredibilitas.

Sebelumnya, tahun 2004, Sudhamek AWS juga termasuk dalam urutan 10 Besar CEO Idaman para eksekutif perusahaan besar. Yakni: (1). Budi Setiadharma (Presdir PT Astra International Tbk.) 4,63%; (2). Anthony Salim

Manajemen Strategi | PT. GarudaFood 71 (Presdir PT Indofood Sukses Makmur Tbk) 12,89%; (3). Kristiono (Dirut PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.) 11,85%; (4). Sigit Pramono (Dirut PT Bank BNI Tbk) 5,57%; (5). Hilmi Panigoro (Presdir PT Medco Energi International Tbk) 5,23%; (6). Djohan Emir Setijoso (Dirut PT Bank Central Asia Tbk.) 3,83%; (7). Maurits Lalisang (Presdir PT Unilever Indonesia Tbk) 3,48%; (8). Sudhamek AWS (Presdir/CEO PT Garudafood) 3,48%; (9). Agus Martowardojo (Dirut PT Bank Mandiri Tbk.) 2,79%; (10).Widya Purnama (Dirut PT Pertamina) 2,79%. (WARTA EKONOMI No.12/XVII/13 Juni 2005)

Best of the Best

Di bawah kendali kepemimpinannya, Kacang Garuda dari Garudafood Group berhasil meraih predikat “Best of the Best ICSA 2005”. Sebab inilah keenam kalinya Kacang Garuda meraih Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA) Predikat “Best of the Best" ini diberikan hanya kepada merek-merek yang berhasil meraih dan mempertahankan anugerah kepuasaan pelanggan Indonesia atau Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA) tiga kali berturut-turut atau lebih. Sebelumnya Kacang Garuda telah meraih ICSA pada tahun 2000, 2001, 2002, 2003, dan 2004.

Menurut Budiman, Head of Marketing Garudafood Group, sukses Kacang Garuda mempertahankan ICSA untuk keenam kalinya merupakan hasil dari jerih payah dan konsistensi perusahaan dalam mempertahankan kualitas produk. “Kami juga bertekad selalu memberikan yang terbaik bagi para penggemar Kacang garuda terutama dalam hal kualitas produk dan kepuasan pelanggan,” ungkap Budiman di Jakarta (30/9).

Sukses meraih ICSA hingga enam kali dan predikat “Best of the Best ICSA” bagi Kacang Garuda semakin mempertegas dominasinya di pasar kacang bermerek nasional. Hal ini dicapai berkat inovasi yang terus dilakukan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan. Hingga kini Kacang Garuda masih menjadi market leader di pasar kacang bermerek.

ICSA sendiri bisa menjadi tolok ukur pertumbuhan sebuah industri, termasuk industri makanan dan minuman serta distribusi yang digeluti Garudafood Group. Maklum, jika semua produsen berlomba-lomba memberikan kepuasan terbaik bagi para pelanggannya, maka produsen pun akan mendapat

Manajemen Strategi | PT. GarudaFood 72 manfaatnya.

Bagi Garudafood, keberhasilan meraih predikat “Best of the Best ICSA” pada tahun 2005 ini merupakan tantangan untuk terus berinovasi dalam hal strategi dan pengembangan produk, yang bisa memberi nilai tambah (added value) dan kepuasan bagi pelanggan (customer satisfaction).

Sejak dua tahun terakhir Kacang Garuda juga mengusung sederet program terkait dengan tekadnya sebagai “Health Icon”. Untuk itu Kacang Garuda menjalin kerjasama dengan Yayasan Jantung Indonesia (YJI) dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi).

ICSA merupakan anugerah yang digelar Frontier (lembaga riset independen ternama) dan majalah SWA untuk produk yang mampu memberi kepuasan kepada pelanggan. Tingkat kepuasan pelanggan itu sendiri diukur melalui tiga faktor, yakni kepuasan terhadap kualitas produk/layanan (QSS), dan kepuasan terhadap harga berdasarkan kualitas yang diterima (VSS), serta persepsi bahwa salah satu merek dinilai terbaik secara keseluruhan dibanding merek lainnya (PBS). ICSA 2005 didasarkan pada hasil survey atas 10 ribu responden berusia 15-65 tahun yang tersebar di enam kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar) periode Juni-Juli 2004.

Manajemen Strategi | PT. GarudaFood 73

BAB 12

Dalam dokumen Buku Manajemen Strategi PT. GarudaFood (Halaman 66-73)