• Tidak ada hasil yang ditemukan

Structural Equation Modelling (SEM) dan Partial Least Squares (PLS) 1. Definisi Structural Equation Modelling (SEM)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2.3.3. Structural Equation Modelling (SEM) dan Partial Least Squares (PLS) 1. Definisi Structural Equation Modelling (SEM)

Structural Equation Modelling (SEM) merupakan suatu teknik modeling statistika yang mampu menganalisi hubungan peubah laten, peubah indikator dan kesalahan pengukuran secara langsung. Disamping hubungan kausal searah, metode SEM memungkinkan untuk menganalisis hubungan dua arah (Ghozali, et al. 2005). Variabel laten adalah variabel-variabel yang yang tidak dapat diobservasi, sehingga tidak dapat diukur secara langsung. Pengamatan pada variabel laten melalui efek pada variabel-variabel terobservasi. Variabel terobservasi adalah indikator-indikator yang dapat diukur (Ghozali, et al. 2005).

Dalam model SEM, variabel laten berdasarkan fungsinya dibagi menjadi dua, yaitu : variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel eksogen adalah suatu variabel yang tidak dapat dipengaruhi oleh variabel lain (atau disebut variabel independen didalam model regresi). Variabel endogen adalah variabel yang dapat dipengaruhi variabel lain. Dalam SEM, variabel endogen dapat berperan menjadi

variabel independen apabila variabel tersebut dapat mempengaruhi variabel lain (Ghozali, et al. 2005).

2. Covariance Based SEM (CBSEM) dan Partial Least Squares (PLS)

SEM dikembangkan berdasarkan 2 (dua) kelompok yaitu SEM berbasis kovarian (CBSEM) yang diwakili oleh LISREL dan SEM berbasis varian atau

component yang paling dominan adalah Partial Least Squares (PLS). CBSEM mengharuskan dalam bentuk variabel laten dimana indikatornya bersifat refleksif yaitu indikator atau manifest dipandang variabel yang dipengaruhi oleh variabel laten (Ghozali, 2008). Masih menurut Ghozali (2008) sesungguhnya indikator dapat dibentuk dalam bentuk formatif indikator model, yaitu indikator dipandang sebagai variabel yang mempengaruhi variabel laten. Perbedaan utama CBSEM dan PLS adalah pada CBSEM model yang dianalisis harus dikembangkan berdasarkan pada teori yang kuat dan bertujuan untuk mengkonfirmasi model dengan data empirisnya. Sedangkan PLS lebih menitikberatkan pada model prediksi sehingga dukungan teori yang kuat tidak begitu menjadi hal terpenting (Ghozali, 2008). CBSEM bertujuan memberikan pernyataan tentang hubungan kausalitas atau memberikan deskripsi mekanisme hubungan kausalitas (sebab-akibat). Sedangkan PLS bertujuan mencari hubungan linear prediktif antar variabel (Ghozali, 2008).

Menurut Ghozali (2008), masalah yang muncul dalam penggunaan

Covariance Based SEM antara lain : (1) terjadinya improper solution karena adanya nilai variance yang negatif (Heywood case), (2) factor indeterminacy yang mengakibatkan program tidak memberikan hasil analisis karena model

unidentified, dan (3) Non-covergence algorithm. Jika hal ini terjadi maka tujuan penelitian diturunkan, tidak lagi mencari hubungan kausalitas antara variabel menjadi hubungan linear prediktif optimal.

3. Bentuk Structural Equation Modelling (SEM) - Partial Least Squares (PLS)

PLS ditemukan dan dikembangkan oleh Wold sebagai metode umum untuk mengestimasi path model yang menggunakan konstruk laten dengan multipel indikator (Ghozali, 2008). Wold (1985) seperti yang dikutip oleh Ghozali (2008)

menyatakan bahwa PLS merupakan metode analisis yang powerfull, karena tidak didasarkan banyak asumsi, data tidak harus berdistribusi normal multivariate

(indikator dengan skala kategori ordinal, interval sampai ratio dapat digunakan pada model yang sama), sampel tidak harus besar. PLS dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori dan juga untuk menjelaskan ada atau tidak adanya hubungan antar variabel laten. PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif dan indikator formatif. Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari 3 (tiga) set hubungan, yaitu :

a. Inner Model (Inner relation, structural model dan substantive theory)

Menspesifikasi hubungan antar variabel laten berdasarkan pada teori. Model struktural dievaluasi dengan melihat nilai R-Square untuk konstruk laten dependen, Stone Geisser Q-square test untuk predictive relevance dan uji t, serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Perubahan nilai

R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen terhadap variabel laten dependen. Interpretasinya sama dengan interpretasi pada analisis regresi.

b. Outer Model (Outer Reletion atau Measurement Model) yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten dengan indikator. Outer Model terdiri dari 2 (dua) macam mode, yaitu mode reflective (mode A) dan mode formative (mode B). Mode reflektif merupakan relasi dari peubah laten ke peubah indikator atau ”effect”. Mode formatif adalah relasi dari perubah indikator membentuk peubah laten ”causal”. Model pengukuran dengan indikator reflesi dievaluasi dengan Convergent Validity dan Discriminant Validity dari indikatornya. Convergent Validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dengan penilaian didasarkan pada korelasi antara item score dengan construk score. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingin diukur.

Discriminat validity dari model pengukuran dengan indikator refleksif dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal itu menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada ukuran pada blok lainnya. Cara lain adalah melihat

nilai square root of average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik (Fornell dan Larcker,1981 dalam Ghozali, 2008). Selain itu dievaluasi juga compositre reliability dari blok indikator. Composite reliabilty

blok indikator yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam ukuran yaitu internal consistensy dan Cronbach’s Alpha.

c. Weight Relation, Inner dan Outer model memberikan spesifikasi yang diikut i dalam estimasi algoritma PLS. Nilai kasus untuk setiap varibel laten dapat diestimasi.

Gambar 1. Langkah - langkah Analisis PLS

Menurut Chin, 1998 seperti yang dikutip Ghozali (2008) menyatakan bahwa karena PLS tidak mengasumsikan adanya distribusi tertentu untuk estimasi parameter, maka teknik parametrik untuk menguji signifikansi parameter tidak diperlukan. Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukutan prediksi yang mempunyai sifat non parametrik.

Merancang Model Struktural (inner model)

Merancang Model Pengukuran (outer model)

Mengkonstruksi Diagram Jalur

Konversi Diagram Jalur ke Sistem Persamaan

Estimasi: Koef. Jalur, Loading dan Weight

Evaluasi Goodness of Fit

4. First Order Konstruk dan Second Order Konstruk

Kadangkala konstruk laten dalam penelitian dengan menggunakan Partial Least Squares (PLS) merupakan konstruk laten dengan multidimensi (Ghozali, 2008). Misalnya konstruk kepuasan kerja dapat diukur dengan lima dimensi yaitu pekerjaan, atasan, teman sekerja, gaji dan promosi. Masing-masing dimensi diukur dengan indikator-indikator. Kelima dimensi tersebut disebut first order

konstruk dan konstruk kepuasan kerja merupakan second order konstruk. Cara menganalisis second order konstruk menggunakan repeated indicators approach

atau juga dikenal dengan hierarchical component model.

Gambar 2. Repeated Indicators Approach

Dalam pendekatan repeated indicators, ukuran indikator atau item digunakan dua kali. Pertama untuk mengukur first order component (Y1 dan Y2) dan kedua untuk mengukur second order konstruk laten (X) yang sekaligus diukur juga oleh first order component. (Chin et. al, 1996 dalam Ghozali 2006).

2.4.Perumusan Hipotesa

Hipotesa yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Organizational justice (keadilan organisasi) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Komitmen Organisasi pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor.

2. Organizational justice (keadilan organisasi) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Organizational Citizenship Behaviour (OCB) pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor.

3. Komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Organizational Citizenship Behaviour (OCB) pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor. Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 X Y2 Y1 Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6

BAB. III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Kerangka Konseptual

PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan masyarakat dimana masalah penyediaan dan pendistribusian air bersih di Kota Bogor merupakan tugas dan tanggung jawab dari perusahaan ini. Visi dari PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor adalah menjadi perusahaan terdepan dibidang pelayanan air minum. Sedangkan misinya adalah memberikan kepuasan pelayanan air minum secara berkesinambungan kepada masyarakat sesuai standar kesehatan yang ada dengan mempertimbangkan keterjangkauan masyarakat dan berperan sebagai penunjang otonomi daerah serta meningkatkan sumber daya manusia secara maksimal. Motto kerja PDAM Tirta Pakauan Kota

Bogor adalah “Handal dalam pekerjaan, prima dalam pelayanan”. Untuk

mencapai visi dan misinya PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor memerlukan peran serta dari SDM-SDM yang handal dibidangnya untuk dapat menjalankan tanggungjawab diatas.

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang penting bagi organisasi karena merupakan unsur yang mengendalikan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan organisasi dalam menghadapi berbagai tuntutan zaman. Sehingga diperlukan strategi dari organisasi untuk mengelola sumber daya manusia secara optimal. Hal ini bertujuan untuk menciptakan SDM-SDM yang handal dibidangnya sehingga dapat berkinerja secara lebih baik.

Untuk dapat berkinerja dan berproduktifitas dengan lebih baik salah satunya harus didahului dengan adanya keadilan dalam organisasi. Hal ini perupakan sesuatu yang penting karena karena karyawan yang merasakan keadilan dalam organisasi cenderung akan berkomitmen pada organisasi dan menampilkan perilaku-perilaku yang jauh melebihi dari yang disyaratkan oleh organisasi dalam rangka mencapai visi dan misi organisasi. Dengan kata lain karyawan tersebut menampilkan perilaku ekstra peran atau organizational citizenship behavior

(OCB). Penerapan keadilan dalam organisasi secara lebih baik penting untuk menjadi perhatian dan pertimbangan organisasi agar tercipta komitmen karyawan pada organisasi dan organizational citizenship behavior (OCB) yang optimal.

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Konseptual

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian

Visi, Misi,Tujuan Organisasi

Strategi SDM SDM Handal Organizational Citizenship Behavior (OCB) Komitmen Organisasi Keadilan Organisasi

Visi, Misi dan tujuan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor

Tanggung Jawab Organisasi

Satuan Pengawasan Intern Litbang dan PDE Bina Mitra Perlengka-pan

Keuangan Humas Sumber

Daya Manusia Produksi Transisi dan distribusi Perencana an dan Supervisi Faktor-faktor Organizational Justice: 1. Distributive Justice 2. Procedural Justice Faktor-faktor Komitmen Organisasi: 1. Afektif commitment 2. Continuencecommitment 3. Normatif commitment Faktor-faktor OCB: 1. Obedience (kepatuhan) 2. Loyality (loyalitas) 3. Participation (partisipasi)

Deskriptif SEM dengan PLS

Mengetahui tingkat komitmen dan OCB berdasarkan karakteristik (usia, jenis kelamin, jabatan, dll)

Analisis penerapan Organizational Justice terhadap komitmen organisasi dan OCB

Implikasi bagi pimpinan organisasi dimana dengan menerapkan organizational justice

secara baik diharapkan komitmen karyawan pada organisasi dan organizational citizenship behavior akan tercipta di PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor.

3.2. Kerangka Operasional

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini digolongkan dalam dua jenis variabel yaitu variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel eksogen atau dikenal juga sebagai independent variabel adalah variabel yang tidak diprediksi oleh variabel lain dalam model. Sementara variabel endogen adalah variabel yang dapat memprediksi satu atau beberapa variabel endogen lain. Keadilan organisasi (X) merupakan variabel eksogen, komitmen organisasi (Y1) adalah variabel intervening atau variabel antara. Komitmen organisasi selain menjadi variabel endogen, juga menjadi variabel eksogen karena komitmen karyawan pada organisasi dapat mempengaruhi Organizational citizenship behavior (OCB). Organizational citizenship behavior (OCB) (Y2

1. Keadilan Organisasi (X)

) merupakan variabel endogen atau variabel terikat.

Keadilan organisasi merupakan sebuah ukuran dari tingkat kewajaran yang diterima oleh karyawan sehubungan dengan pengambilan keputusan. Indikator dalam penelitian ini berasal dari teori keadilan organisasi yang dikembangkan oleh Niehoff and Moorman (1993). Indikator ini telah diuji dengan reliabilitas di atas 0,90 untuk semua tiga dimensi. Indikator-indikator keadilan organisasi adalah:

a) Distributive justice (X1

b) Procedural justice (X

). yaitu mencerminkan kewajaran hasil yang dirasakan dari yang diterima karyawan. Distributive justice diukur dengan lima item menilai kewajaran hasil kerja yang berbeda, termasuk tingkat pembayaran, jadwal kerja, beban kerja, dan tanggung jawab pekerjaan.

2). berkaitan dengan persepsi keadilan tentang prosedur yang digunakan untuk menentukan hasil tersebut. Procedural justice diukur dengan item yang dirancang untuk menyadap baik prosedur formal dan keadilan interaksional. Prosedur formal (enam item) mengukur sejauh mana keputusan-keputusan pekerjaan yang diasuransikan termasuk mekanisme pengumpulan informasi yang akurat dan tidak bias, pendapat karyawan, dan proses banding. Keadilan interaksional (sembilan item) mengukur sejauh mana karyawan merasa kebutuhan mereka dianggap, dan penjelasan yang memadai telah dibuat untuk keputusan pekerjaan.

2. Komitmen Organisasi (Y1

Komitmen organisasi merupakan sikap positif dan kesetiaan yang ditunjukan oleh karyawan pada organisasi secara terus menerus dalam rangka mendukung kesuksesan organisasi. Adapun indikator komitmen organisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

)

a. Afektif commitment (Y1-1

1) Senang berkarir di organisasi

). Bentuk keterikatan emosional, pengidentifikasian diri, dan keterlibatan karyawan dalam suatu organisasi, misalnya:

2) Merasa masalah organisasi merupakan bagian dari pegawai 3) Memiliki rasa yang kuat pada organisasi

4) Terikat secara emosional dengan organisasi 5) Merasa bagian dari keluarga organisasi

6) Merasa memiliki arti besar secara pribadi pada organisasi. b. Normatif commitment (Y1-2

1) Kewajiban bersama atasan

). Komitmen yang menunjukkan suatu perasaan tanggung jawab karyawan untuk tetap berada di dalam perusahaan yang disebabkan oleh adanya tekanan dari pihak lain di organisasi yang menginginkan agar individu tetap berkerja di organisasi, misalnya:

2) Merasa tidak tepat meninggalkan organisasi 3) Merasa bersalah jika meninggalkan organisasi 4) Kelayakan organisasi menerima loyalitas pegawai 5) Merasa memiliki tanggung jawab pada organisasi 6) Merasa berhutang budi pada organisasi.

c. Continuence commitment (Y1-3

a) Kebutuhan tinggal di organisasi

). Merupakan kuatnya keinginan seseorang untuk terus bekerja pada organisasi, karena tidak dapat melakukan hal lain, misalnya:

b) Merasa sulit meninggalkan organisasi

c) Merasa terganggu jika meninggalkan organisasi d) Tidak memiliki pilihan keluar dari organisasi

e) Merasa harus memberikan kontribusi pada organisasi f) Konsekuensi negatif meninggalkan organisasi

3. Organizational Citizenship Behavior (OCB) (Y2

Organizational Citizenship Behaviour (OCB) adalah perilaku-perilaku yang dilakukan oleh karyawan yang tidak secara tegas diberi penghargaan apabila mereka melakukannya dan juga tidak akan diberi hukuman apabila mereka melakukannya. Indikator-indikator Organizational Citizenship Behaviour (OCB)

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

)

a) Obedience (kepatuhan); (Y2-1

Menunjukkan rasa hormat, patuh pada seluruh peraturan organisasi, termasuk didalamnya adalah struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, kebijakan-kebijakan personalia dan proses perilaku yang mencerminkan kepatuhan dalam organisasi, dapat pula ditunjukkan oleh ketepatan waktu masuk kerja dan penyelesaian tugas dan tindakan penyusutan terhadap sumber atau aset organisasi, dengan indikator pengukuran :

)

- Datang tepat waktu.

- Patuh terhadap peraturan organisasi dan instruksi kerja. - Menjaga kebersihan lingkungan kerja.

- Berusaha menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin. - Berusaha memenuhi deadline tugas.

b) Loyality (loyalitas); (Y2-2

Menunjukkan kesetiaan kepada organisasi secara menyeluruh, termasuk usaha mempertahankan organisasi dalam menghadapi ancaman, memberikan sumbangan yang dapat menimbulkan reputasi bagus bagi organisasi, memperluas fungsi kemakmuran yang sempit, yaitu dengan melakukan pelayanan terhadap kepentingan dari suatu komunitas, dengan indikator pengukuran :

)

- Secara sukarela bersedia bekerja lembur - Berusaha mengetahui informasi terbaru - Menjaga tugas rahasia dari karyawan - Tanggung jawab dalam melaksanakan tugas

- Melaporkan tindakan-tindakan penyelewengan dalam organisasi. c) Participation (partisipasi); (Y2-3)

Secara penuh dan bertanggung jawab terhadap keterlibatannya dalam keseluruhan proses organisasi, dengan indikator pengukuran :

- Memberikan saran kreatif dan inovatif kepada rekan kerja - Memberikan pendapat secara jujur dan bertanggung jawab

- Memberi bantuan pada rekan lain saat menghadapi masalah pekerjaan - Menyelesaikan masalah sebelum diminta

- Berusaha mendapat pelatihan tambahan untuk meningkatkan kinerja.

3.3.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (eksplanatory) yaitu menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

3.4.Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2011 s/d September 2011, dan berlokasi di PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor.

3.5.Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui pengisian kuesioner dan wawancara dilokasi obyek penelitian. Dari jawaban yang diberikan responden tersebut, kemudian direkapitulasi kedalam tabel yang disesuaikan dengan metode analisis yang digunakan. Data sekunder yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian ini selain berasal dari data internal perusahaan juga melalui studi literatur.

3.6.Metode Penentuan Sampel