• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analysis Effect of Organizational Justice on Organizational Commitment and Organizational Citizenship Behavior (OCB) at PDAM Tirta Pakuan in Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analysis Effect of Organizational Justice on Organizational Commitment and Organizational Citizenship Behavior (OCB) at PDAM Tirta Pakuan in Bogor"

Copied!
222
0
0

Teks penuh

(1)

BEHAVIOR (OCB)

PADA

PDAM TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR

SARI DEWI

NRP/MAYOR : H251090051/MAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Analisis Pengaruh Organizational Justice (Keadilan Organisasi) terhadap Komitmen Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2012

(3)

Commitment and Organizational Citizenship Behavior (OCB) at PDAM Tirta Pakuan in Bogor. Under direction of SRI HARTOYO and SUKISWO DIRDJOSUPARTO.

A rapidly growing organization needs to be supported with high-performance human resources. High-performance employees demands behaviors that fit with the vision and mission of their organizations so that it is necessary to have formal description of appropriate behavior as well. The entire capabilities of the employee who is an interpersonal skill that is only displayed by certain individuals who attempted to show his or her best, so that the individual has excess capacity that required in the job. In other words, these individuals show extra-role behavior. Increased employee productivity and performance of an organization must be preceded by an increase in employee commitment to the organization, followed by an increase in organizational justice. From various previous studies, it is known that employees who feel justice will generally have a high commitment to the organization and optimal organizational citizenship behavior (OCB). Therefore this study aims to determine the effect of organizational justice and organizational citizenship behavior (OCB) to the commitment of employees in an organization.

The research was conducted in PDAM Tirta Pakuan Bogor, questionnaires used as a tool of analysis and had already given to 100 respondents divided into 10 groups of positions. Method of hypothesis test is done with Partial Least Square analysis (PLS) with all their latent reflective variable. Organizational justice measurement consists of 2 (two) types: distributive justice and procedural justice (Niehoff and Moorman, 1993).The three components of organizational commitment model and measurements from Allen and Meyer (1990) in Mahrani (2009) ie affective, normative and continuance commitment. Organizational Citizenship Behavior measurement consists of 3 (three) types: obedience, loyality and participation (Linn et.al, 1994) in Mahrani (2009). Hypothesis test results showed that organizational commitment is influenced by organizational justice with R2 values of 0.276, while the organizational citizenship behavior is influenced by organizational justice and organizational commitment with the value of R2 of 0.361. There is no significant influence on organizational justice of organizational citizenship behavior.

(4)

Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor. Dibawah bimbingan SRI HARTOYO dan SUKISWO DIRDJOSUPARTO.

Tantangan yang dihadapi oleh perusahaan/organisasi pada era perdagangan bebas adalah bagaimana menumbuhkan karyawan dengan produktifitas dan kinerja tinggi, yang merupakan hal penting bagi kelangsungan hidup organisasi. Suatu organisasi yang ingin berkembang pesat harus ditunjang oleh sumber daya manusia yang berkinerja tinggi. Kinerja karyawan yang tinggi menuntut perilaku yang sesuai dengan visi dan misi organisasinya sehingga diperlukan deskripsi formal tentang perilaku yang harus dikerjakan. Seluruh kemampuan yang dimiliki karyawan yang merupakan keterampilan interpersonal yang hanya ditampilkan oleh individu tertentu yang berusaha menampilkan yang terbaik, sehingga individu tersebut memiliki kemampuan yang lebih dari yang dipersyaratkan dalam pekerjaannya. Dengan kata lain, individu tersebut menampilkan perilaku extra-role. Perilaku extra-role dalam organisasi juga dikenal dengan organizational citizenship behavior (OCB). Peningkatan produktivitas dan kinerja karyawan dari suatu organisasi harus diawali dengan peningkatan komitmen karyawan tersebut pada organisasinya, kemudian diikuti dengan peningkatan organizational justice (keadilan organisasi). Dari berbagai penelitian sebelumnya, diketahui bahwa karyawan yang merasakan keadilan umumnya akan memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasinya dan organizational citizenship behavior (OCB) yang optimal. Oleh karenanya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh organizational justice dan organizational citizenship behavior (OCB) terhadap komitmen karyawan pada sebuah organisasi.

Penelitian ini dilakukan di PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, dengan menggunakan kuisioner sebagai alat analisis yang diberikan pada 100 responden yang terbagi dalam 10 kelompok jabatan. Metode pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis Partial Least Square (PLS) dengan seluruh variabel latennya berbentuk reflektif. Penelitian ini memfokuskan bagaimana keadilan yang dirasakan karyawan pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor yang diwakili oleh dua tipe keadilan yang dikembangkan oleh Niehoff and Moorman (1993) yaitu distributive justice dan procedural justice. Kemudian dua tipe keadilan tersebut digunakan untuk melihat pengaruh keadilan yang dirasakan terhadap tingkat komitmen karyawan dan Organizational Citizenship Behaviour (OCB). Komitmen karyawan diwakili oleh tiga tipe komitmen yang dikembangkan oleh Allen dan Meyer (1990) yaitu afektif commitment, Continuence commitment, dan Normatif commitment. Adapun Organizational Citizenship Behaviour (OCB) dibatasi pada tiga bentuk OCB yang dikembangkan oleh Linn et.al. (1994) yaitu Obedience (kepatuhan), Loyality (loyalitas) dan Participation (partisipasi).

(5)

(110,84) diikuti distributive justice dengan (4,97). Hal ini menunjukkan bahwa penerapan keadilan yang menyangkut besaran gaji dan reward karyawan, beban kerja dan tanggungjawab tugas adalah hal yang penting namun bagi karyawan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor lebih penting lagi bagaimana proses yang digunakan untuk menghasilkan keputusan tersebut apakah sesuai dengan pedoman yang adil. Misalnya sebelum keputusan tersebut dibuat apakah pihak manajemen mengadakan dialog untuk mendengar semua masalah karyawan dan mengumpulkan semua informasi secara lengkap dan akurat sehingga saat keputusan tersebut diterapkan karyawan merasa adil.

Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara langsung antara organizational justice dengan organizational citizen behavior (OCB) karena memiliki koefisien parameter -0.013 dan nilai t-statistik di bawah 1,96 yakni sebesar 0.106. Dengan demikian, jika pimpinan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor ingin meningkatkan organizational citizenship behavior, tidak bisa mengawalinya dengan meningkatkan faktor organizational justice yang dirasakan oleh para karyawan. Namun organizational justice secara tidak langsung memberikan pengaruh yang positif terhadap organizational citizenship behavior karyawan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor melalui komitmen organisasi. Dengan menggunakan perhitungan analisis jalur terlihat bahwa organizational justice secara tidak langsung memberikan pengaruh yang positif terhadap organizational citizenship behavior melalui komitmen organisasi sebesar 0,32. Variabilitas konstruk organizational justice menjelaskan variabilitas konstruk organizational citizenship behavior melalui komitmen organisasi sebesar 9,96%.

(6)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

BEHAVIOR (OCB)

PADA

PDAM TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR

SARI DEWI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Nama : Sari Dewi NRP : H251090051 ProgramStudi : Ilmu Manajemen

Disetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS

Anggota

Dr. Drs. Sukiswo Dirdjosuparto

Diketahui,

Ketua Program Studi Ilmu Manajemen

Dekan

Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, MSc

Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dachrul Syah, MS

(9)

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga tesis dengan judul “Analisis Pengaruh Organizational Justice (Keadilan Organisasi) Terhadap Komitmen Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penyusunan tesis ini merupakan hasil kerja keras penulis dengan bantuan berbagai pihak yang dengan tulus dan ikhlas memberikan sumbangan pikiran, semangat, bimbingan dan nasehat kepada penulis mulai dari penyusunan proposal penelitian hingga tesis ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih dan penghormatan yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada:

1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS dan Dr. Drs. Sukiswo Dirdjosuparto selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan pengarahan, saran dan kritik yang membangun dalam penyelesaian tesis ini.

2. Seluruh karyawan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor yang telah berpartisipasi dalam kesusksesan penelitian ini.

3. Keluarga besar Sekretariat Pemerintah Kota Kendari, terutama rekan-rekan di Kelurahan Padaleu Kendari atas doa dan bantuannya selama penulis mengikut i pendidikan.

4. Seluruh keluarga besar Drs. La Usa dan Hamzah Sanifu, terutama suami saya Muhaimin Hamzah S.Pi, M.Si atas segala doa, cinta dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

5. Seluruh civitas akademika pascasarjana S2 Ilmu Manajemen Institut Pertanian Bogor atas segala bantuannya selama penulis menjadi bagian dari keluarga besar Program Studi Ilmu Manajemen.

6. Mas Budi dan Mas Mumuh atas bantuannya kepada penulis selama penyelesaian tesis.

7. Rekan-rekan mahasiswa pascasarjana S2 Ilmu Manajemen Angkatan III (2009) yaitu (SDM): Teh Amy, Mba Mia, Mba Etty, Teh Indah, Putri Mulya, Putri Andika, (Pemasaran): Pak Ikhwan, Mba Nuning, Mba Erfin, Mba Eny, Ridwan, Puspa (puspus), Ana, Ginting, Yoeldas. Pak Ismail, Novi, Ibu Rahma yang telah berbagi suka dan duka selama mengikuti perkuliahan dan penyelesaian tesis.

Akhir kata penulis berharap, semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Bogor, Januari 2012

(10)

Penulis dilahirkan di Raha (Muna), sebuah kota kecil di provinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 22 Mei 1976 dari pasangan Drs. La Usa dan Sitti Hasni Ando serta merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 1983 di SDN 1 Raha – Kabupaten Muna dan lulus pada tahun 1989, setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Raha – Kabupaten Muna pada tahun 1989 – 1992. Pada tahun 1992, pendidikan formal dilanjutkan ke tingkat sekolah menengah umum di SMUN 2 Raha – Kabupaten Muna jurusan A1 (Ilmu Fisika) dan lulus pada tahun 1995.

Penulis diterima di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Widya Wiwaha Yogyakarta pada tahun 1996 pada Jurusan Akuntansi dan memperoleh gelar sarjana ekonomi pada tahun 2001. Kemudian pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan program Magister Sains di Sekolah Pascasarjana pada Program Studi Mayor Ilmu Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

(11)
(12)
(13)

i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Batasan Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Tinjauan Teoritis ... 6

2.1.1. Organizational Justice (Keadilan Organisasi) ... 6

2.1.1.1. Pengertian Organizational Justice (Keadilan Organisasi) ... 6

2.1.1.2. Tipe Organizational Justice Keadilan Organisasi ... 6

2.1.1.3. Mempertahankan Keadilan Ditempat Kerja ... 8

2.1.2. Komitmen Organisasi ... 9

2.1.2.1. Pengertian Komitmen Organisasi ... 9

2.1.2.2. Tipe Komitmen Organisasi ... 9

2.1.2.3. Faktor-Faktor yang Menimbulkan Komitmen Organisasi ... 10

2.1.2.4. Meningkatkan Komitmen Karyawan pada Organisasi ... 12

2.1.3. Organzational Citizenship Behavior (OCB) ... 14

2.1.3.1. Pengertian OCB ... 14

2.1.3.2. Bentuk-Bentuk OCB ... 15

2.1.3.3. Dimensi-Dimensi OCB ... 16

2.1.3.4. Manfaat OCB Bagi Perusahaan ... 19

(14)

ii

2.3. Teori Pendekatan Analisis ... 27

2.3.1. Metode dan Penentuan Ukuran Sampel …... 27

2.3.2. Validitas dan Reliabilitas ... 27

2.3.3. Structural Equation Modelling (SEM) dan Partial Least Squares (PLS) ... 28

1. Defenisi Structural Equation Modelling (SEM)... 28

2. Covariance Based SEM (CBSEM) dan Partial Least Squares (PLS) ……... 29

3. Bentuk SEM-PLS ... 29

4. First Order Konstruk dan Second Order Konstruk ….. 32

2.4. Perumusan Hipotesa ... 32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 33

3.1. Kerangka Konseptual ... 33

3.2. Kerangka Operasional ... 35

3.3. Jenis Penelitian ... 38

3.4. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 38

3.5. Jenis Data dan Sumber Data ... 38

3.6. Metode Penentuan Sampel ... 38

3.6.1. Populasi ... 38

3.6.2. Sampel ... 39

3.7. Metode Pengumpulan Data ... 40

3.8. Metode Pengolahan Data ... 41

3.9. Metode Analisis Data ... 42

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 46

4.1. Sejarah PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor ... 46

4.2. Visi dan Misi PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor ... 46

4.3. Struktur Organisasi PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor …... 47

4.4. Kapasitas Produksi ... 47

4.5. Pelanggan Air Minum ... 48

(15)

iii

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

5.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner ... 52

5.2. Analisis Indikasi Awal ... 52

5.3. Karakteristik Umum Responden ... 56

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 56

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 57

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 58

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 58

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ... 59

5.4. Hasil Uji PLS ... 60

1. Analisis Measurement (Outer) Model ... 61

a.Convergent Validity (Reliabilitas Indikator) ... 61

b.Discriminat validity ... 64

c.Composite Reliability ... 64

2. Analisis Model Struktural (Inner Model) ... 65

a. R-square Variabel Laten Endogenous ... 65

b. Pengujian Hipotesis dengan Path Coefficients ... 66

5.5. Analisa Partial Least Square (PLS) Berdasarkan Kelompok Masa Kerja ... 72

5.6. Implikasi Teoritis dan Praktis ... 75

BAB VI. KESIMPULAN ... 77

6.1. Kesimpulan ... 77

6.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(16)

iv

1. Kajian Penelitian Terdahulu ... 25

2. Komposisi Jumlah Pegawai Tetap PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor

Berdasarkan Jabatan Per September 2010 ... 39

3. Komposisi Jumlah Sampel Pegawai Tetap PDAM Tirta Pakuan

Kota Bogor ... 40

4. Komposisi Jumlah Pegawai PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor ... 49

5. Tingkat Pendidikan Pegawai PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor ….. 49

6. Komposisi Jumlah Pegawai PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor

Berdasarkan Jabatan Per September 2010 ... 50

7. Hasil Distribusi Frekuensi Organizational Justice ... 53 8. Hasil Distribusi Frekuensi Komitmen Organisasi ... 54

(17)

v

1. Langkah-Langkah Analisis PLS ... 31

2. Repeated Indicators Approach ... 32

3. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 34

4. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 34

5. Kerangka Konseptual pada Model Persamaan Struktural ... 45

6. Deskripsi Karakteristik Responden ... 59

7. Model Pengaruh Penerapan Organizational Justice Terhadap Komitmen Organisasi dan Organizational Citizenship Behaviors... 60

8. Model Pengaruh Penerapan Organizational Justice Terhadap Komitmen Organisasi dan Organizational Citizenship Behaviors Setelah Indikator didrop... 62

9. Model Pengaruh Penerapan Organizational Justice Terhadap Komitmen Organisasi dan Organizational Citizenship Behaviors Setelah Hubungan yang negatif didrop... 63

10. Model Partial Least Squares (PLS) Setelah Indikator didrop Untuk kelompok masa kerja ≤ 10 tahun ... 73

(18)

vi

1. Struktur Organisasi PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor ... . 82

2. Kuesioner ... 83

3. Hasil Uji Validitas Data ... 90

4. Hasil Uji Reliabilitas Data ... 90

5. Hasil Distribusi Frekuensi Data ... 90

6. Analisis Varian (Anova) Komitmen Karyawan pada organisasi dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) Berdasarkan Karakteristik Responden ... 93

7. Analisis Deskriptif Tingkat Komitmen Karyawan pada Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) Berdasarkan Karakteristik Responden ... 94

8. Hasil Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values) ... 95

9. Cross Loadings ... 96

10. Hasil Uji Composite Reliability dan Cronbachs Alpha ... 97

11. Hasil Uji R Square ... 97

12. Path Coefficients ... 97

13. Hasil perhitungan Indirect ffect Organizational justice terhadap Organizational citizenship behavior ... 98

14. Hasil Uji Composite Reliability dan Cronbachs Alpha Berdasarkan Kelompok Masa Kerja ... 98

15. Hasil Uji R Square . Berdasarkan Kelompok Masa Kerja... 99

16. Path Coefficients Berdasarkan Kelompok Masa Kerja... 99

(19)

BAB. I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia merupakan salah satu unsur terpenting di dalam suatu organisasi

karena merupakan unsur yang mengendalikan organisasi serta mempertahankan

dan mengembangkan organisasi dalam menghadapi berbagai tuntutan zaman.

Sehingga sumber daya manusia harus diperhatikan, dijaga dan dikembangkan.

Kedudukan istimewa sumber daya manusia adalah kemampuannya untuk bertahan

dan berkembang secara dinamis dibandingkan dengan sumber-sumber daya lain

yang kini semakin berkurang keampuhannya, seperti teknologi produk dan proses

produksi.

Tantangan yang dihadapi oleh perusahaan/organisasi pada era perdagangan

bebas adalah menumbuhkan karyawan dengan kinerja yang tinggi, yang

merupakan hal penting bagi kelangsungan hidup organisasi. Suatu organisasi yang

ingin berkembang dengan pesat, maka organisasi tersebut harus mempunyai

sumber daya manusia yang mampu menampilkan kinerja dengan baik. Penilaian

kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam

melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi, karena pada

dasarnya organisasi dijalankan oleh manusia.

Efektivitas dan kinerja tim ditentukan oleh kemampuan anggota organisasi

bekerja dalam tim (teams work). Kinerja yang baik menuntut perilaku yang sesuai dengan visi dan misi organisasi sehingga ada deskripsi formal tentang perilaku

yang harus dikerjakan (intra-role behaviour). Bukan hal yang mudah untuk bekerja dalam tim, karena memerlukan kemampuan individu untuk berkomunikasi

secara terbuka dan jujur, bekerja sama, membagi informasi, mengakui perbedaan

dan mampu menyelesaikan konflik, serta dapat menekan tujuan pribadi demi

tujuan tim. Semua kemampuan yang harus dimiliki individu yang bekerja secara

tim dalam rangka mencapai visi dan misi organisasi termasuk dalam keterampilan

interpersonal yang hanya dapat ditampilkan oleh individu yang peduli terhadap

individu yang lain dan berusaha menampilkan yang terbaik jauh melebihi yang

disyaratkan dalam pekerjaannya. Dengan kata lain individu tersebut menampilkan

(20)

Perilaku extra-role dalam organisasi juga dikenal dengan istilah

organizational citizenship behavior (OCB), dan orang yang menampilkan perilaku OCB disebut sebagai karyawan yang baik (good citizen). Organizational

Citizenship Behaviour (OCB) merupakan komponen penting dari kinerja

karyawan karena akan membentuk kepatuhan, loyalitas dan partisipasi pada

organisasi. Ketiga komponen tersebut merupakan komponen penting yang

mempengaruhi kinerja karyawan (Mahrani, 2009). Contoh perilaku yang termasuk

kelompok OCB adalah membantu rekan kerja, sukarela melakukan kegiatan

ekstra di tempat kerja, menghindari konflik dengan rekan kerja, melindungi

properti organisasi, menghargai peraturan yang berlaku di organisasi, toleransi

pada situasi yang kurang ideal/menyenangkan di tempat kerja, memberi

saran-saran yang membangun di tempat kerja, serta tidak membuang-buang waktu di

tempat kerja (Robbins, 2001).

Peningkatan produktivitas dan kinerja karyawan suatu organisasi harus

didahului dengan peningkatan komitmen organisasi lalu peningkatan keadilan

dalam organisasi. Berbagai penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukan

karyawan yang merasakan keadilan umumnya akan memiliki komitmen yang

tinggi terhadap organisasi. Komitmen karyawan sangatlah penting bagi organisasi

dimana komitmen karyawan yang tinggi akan memberikan kontribusi kepada

perusahaan untuk meningkatkan produktivitas baik karyawan maupun organisasi.

Kompensasi merupakan salah satu bentuk keadilan dalam organisasi yang menjadi

faktor motivasi yang kuat dalam bekerja. Ketidakadilan status menciptakan

frustrasi serta secara merugikan dapat mempengaruhi produktifitas dan kesediaan

untuk tetap berada dalam suatu organisasi (Robbins, 2001). Organ dan Konovsky

(1989) mengklaim ketika karyawan diperlakukan adil oleh organisasi maka

karyawan tersebut akan berlaku adil pula pada organisasi asalkan mereka yakin

bahwa perlakuan adil tersebut akan terus berkelanjutan. Karena jika karyawan

diperlakukan tidak adil maka persepsi mereka tentang hubungan kerja dengan

perusahaan mungkin terjadi dimana mereka bekerja sesuai dengan jaminan

kompensasi untuk mereka sendiri. Pemberian kompensasi dapat berdampak

negatif apabila dalam pelaksanaannya tidak adil sehingga berdampak pada

(21)

Karyawan yang mendapatkan keadilan dan berkomitmen dalam organisasi

cenderung akan meningkatkan organizational citizenship behavior (OCB) dibandingkan dengan karyawan yang tidak atau kurang mendapatkan keadilan.

Penerapan keadilan dalam organisasi secara lebih baik penting untuk menjadi

perhatian dan pertimbangan pimpinan organisasi agar tercipta komitmen

karyawan pada organisasi dan organizational citizenship behavior (OCB) yang optimal.

1.2 Perumusan Masalah

PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, merupakan perusahaan yang bergerak

dibidang pelayanan masyarakat. Masalah penyediaan dan pendistribusian air

bersih di Kota Bogor merupakan tugas dan tanggung jawab dari PDAM Tirta

Pakuan Kota Bogor, sampai dengan Desember 2009 cakupan pelayanan sebesar

mencapai 87.122 sambungan air minum atau ± 50,68 persen. Target cakupan bisa

mencapai 80 persen pada 2015. Daerah pelayanan PDAM Tirta Pakuan Kota

Bogor meliputi wilayah Kota Bogor melalui sistem gravitasi. Untuk mencapai visi

dan misinya PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor memerlukan peran serta dari

SDM-SDM yang handal dibidangnya untuk dapat menjalankan tanggungjawab diatas.

Secara umum PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor telah menjalankan tugasnya

sebagai perusahaan jasa layanan publik, terbukti dengan mendapat predikat

terbaik pertama pada tahun 2007 untuk kategori PDAM besar (Anonim, 2010).

Terkait dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, beberapa

penelitian yang telah dilakukan, diantaranya oleh Kumar et. al. (2009) yang

menyatakan bahwa karyawan yang merasakan keadilan dalam organisasi

cenderung lebih merasa puas dengan pekerjaan mereka dan bisa meningkatkan

komitmen serta menurunkan tingkat turn over. Sehingga membantu manajemen

dalam mempertahankan karyawan yang berharga, mengurangi pergantian

karyawan, dan meningkatkan kinerja karyawan. Bentuk kinerja yang tinggi pada

organisasi tak terkecuali pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dapat dilihat salah

satunya dengan pelayanan yang optimal pada masyarakat. Penelitian lainnya yaitu

yang dilakukan oleh Organ and Ryan (1995) dimana dinyatakan karyawan

(22)

mereka jika mereka merasa puas dengan pekerjaannya, menerima perlakuan yang

sportif dan penuh perhatian dari para atasan serta percaya bahwa mereka

diperlakukan adil oleh perusahaan. Colquitt et al. seperti yang dikutip oleh Kumar

et.al. (2009) juga menunjukkan bahwa penerapan keadilan pada organisasi sangat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, keinginan berpindah, komitmen

organisasi, dan perilaku tempat kerja seperti absensi dan Organizational citizenship behavior (OCB).

Organizational citizenship behavior (OCB) dapat muncul dalam diri karyawan jika karyawan memiliki komitmen yang tinggi pada organisasi.

Komitmen karyawan pada organisasi tercipta dikarenakan adanya keadilan pada

organisasi yang dirasakan oleh karyawan.

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang dapat diajukan dalam

penelitian ini adalah:

Melalui kinerja pegawai yang tinggi,

organisasi akan mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan yang sesuai

dengan visi dan misi organisasi. Pada masa yang akan datang melalui kajian ini

PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor yang merupakan perusahaan yang bergerak

dalam bidang pelayanan masyarakat diharapkan dapat berjalan sesuai fungsinya.

1. Apakah organizational justice (keadilan organisasi) berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor?

2. Apakah organizational justice (keadilan organisasi) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Organizational Citizenship Behaviour (OCB) PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor?

3. Apakah komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Organizational Citizenship Behaviour (OCB) pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menguji dan menganalisis bagaimana pengaruh organizational justice

(keadilan organisasi) terhadap komitmen organisasipada PDAM Tirta Pakuan

(23)

2. Menguji dan menganalisis bagaimana pengaruh organizational justice

(keadilan organisasi) terhadap Organizational Citizenship Behaviour (OCB)

pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor.

3. Menguji dan menganalisis bagaimana pengaruh komitmen organisasi terhadap

Organizational Citizenship Behaviour (OCB) pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan saran dan masukan pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dalam

upaya peningkatan Organizational Citizenship Behaviour (OCB) yang merupakan salah satu komponen kinerja karyawan melalui perbaikan dan

pelaksanaan organizational justice (keadilan organisasi) dan komitmen organisasi.

2. Bagi peneliti khususnya diharapkan sebagai upaya pembelajaran penerapan

ilmu dan pengalaman yang diperoleh selama dibangku kuliah.

3. Dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti lain dalam melakukan

penelitian sejenis, ataupun penelitian yang lebih luas terutama penelitian

dibidang sumber daya manusia strategik.

1.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini memfokuskan bagaimana keadilan yang dirasakan karyawan

pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor yang diwakili oleh dua tipe keadilan yang

dikembangkan oleh Niehoff and Moorman (1993) yaitu distributive justice dan

procedural justice. Kemudian dua tipe keadilan tersebut digunakan untuk melihat pengaruh keadilan yang dirasakan terhadap tingkat komitmen karyawan dan

Organizational Citizenship Behaviour (OCB). Komitmen karyawan diwakili oleh tiga tipe komitmen yang dikembangkan oleh Allen dan Meyer (1990) yaitu afektif commitment, Continuence commitment, dan Normatif commitment. Adapun

Organizational Citizenship Behaviour (OCB) dibatasi pada tiga bentuk OCB yang dikembangkan oleh Linn et.al. (1994) yaitu Obedience (kepatuhan), Loyality

(24)

BAB. II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tinjauan Teoritis

2.1.1. Organizational Justice (Keadilan Organisasi)

2.1.1.1. Pengertian Organizational Justice (Keadilan Organisasi)

Greenberg seperti yang dikutip oleh Lee (2000) menyatakan bahwa

organizational justice (keadilan organisasi) adalah suatu bentuk persepsi atau sikap karyawan terhadap perlakuan keadilan yang diterima dari organisasi.

Sedangkan menurut Chang (2002) organizational justice (keadilan organisasi) merupakan suatu yg mempengaruhi perilaku atau sikap karyawan di

tempat kerja, dan lebih khusus komitmen karyawan terhadap organisasi.

Dari uraian diatas, disimpulkan bahwa organizational justice (keadilan organisasi) merupakan sebuah ukuran dari tingkat kewajaran yang diterima oleh

karyawan sehubungan dengan pengambilan keputusan. Contohnya ketika

pemimpin suatu organisasi memutuskan untuk melakukan sebuah perubahan,

keputusan itu memiliki konsekuensi bagi karyawannya. Terkait dengan

konsekuensi tersebut karyawan menilai keputusan itu wajar atau tidak wajar. Organ &

Konovsky (1989) mengklaim bahwa keadilan merupakan hubungan timbal balik

dimana ketika karyawan diperlakukan adil oleh organisasi, maka karyawan

tersebut akan berlaku adil pula pada organisasi.

2.1.1.2.Tipe Organizational Justice (Keadilan Organisasi)

Berdasarkan teori keadilan, menurut Niehoff and Moorman (1993) tipe

organizational justice (keadilan organisasi) telah disusun dalam:

a) Distributive justice, yaitu mencerminkan sejauh mana penghargaan dialokasikan secara adil. Distributive justice dapat dilihat melalui keadilan yang dirasakan menyangkut gaji, beban kerja, dan tanggungjawab tugas.

Misalnya: “Saya pikir level gaji saya adalah wajar”.

b) Procedural justice, berkaitan dengan sejauh mana mereka yang terkena dampak alokasi keputusan tersebut menganggap keputusan itu telah dibuat

(25)

Misalnya: “Pihak manajer menjelaskan proses hingga ditetapkan keputusan

pada karyawan dan memberikan informasi tambahan jika diminta oleh

karyawan”.

Organ (1988) menyatakan dasar teoretis bagi hubungan antara keadilan

distributif dan kewarganegaraan yaitu menggunakan teori ekuitas. Jika distribusi

reward sebagai imbalan untuk bekerja diberikan tidak adil akan menciptakan

ketegangan di dalam individu, dan individu termotivasi untuk menyelesaikan

ketegangan dimana hal ini akan menurunkan OCB. Pilihan penurunan OCB

sebagai respon distribusi reward yang tidak adil akan lebih mungkin. Jika OCB didefinisikan sebagai “Perilaku individu yang bebas, tidak berkaitan secara langung atau eksplisit dengan sistim reward dan bisa meningkatkan fungsi efektif organisasi”, bagaimana persepsi keadilan distributif, yang didasarkan pada alokasi imbalan, kemudian bisa mempengaruhi OCB?

Untuk menjelaskan kontradiksi ini, Blau seperti yang dikutip oleh Niehoff

and Moorman (1993) menyarankan bahwa perilaku karyawan dapat didefinisikan

dalam dua jenis pertukaran yaitu pertukaran ekonomi dan sosial. Pertukaran,

ekonomi, yaitu memotivasi perilaku yang dirancang untuk memenuhi kontrak

kerja formal, dimana ciri nilai tukar tersebut adalah patuh pada kontrak kerja,

keberlakuan penuh, dan kesepakatan jelas tentang apa yang diperlukan dari kedua

belah pihak. Pertukaran sosial, yaitu didasarkan pada kontrak yang lebih

psikologis dan melibatkan kewajiban pada bagian dari kedua sisi, dengan sarana

saling memberi distribusi yang adil diserahkan kepada kebijaksanaan karyawan.

Jika karyawan menentukan hubungan kerja dengan organisasi sebagai pertukaran

ekonomi, maka keadilan distributif tidak akan berpengaruh pada OCB. Balasan

dalam pertukaran ekonomi akan terbatas pada perilaku in-role karena karyawan akan melihat sedikit alasan untuk berperilaku yang melebihi dari kontrak kerja.

Namun, jika karyawan menentukan hubungan kerja dengan organisasi sebagai

pertukaran sosial, balasannya kemungkinan akan berperilaku melebihi dari

kontrak kerja. Seorang karyawan akan memberikan OCB karena hal itu akan

konsisten dengan kualitas positif dari hubungan kerja, bukan karena kontrak kerja.

Seorang karyawan percaya bahwa OCB merupakan respon yang tepat untuk

(26)

Menurut Greenberg (1990) seperti yang dikutip oleh Niehoff and Moorman

(1993) mengidentifikasi dua komponen keadilan prosedural. Komponen pertama

adalah prosedur formal yaitu ada atau tidak adanya prosedur diyakini fundamental

bagi pemerataan distribusi reward yang mempengaruhi persepsi keadilan. Contoh adalah prosedur yang dirancang untuk mempertimbangkan pendapat karyawan

dalam pengambilan keputusan atau untuk mengurangi bias dan kesalahan dalam

keputusan. Komponen kedua adalah keadilan interaksional yaitu mengacu pada

kewajaran perlakuan yang diterima seorang karyawan saat ditetapkannya prosedur

formal atau dalam penjelasan prosedur tersebut.

2.1.1.3.Mempertahankan Keadilan di Tempat Kerja

Meskipun berpotensi negatif dalam hubungannya dengan organizational citizenship behavior (OCB), pemantauan adalah salah satu mekanisme utama yang tersedia bagi manajer untuk menjaga keadilan ditempat kerja dalam

keputusan alokasi reward (Niehoff and Moorman, 1993).

Hal lain yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan menjaga keadilan

ditempat kerja adalah organisasi harus melibatkan karyawan dalam proses

keputusan. Dapat berbentuk dialog atau diskusi tentang berbagai isu-isu yang

terjadi. Hal ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan mendapat

pemahaman yang lebih baik mengenai isu-isu yang terjadi sehingga saat

pengambilan keputusan keinginan karyawan dan keinginan organisasi dapat

sejalan.

Mengingat pentingnya

pengumpulan informasi yang akurat untuk membuat keputusan yang adil, tidaklah

sulit untuk mengidentifikasi alasan mengapa pemantauan pemimpin dapat

mempengaruhi persepsi karyawan terhadap perlakuan yang adil. Jika seorang

pemimpin melakukan pemantauan dengan baik dan akurat mengenai kinerja

karyawan maka karyawan cenderung melihat distribusi reward telah adil. Sebaliknya, jika karyawan merasakan bahwa manajer tidak melakukan dengan

baik pekerjaannya, karyawan mungkin akan merasa kurang yakin tentang keadilan

(27)

2.1.2.Komitmen Organisasi

2.1.2.1.Pengertian Komitmen Organisasi

Komitmen umumnya banyak dikaitkan dengan sesuatu, misalnya komitmen

pada organisasi, komitmen pada pekerjaan, komitmen pada kelompok dan

sebagainya. Dalam banyak literatur perilaku organisasi, yang menjadi fokus

adalah komitmen pada organisasi. Komitmen organisasi secara umum diartikan

sebagai ikatan psikologis individu dengan organisasi. (Kembaren, 2002).

Scholl (1981) menyatakan komitmen organisasi sebagai kekuatan stabilisasi

yang memelihara arah perilaku bahkan ketika harapan dan kondisi ekuitas tidak

mungkin ada. Hal ini diyakini bahwa komitmen organisasi meningkatkan

efektivitas organisasi dan kinerja karyawan. Komitmen, bagaimanapun, tidak

sama dengan harapan, yang memotivasi individu untuk berperilaku dalam cara

tertentu karena mereka mengharapkan imbalan yang adil sebagai hasilnya. Satu

studi menunjukkan bahwa orang dengan harapan rendah dan komitmen yang

rendah memiliki tingkat turnover tinggi. Sebaliknya tingkat turnover lebih rendah jika para karyawan memiliki: 1). harapan tinggi, 2). komitmen tinggi, atau 3).

harapan tinggi dan komitmen yang tinggi.

Secara garis besar Allen dan Meyer (1990) menganggap komitmen sebagai

sebuah keadaan psikologis yang mengkarakteristikkan hubungan karyawan

dengan organisasi dan memiliki implikasi terhadap keputusan untuk melanjutkan

atau menghentikan keanggotaan dalam organisasi. Hal senada juga diungkapkan

oleh Mowday et. al (1979) yang mengkonseptulisasikan komitmen organisasi

sebagai kekuatan relatif dari identifikasi dengan individu dan keterlibatannya

dalam organisasi tertentu.

Dari uraian diatas maka secara umum komitmen organisasi merupakan

sikap positif dan kesetiaan yang ditunjukan oleh karyawan pada organisasi secara

terus menerus dalam rangka mendukung kesuksesan organisasi.

2.1.2.2. Tipe Komitmen Organisasi

Menurut Allen dan Meyer (1990) komitmen organisasi terdiri dari tiga

komponen, yaitu:

(28)

Komitmen ini merupakan bentuk keterikatan emosional, pengidentifikasian

diri, dan keterlibatan karyawan dalam suatu organisasi. Komitmen ini

dilakukan karena individu merasa cocok dengan tujuan maupun nilai-nilai

organisasi, sehingga individu tersebut tetap akan terus bekerja dalam organisasi

dan memberikan usaha terbaiknya demi kesuksesan organisasi. Bentuk

komitmen ini diartikan sebagai kuatnya keinginan seseorang untuk terus

bekerja bagi organisasi karena setuju dengan tujuan-tujuan dan nilai-nilai

pokok organisasi. Komitmen ini menyebabkan karyawan bertahan pada suatu

pekerjaan karena mereka menginginkannya.

b) Normative commitment

Komitmen ini menunjukkan suatu perasaan tanggung jawab karyawan untuk

tetap berada di dalam perusahaan. Keinginan untuk tetap berada dalam

organisasi tersebut disebabkan oleh adanya tekanan dari pihak lain di

organisasi yang menginginkan agar individu tetap bekerja di organisasi.

Desakan dari pihak lain ini ditimbulkan mungkin karena individu memiliki

potensi yang besar yang sangat dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan

organisasi. Desakan tersebut dapat berasal dari rekan kerja, supervisor atau

pihak menejemen tingkat atas.

c) Continuance commitment

Komitmen ini mengarah pada perhitungan untung rugi dalam diri karyawan

sehubungan dengan keinginannya untuk tetap mempertahankan atau

meninggalkan pekerjaannya. Artinya komitmen kerja disini dianggap sebagai

persepsi yang harus dibayar jika kayawan meninggalkan pekerjaannya.

Komitmen ini menyebabkan karyawan bertahan pada suatu pekerjaan karena

mereka membutuhkannya.

2.1.2.

Menurut Scholl (1981), ada 4 sumber membuat komitmen organisasi:

a) Investasi individu dalam organisasi

b) Timbal balik

c) Kurangnya alternatif yang tersedia

(29)

Komitmen organisasi yang dimiliki oleh anggota organisasi tidak akan

selamanya stabil dalam arti bisa saja berubah. Menurut Mowday. et. al (1982)

yang dikutip Respati (2009), yang mempengaruhi komitmen organisasi, yaitu:

a. Karakteristik individu

Meliputi usia, tingkat pendidikan, lama kerja, gender, suku bangsa dan variasi

dari faktor kepribadian. Ketika usia dan masa kerja anggota organisasi

meningkat maka akan terjadi batasan untuk mengambil pekerjaan lain sehingga

hal ini akan mempengaruhi komitmen organisasi. Karyawan yang lebih tua

menjadi berkomitmen pada organisasi karena beberapa alasan, termasuk

memperoleh kepuasan yang lebih besar dengan pekerjaan dan mempunyai

kedudukan yang lebih baik. Berkaitan dengan gender, wanita cenderung lebih

berkomitmen dibanding pria karena wanita pada umumnya menghadapi

tantangan yang lebih besar dalam pencapaian karirnya. Latar belakang yang

lebih tinggi akan mendorong seseorang untuk lebih berkomitmen pada

profesinya. Semakin tinggi pendidikan seorang karyawan, maka karyawan

mempunyai kesempatan besar untuk memperoleh pekerjaan alternatif.

Karyawan dengan tingkat pendidikan lebih tinggi mungkin akan tidak akan

terus menerus memegang satu kedudukan saja, atau tetap tinggal dan bertahan

dalam satu organisasi. Karyawan akan berusaha mencari pekerjaan atau

organisasi lain karena besarnya kesempatan yang dimilikinya. Tingkat

pendidikan ini memiliki hubungan yang negatif dengan komitmen

organisasional.

b. Karakteristik pekerjaan dan aturan yang terkait

Meliputi cakupan pekerjaan, konflik peran dan ambiguitas peran. Seseorang

yang merasa cakupan pekerjaan membuat merasa tertantang, komitmen

organisasinya akan meningkat. Aturan yang jelas dalam pembagian tugas dan

pekerjaan akan meningkatkan komitmen, begitu pula sebaliknya.

c. Pengalaman kerja

Faktur yang termasuk dalam pengalaman kerja adalah keterlibatan sosial,

kesamaan gaji, norma-narma kelompok yang berkaitan dengan etika kerja

keras, dan ketergantungan organisasional.

(30)

Meliputi formalisasi, fungsi ketergantungan dan desentralisasi. Karyawan yang

memiliki desentralisasi tinggi dan yang lebih memiliki formalitas terhadap

aturan tertulis dan prosedur akan memiliki komitmen yang lebih tinggi.

Karakteristik struktural juga meliputi adanya partisipasi anggota dalam

pengambilan keputusan dan anggota yang bekerja karena menyumbangkan

sesuatu secara finansial pada organisasi.

Dampak dari manifestasi tinggi rendahnya komitmen organisasi meliputi:

- Kinerja anggota

Komitmen organisasi akan mengarahkan besar kecilnya usaha anggota

organisasi untuk melaksanakan pekerjaannya sehingga akan berpengaruh pada

kinerjanya.

- Lama bekerja

Anggota yang berkomitmen tinggi pada organisasi cenderung bertahan pada

organisasi tersebutdan ini terkait dengan lamanya anggota bekerja.

- Tingkat absen

Anggota yang mempunyai komitmen tinggi akan lebih termotivasi untuk

bekerja sehingga menurunkan tingkat absen.

- Keterlambatan anggota

Anggota dengan komitmen tinggi cenderung berkorelasi negatif dengan

keterlambatan anggota.

- Tingkat keluar organisasi

Organisasi yang memiliki anggota dengan tingkat komitmen yang tinggi akan

berdampak rendahnya tingkat keluar dari organisasi atau cenderung untuk

bertahan pada organisasi tersebut.

2.1.2.

Komitmen karyawan sangat dibutuhkan oleh organisasi untuk membantu

organisasi mencapai tujuannya dan meraih kesuksesan. Organisasi tidak dapat

mengharapkan sesuatu dari karyawan yang memiliki komitmen rendah. Namun

ada banyak cara yang bisa dilakukan organisasi untuk mendorong komitmen

karyawan. Salah satunya adalah membuat program-program yang melibatkan

(31)

Robbins (2001) mendefinisikan program keterlibatan karyawan sebagai

suatu proses partisipatif yang menggunakan seluruh kapasitas karyawan dan

dirancang untuk mendorong peningkatan komitmen bagi kesuksesan organisasi.

Logika yang mendasari adalah bahwa dengan melibatkan karyawan dalam

keputusan-keputusan mengenai pekerjaan dan dengan meningkatkan otonomi dan

kendali mengenai kehidupan kerja karyawan, karyawan akan menjadi lebih

termotivasi, lebih berkomitmen terhadap organisasi, lebih produktif, dan lebih

puas dengan pekerjaannya.

Program keterlibatan karyawan terdiri dari empat macam yaitu manajemen

partisipatif, partisipasi representatif, lingkaran kualitas, dan rencana kepemilikan

saham karyawan. Manajemen partisipatif merupakan suatu proses dimana

bawahan berbagi kekuasaan pengambilan keputusan sampai suatu derajat yang

bermakna bersama atasan langsungnya. Partisipasi representatif menunjukkan

partisipasi para karyawan dalam mengambil suatu keputusan, namun para

karyawan tersebut akan diwakili oleh suatu kelompok kecil dalam mengambil

keputusan. Dua bentuk partisipasi representatif yaitu dewan kerja yang berupa

kelompok-kelompok karyawan yang dipilih dimana harus dikonsultasikan dulu

bila manajemen mengambil keputusan yang melibatkan karyawan, dan

wakil-wakil dewan yang berupa karyawan-karyawan yang duduk pada dewan direktur

perusahaan dan mewakili kepentingan para karyawan perusahaan tersebut.

Lingkaran kualitas (quality circle) merupakan suatu kelompok kerja dari para karyawan yang bertemu secara teratur untuk membahas masalah-masalah kualitas

karyawan, menyelidiki sebab-sebab, merekomendasikan penyelesaian, mengambil

tindakan korektif. Rencana kepemilikan saham karyawan merupakan rencana

tunjangan yang ditetapkan perusahaan dimana karyawan memperoleh saham

sebagai bagian dari tunjangannya.

Menurut Schappe (1998) salah satu masalah penting bagi manajer adalah

bagaimana mengelola dan mempromosikan dengan lebih baik hubungan antara

komitmen organisasi, dan perilaku organisasi yang bermanfaat, seperti OCB.

Lebih lanjut dikatakan bahwa manajer perlu mengakui bahwa karyawan yang

memiliki perasaan yang kuat untuk organisasi mereka dapat mewujudkan bentuk

(32)

lawan in-role, tidak banyak karyawan yang telah bersusah payah untuk memenuhi persyaratan dari pekerjaan mereka mungkin masih bersedia untuk terlibat dalam

perilaku yang menguntungkan untuk rekan kerja, atasan, atau organisasi secara

keseluruhan. Dengan demikian, kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan

dengan mengandalkan persyaratan formal struktur hadiah untuk memperkuat

peran spesifik terbatas.

Komitmen dapat juga ditingkatkan dengan cara menggabungkan

kepentingan karyawan dan kepentingan perusahaan atau organisasi. Karyawan

akan tetap berkomitmen bekerja dalam organisasi ketika karyawan dan organisasi

mempunyai kepentingan yang sama, yaitu apa yang menguntungkan satu pihak

juga akan menguntungkan bagi pihak lain. Sehingga, karyawan akan memperoleh

suatu kentungan yang dapat membuatnya tetap bertahan di dalam organisasi dan

semakin memiliki komitmen yang tinggi pada organisasi.

2.1.3.Organizational Citizenship Behavior (OCB)

2.1.3.1.Pengertian Organizational Citizenship Behaviour (OCB)

Alotaibi (2001) menyebut istilah organizational citizenship behavior (OCB) dengan nama lain yaitu perilaku ekstra peran. OCB demikian termasuk perilaku

etis bebas pro sosial, seperti membantu pendatang baru untuk organisasi,

membantu rekan kerja pada pekerjaan, tidak mengambil istirahat yang tidak perlu,

dan secara sukarela melakukan hal-hal yang tidak "dibutuhkan" atau dengan kata

lain diluar

Menurut Organ (1988) Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah: deskripsi pekerjaan.

“Perilaku individu yang bebas, tidak berkaitan secara langung atau eksplisit dengan sistim reward dan bisa meningkatkan fungsi efektif organisasi.”

Menurut Moorman & Blakely (1995), perilaku kewarganegaraan adalah

perilaku yang sering dilakukan oleh karyawan untuk mendukung kepentingan

organisasi meskipun karyawan mungkin tidak langsung mengakibatkan manfaat

individu. Contoh perilaku warga negara bisa berupa membantu rekan kerja yang Organ juga menunjukkan OCB dapat memaksimalkan efisiensi dan produktifitas

baik karyawan itu sendiri maupun organisasi yang pada akhirnya memberikan

kontribusi bagi efektifitas organisasi sehingga sangat penting bagi kelangsungan

(33)

terkait dengan masalah pekerjaan bahkan ketika bantuan tersebut tidak diperlukan

atau mengenakan kaus dengan logo perusahaan pada suatu saat menghadiri acara

amal tanpa diminta.

Menurut Schnake (1991) Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan perilaku fungsional, ekstra peran, prososial karyawan diarahkan pada

berbagai sasaran (individu, kelompok, departemen fungsional, dll) dan / atau

seluruh organisasi yang meningkatkan fungsi efektif organisasi.

Dari beberapa defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan:

a. Perilaku yang bersifat sukarela, bukan perilaku yang terpaksa terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan kepentingan organisasi.

b. Perilaku individu sebagai wujud dari kepuasan berdasarkan performance, tidak diperintahkan secara formal.

c. Tidak berkaitan secara langsung dan terang-terangan dengan sistem reward

yang formal.

2.1.3.2. Bentuk-Bentuk Organizational Citizenship Behaviour (OCB)

Bentuk-bentuk Organizational Citizenship Behaviour (OCB) menurut Linn et. al (1994), mempunyai tiga bentuk utama yakni:

a. Obedience (Kepatuhan)

Menunjukkan rasa hormat, patuh pada seluruh peraturan organisasi, termasuk

didalamnya adalah struktur organisasi, deskripsi pekerjaan,

kebijakan-kebijakan personalia dan proses perilaku yang mencerminkan kepatuhan dalam

organisasi, dapat pula ditunjukkan oleh ketepatan waktu masuk kerja dan

penyelesaian tugas dan tindakan penyusutan terhadap sumber atau aset

organisasi.

b. Loyality (Loyalitas)

Menunjukkan kesetiaan kepada organisasi secara menyeluruh, termasuk usaha

mempertahankan organisasi dalam menghadapi ancaman, memberikan

sumbangan yang dapat menimbulkan reputasi bagus bagi organisasi,

memperluas fungsi kemakmuran yang sempit, yaitu dengan melakukan

(34)

c. Participation (Partisipasi)

Secara penuh dan bertanggung jawab terhadap keterlibatannya dalam

keseluruhan proses organisasi. Merupakan kepentingan dalam hubungan

keorganisasian berdasarkan standar ideal dari suatu kebajikan, ditunjukkan

oleh adanya karyawan yang selalu mengikuti perkembangan organisasi dan

karyawan yang secara penuh bertanggung jawab terlibat dalam keseluruhan

proses keorganisasian. Contoh perilaku yang menunjukkan adanya partisipasi

dalam organisasi adalah menghadiri rapat yang tidak diwajibkan, membagi

informasi mengenai opini dan ide-ide yang baru kepada orang lain, kemauan

menyampaikan berita-berita buruk atau mendukung pandangan-pandangan

yang kurang populer untuk melawan terjadinya “groupthink”.

Menurut Organ and Ryan (1995) terdapat bukti-bukti kuat yang

menunjukkan bahwa budaya organisasi merupakan suatu kondisi awal yang utama

yang memicu terjadinya Organizational Citizenship Behaviour (OCB).

Kepribadian dan keadaan jiwa atau suasana hati (mood) merupakan salah satu yang menyebabkan timbulnya perilaku Organizational Citizenship Behaviour

(OCB) secara individual maupun kelompok (Messer dan White, 2006).

Kepribadian merupakan suatu karakteristik yang secara relatif dapat dikatakan

tetap, sedangkan suasana hati (mood) merupakan karakteristik yang dapat berubah-ubah. Suasana hati yang positif akan meningkatkan peluang seseorang

untuk membantu orang lain. Meskipun suasana hati sebagian dipengaruhi oleh

kepribadian, ia juga dipengaruhi oleh situasi, misalnya iklim kelompok kerja dan

faktor-faktor keorganisasian. Jadi, jika perusahaan memberikan nilai (value) kepada karyawan dan memperlakukan mereka secara adil, dan bila iklim

kelompok kerja berjalan positif dan berpadu, karyawan cenderung berada dalam

suasana hati (mood) yang bagus.

2.1.3.3. Dimensi - Dimensi Organizational Citizenship Behaviour (OCB)

Menurut Organ (1988), terdapat lima dimensi dari Organizational Citizenship Behaviour (OCB), yaitu:

(35)

karyawan memberikan pertolongan kepada karyawan lain untuk menyelesaikan

tugas atau pekerjaannya dalam keadaan tertentu atau tidak seperti biasanya,

misalnya ketika seorang karyawan habis sembuh dari sakitnya.

2) Courtesy, yaitu membantu teman kerja mencegah timbulnya masalah

sehubungan dengan pekerjannya dengan cara memberi konsultasi dan

informasi serta menghargai kebutuhan mereka.

3) Sportsmanship, yaitu toleransi pada situasi yang kurang ideal di tempat kerja tanpa mengeluh. Lebih menekankan pada aspek-aspek positif organisasi daripada aspek negatif.

4) Civic virtue, yaitu terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi dan peduli pada kelangsungan hidup organisasi. Perilaku yang dapat dijelaskan sebagai

partisipasi aktif karyawan dalam hubungan keorganisasian, misalnya

menghadiri rapat, menjawab surat-surat dan selalu mengikuti isu-isu terbaru

yang menyangkut organisasi.

5) Conscientiousness, yaitu melakukan hal-hal yang menguntungkan organisasi seperti mematuhi peraturan-peraturan di organisasi. Mengacu pada seorang

karyawan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan (dalam hal

keperilakuan) dilakukan dengan cara melebihi atau diatas apa yang telah

disyaratkan.

Skala Marrison merupakan salah satu pengukuran OCB yang sudah

disempurnakan dan memiliki kemampuan psikometrik yang baik (Aldag dan

Resckhe, 1997:4 seperti dikutip Mahrani, 2009). Skala ini mengukur kelima

dimensi OCB:

1. Dimensi Altruism, merupakan perilaku membantu orang tertentu. Karakteristik sebagai berikut:

a. Menggantikan rekan kerja yang tidak masuk atau istirahat

b. Membantu orang lain yang pekerjaannya overload

c. Membantu proses orientasi karyawan baru meskipun tidak diminta

d. Membantu mengerjakan tugas orang lain pada saat mereka tidak masuk

e. Meluangkan waktu untuk membantu orang lain berkaitan dengan

permasalahan-permasalahan pekerjaan

(36)

g. Membantu orang lain di luar departemen yang memiliki permasalahan

h. Membantu pelanggan dan para tamu jika mereka membutuhkan bantuan

2. Dimensi Conscientiousness, perilaku yang melebihi prasarat minimum seperti kehadiran, kepatuhan terhadap aturan, dll. Karakteristiknya sebagai berikut:

a. Tiba lebih awal, sehingga siap bekerja pada saat jadwal kerja dimulai

b. Tepat waktu setiap hari tidak peduli pada musim ataupun lalu lintas, dll.

c. Berbicara seperlunya dalam percakapan di telepon

d. Tidak menghabiskan waktu untuk pembicaraan di luar pekerjaan

e. Datang segera jika dibutuhkan

f. Tidak mengambil kelebihan waktu meskipun memiliki ekstra enam hari

3. Dimensi sportmanship, kemauan untuk bertoleransi tanpa mengeluh, menahan diri dari aktivitas-aktivitas mengeluh dan mengumpat. Karakteristiknya sebagai

berikut:

a. Tidak menemukan kesalahan dalam organisasi

b. Tidak mengeluh tentang segala hal

c. Tidak membesar-besarkan permasalahan di luar proporsinya

4. Dimensi civic virtue, keterlibatan dalam fungsi-fungsi organisasi. Karakteristiknya sebagai berikut:

a. Memberikan perhatian pada fungsi-fungsi yang membantu image organisasi b. Memberikan perhatian pada pertemuan-pertemuan yang dianggap penting

c. Membantu mengatur kebersamaan secara departemental

5. Dimensi courtesy, menyimpan informasi tentang kejadian-kejadian maupun perubahan-perubahan dalam organisasi. Karakteristiknya sebagai berikut:

a. Mengikuti perubahan-perubahan dan perkembangan dalam organisasi

b. Membaca dan mengikuti pengumuman-pengumuman organisasi

c. Membuat pertimbangan dalam menilai apa yang terbaik untuk organisasi

Graham mengidentifikasi 4 (empat) dimensi organizational citizenship behavior (OCB) seperti yang dikutip Ali et al. (2010), yaitu:

1) Interpersonal helping, yang berarti untuk membantu rekan kerja pada tugas ketika bantuan tersebut dibutuhkan.

(37)

3) Personal industry, yang berarti untuk melakukan tugas-tugas tertentu diluar tugas pokoknya.

4) Loyal boosterism, yang berarti untuk mempromosikan citra organisasi kepada pihak luar.

2.1.3. Organizational Citizenship Behaviour (OCB) bagi

Perusahaan

Cohen dan Vigoda (2000) mencatat bahwa organizational citizenship behavior (OCB) meningkatkan efektifitas organisasi melalui banyak cara. Berbagai manfaat dari organizational citizenship behavior (OCB) meliput i:

a) Peningkatan produktivitas rekan kerja dan manajerial

b) Efisiensi yang unggul dalam penggunaan dan alokasi sumber daya

c) Mengurangi biaya pemeliharaan

d) Koordinasi yang lebih baik dari kegiatan organisasi di seluruh individu,

kelompok, dan departemen fungsional

e) Meningkatkan daya tarik organisasi untuk merekrut karyawan baru yang

berkualitas tinggi

f) Meningkat stabilitas kinerja dalam organisasi

g) Peningkatan kemampuan organisasi untuk beradaptasi secara efektif terhadap

perubahan lingkungan.

2.1.4.Pengaruh Keadilan Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi dan

Organizational Citizenship Behaviour (OCB)

Berbagai penelitian terkait dengan keadilan organisasi, komitmen organisasi

dan organizational citizenship behavior telah dilakukan. Salah satunya oleh Organ dan Konovsky (1989) yang menegaskan, persepsi karyawan pada tingkat keadilan

di tempat kerja mungkin faktor penting bagi munculnya OCB. Lebih lanjut

dikatakan bahwa ketika karyawan diperlakukan adil oleh organisasi, maka

karyawan tersebut akan berlaku adil pula pada organisasi, asalkan mereka yakin

bahwa "perlakuan yang adil" tersebut akan terus berlanjut. Karena jika karyawan

diperlakukan tidak adil, maka persepsi mereka tentang hubungan kerja dengan

(38)

menjamin kompensasi untuk diri mereka sendiri. Perasaan mendapatkan

perlakuan yang adil kemungkinan akan meningkatkan OCB.

Dana dan Hasanbasri (2007) menyatakan suatu organisasi dimana para

pekerjanya dipandang dan diperlakukan sebagai seorang anggota keluarga besar

organisasi, akan merupakan dorongan yang sangat kuat untuk meningkatkan

komitmen organisasi. Pada gilirannya komitmen organisasi yang tinggi akan

berakibat pada berbagai sikap dan perilaku positif, seperti misalnya menghindari

tindakan, perilaku dan sikap yang merugikan nama baik organisasi, kesetiaan

kepada pimpinan, kepada rekan setingkat dan kepada bawahan, produktivitas yang

tinggi, kesediaan menyelesaikan konflik melalui musyawarah dan sebagainya.

Organ & Ryan (1995), dalam tinjauan meta-analisis mereka dari 55

penelitian ditemukan bahwa kepuasan, keadilan dan komitmen organisasi

merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan organizational citizenship behavior (OCB) dalam sejumlah besar kasus. Hal ini menunjukan hubungan antara kepuasan, keadilan, komitmen, dan organizational citizenship behavior

(OCB) pada tingkat individu, bagaimanapun, dapat menciptakan sikap positif

yang mendasari tentang pekerjaan dan organisasi yang mendorong orang untuk

mengejar atau mewujudkan organizational citizenship behavior (OCB).

Berbagai penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa keadilan organisasi

merupakan salah satu faktor penting bagi peningkatan komitmen karyawan pada

organisasi karena karyawan yang merasakan keadilan ditempat kerja akan

terdorong untuk meningkatkan komitmennya, sehingga karena komitmen

karyawan yang tinggi tersebut akan memunculkan perilaku-perilaku yang positif

dalam rangka mendukung kesuksesan organisasi atau dengan kata lain

memunculkan organizational citizenship behavior (OCB).

2.2.Tinjauan Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

Terdapat berbagai penelitian maupun kajian tentang keadilan organisasi,

komitmen organisasi dan organizational citizenship behavior (OCB) yang pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu yang dianggap relevan, yaitu:

Penelitian pertama yait

(39)

organizational citizenship behavior (OCB). Sampel diambil dari enam organisasi pemerintah di Kuwait. Analisis regresi hirarkis menunjukkan bahwa semua

variabel independen yang diteliti berhubungan secara signifikan dengan

organizational citizenship behavior (OCB). Kedua variabel keadilan distributif dan prosedural berkorelasi positif dengan ukuran perilaku kewarganegaraan,

korelasi kuat ditunjukan pada keadilan prosedural (r = 0,222, P <001).

Perbandingan hasil menunjukkan bahwa kepuasan kerja mempunyai hubungan

yang kuat terhadap OCB, diikuti oleh keadilan prosedural, keadilan distributif,

dan kemudian komitmen organisasi

Adapun persamaan dengan penelitian ini adalah: .

Variabel keadilan organisasi yang digunakan adalah yang dikembangkan oleh

Niehoff and Moorman (1993).

Sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini adalah:

1. Menggunakan empat variabel yaitu keadilan organisasi, komitmen organisasi,

kepuasan kerja dan organizational citizenship behavior (OCB). Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu komitmen organisasi,

keadilan organisasi dan organizational citizenship behavior (OCB).

2. Variabel komitmen organisasi yang digunakan adalah yang dikembangkan oleh

Mowday et al. (1979) sedangkan dalam penelitian ini menggunakan variabel

yang dikembangkan oleh Meyer dan Allen (1990). Variabel organizational

citizenship behavior (OCB) yang digunakan adalah Altuirisme,

conscientiousness, sportsmanship, courtesy dan civic virtue. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan variabel Obedience (kepatuhan), loyality

(loyalitas) dan participation (partisipasi).

3. Alat analisis yang digunakan adalah model analisis regresi hirarkis sedangkan

dalam penelitian ini menggunakan model analisis SEM.

4. Obyek penelitiannya adalah enam organisasi pemerintah di Kuwait.

Sedangkan penelitian ini adalah karyawan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor.

Penelitian kedua yaitu Ertürk et. al (2004) yang meneliti pengaruh relatif

dan gabungan dari keadilan prosedural, keadilan distributif, komitmen organisasi,

(40)

bahwa komitmen organisasi, kepuasan kerja, keadilan prosedural dan keadilan

distributif memiliki pengaruh yang positif terhadap organizational citizenship behavior (OCB). Temuan ini juga mengungkapkan bahwa, komitmen organisasi dan keadilan prosedural merupakan penentu penting dari tipe perilaku OCB

sementara keadilan distributif memberikan pengaruh yang sangat kuat pada OCB

pekerja kerah biru di industri manufaktur Turki.

Adapun persamaan dengan penelitian ini adalah:

Variabel keadilan organisasi yang digunakan adalah yang dikembangkan oleh

Niehoff and Moorman (1993).

Sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini adalah :

1. Menggunakan empat variabel yaitu keadilan organisasi, komitmen organisasi,

kepuasan kerja dan organizational citizenship behavior (OCB). Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu komitmen organisasi,

keadilan organisasi dan organizational citizenship behavior (OCB).

2. Variabel komitmen organisasi yang digunakan adalah yang dikembangkan oleh

Mowday et al. (1979) sedangkan dalam penelitian ini menggunakan variabel

yang dikembangkan oleh Allen dan Meyer (1990). Variabel organizational

citizenship behavior (OCB) yang digunakan adalah Altuirisme,

conscientiousness, sportsmanship, courtesy dan civic virtue. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan variabel Obedience (kepatuhan), loyality

(loyalitas) dan participation (partisipasi).

3. Alat analisis yang digunakan adalah model analisis regresi hirarkis sedangkan

dalam penelitian ini menggunakan model analisis SEM.

4. Obyek penelitiannya adalah pekerja kerah biru di industri manufaktur Turki.

Sedangkan penelitian ini adalah karyawan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor.

Penelitian ketiga yaitu Ali et. al. (2010) yang meneliti hubungan antara

keadilan organisasi secara keseluruhan dan Organizational Citizenship Behavior

(OCB) para bankir di Pakistan. Sampelnya 280 bankir sektor swasta NWFP.

Dengan menggunakan korelasi pearson dan regresi berganda serta SPSS 15

sebagai alat operasi data, hasilnya menunjukan bahwa dua dimensi keadilan

organisasi yaitu keadilan distributif dan keadilan prosedural ditemukan memiliki

(41)

Secara keseluruhan keadilan organisasi juga ditemukan memiliki hubungan yang

positif signifikan dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB). Adapun persamaan dengan penelitian ini adalah:

Variabel keadilan organisasi yang digunakan adalah yang dikembangkan oleh

Niehoff and Moorman (1993).

Sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini adalah :

1. Menggunakan dua variabel yaitu keadilan organisasi dan organizational citizenship behavior (OCB). Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu komitmen organisasi, keadilan organisasi dan organizational citizenship behavior (OCB).

2. Variabel organizational citizenship behavior (OCB) yang digunakan adalah yang dikembangkan oleh Moorman dan Blakely (1995). Sedangkan dalam

penelitian ini menggunakan variabel Obedience (kepatuhan), loyality

(loyalitas) dan participation (partisipasi).

3. Alat analisis yang digunakan adalah model korelasi pearson dan regresi

berganda serta SPSS 15 sebagai alat operasi data sedangkan dalam penelitian

ini menggunakan model analisis SEM.

4. Obyek penelitiannya adalah para bankir sektor swasta di Pakistan. Sedangkan

dalam penelitian ini adalah karyawan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor.

Penelitian keempat yaitu Dana dan Hasanbasri (2007) yang meneliti

hubungan antara kepuasan kerja dan komitmen organisasi terhadap

Organizational Citizenship Behaviour (OCB) di Politeknik Kesehatan

Banjarmasin. Dengan menggunakan uji korelasi dan regresi hasilnya

menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepuasan

kerja dengan OCB dengan r=0,407; R2=0,165 dan p Value=0,000. Ada hubungan

yang signifikan antara komitmen organisasi dengan OCB dengan r=0,288;

R2=0,83 dan p Value=0,001. Demikian pula ada hubungan yang positif dan

signifikan antara kepuasan kerja dan komitmen organisasi dengan organizational citizenship behavior dengan r=0,441; R2=0,194 dan p Value=0,000.

Adapun persamaan dengan penelitian ini adalah:

Variabel komitmen organisasi yang digunakan adalah yang dikembangkan oleh

(42)

Sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini adalah :

1. Menggunakan variabel yaitu kepuasan kerja, komitmen organisasi dan

organizational citizenship behavior. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan variabel komitmen organisasi, keadilan organisasi dan

organizational citizenship behavior.

2. Variabel organizational citizenship behavior yang digunakan adalah

Altuirisme, conscientiousness, sportsmanship, courtesy dan civic virtue

sedangkan dalam penelitian ini variabel organizational citizenship behavior

yang digunakan adalah Obedience (kepatuhan), loyality (loyalitas) dan

participation (partisipasi).

3. Alat analisis yang digunakan adalah model uji korelasi dan regresi sedangkan

dalam penelitian ini menggunakan model analisis SEM.

4. Obyek penelitiannya adalah karyawan profesional bidang jasa kesehatan yaitu

karyawan di Politeknik Kesehatan Banjarmasin. Sedangkan dalam penelitian

ini adalah karyawan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor.

Dari uraian penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diatas

dapat lihat beberapa hal terkait dengan keadilan organisasi, yaitu:

1. Ada kecenderungan bahwa organisasi pemerintah lebih menekankan pada

praktek-praktek keadilan prosedural. Hal ini dikarenakan organisasi pemerintah

berorientasi pada service oriented (berorientasi pelayanan) sehingga pengawasan keadilan dan gaya manajemen mempengaruhi persepsi keadilan.

Dimana atasan harus memperlakukan bawahan mereka secara adil dan harus

membuat keputusan yang adil terutama berkaitan dengan karyawan. Ketika

bawahan merasa bahwa mereka diperlakukan dan dihargai secara wajar,

mereka akan membalas melalui perilaku organizational citizenship behavior

(OCB)

2. Ada kecenderungan bahwa organisasi swasta lebih menekankan pada

praktek-praktek keadilan distributif. Hal ini dikarenakan organisasi swasta berorientasi

pada profit sehingga ada target yang harus dicapai oleh setiap karyawan dan tercapainya target diartikan dengan adanya reward. Karyawan pada organisasi

swasta lebih menekankan pada keadilan dari praktek-praktek manajerial,

Gambar

Tabel. 1. Kajian Penelitian Terdahulu
Gambar 1. Langkah - langkah Analisis PLS
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Konseptual
Tabel 2. Komposisi Jumlah Pegawai Tetap PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor berdasarkan Jabatan per September 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

– Indikator peringatan, gigi dan arah yang dipilih, kecepatan atau pemindahan gigi otomatis, tinjauan Buku Petunjuk Pengoperasian dan Perawatan (OMM, Operation and Maintenance

memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka atau bapa mertua mereka atau anak- anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara

Diharapkan dapat meningkatkan penyuluhan yang berkualitas dalam melakukan pendidikan kesehatan dengan penggunaan media lembar balik untuk deteksi dini autis pada

Peserta didik diberikan pekerjaan rumah mempersiapkan diri untuk materi siklus kegiatan ekonomi 4 sektor.. Peserta didik diberikan

Tampilan antarmuka dalam sistem pakar berbasis web untuk pembagian harta warisan menurut hukum Islam terdiri dari:. Antarmuka Beranda

Kondisi website Desa Sepahat cukup intensif dalam penyajian informasi berita terkait dengan seputar kegiatan desa. Namun, pada saat ini kurangnya kekuatan jaringan internet yang

Data tabel 5 yang menunjukkan data demografi subyek peneltian terhadap kultur bakteri positif dalam penelitian ini memperlihatkan pasien kelompok umur kurang dari 60 tahun

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa suplementasi 0,30% enzim fitase kompleks (Phylazime) dalam ransum yang menggunakan 20% dedak padi dapat meningkatkan