• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATAAN KURIKULUM

B. Struktur Kurikulum

Konsep dasar dan esensi pendidikan dasar yang dianut para pengambil kebijakan pendidikan dasar pada tingkat nasional, regional, maupun kabupaten/kota, dan pengelola pendidikan dasar pada tingkat satuan pendidikan akan berpengaruh terhadap formula pengembagan kurikulum pendidikan dasar di masa depan. Program belajar atau kurikulum pada setiap jenis pendidikan dasar di masa depan harus dirancang dengan mempertimbangkan esensi dan fungsi pokok pendidikan dasar seperti target pendidikan dasar 9 tahun. Pengembangan kurikulum pendidikan dasar harus dikaitkan dengan karakteristik kualitas sumber daya manusia yang diperlukan untuk kehidupan mereka di masyarakat, dan sekaligus mempertimbangkan karakteristik perbedaan kelompok peserta didik di masing-masing jenis dan jenjang satuan pendidikan dasar.

Konsep dasar komprehensif dan luas tentang fungsi pokok pendidikan dasar tidak hanya dipergunakan untuk masyarakat, tetapi hendaknya tertuju pada suatu kajian tentang praktik dan kebijakan pendidikan dasar pada tingkat awal dari semua negara. Tujuannya, untuk memberikan suatu landasan yang mantap bagi praktik belajar peserta didik di masa depan dan mengembangkan kecakapan hidup ( life skills) yang esensial untuk membekali peserta didik agar mampu hidup bermasyarakat.

Dalam menghadapi harapan dan tantangan masa depan yang lebih baik, pendidikan dipandang sebagai esensi kehidupan baik bagi perkembangan pribadi maupun perkembangan masyarakat. Misi pendidikan, termasuk pendidikan dasar, adalah memungkinkan setiap orang tanpa kecuali mengembangkan dengan sepenuhnya semua bakat individu dan pencapaian potensi kreatifnya, termasuk tanggung jawab terhadap diri sendiri, dan pencapaian tujuan pribadi. Misi ini akan dapat tercapai melalui strategi belajar

32 sepanjang hidup ( learning throughout life) yang dipandang sebagai detak jantung masyarakat.

Dengan mengikuti gagasan konsep belajar sepanjang hidup, pengebangan kurikulum pendidikan dasar harus memberikan tekanan yang lebih besar kepada salah satu dari empat pilar yang diusulkan dan digambarkan sebagai dasar pendidikan, yaitu: belajar hidup bersama (learning to live together). Dalam pola ini, pendidikan dilakukan dengan mengembangkan suatu pemahaman tentang orang lain, sejarah, tradisi, dan nilai-nilai spiritual mereka. Dengan berpijak pada landasan tersebut, pendidikan dasar dapat menciptakan suatu semangat baru yang dibimbing oleh kesadaran tentang risiko atau tantangan masa depan, sehingga mendorong orang melaksanakan proyek bersama atau mengelola konflik yang pasti terjadi, dengan cara yang bijaksana dan damai.

Untuk mendukung terwujudnya gagasan itu, strategi awal pengembangan kurikulum pendidikan dasar adalah penekanan pada pilar pertama dari 4 (empat) pilar pendidikan yang ditekankan UNESCO, yaitu belajar mengetahui (learning to know). Adanya perubahan cepat yang dibawa oleh kemajuan ilmiah dan norma-norma baru tentang kegiatan ekonomi dan sosial, tekanan pada belajar untuk hidup bersama dipadukan dengan suatu pendidikan umum yang cukup luas melalui belajar memperoleh pengetahuan sebagai alat untuk memahami hidup. Pilar berikutnya yang harus dipelajari peserta didik pendidikan dasar adalah belajar menjadi dirinya sendiri (learning to be).

Belajar bekerja ( learning to do) adalah pilar pendidikan yang juga harus dipelajari oleh peserta didik pendidikan dasar. Di samping belajar bekerja melakukan suatu pekerjaan secara lebih umum, peserta didik perlu pula menguasai kemampuan yang memungkinkan nya mampu menghadapi berbagai situasi yang sering tak dapat diduga sebelumnya dan bekerja dalam berbagai tim (team work).

Akhirnya, pilar pendidikan yang keempat, yang harus dipelajari peserta didik pendidikan dasar adalah belajar bersama ( learning to live together). Hal ini berarti bahwa kurikulum (program belajar) pendidikan dasar harus memfasilitasi peserta didik agar belajar lebih bebas dan mempunyai pandangan sendiri yang disertai dengan rasa tanggung jawab pribadi yang lebih kuat untuk mencapai tujuan hidup pribadinya atau tujuan bersama sebagai anggota masyarakat.

33 Untuk mencapai tujuan pendidikan yang bermutu untuk seluruh lapisan peserta didik pendidikan dasar, pengembangan kurikulumnya harus dirancang sebagai keseluruhan dari penawaran lembaga pendidikan ( juklak) termasuk kegiatan di luar kelas / sekolah dengan rangkaian mata pelajaran dan kegiatan yang terpadu. Setiap satuan pendidikan memperoleh identitas atas dasar cara mereka menjalankan program-program belajar yang dikembangkannya. Faktor-faktor yang menentukan isi setiap program harus muncul jauh di luar batas-batas sekolah/satuan pendidikan. Faktor-faktor itu timbul melalui kekuatan-kekuatan sosial, kultural, ekonomi, dan politik. Kurikulum suatu sekolah/satuan pendidikan daar harus mewakili keseluruhan sistem pengaruh yang membangun lingkungan bagi peserta didik. Program itu sendiri terdiri atas unsur-unsur tertentu yang mencakup maksud dan tujuan, kurikulum , metode belajar, dan evaluasi hasil belajar peserta didik.

Pengembangan program belajar (kurikulum) pada tingkat pendidikan dasar harus meliputi hal-hal esensial yang dibutuhkan peserta didik, seperti: mata pelajaran apa yang akan disajikan; untuk maksud-maksud khusus apa mata pelajaran disajikan; bagaimana mata pelajaran tersebut akan disusun dan dihubungkan; dan bagaimana mata pelajaran tersebut diajarkan kepada peserta didik. Dengan kata lain, program belajar pendidikan dasar harus dikembangkan secara terpadu dan berlandaskan pengembangan kemampuan pemecahan masalah kehidupan yang dikuasai peserta didik.

Secara konseptual, pengembangan kurikulum pendidikan dasar masa depan perlu mengakomodasikan secara sistematis dimensi-dimensi pengembangan peserta didik sebagai berikut :

1. Pengembangan individu – aspek-aspek hidup pribadi (dimensi pribadi) : a. Religi : kesadaran beragama.

b. Fisik : kesehatan jasmani dan pertumbuhan. c. Emosi : kesehatan mental dan stabilitas emosi. d. Etika : integritas moral.

e. Estetika : pengajaran kultural dan rekreasi.

2. Pengembangan cara berpikir dan teknik memeriksa – kecerdasan yang terlatih (dimensi kecerdasan).

a. Penguasaan pengetahuan : konsep-konsep dan informasi.

b. Komunikasi pengetahuan: keterampilan untuk memperoleh dan menyampaikan informasi.

c. Penciptaan pengetahuan : cara pemeriksaan, diskriminasi, dan imajinasi. d. Hasrat akan pengetahuan : kesukaan akan belajar.

34 a. Hubungan antarmanusia : kerja sama, toleransi.

b. Hubungan individu – negara : hak dan kewajiban civic , kesetiaan dan patriotisme, solidaritas nasional.

c. Hubungan individu-dunia : hubungan antar-bangsa-bangsa, pemahaman dunia. d. Hubungan individu-lingkungan hidupnya: ekologi.

4. Pemenuhan kebutuhan sosial yang utama dan menyumbang kepada kesejahteraan ekonomi, sosial, dan politik - lapangan teknik (dimensi produktif):

a. Pilihan pekerjaan: informasi dan bimbingan b. Persiapan untuk bekerja: latihan dan penempatan.

c. Rumah dan keluarga: mengatur rumah tangga, keterampilan mengerjakan sesuatu secara sendiri, ranah perkawinan.

d. Konsumen: membeli , menjual, investasi.

Untuk mendukung keterlaksanaan pengembangan kurikulum pendidikan dasar masa depan tersebut, perlu dikembangkan suatu masyarakat belajar (learning society) pada setiap satuan pendidikan dasar. Hal tersebut dimungkinkan, karena setiap aspek kehidupan, baik pada tingkat individual maupun sosial, menawarkan kesempatan untuk belajar dan bekerja.

1. Struktur Kurikulum

Dengan memperhatikan berbagai pertimbangan yang antara lain meliputi karakteristik peserta didik di SD/MI, kajian teoritis, empiris dan yuridis, perbandingan jumlah hari efektif di beberapa negara maju, seperti di Belanda, Cina, Korea, dan Malaysia, perlu dipertimbangkan stuktur kurikulum ideal yang dapat diterapkan di masa mendatang. Sebelum membahas tentang struktur kurikulum, terlebih dahulu disimak kewenangan pengembangan kurikulum untuk tingkat nasional, daerah, dan satuan pendidikan. Karena setiap satuan pendidikan memiliki karakteristik yang berbeda, diperlukan pengaturan pembagian kewenangan.

a. Kewenangan Pengembangan Kurikulum

No. Mata Pelajaran

Kewenangan Pengembangan Kurikulum Pusat Daerah Satuan Pendidikan

1. Pendidikan Agama 100% - -

2. Pendidikan Kewarganegaraan 100% - -

35

No. Mata Pelajaran

Kewenangan Pengembangan Kurikulum Pusat Daerah Satuan Pendidikan

4. Bahasa Indonesia 100% - -

5. Ilmu Pengetahuan Alam 60% 40%

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 60% 40%

7. Pendidikan Seni dan Teknologi - 100%

8. Bahasa Inggris 60% 40%

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

- 100%

B. Muatan Lokal - - 100%

C. Pengembangan Diri - - 100%

b. Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum masa depan tertuang dalam tabel berikut ini:

Struktur Kurikulum SD/MI

KELOMPOK/

PROGRAM MATA PELAJARAN

KELAS I II III IV V VI NASIONAL (WAJIB) 1. Pendidikan Agama 2 2 2 3 3 3 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 3/4 3/4 3/4 4/5 4/5 4/5 4. Matematika 3/4 3/4 3/4 4/5 4/5 4/5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 3 3 3 4 4 4

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2 3 3 3

7. Pendidikan Seni dan teknologi 2 2 2 3 3 3

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 2 2 2 3 3 3 9. Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2 DAERAH (PILIHAN) Muatan Lokal 2 2 2 2 2 SATUAN PENDIDIKAN Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*) 2*) 2*) JUMLAH 25/26 25/26 25/26 33/34 33/34 33/34

*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran Penjelasan:

Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI. Struktur

36 kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut.

1) Kurikulum SD/MI memuat 9 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri seperti tertera pada tabel.

2) Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

3) Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.

4) Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”.

5) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Alokasi waktu untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika disusun berupa rentang dari 3 – 4 jam dan 4 - 5 jam. Untuk daerah-daerah tempat anak-anak telah berbahasa Indonesia sejak kecil karena tidak memiliki bahasa daerah, mungkin jam pelajaran Bahasa Indonesia dapat dikurangi. Selain itu, untuk daerah-daerah tempat anak lebih sering mempraktikkan aktivitas berhitung atau matematika dalam kehidupan sehari-hari mungkin jam pelajaran Matematika dapat dikurangi. Jika jam pelajaran tertentu dapat dikurangi, jam pelajaran mata pelajaran lain yang membutuhkan waktu lebih lama dapatlah ditambah.

6) Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 35 menit.

7) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (tiga caturwulan) adalah 33 - 34 minggu jika hari sekolah adalah hari Senin s.d. hari Sabtu.

37 8) Jam belajar siswa kelas I dan II tiap hari ditambah sehingga mendekati jam belajar

siswa kelas III s.d. VI.

9) Jumlah hari efektif dalam satu tahun ajaran adalah 200 hari.

10) Pembagian kurun waktu pembelajaran menggunakan desain caturwulan. 11) Bahasa Inggris menjadi muatan nasional dimulai dari kelas IV.

12) Kalender pendidikan dibuat oleh tingkat kabupaten / kota dan sekolah menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan.

Dokumen terkait