• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

F. Studi Evaluasi Program Pelatihan Kerja

Sejarah perkembangan rehabilitasi narapaidana dapat ditinjau dengan mengacu pada perkembangan sistem hukum pidana di Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berlaku di Indonesia saat ini merupakan salah satu dari sistem hukum yang diwariskan oleh pemerintahan kolonial Belanda. Dalam pelaksanaannya, pemerintah kolonial Belanda

membangun penjara yang dilengkapi dengan rumah sakit, bengkel kerja dan aturan penjara yang membagi narapidana ke dalam beberapa golongan. Bangunan penjara dan perlakuan terhadap narapidana bukan untuk pembinaan melainkan sebagai bentuk balas dendam atas kejahatan pelaku.

Adanya kritik yang tajam mengenai keadaan yang buruk di lingkungan rumah penjara memicu munculnya pembaharuan pidana penjara menuju perbaikan nasib para narapidana berdasarkan asas kemanusiaan. Pemasyarakatan sebagai tujuan dari pidana penjara dicetuskan pada tanggal 5 Juli 1963 oleh Sahardjo, S.H yang saat itu menjabat sebagai menteri kehakiman RI dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum oleh Universitas Indonesia. Sahardjo merumuskan tujuan pidana penjara, yaitu disamping menimbulkan rasa derita pada narapidana agar bertobat, mendidik supaya ia menjadi anggota masyarakat Indonesia yang berguna. Secara singkat, Sahardjo (1964) menyebut tujuan dari pidana penjara adalah pemasyarakatan.

Dalam sistem pemasyarakatan terdapat dua jenis program pembinaan dan pembimbingan, yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian ditujukan kepada pembinaan mental dan watak narapidana. Sementara itu, pembinaan kemandirian diarahkan pada pembinaan bakat dan keterampilan kepada narapidana supaya setelah bebas menjadi manusia yang mandiri dalam artian akan mendapatkan lapangan kerja yang sesuai dengan keterampilan yang mereka peroleh selama di lembaga pemasyarakatan.

Pelaksanaan pembinaan kemandirian dilakukan dengan memberikan pelatihan kerja kepada narapidana. Setiap narapidana dipekerjakan setiap harinya dengan memberikan pekerjaan bagi para narapidana dan sifatnya wajib untuk diikuti (berdasarkan pasal 15 ayat 1 UU NO.12 tahun 1995). Hal yang sesuai dengan praktik ini adalah bahwa salah satu kegiatan yang dinilai penting dan sangat berguna bagi narapidana adalah dengan memberikan pelatihan. Program pelatihan yang diberikan tetap mengacu pada prinsip pemasyarakatan bahwa pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifat mengisi waktu atau hanya diperuntukkan untuk kepentingan jawatan atau kepentingan negara saja, melainkan diharapkan memberikan manfaat sebagai bekal hidup di masyarakat.

Program pembinaan kemandirian dengan memberikan pelatihan kerja ternyata dirasakan masih kurang berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyaknya mantan narapidana yang setelah bebas kembali melakukan tindakan kriminal yang mengakibatkan mereka masuk kembali Lembaga Pemasyarakatan bahkan banyak yang menjadi residivis. Program pelatihan kerja yang diberikan kepada narapidana selama menjalani hukuman seharusnya dapat membantu narapidana untuk kembali ke masyarakat dan dapat memperoleh pekerjaan sehingga tidak melakukan tindakan kriminal lagi. Dengan banyaknya kasus residivis, maka dapat pula dilihat bahwa tujuan program pelatihan kerja belum tercapai sepenuhnya. Oleh karena itu, dirasakan perlu adanya evaluasi mengenai pelatihan kerja yang dilakukan di Lingkungan Pemasyarakatan untuk mengetahui penyebab masih banyaknya

kasus residivis. Apabila selama ini evaluasi cenderung dilakukan oleh para staff Lembaga Pemasyarakatan dan para pembuat kebijakan, maka sudah saatnya mengambil peran langsung dari para narapidana untuk melakukan evaluasi program.

Evaluasi program pelatihan adalah usaha pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui dan memutuskan cara yang efektif dalam menggunakan sumber-sumber latihan yang tersedia guna mencapai tujuan pelatihan secara keseluruhan. Evaluasi program pelatihan juga memasukkan umpan balik dari peserta yang sangat membantu dalam memutuskan kebijakan mana yang akan diambil untuk memperbaiki pelatihan tersebut. Studi evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan evaluasi terhadap proses pelatihan kerja yang di laksanakan di Lembaga Pemasyarakatan. Evaluasi proses pelatihan adalah evaluasi yang dilakukan terhadap langkah-langkah kegiatan selama proses pelatihan berlangsung. Evaluasi proses dilakukan dengan mengungkapkan pendapat seluruh peserta tentang fasilitator, peserta, materi / isi dan proses pelatihan kerja itu sendiri.

Studi Evaluasi Pelatihan Kerja Dalam Rehabilitasi Narapidana Menurut Perspektif Narapidana Residivis merupakan evaluasi yang diberikan secara langsung oleh para narapidana residivis mengenai program yang dilakukan. Narapidana sebagai subjek dan peserta perlu diberikan kesempatan untuk memberikan evaluasi mengenai program pelatihan kerja secara lebih mendalam. Hal ini dikarenakan pelatihan kerja merupakan kebutuhan narapidana sebagai bekal untuk kembali ke masyarakat setelah bebas dan

habis masa pidananya. Narapidana yang dilibatkan dalam evaluasi program adalah narapidana residivis karena mereka sudah pernah memperoleh pembinaan, namun mereka kembali melakukan tindakan kriminal. Dengan melibatkan peran serta narapindana residivis, diharapkan mereka dapat memberikan evaluasi berupa koreksi dan rekomendasi mengenai program yang dilakukan. Hal ini untuk mengetahui apa saja yang menyebabkan mereka kembali melakukan tindakan kriminal sedangkan mereka sebelumnya sudah pernah memperoleh pembinaan. Hasil evaluasi ini nantinya merupakan evaluasi yang akurat mengenai reentry program yang bisa digunakan oleh para praktisi. Dengan adanya data evaluasi ini, maka dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi pembuat kebijakan supaya berpikir secara substansif dengan melihat isinya yang mengatur hak dan kewajiban orang-orang yang tunduk pada hukum dan bukan terlalu idealis dengan tindakan kriminal beserta hukumannya. Hal yang lebih penting dari hasil evaluasi ini adalah dapat digunakan untuk mengidentifikasi reentry program yang lebih efektif karena terlaksananya reentry program merupakan tantangan sosial di mana narapidana akan kembali ke masyarakat dan tinggal di dalam masyarakat.

Skema 2

Studi Evaluasi Program Pelatihan Kerja Untuk Narapidana Menurut Perspektif Narapidana Residivis Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi Narapidana Rehabilitasi narapidana Pemasyarakatan Kepenjaraan Pembinaan dan pelatihan kerja Narapidana bebas Pemenjaraan berulang Evaluasi Rekomendasi

63

Dokumen terkait