• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Komparasi Implementasi Kurikulum 2013 di SMA N 1 Yogyakarta dan SMA N 8 Yogyakarta

Dalam dokumen STUDI KOMPARASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2 (Halaman 113-139)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Studi Komparasi Implementasi Kurikulum 2013 di SMA N 1 Yogyakarta dan SMA N 8 Yogyakarta

Studi komparasi merupakan kajian penelitian yang membandingkan 2 atau lebih praktek dan hasil-hasil penyelenggaraan pendidikan yang terjadi di dalam masyarakat. Dalam hal ini hal yang diperbandingkan adalah implementasi kurikulum 2013 di sekolah. Berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai dari studi komparasi ini adalah melioristik. Pada akhirnya tujuan studi komparasi ini adalah dalam rangka mengembangkan pendidikan di negeri sendiri.

Kurikulum 2013 merupakan kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam dewasa ini pendidikan di Indonesia seiring berjalannya zaman tentu berubah. Perubahan yang terjadi pada pendidikan di Indonesia adalah perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ke Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 diharapkan mampu untuk memberikan perubahan yang signifikan kepada siswa dan sekolah dalam mengembangkan pendidikan dan mencerdaskan anak bangsa.

Awal mulanya implementasi kurikulum 2013 dilaksanakan di seluruh sekolah di Indonesia. Namun ditengah jalannya implementasi kurikulum 2013, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengkaji kembali dalam hal penunjukkan sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013. Alasan mengkaji kembali implementasi kurikulum 2013 di seluruh sekolah karena di rasa masih terlalu banyak hambatan

98

dan masalah yang terjadi dilapangan. Misalnya terkait dengan kesiapan sekolah, guru, dan sarana pendukung dalam hal ini adalah buku tentang kurikulum 2013. Kemudian implementasi kurikulum 2013 itu di kaji oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun pelajaran berikutnya yaitu tahun pelajaran 2014/ 2015. Pada awal semester kedua tahun pelajaran 2014/ 2015 pemerintah mengeluarkan kebijakan bahwa sekolah yang telah melaksanakan kurikulum 2013 selama 3 semester terdahulu boleh melanjutkan menggunakan kurikulum 2013 di sekolahnya, sedangkan sekolah yang dirasa belum siap kembali ke KTSP 2006.

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta menunjuk 7 sekolah yang mengimplementasikan kurikulum 2013 terdiri dari 4 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 3 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah yang ditunjuk adalah SMA N 1, SMA N 2, SMA N 3, SMA N 8, SMK N 2, SMK N 3, dan SMK N 4 pada tahun ajaran 2015/2016 (Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Kurikulum Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta 19 Januari 2016). Namun dalam penelitian ini yang akan di teliti adalah SMA N 1 Yogyakarta dan SMA N 8 Yogyakarta. Penunjukkan kedua sekolah tersebut dengan pertimbangan awal adalah sekolah eks-RSBI. Selain itu kedua sekolah tersebut adalah sekolah yang memang favorit bagi masyarakat Kota Yogyakarta, sehingga kedua sekolah tersebut menjadi piloting project untuk kurikulum 2013.

99

Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 di SMA N 1 Yogyakarta dan SMA N 8 Yogyakarta, terdapat beberapa aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan suatu implementasi. Aspek tersebut saling berhubungan satu sama lain, yang terdiri dari:

a. Komunikasi

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran suatu kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran. (Subarsono, 2005: 90-92)

Berdasarkan hasil penelitian, di SMA N 1 Yogyakarta proses sosialisasi tentang kurikulum 2013 sudah dilakukan. Sosialisasi kurikulum 2013 di SMA N 1 Yogyakarta dilakukan secara periodik dan berkala. Untuk SMA N 1 Yogyakarta sosialisasi tentang kurikulum 2013 juga di tujukan kepada orang tua/ wali murid pada saat ada kegiatan pertemuan antara pihak sekolah dengan orang tua, sehingga dengan adanya sosialisasi tersebut diharapkan memberi informasi terbaru

100

terkait dengan pelaksanaan kurikulum 2013 di SMA N 1 Yogyakarta.

SMA Negeri 1 Yogyakarta sudah siap untuk melaksanakan kurikulum 2013. Hal ini dibuktikan dengan siapnya berbagai aspek yang ada disekolah seperti guru, sarana dan prasarana, dan lingkungan sekolah yang kondusif akademik. Selain itu guru mempersiapkan program-program yang meliputi Program Tahunan, Program Semester untuk mendukung implementasi kurikulum 2013 agar bisa berjalan dengan baik.

Di SMA N 8 Yogyakarta proses sosialisasi tentang kurikulum 2013 sudah dilakukan. Sosialisasi kurikulum 2013 di SMA N 8 Yogyakarta dilakukan secara periodik dan berkala. Sosialisasi tentang kurikulum 2013 ditujukan kepada guru, siswa dan orang tua. Setiap ada perubahan yang terjadi tentang kurikulum 2013, pihak sekolah secara tanggap langsung memberitahukan informasi tersebut kepada warga sekolah SMA N 8 Yogyakarta.

Sebelum SMA N 8 Yogyakarta melaksanakan kurikulum 2013, pihak sekolah memberikan pemahaman kepada seluruh komponen yang ada di sekolah bahwa SMA N 8 dijadikan sebagai piloting project untuk kurikulum 2013. Pada dasarnya SMA N 8 Yogyakarta telah siap untuk melaksanakan kurikulum 2013, dilihat dari berbagai aspek yang ada di

101

sekolah, seperti guru, siswa, sarana prasarana pendukung, lingkungan sekolah, dan lain-lain.

Perbandingan antara SMA N 1 Yogyakarta dan SMA N 8 Yogyakarta dalam implementasi kurikulum 2013 dilihat dari aspek sosialisasi kurikulum 2013 dan kesiapan sekolah dalam menerapkan kurikulum 2013, di SMA Negeri 1 Yogyakarta dan SMA Negeri 8 Yogyakarta, kedua sekolah tersebut memang sudah siap untuk melaksanakan kurikulum 2013 dilihat dari segi sumber daya, sarana prasarana dan lingkungan sekolah yang mendukung untuk melaksanakan kurikulum 2013. Sehingga tidak ada perbedaan yang mencolok diantara kedua sekolah dalam melaksanakan kurikulum 2013 dilihat dari aspek sosialisasi kurikulum 2013 dan kesiapan sekolah.

Menurut Mulyasa (2013 : 48), sosialisasi kurikulum 2013 perlu dilakukan terhadap berbagai pihak yang terkait dalam implementasinya, serta terhadap seluruh warga sekolah, bahkan terhadap masyarakat dan orang tua peserta didik. Sosialisasi ini penting, terutama agar seluruh warga sekolah mengenal dan memahami visi misi sekolah, serta kurikulum yang akan di implementasikan. Sosialisasi bisa dilakukan oleh jajaran pendidikan di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang bergerak dalam bidang pendidikan (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan) secara proporsional dan professional. Sosialisasi

102

perlu dilakukan secara matang kepada berbagai pihak agar kurikulum baru yang ditawarkan dapat dipahami dan diterapkan secara optimal. Karena sosialisasi merupakan langkah penting yang akan menunjang dan menentukan perubahan kurikulum.

Selain kesiapan sekolah dan sosialisasi kurikulum 2013, pada aspek komunikasi adalah koordinasi dan kerja sama antar warga sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 di masing-masing sekolah. Dari hal tersebut diketahui bahwa sekolah memiliki cara tersendiri dalam bekerjasama dan berkoordinasi untuk melaksanakan kurikulum 2013.

Koordinasi dan kerjasama yang terwujud di SMA N 1 Yogyakarta adalah kepala sekolah mengadakan briefing kepada guru yang secara rutin dilaksanakan setiap hari senin untuk lebih menguatkan materi dalam kurikulum 2013. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana dan bagaimana implementasi kurikulum 2013 di SMA N 1 Yogyakarta. Pada forum itu bisa diketahui apa ada hambatan yang terjadi dalam melaksanakan kurikulum 2013 di SMA N 1 Yogyakarta.\

Di SMA N 8 Yogyakarta, bentuk koordinasi dan kerjasama antar warga sekolah diketahui bahwa ada proses motivasi antara kepala sekolah dan guru serta ada monitoring untuk mengetahui dan mencari solusi bersama jika terdapat kesulitan

103

dalam menerapkan kurikulum 2013 di SMA Negeri 8 Yogyakarta.

Perbandingan antara SMA N 1 Yogyakarta dan SMA N 8 Yogyakarta dalam hal koordinasi dan kerja sama antar warga sekolah diketahui bahwa kedua sekolah memiliki karakteristik tersendiri. Jika di SMA N 1 Yogyakarta bentuk kerjasama dan koordinasi di lakukan dengan membentuk suatu forum antar kepala sekolah dan guru yang di lakukan secara rutin untuk melihat implementasi kurikulum di SMA N 1 Yogyakarta, namun jika di SMA N 8 Yogyakarta terjadi proses motivasi dan sharing antara kepala sekolah dan guru terkait dengan implementasi kurikulum 2013 di SMA N 8 Yogyakarta serta ada monitoring untuk mengetahui dan mencari solusi bersama jika terdapat kesulitan dalam menerapkan kurikulum 2013 di SMA Negeri 8 Yogyakarta.

Menurut Mulyasa (2013 : 44), dalam rangka mensukseskan implementasi kurikulum 2013 dan menyiapkan guru yang siap menjadi fasilitator pembelajaran, hendaknya diadakan musyawarah antara kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah dan komite sekolah. Musyawarah tersebut diperlukan, terutama untuk menganalisis, mendiskusikan, dan memahami terkait dengan implementasi kurikulum 2013.

104

Aspek terakhir yang dilihat pada variabel komunikasi adalah melihat bagaimana partisipasi warga sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Di SMA Negeri 1 Yogyakarta partisipasi warga sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 secara umum bagus. Seluruh komponen yang ada di SMA N 1 Yogyakarta sudah memiliki kesamaan berpikir bahwa kurikulum 2013 itu merupakan cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan dengan adanya kurikulum 2013 ini merupakan cara untuk meningkatkan pembelajaran yang ada di SMA N 1 Yogyakarta. Di SMA N 8 Yogyakarta, partisipasi warga sekolah dalam menerapkan kurikulum 2013 sudah dapat dikatakan maksimal, karena kepala sekolah memberi motivasi lebih kepada warga sekolah untuk melaksanakan kurikulum 2013 di SMA N 8 Yogyakarta.

Perbandingan SMA N 1 Yogyakarta dan SMA N 8 Yogyakarta dalam hal partisipasi warga sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 diketahui bahwa terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara kedua sekolah tersebut. Perbedaannya diketahui bahwa di SMA N 1 Yogyakarta seluruh komponen yang ada di SMA N 1 Yogyakarta sudah memiliki kesamaan berpikir bahwa kurikulum 2013 itu merupakan cara untuk meningkatkan

105

kualitas pendidikan dan tidak menemukan hambatan yang berarti. Sedangkan di SMA N 8 Yogyakarta partisipasi warga secara keseluruhan dapat dikatakan sudah maksimal.

Menurut Mulyasa (2013: 58), dalam rangka mensukseskan implementasi kurikulum 2013 secara utuh dan menyeluruh, hendaknya setiap sekolah mampu mengembangkan potensi peserta didik secara optimal, terutama dalam kaitannya dengan karakter, akhlak dan moral peserta didik. Dalam hal ini, mendikbud mengungkapkan tiga hal yang tidak boleh lepas dari kurikulum 2013, yakni pengembangan skill, attitude, dan

knowledge. Lebih lanjut dikatakan bahwa desain kurikulum 2013 tidak hanya menekankan pada aspek ilmiah saja. Justru kurikulum 2013 ini akan lebih kaya dengan nilai-nilai seni budaya dan moral.

b. Sumber daya

Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan secara efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumber daya financial. Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa sumber daya,

106

kebijakan hanya tinggal dikertas menjadi dokumen saja. (Subarsono, 2005)

Aspek diamati terkait dengan implementasi kurikulum 2013 di SMA N 1 Yogyakarta dan SMA N 8 Yogyakarta adalah aspek sumber daya. Pada aspek sumber daya ini terdiri dari 3 komponen yang diamati antara lain ; 1) kepemimpinan kepala sekolah, 2) kesiapan guru, dan 3) sarana prasarana.

Pada komponen kepemimpinan kepala sekolah hal yang menjadi sangat penting adalah bagaimana cara kepala sekolah dalam menyelaraskan sumber daya pendidikan yang ada untuk mengimplementasikan kurikulum 2013.

Di SMA N 1 Yogyakarta, kepala sekolah kepala sekolah menghendaki adanya briefing yang secara rutin dilaksanakan antara kepala sekolah dan guru di tingkat internal SMA Negeri 1 Yogyakarta untuk meninjau bagaimana proses implementasi kurikulum 2013 itu berjalan. Selain itu, pada rapat di tingkat dinas pendidikan terdapat adanya proses sinkronisasi terhadap apa yang dilakukan para guru dalam melaksanakan kurikulum 2013 di kelas untuk kemudian ditinjau bagaimana keefektifan dari hal tersebut yang nantinya bisa berpengaruh dalam penilaian kinerja guru (PKG).

Di SMA N 8 Yogyakarta kepala sekolah sering mengadakan dengar pendapat maupun sharing bersama untuk

107

lebih bisa menerima terkait dengan perubahan ke kurikulum 2013 ini. Kemudian kepala sekolah menjelaskan secara lebih mendalam bahwa perubahan yang ada harus di pahami dan dilaksanakan semaksimal mungkin. Dan kepala sekolah SMA N 8 Yogyakarta memberikan pengertian bahwa perubahan yang terjadi adalah tuntutan yang terjadi.

Proses dengar pendapat atau sharing oleh kepala sekolah SMA N 8 Yogyakarta di SMA N 8 di lakukan secara demokratis, peneliti melihat langsung pada saat ada diskusi antara kepala sekolah dan guru di SMA N 8 Yogyakarta tentang kurikulum 2013. Maksud demokratis disini adalah kepala sekolah membuka diri untuk menerima berbagai masukan dari guru-guru di SMA N 8 Yogyakarta terkait dengan implementasi kurikulum 2013, hal ini merupakan salah satu bentuk kepemimpinan kepala sekolah dalam proses implementasi kurikulum 2013 di SMA N 8 Yogyakarta.

Perbandingan aspek kepemimpinan kepala sekolah antara SMA N 1 Yogyakarta dan SMA N 8 Yogyakarta hampir sama, yakni kepala sekolah secara rutin mengadakan pertemuan dan memfasilitasi guru untuk meninjau bagaimana implementasi kurikulum 2013 baik di SMA N 1 Yogyakarta maupun SMA N 8 Yogyakarta. Namun ada perbedaan yang terjadi yakni di SMA N 8 Yogyakarta, kepala sekolah sering mengadakan

108

dengar pendapat maupun sharing bersama untuk lebih bisa menerima terkait dengan perubahan ke kurikulum 2013 ini. Kemudian kepala sekolah menjelaskan secara lebih mendalam bahwa perubahan yang ada harus di pahami dan dilaksanakan semaksimal mungkin. Dan kepala sekolah SMA N 8 Yogyakarta memberikan pengertian bahwa perubahan yang terjadi adalah tuntutan yang terjadi. Dari hal tersebut diketahui bahwa baik kepala sekolah di SMA N 1 Yogyakarta maupun SMA N 8 Yogyakarta mempunyai gaya kepemimpinan tersendiri yang tidak sama untuk melihat bagaimana jalannya implementasi kurikulum 2013 di kedua sekolah tersebut.

Menurut Mulyasa (2013: 40) kunci sukses dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 adalah kepemimpinan kepala sekolah, terutama dalam mengoordinasikan, menggerakkan dan menyelaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor penentu yang dapat menggerakkan semua sumberdaya sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.

Keberhasilan kurikulum 2013, menuntut kepala sekolah yang demokratis professional, sehingga mampu menumbuhkan iklim demokratis di sekolah, yang akan mendorong terciptanya

109

iklim yang kondusif bagi terciptanya kualitas pendidikan dan pembelajaran yang optimal untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik.

Aspek kedua yang diamati adalah pada kesiapan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Di SMA N 1 Yogyakarta guru pada dasarnya sudah siap dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Yogyakarta. Namun masih perlu adanya pelatihan terkait dengan kurikulum 2013, karena guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta merasa adanya pelatihan guru tersebut di rasa belum cukup efektif, karena dirasa selalu ada perubahan yang terjadi dalam setiap pelatihan itu terutama perubahan aturan pada aspek penilaian. Selain itu guru merasa pelatihan tersebut hanya bersifat administrasi saja. Guru menginginkan bahwa materi diklat seharusnya perlu di kembangkan lagi.

Pada kesiapan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 di SMA N 8 Yogyakarta semua guru mengatakan sudah siap. Namun hal yang masih menjadi masalah adalah kaitannya dengan pelatihan guru yang dirasa belum cukup efektif. Pendapat guru di SMA N 1 sama dengan guru di SMA N 8 bahwa pelatihan yang ada belum efektif dan belum optimal dikarenakan tidak ada perubahan yang berarti dalam pelatihan tersebut, dan juga dalam proses pelatihan/

110

diklat tersebut diiringi dengan banyak perubahan-perubahan yang terjadi misalnya, perubahan peraturan tentang penilaian dari skala 100 ke skala 4, berubah peraturan lagi dari skala 4 kembali ke skala 100, sehingga menyebabkan guru perlu waktu lagi untuk menyesuaikan lagi dengan perubahan peraturan tersebut.

Perbandingan kesiapan guru dalam melaksanakan kurikulum baik itu di SMA N 1 Yogyakarta maupun SMA N 8 Yogyakarta diketahui bahwa kedua sekolah tersebut mengalami hambatan yang sama, yaitu pada pelatihan guru yang dirasa belum efektif dan sering terjadi perubahan-perubahan yang mendasar sehingga guru di kedua sekolah yaitu SMA N 1 Yogyakarta dan SMA N 8 Yogyakarta perlu menyesuaikan lagi. Pelatihan guru yang belum efektif menjadi masalah dan hambatan yang sama bagi guru di SMA N 1 Yogyakarta dan SMA N 8 Yogyakarta, untuk itu pihak sekolah mempunyai cara masing-masing untuk menanggulangi masalah dan hambatan yang terjadi tersebut.

Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya peserta didik dalam belajar. Guru pada kurikulum 2013 guru di anggap sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar dan mengajar di kelas. Karena dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan

111

saintifik, sehingga menuntut siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajarannya.

Menurut Mulyasa (2013: 41), kunci sukses yang menentukan keberhasilan kurikulum 2013 ada kreativitas guru, karena guru merupakan faktor penting dan berpengaruh, bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya peserta didik dalam belajar. Kurikulum 2013 akan sulit dilaksanakan diberbagai daerah karena sebagian guru belum siap. Ketidaksiapan guru itu tidak hanya terkait dengan urusan kompetensinya, tetapi terkait dengan masalah kreativitasnya, yang juga disebabkan oleh rumusan kurikulum yang lambat disosialisasikan oleh pemerintah. Dalam hal ini, guru-guru yang bertugas di daerah dan di pedalaman akan sulit mengikuti hal-hal baru dalam waktu yang singkat, apalagi dengan pendekatan tematik integratif yang memerlukan waktu untuk memahaminya.

Komponen ketiga yang berpengaruh dalam implementasi kurikulum adalah sarana dan prasarana. Dalam komponen sarana dan prasarana ini, SMA N 1 Yogyakarta dan SMA N 8 Yogyakarta tidak menemui hambatan yang berarti. Karena sarana dan prasarana di kedua sekolah tersebut sudah lengkap dan memadai untuk melaksanakan kurikulum 2013. Pada aspek sarana prasarana ini baik SMA N 1 Yogyakarta maupun SMA

112

N 8 Yogyakarta tidak mengalami masalah yang berarti dikarenakan memang kedua sekolah tersebut merupakan sekolah Eks-RSBI. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam hal sarana prasarana dalam mendukung implementasi kurikulum 2013, SMA N 1 Yogyakarta dan SMA N 8 Yogyakarta tersebut tidak mempunyai hambatan.

Menurut Mulyasa (2013: 49) kunci sukses yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah fasilitas dan sarana prasarana yang memadai, agar kurikulum yang sudah dirancang dapat dilaksanakan secara optimal. Fasilitas dan sarana prasarana yang perlu dikembangkan antara lain seperti laboratorium, pusat sumber belajar, dan perpustakaan serta tenaga pengelola dan penigkatan kemampuan pengelolaannya. Fasilitas dan sumber belajar tersebut perlu didayagunakan seoptimal mungkin, dipelihara dan disimpan dengan sebaik-baiknya.

c. Disposisi

Aspek yang ketiga dalam implementasi kurikulum 2013 pada aspek disposisi. Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat

113

kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif. (Subarsono, 2005)

Dalam proses disposisi ini yang dilihat adalah bagaimana respon antara kepala sekolah, guru dan siswa dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 di sekolahnya masing-masing baik di SMA N 1 Yogyakarta maupun SMA N 8 Yogyakarta.

Di SMA N 1 Yogyakarta respon kepala sekolah terkait dengan implementasinya kurikulum 2013 di sekolah adalah mendapat respon yang baik. Karena kurikulum 2013 mampu membuat anak untuk lebih aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar sesuai dengan yang diamanatkan dalam kurikulum 2013. Selain itu siswa dapat memaksimalkan kegiatan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya dan bisa maju sesuai dengan kemampuan yang ada di dalam dirinya.

Respon guru di SMA N 1 Yogyakarta terkait implementasi kurikulum 2013 di sekolah adalah kurikulum 2013 dari sisi konsep pembelajaran bagus, mendesain untuk proses berpikir 5M, karena terdapat perbedaan yang cukup berarti karena dengan adanya kurikulum 2013 siswa dituntut untuk aktif. Jadi

114

menurut guru di SMA N 1 Yogyakarta konsep pembelajaran kurikulum 2013 itu sudah bagus.

Respon siswa SMA N 1 Yogyakarta terhadap dilaksanakannya implementasi kurikulum 2013 di sekolahnya mendapat respon yang positif. Menurut siswa di SMA N 1 Yogyakarta sistem yang ada di kurikulum 2013 itu sudah bagus, lebih bisa menumbuhkan kreatifitas para siswa.

Di SMA N 8 Yogyakarta respon kepala sekolah terkait dilaksanakannya kurikulum di sekolahnya adalah bagus. Namun juga dalam prosesnya tidak boleh mengesampingkan hal-hal yang mendasar yang nantinya bisa berpengaruh dalam implementasi kurikulum 2013 tersebut.

Respon guru di SMA N 8 Yogyakarta terkait implementasi kurikulum 2013 di sekolah adalah kurikulum 2013 dari sisi konsep pembelajaran itu bagus menuntut para siswanya untuk aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung dikelas.

Respon siswa SMA N 8 Yogyakarta terhadap dilaksanakannya implementasi kurikulum 2013 di SMA N 8 Yogyakarta mendapat respon yang positif dan negatif. Menurut siswa di SMA N 8 Yogyakarta, sisi positif yang didapat dalam kurikulum 2013 adalah membuat siswa untuk lebih aktif dan bisa memanfaatkan teknologi dalam mendukung pembelajaran itu. Namun sisi negatif menurut siswa SMA N 8 Yogyakarta

115

dalam implementasi kurikulum 2013 adalah masih ditemukan guru yang kadang malah malas untuk mengajar dan hanya menyerahkan tugas dengan ala kadarnya.

Perbandingan kedua sekolah dalam hal disposisi yang terdiri dari respon kepala sekolah, guru, dan siswa terkait dengan implementasi kurikulum 2013 baik di SMA N 1 Yogyakarta maupun SMA N 8 Yogyakarta, secara umum tidak ada perbedaan yang berarti. Seluruh komponen yang ada di SMA N 1 Yogyakarta maupun SMA N 8 Yogyakarta menerima dengan baik ditunjuknya kedua sekolah tersebut untuk melaksanakan kurikulum 2013, karena memang sudah menjadi suatu kewajiban untuk kedua sekolah tersebut untuk menjadi role model bagi sekolah lain untuk melaksanakan kurikulum 2013.

Selain itu proses yang lebih membuat siswa untuk aktif juga membuat siswa merasa lebih bisa mengeksplore sejauh mana kemampuan yang dimilikinya. Proses kurikulum 2013 yang sudah berjalan selama 3 tahun pelajaran yang di mulai pada tahun ajaran 2013 sampai tahun ajaran 2016 dirasa sudah berkembang baik di setiap tahunnya. Hal ini tentunya bisa menjadi acuan bagi pemerintah untuk segera melaksanakan kurikulum 2013 tersebut ke seluruh sekolah yang ada di

116

Indonesia. Sehingga pendidikan di Indonesia bisa maju kedepannya.

d. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi standar (standar operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.

Kebijakan kurikulum 2013 oleh Kemendikbud merupakan kebijakan yang bersifat top-down, karena kebijakan kurikulum 2013 ini berasal dari kebijakan pusat, kemudian di beritahukan ke Dinas Pendidikan masing-masing daerah, sampai nantinya dilaksanakan ditingkatan yang paling bawah yakni, di sekolah.

Sekolah hanya sebagai pelaksana kurikulum 2013 karena unsur struktur birokrasi yang kental dalam kebijakan ini. Terdapat petunjuk teknis ataupun pedoman pelaksanaan yang

Dalam dokumen STUDI KOMPARASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2 (Halaman 113-139)