BAB 2. KONDISI, ISU DAN TANTANGAN
2.2. Lingkungan Strategis
2.2.2. Sub Bidang Bina Marga (Jalan)
Pengelolaan Irigasi : Peningkatan IP dari 1.4 menjadi 2.2 dengan target jaringan irigasi dengan IP < 2.0 •
dan sumber air cukup/terjamin (8 bulan terpenuhi k> 0.6) dengan kegiatan O&P (dengan monitoring unsur unsur operasi) dan rehabilitasi sesuai urutan prioritas (areal, ketersediaan air)
Pengembangan irigasi dengan target luas Areal > 3000 ha dan sumber air cukup/terjamin dengan •
kegiatan peningkatan (khususnya bersumber air dari waduk baru).
2.2.2. Sub Bidang Bina Marga (Jalan)
Tantangan pembangunan sub bidang jalan Æ
Pemenuhan kebutuhan prasarana jalan •
yang berbasiskan pada tata ruang dan sistem transportasi nasional harus memenuhi standar keselamatan jalan dan berwawasan lingkungan dalam menunjang sektor riil, pusat kegiatan ekonomi kreatif, domestic connectivity, dan sistem logistik nasional dalam rangka pencapaian MDGs. Peningkatan peran serta masyarakat •
dalam penyelenggaraan dan pemanfaatan prasarana jalan yang tersedia.
Meningkatkan peran masyarakat dan dunia •
usaha dalam pembangunan serta operasi dan pemeliharaan prasarana jalan untuk meningkatkan rasa memiliki terhadap prasarana jalan yang ada.
Menjaga integrasi nasional melalui sistem •
jaringan jalan nasional, keseimbangan pembangunan antarwilayah terutama percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI), daerah tertinggal, daerah perbatasan, serta mengurangi kesenjangan dalam pulau maupun antara kota dan desa.
Mempertahankan peran dan fungsi prasarana jaringan jalan sebagai pengungkit dan pengunci dalam •
pengembangan wilayah di antara berbagai gangguan bencana alam, maupun kesalahan penggunaan dan pemanfaatan jalan, disamping juga memenuhi kebutuhan aksesibilitas kawasan produksi dan industri serta outlet.
Mengantisipasi pertumbuhan prosentase kendaraan dibandingkan jalan yang telah mencapai 11: 0,4 •
(pendekatan demand approach) yang terus akan mengalami peningkatan seiring perkembangan dan kompetisi global, terutama pada lintas utama dan wilayah perkotaan khususnya 8 (delapan) kota metropolitan.
Meningkatkan keterpaduan sistem jaringan transportasi dan penyelenggaraan secara umum jalan •
daerah di tengah-tengah desentralisasi dan otonomi daerah dan situasi kelembagaan penyelenggaraan jalan yang masih memerlukan perkuatan terutama dalam menyiapkan produk-produk pengaturan, fasilitasi jalan daerah, dan meningkatkan akuntabilitas kinerja penyelenggaraan jalan.
Mengupayakan pengarusutamaan jender dalam proses pelaksanaan kegiatan sub-bidang jalan, baik •
dari segi akses, kontrol, partisipasi, maupun manfaatnya.
Mengantisipasi kompetisi global baik dari segi SDM maupun kesempatan expansi dengan meningkatkan •
daya kompetisi yang terukur dalam GCI
Mengupayakan pembentukan unit pengelola dana preservasi jalan sekaligus memperkenalkan •
insentif pemeliharaan jalan bagi Pemda.
Meningkatkan alternative pembiayaan dan pola investasi jalan. •
Perlunya peningkatan persepsi publik terhadap penyelenggaraan jalan dan kualitas sarana dan •
Isu strategis sub bidang jalan Æ
Jaringan jalan di lintas utama 4 (empat) pulau •
besar, yaitu Lintas Timur Sumatera, Pantai Utara Jawa, Lintas Selatan Kalimantan, dan Lintas Barat Sulawesi masih belum memadai dalam mendukung pertumbuhan ekonomi regional dan nasional, dan 11 (sebelas) ruas strategis di Papua masih sangat kurang dalam mendukung pengembangan potensi wilayah.
Jaringan jalan tol Trans Jawa (koridor •
Jakarta – Surabaya) yang masih belum tersambung dalam mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Masih banyaknya titik kemacetan lalu-•
lintas pada jaringan jalan di perkotaan terutama di 9 (sembilan) kota metropolitan (Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Makassar, dan Banjarmasin) dan kota-kota non-metropolitan. Demikian pula jalan akses yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan nasional, seperti kawasan industri, pelabuhan laut (outlet) dan pelabuhan udara yang masih mengalami kemacetan. Sebagian ruas-ruas baru yang dibangun •
belum dapat berfungsi karena hambatan penyediaan tanah dan kekurangan alokasi dana.
Pembebanan berlebih (overloading) masih •
terjadi terutama pada lintas Pantura Jawa dan lintas Timur Sumatera.
Meningkatkan aksesibilitas bagi daerah •
terisolasi dan terpencil, serta jaringan jalan di kawasan perbatasan dan di pulau-pulau terdepan/terluar terutama pintu gerbang Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) karena belum sepenuhnya berfungsi untuk mendukung transportasi lintas pulau dan melayani mobilitas dan aksesibilitas masyarakat dalam mengembangkan potensi wilayah, meningkatkan kesejahteraan, dan menjaga pertahanan nasional.
Meningkatkan/mempertahankan tingkat kenyamanan prasarana jalan di tengah-tengah keterbatasan •
alokasi pendanaan untuk penanganan jaringan jalan.
Meningkatkan koordinasi kelembagaan penyelenggaraan jalan antara penyelenggaraan jalan nasional, •
jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota serta penyelenggaraan regulasi, kelembagaan, pembagian kewenangan, dan perijinan pemanfaatan ruang jalan (ruang manfaat, ruang milik, ruang pengawasan jalan, dan kawasan di sepanjang koridor jaringan jalan).
Menyelaraskan pembangunan prasarana jalan dengan dengan amanat RTRWN, yang meliputi •
pemantapan jaringan jalan arteri dan kolektor primer.
Daya saing infrastruktur jalan masih rendah dimana berdasarkan GCI (
• Global Competitiveness Index)
ranking Indonesia berada pada posisi 83 dari 133 negara (2011)
Dukungan infrastruktur pada sektor logistik di tahun 2011 masih rendah dimana berdasarkan LPI •
(Logistic Performance Index) nilai Infrastruktur Indonesia masih berada pada poin ±2,5 dari total nilai 5 (baik sekali).
Percepatan dan perkuatan
• Domestic Connectivity (mengintegrasikan antar moda transportasi melalui peningkatan akses jalan ke pelabuhan antar pulau)
Dukungan terhadap: •
Masterplan Percepatan & Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada 6 Koridor
-Ekonomi – Perpres No. 32 tahun 2011, diantaranya penanganan jalan lintas, akses jalan kawasan industri dan pelabuhan, HGH Sumatera, Jalan Tol Trans Sumatera & Jawa, Jalan Tol, MIFEE 13 lokasi Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) – Keppres No. 150 tahun 2000
-melalui dukungan jalan nasional di sekitar lokasi KAPET
2 lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) – UU No. 39 tahun 2009 melalui dukungan jalan nasional
-di sekitar KEK Tanjung Lesung dan KEK Sei Mangke
13 lokasi Pengembangan Ekonomi Kreatif – Inpres No. 6 tahun 2009 melalui dukungan jalan
-nasional di sekitar lokasi pengembangan ekonomi kreatif Merauke Integrated Food & Economy Estate
- (MIFEE) – Inpres No. 5 tahun 2008 melalui dukungan
jalan di kawasan MIFEE Pengembangan
- Metropolitan Priority Area melalui pembangunan FO/UP di Jabotabek dan pembangunan Jalan Akses Cikarang
Penanganan Jalan di Kawasan Perbatasan Kalimantan, NTT dan Papua •
Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat khususnya Pegunungan Tengah – Perpres No. •
65 tahun 2011 diantaranya melalui pembangunan jalan Wamena – Habema – Kenyam – Bts. Batu, Nabire-Wagete-Enarotali, dsb
Penyelenggaraan Dana Preservasi Jalan melalui pembentukan Kelembagaan & Struktur Pendanaan •
Pelaksanaan Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (RUNK) melalui pengurangan jumlah •
blackspot
Kondisi Jalan Daerah yang semakin memburuk dapat menjadi beban jalan nasional makan diperlukan •
terobosan penanganan jalan daerah misalnya melalui konsep hibah.