• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR MENTERI PEKERJAAN UMUM DJOKO KIRMANTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR MENTERI PEKERJAAN UMUM DJOKO KIRMANTO"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2020-2014 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kementerian Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010. Selanjutnya Renstra tersebut mengalami perubahan yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 23/PRT/M/2010 yang telah memuat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/ PRT/M/2010 tentang Perubahan Permen PU Nomor 03/PRT/2010 tentang Indikator Kinerja

Utama mengikuti ketentuan Permenkeu No. 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan

dan Penelaahan RKA K/L Tahun Anggaran 2011.

Memasuki tahun ketiga pelaksanaan Renstra Kementerian, terjadi banyak perubahan lingkungan strategis dan konstelasi kebijakan termasuk adanya Direktif Presiden yang melengkapi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014. Selain itu berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan Renstra sampai dengan tahun ketiga,

terdapat kebutuhan untuk penajaman dan penyesuaian arah pembangunan 2 (dua) tahun terakhir Renstra yaitu tahun 2013 -2014 untuk mengakomodir kebutuhan new initiatives yang belum tercantum dalam Renstra Kementerian terdahulu.

Penyesuaian prioritas dan kebijakan pembangunan juga membawa konskuensi untuk menajamkan target 2 (dua) tahun tahunan untuk memenuhi target pembangunan yang hendak dicapai dalam 5 (lima) tahun.

Dengan dilakukannya review Renstra Kementerian, rencana kinerja pencapaian outcome dan output diharapkan dapat mencapai kinerja yang lebih baik dan memenuhi aspek akuntabilitas berlandaskan kepada sistem akuntansi dan barang milik negara, sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah serta sistem penganggaraan berbasis kinerja.

Selanjutnya seluruh Unit Organisasi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum harus mengacu kepada dokumen review Renstra perubahan dimaksud terutama dalam penyusunan dokumen perencanaan dan pemograman serta pengganggaran masing-masing program Unit Organisasi Eselon I dan kegiatan Unit Organisasi Eselon II. Saya sebagai Menteri Pekerjaan Umum mengharapkan seluruh jajaran dapat menerapkan secara konsekuen keseluruhan sasaran program dan kegiatan. Mudah-mudahan dengan berlandaskan pada nilai-nilai organisasi

dan motto pekerjaan umum, bertindak tepat, bergerak cepat dan bekerja keras, dalam upaya untuk menyediakan tingkat ketersediaan dan pelayanan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang andal dapat terwujud

dalam mendukung pembangunan nasional dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

MENTERI PEKERJAAN UMUM

DJOKO KIRMANTO

(2)
(3)

KATA PENGANTAR . . . . i

DAFTAR ISI . . . . ii

BAB 1. PENDAHULUAN . . . . 1

1.1. Umum . . . 2

1.2. Mandat, Tugas, Fungsi Dan Kewenangan . . . 4

1.3. Peran Infrastruktur Pekerjaan Umum Dan Permukiman . . . . 12

1.4. Standar Pelayanan PU Dan Penataan Ruang . . . 15

BAB 2. KONDISI, ISU DAN TANTANGAN . . . . 19

2.1. Evaluasi Hasil Pembangunan 2010 - 2012 . . . 20

2.1.1. Infrastruktur Sumber Daya Air . . . . 20

2.1.2. Infrastruktur Jalan Dan Jembatan (Termasuk Jalan Tol) . . . . 24

2.1.3. Pembangunan Infrastruktur Permukiman . . . . 26

2.1.4. Penataan Ruang . . . 31

2.1.5. Penyelenggaraan Konstruksi Dan Litbang . . . 37

2.1.6. Dukungan Kesekretariatan Kementerian Pekerjaan Umum . . . 42

2.2. Lingkungan Strategis . . . 45

2.2.1. Sub Bidang Sumber Daya Air (SDA) . . . 49

2.2.2. Sub Bidang Bina Marga (Jalan) . . . . 52

2.2.3. Sub Bidang Ke-Cipta Karya-An (Infrastruktur Permukiman) . . . . 56

2.2.4. Sub Bidang Jasa Konstruksi . . . . 59

2.2.5. Sub Bidang Penataan Ruang . . . 63

2.2.6. Bidang Penelitian Dan Pengembangan (Litbang) . . . . 65

2.2.7. Pengawasan . . . 66

2.2.8. Sekretariat Jenderal . . . . 66

2.2.9. Kelembagaan Dan SDM . . . 68

BAB 3. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN . . . . 71

3.1. Visi . . . 72

(4)

3.2. Misi . . . 72

3.2.1. Misi Kelembagaan Kementerian PU . . . 72

3.2.2. Nilai-Nilai Kementerian PU . . . 75

3.3. Tujuan . . . 76

3.4. Sasaran . . . 76

3.4.1. Sasaran Kementerian . . . 76

3.4.2. Sasaran Strategis . . . 78

BAB 4. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI . . . . 83

4.1. Arahan Jangka Panjang Dan Tahapan Kedua Rpjpn . . . . 84

4.2. Arahan Kebijakan Nasional 2010 - 2014 . . . 87

4.2.1. Misi Pemerintah Tahun 2010-2014 . . . 87

4.2.2. Kebijakan Pengarusutamaan . . . 88

4.2.3. Arah Kebijakan Umum dan Prioritas Pembangunan Nasional . . . 89

4.2.4. Arah dan Kebijakan Pembangunan Kewilayahan . . . 92

4.3. Strategi Dan Kebijakan Umum Pembangunan Infrastruktur Pu Dan Permukiman . . . . 94

4.4. Kebijakan Baru/Khusus Dalam Rkp 2010 - 2012 . . . 97

4.4.1. Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) . 97 4.4.2. Master Plan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) . . . 101

4.4.3. Percepatan Pembangunan Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur . . . 102

4.4.4. Peningkatan Ketahanan Pangan . . . 103

4.4.5. Penanganan Transportasi Kota-kota Besar, dan Perluasan Kesempatan Kerja . . . 103

4.5. Kebijakan Dan Strategi Operasional Penyelenggaraan Bidang Pu Dan Penataan Ruang . . . . 104

4.5.1. Kebijakan Penataan Ruang . . . 104

4.5.2. Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Air . . . 105

4.5.3. Kebijakan Pembangunan Prasarana Jalan . . . . 106

4.5.4. Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Permukiman . . . . 106

4.5.5. Kebijakan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Teknologi . . . . 108

4.6. Kebijakan Dan Strategi Operasional Penyelenggaraan Bidang Pu Dan Penataan Ruang . . . . 109

4.6.1. Strategi Penyelenggaraan Bidang PU dan Penataan Ruang . . . 109

(5)

5.1. Program Dan Kegiatan 2010 – 2014 . . . 130

5.1.1. Program Pengelolaan Sumber Daya Air . . . 138

5.1.2. Program Penyelenggaraan Jalan . . . . 139

5.1.3. Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman . . . . 140

5.1.4. Program Penyelenggaraan Penataan Ruang . . . 141

5.1.5. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pekerjaan Umum . . . 142

5.1.6. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU . . . 143

5.1.7. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabiilitas Aparatur Kementerian Peker-jaan Umum . . . 144

5.1.8. Program Pembinaan Konstruksi . . . 144

5.1.9. Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU . . . . 145

5.2. Pendanaan . . . 146

5.3. Output Kegiatan . . . 156

(6)
(7)

1

BAB

(8)

1.1. UMUM

Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum 2010–2014 disusun berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Rencana Strategis Kementerian tersebut merupakan dokumen perencanaan kementerian untuk periode 5 (lima) tahun

yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 dan bersifat indikatif (lihat Gambar 1.1).

Gambar 1.1 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU Nomor 25 Tahun 2004)

BAB 1

(9)

Renstra Kementerian merupakan acuan dalam perencanaan, pemograman dan penganggaran berbasis Kinerja (PBK) untuk penyusunan dokumen

Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (RENJA

KL) dan Rencana Kerja Anggaran Kementerian/ Lembaga (RKA-KL). Sesuai ketentuan, penyusunan Renstra juga mengacu kepada Undang-Undang No.27 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Selanjutnya Renstra juga merupakan salah satu komponen dalam sistem manajemen kinerja yang merupakan siklus perencanaan, pemograman, penganggaran, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, sehingga penyusunan Renstra juga harus berlandaskan pada ketentuan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

Renstra Kementerian PU 2010–2014 disususun

berlandaskan pada tugas dan fungsi kementerian,

amanat Undang Undang sektor ke-PU-an, juga berlandaskan pada pemetaan kondisi lingkungan strategis, tantangan serta isu-isu strategis yang terus berkembang serta mengacu pada arah strategi kebijakan yang ditetapkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010–2014 maupun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025.

Susunan Renstra 2010–2014 meliputi pemaparan

tentang kedudukan Kementerian Pekerjaan Umum

(PU) terkait tugas, fungsi, mandat dan kewenangan;

kondisi dan tantangan penyelenggaraan bidang

pekerjaan umum dan penataan ruang; visi, misi, tujuan dan sasaran Kementerian PU; kebijakan dan strategi penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman; program

dan kegiatan serta outcome dan output target capaian dan skenario pendanaannya sebagai acuan perencanaan, pemograman, penganggaran dan

evaluasi penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan

(10)

Renstra Kementerian Pekerjaan Umum selanjutnya menjadi acuan dalam penyusunan Renstra

masing-masing Unit Organisasi Eselon I (Satminkal) dan Unit Organisasi Eselon II serta RENJA K/L dan RKA K/L di

lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2010- 2014. 1.2. MANDAT, TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN

Memasuki tahap kedua pelaksanaan pembangunan jangka panjang (2010 – 2014), tatanan Kementerian/Lembaga telah memiliki landasan hukum yang kuat dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara dan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 47 tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara. Sesuai Undang-Undang tersebut, Kementerian PU termasuk dalam kelompok kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Berdasarkan ketentuan tersebut Kementerian Negara mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan

pemerintahan negara. Adapun fungsi Kementerian

PU dalam Perpres tersebut adalah: perumusan,

penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya;

pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang

menjadi tanggung jawabnya; pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya; pelaksanaan

bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan

urusan kementerian di daerah; dan pelaksanaan

kegiatan teknis yang berskala nasional.

Undang-Undang sektor ke-PU-an meliputi

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan,

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Undang-Undang Nomor 28

(11)

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, dan Undang-Undang Nomor 18

Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.

Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, mandat yang diberikan kepada Kementerian PU yang terbagi ke dalam 2 (dua) bidang utama, yaitu bidang PU dan

penataan ruang. Bidang PU meliputi sub bidang

sumber daya air, sub bidang jalan, sub bidang persampahan, drainase, air minum, air limbah, bangunan gedung dan lingkungan, permukiman, perkotaan dan perdesaan, dan sub bidang jasa konstrusi.

Peraturan perundang-undangan tersebut menyatakan bahwa Bidang PU dan Penataan Ruang adalah

salah satu urusan pemerintahan yang bersifat concurrent atau dilaksanakan bersama oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Kewenangan penyelenggaraan Bidang PU dan Penataan Ruang sebagian berada di

tingkat Pemerintah dan sebagian telah menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Kementerian Pekerjaan Umum dalam periode 2010-2014 akan menangani keseluruhan aspek penyelenggaraan infrastruktur PU-KIM yaitu; aspek pengaturan, pembinaan, pengembangan, pelaksanaan dan pengawasan (TURBINBANG/LAKWAS)

yang merupakan kewenangan pemerintah. Untuk penyelenggaraan kewenangan Kementerian PU terdapat

urusan yang akan dilaksanakan sendiri, yang sebagian dapat didekonsentrasikan untuk kegiatan yang bersifat non fisik, atau yang dapat ditugas-pembantuankan untuk kegiatan yang bersifat fisik, khususnya untuk sub

bidang Sumber Daya Air, Bina Marga, dan bidang Penataan Ruang.

Dalam menyelenggarakan mandat, tugas dan fungsinya, kewenangan Kementerian PU dilakukan melalui:

penetapan kebijakan di bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk mendukung pembangunan

secara makro

penetapan pedoman untuk menentukan standar pelayanan minimum yang wajib dilaksanakan oleh

kabupaten/kota di bidang pekerjaan umum dan permukiman

penetapan kriteria penentuan dan perubahan fungsi ruang kawasan/lahan wilayah •

penyusunan rencana nasional secara makro di bidang pekerjaan umum dan permukiman

penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga profesional/ahli serta •

persyaratan jabatan di bidang pekerjaan umum dan permukiman

pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi kelembagaan, pemberian •

(12)

pedoman/bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi di bidang pekerjaan umum dan permukiman

pengaturan penetapan perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan atas nama negara di

bidang pekerjaan umum dan permukiman

penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidang pekerjaan umum dan permukiman

penanggulangan bencana yang berskala nasional di bidang pekerjaan umum dan permukiman

penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidang pekerjaan umum dan permukiman •

pengaturan sistem lembaga perekonomian negara di bidang pekerjaan umum dan permukiman

penyelesaian perselisihan antarprovinsi di bidang pekerjaan umum dan permukiman

penetapan persyaratan untuk penetapan status dan fungsi jalan •

pengaturan dan penetapan status jalan nasional

penetapan pedoman konservasi arsitektur bangunan dan pelestarian kawasan bangunan bersejarah serta

pedoman teknis pengelolaan fisik gedung dan pengelolaan rumah negara

penetapan standar prasarana dan sarana kawasan terbangun dan sistem manajemen konstruksi

penetapan standar pengembangan konstruksi bangunan sipil dan arsitektur

kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-•

undangan yang berlaku, meliputi:

penetapan pedoman perencanaan, pengembangan, pengawasan, dan pengendalian pembangunan *

infrastruktur perumahan dan permukiman

penetapan kriteria penataan perwilayahan ekosistem daerah/ kawasan tangkapan air pada daerah *

aliran sungai dan pedoman pengelolaan sumber daya air

penetapan standar prasarana dan sarana wilayah di bidang sumber daya air dan jaringan jalan *

perencanaan makro dan pedoman pengelolaan sumber daya air lintas provinsi *

penyelenggaraan dan pemberian izin pengelolaan sumber daya air lintas provinsi *

penetapan standar prasarana dan sarana perkotaan dan pedesaan *

penetapan pedoman perizinan penyelenggaraan jalan bebas hambatan lintas provinsi *

penetapan kebijakan dan pembinaan pengembangan bidang konstruksi nasional *

pembangunan dan pemeliharaan jaringan jalan nasional serta prasarana dan sarana sumber daya air *

(13)

Kewenangan dalam aspek pembangunan terlihat antara lain pada penanganan jalan nasional yang telah ditetapkan statusnya oleh Menteri Pekerjaan Umum melalui Kepmen PU No. 376/2004 jo 280/ 2006 (penetapan jalan nasional non-tol) dan Kepmen PU No. 369/2005 jo 280/2006 jo 360/2008 (penetapan jalan

nasional tol dan rencana jalan strategis nasional);

pengembangan / pembangunan /peningkatan / rehabilitasi / pengelolaan / konservasi sumber daya air / jaringan irigasi / rawa / pengendalian banjir dan pengamanan pantai serta penyediaan dan pengelolaan air baku lintas provinsi / Negara / strategis nasional (Undang-Undang Nomor 7 Tahun

2004 tentang Sumber Daya Air); pengendalian dan pemanfaatan ruang kawasan sesuai

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dan Peraturan Pemerintah Nomor 26

Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Khusus sub bidang terkait

ke-CiptaKarya-an, pada prinsipnya hampir semua lingkup tugas pelaksanaan merupakan tanggung-jawab pemerintah kabupaten/kota sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah

Pusat melaksanakan tugas-tugas TURBINWAS dan yang bersifat concurrent atas permintaan daerah dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional dan Standar Pelayanan Minimum (SPM).

Selanjutnya uraian sub-sub bidang urusan

sesuai dengan lingkup TURBINBANGWAS untuk penyelenggaraan infratstuktur PU dan Permukiman dan Penataan ruang pada tingkat nasional yang

merupakan penjabaran sub-sub bidang yang merupakan kewenangan pemerintah secara lengkap dalam tabel 1.1.

(14)

Tabel 1.1. TURBINWAS Sub-Sub bidang Kementerian Pu

SUB BIDANG SUMBER DAyA AIR BINA MARGASUB BIDANG

PENGA

TURAN

penetapan kebijakan nasional sumber daya air 1.

penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai 2.

strategis nasional

penetapan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai 3.

strategis nasional

penetapan dan pengelolaan kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah 4.

sungai strategis nasional

pembentukan Dewan Sumber Daya Air Nasional, wadah koordinasi sumber daya air wilayah sungai lintas provinsi, dan wadah koordinasi 5.

sumber daya air wilayah sungai strategis nasional

penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) pengelolaan sumber daya air 6.

penetapan status daerah irigasi yang sudah dibangun yang menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah, pemerintah provinsi, 7.

dan pemerintah kabupaten/kota

pengesahan pembentukan komisi irigasi antar provinsi 8.

pengaturan jalan secara umum dan pengaturan jalan nasional serta pengaturan jalan tol

PEMBINAAN

penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas 1.

provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional

penetapan dan pemberian rekomendasi teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah pada cekungan 2.

air tanah lintas provinsi dan cekungan air tanah lintas negara

menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,

3.

wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional

pemberian bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada provinsi dan kabupaten/kota 4.

fasilitasi penyelesaian sengketa antar provinsi dalam pengelolaan sumber daya air

5.

pemberian izin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan, dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan

6.

irigasi primer dan sekunder dalam daerah irigasi lintas provinsi, daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategis nasional

pemberdayaan para pemilik kepentingan dalam pengelolaan sumber daya air tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota

7.

pemberdayaan kelembagaan sumber daya air tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota

8.

pembinaan jalan secara umum

dan jalan nasional; pengembangan

teknologi terapan di bidang jalan untuk jalan kabupaten/

kota; pembinaan jalan tol

yaitu penyusunan pedoman dan standar teknis, pelayanan,

pemberdayaan serta penelitian dan

pengembangan

PEMB

ANGUNAN/

PENGEL

OLAAN

konservasi sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional 1.

pendayagunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional 2.

pengendalian daya rusak air yang berdampak skala nasional 3.

penyelenggaraan sistem informasi sumber daya air tingkat nasional 5) pembangunan dan peningkatan sistem irigasi primer dan

4.

sekunder pada daerah irigasi lintas provinsi, daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategis nasional operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah

5.

pembangunan jalan nasional dan pengusahaan jalan tol

PELAK

SANAAN

irigasi yang luasnya lebih dari 3.000 ha atau pada daerah irigasi lintas provinsi, daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategis nasional

operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi pada sungai, danau, waduk dan pantai pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara dan wilayah sungai strategis nasional

PENGA W AS AN D AN PENGEND ALIAN

pengawasan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis

(15)

SUB BIDANG

PERSAMPAHAN SUB BIDANG DRAINASE SUB BIDANGAIR MINUM SUB BIDANGAIR LIMBAH

SUB BIDANG BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN PENGA TURAN penetapan kebijakan dan strategi nasional pengembangan prasarana dan sarana persampahan

penetapan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan drainase dan pematusan genangan

penetapan kebijakan dan strategi nasional pengembangan pelayanan air minum

penetapan kebijakan dan strategi nasional pengembangan prasarana dan sarana air limbah

penetapan peraturan perundang-undangan, norma, standar, prosedur dan kriteria/bangunan gedung dan lingkungan

PEMBINAAN

fasilitasi penyelesaian

masalah dan permasalahan antarprovinsi

fasilitasi bantuan teknis

pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan drainase

fasilitasi penyelesaian

masalah dan permasalahan

antarprovinsi, yang bersifat

khusus, strategis, baik yang

bersifat nasional maupun

internasional

fasilitasi penyelesaian

permasalahan antarprovinsi

yang bersifat khusus, strategis baik yang bersifat nasional

maupun internasional

pemberdayaan kepada pemerintah daerah dan penyelenggara bangunan gedung dan lingkungannya

PEMB

ANGUNAN/

PENGEL

OLAAN

fasilitasi penyelenggaraan dan

pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana persampahan secara nasional (lintas provinsi)

fasilitasi penyelesaian

masalah dan permasalahan operasionalisasi sistem drainase dan penanggulangan banjir lintas provinsi

lain fasilitasi pemenuhan

kebutuhan air baku untuk kebutuhan pengembangan Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) secara nasional

fasilitasi pengembangan PS

air limbah skala kota untuk kota-kota metropolitan dan kota besar dalam rangka

kepentingan strategis nasional

fasilitasi bantuan teknis

penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan

PENGA W AS AN DA N PENGEND ALIAN

pengawasan dan pengendalian pengembangan persampahan secara nasional

evaluasi kinerja penyelenggaraan sistem drainase dan pengendali banjir secara nasional

pengawasan terhadap seluruh tahapan penyelenggaraan pengembangan SPAM secara nasional

pengendalian dan pengawasan atas penyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana air limbah

pengawasan secara nasional terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, pedoman, dan standar teknis bangunan gedung dan lingkungannya, serta gedung dan rumah negara

SUB BIDANG PERMUKIMAN SUB BIDANG PERKOTAAN DAN PERDESAAN SUB BIDANG JASA KONSTRUKSI Kawasan Siap Bangun (Kasiba)

dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) yang berdiri sendiri, terdiri dari:

Permukiman Kumuh/Nelayan Pembangunan Kawasan

PENGA

TURAN

penetapan kebijakan teknis

Kasiba dan Lisiba nasional penetapan kebijakan nasional tentang penanggulangan permukiman kumuh perkotaan dan nelayan

penetapan kebijakan pembangunan kawasan strategis nasional

penetapan kebijakan dan strategi nasional pembangunan perkotaan dan perdesaan

penetapan dan penerapan kebijakan nasional pengembangan usaha, termasuk upaya mendorong

kemitraan fungsional sinergis

PEMBINAAN

fasilitasi peningkatan kapasitas

daerah dalam pembangunan Kasiba dan Lisiba

fasilitasi peningkatan kapasitas

daerah dalam pembangunan dalam penanganan permukiman kumuh secara nasional (bantuan teknis)

fasilitasi peningkatan kapasitas

daerah dalam pembangunan kawasan strategis nasional

fasilitasi peningkatan kapasitas

manajemen pembangunan dan pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) perkotaan dan

(16)

SUB BIDANG PERMUKIMAN SUB BIDANG PERKOTAAN DAN PERDESAAN SUB BIDANG JASA KONSTRUKSI PEMB ANGUNAN/ PENGEL OLAAN fasilitasi penyelenggaraan

pembangunan Kasiba dan Lisiba strategis nasional

lain fasilitasi program

penanganan permukiman kumuh bagi lokasi yang strategis secara nasional

fasilitasi perencanaan program

pembangunan PS perkotaan dan perdesaan jangka panjang dan jangka menengah

PELAK

SANAAN

Pemberdayaan: pemberdayaan Lembaga

Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nasional serta asosiasi badan usaha dan profesi tingkat nasional PENGA W AS AN D AN PENGEND ALIAN

pengawasan dan pengendalian kebijakan nasional penyelenggaraan Kasiba dan Lisiba

melaksanakan pengawasan dan pengendalian penanganan permukiman kumuh nasional

pengawasan dan pengendalian pembangunan kawasan strategis nasional

pengawasan dan pengendalian program pembangunan dan pengelolaan kawasan perkotaan dan perdesaan secara nasional

pengawasan guna tertib

usaha mengenai persyaratan perizinan dan ketentuan ketenagakerjaan

BIDANG PENATAAN RUANG

PENGA

TURAN

Penetapan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang.

Penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) bidang penataan ruang.

Penetapan penataan ruang perairan di luar 12 (dua belas) mil dari garis pantai.

Penetapan kriteria penentuan dan kriteria perubahan fungsi ruang suatu kawasan yang berskala besar dan berdampak penting dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang. •

Penetapan kawasan strategis nasional.

Penetapan kawasan-kawasan andalan.

Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang penataan ruang

PEMBINAAN

Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang pada semua tingkatan wilayah. •

Sosialisasi NSPK bidang penataan ruang.

Sosialisasi SPM bidang penataan ruang.

Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang terhadap pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.

Pendidikan dan pelatihan. •

Penelitian dan pengembangan. •

Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang nasional. •

Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat. •

Pengembangan kesadaran dan tanggungjawab masyarakat.

Koordinasi dan fasilitasi penataan ruang lintas provinsi. •

Pembinaan penataan ruang untuk lintas provinsi

(17)

BIDANG PENATAAN RUANG

PELAK

SANAAN

Perencanaan Tata Ruang

Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). •

Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional.

Penetapan rencana detail tata ruang untuk RTRWN. •

Pemanfaatan Ruang

Penyusunan program dan anggaran nasional di bidang penataan ruang, serta fasilitasi dan koordinasi antar provinsi. •

Pemanfaatan kawasan strategis nasional. •

Pemanfaatan kawasan andalan sebagai bagian dari RTRWN •

Pemanfaatan investasi di kawasan andalan dan kawasan strategis nasional serta kawasan lintas provinsi bekerjasama dengan pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha. •

Pemanfaatan SPM di bidang penataan ruang. •

Penyusunan neraca penatagunaan tanah, neraca penatagunaan sumber daya air, neraca penatagunaan udara, neraca penatagunaan sumberdaya alam lainnya.

Perumusan kebijakan strategis operasionalisasi RTRWN dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. •

Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah nasional dan kawasan strategis nasional. •

Pelaksanaan pembangunan sesuai program pemanfaatan ruang wilayah nasional dan kawasan strategis nasional. •

Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional termasuk lintas provinsi. •

Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional. •

Penyusunan peraturan zonasi sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang nasional. •

Pemberian izin pemanfaatan ruang yang sesuai dengan RTRWN. •

Pembatalan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRWN. •

Pengambilalihan kewenangan pemerintah provinsi dalam hal pemerintah provinsi tidak dapat memenuhi SPM di bidang penataan ruang. •

Pemberian pertimbangan atau penyelesaian permasalahan penataan ruang yang tidak dapat diselesaikan pada tingkat provinsi. •

Fasilitasi penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan penataan antara provinsi dengan kabupaten/kota.

PENGA W AS AN DA N PENGEND ALIAN

Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di wilayah nasional.

Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di wilayah provinsi.

Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di wilayah kabupaten/kota.

(18)

1.3. PERAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERMUKIMAN

Peran dan fungsi Kementerian PU adalah mewujudkan pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan

Permukiman (PU-KIM) berbasiskan penataan ruang sebagaimana telah diamanatkan dalam undang-undang sektor yang mencakup:

Infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) berperan dalam penyimpanan dan pendistribusian air untuk keperluan

a.

domestik (rumah tangga), perkotaan, industri, dan pertanian guna mendukung ketahanan pangan yang

merupakan bagian dari pelaksanaan konservasi SDA, pendayagunaan SDA, dan pengendalian daya rusak air.

Infrastruktur Jalan dan Jembatan berperan untuk mendukung distribusi lalu-lintas barang dan manusia

b.

maupun sebagai pembentuk struktur ruang wilayah.

Infrastruktur Permukiman beperan dalam menyediakan pelayanan air minum dan sanitasi lingkungan,

c.

infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaaan, revitalisasi kawasan serta pengembangan

kawasan agropolitan/minapolitan.

BASIS PENATAAN RUANG

PEMBENTUK STRUKTUR RUANG

INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN

INFRASTRUKTUR SUMBER DAyA AIR

INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PENyIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN AIR UNTUK KEPERLUAN DOMESTIK, INDUSTRI, PERTANIAN DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN PELAyANAN AIR MINUM DAN SANITASI

PERKOTAAN DAN PERDESAAN

(19)

Pembangunan infrastruktur mempunyai peran

vital dalam mewujudkan pemenuhan Hak Dasar

Rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Infrastruktur

merupakan modal sosial masyarakat yang

memegang peranan penting dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi nasional, memperkuat ketahanan pangan, energi dan air dan peningkatan daya saing di dunia internasional. Pembangunan

infrastruktur mempunyai manfaat langsung untuk peningkatan taraf hidup masyarakat, kualitas

lingkungan dan pengembangan wilayah.

Dalam konteks ekonomi, infrastruktur merupakan

modal sosial masyarakat (social overhead capital) yaitu barang-barang modal esensial sebagai tempat bergantung bagi perkembangan ekonomi dan merupakan katalisator di antara proses produksi, pasar dan konsumsi akhir. Ketersediaan

dan tingkat pelayanan infrastruktur yang baik merupakan prasyarat agar berbagai aktivitas

masyarakat dapat berlangsung dengan lebih baik dan meningkatkan kemampuan berproduksi

masyarakat. Pembangunan infrastruktur PU-KIM akan mendukung produktivitas sektor ekonomi melalui efek berganda (multiplier effects) dan kelancaran kegiatan sektor pembangunan lainnya antara lain sektor pertanian, industri, kelautan dan perikanan. Sedangkan secara langsung terkait

sektor konstruksi, infrastruktur PU-KIM juga akan

menciptakan kesempatan kerja dan usaha.

Infrastruktur, yang sering disebut pula prasarana dan sarana fisik, juga memiliki keterkaitan yang

sangat kuat terhadap proses pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dan pembuka daerah terisolasi sehingga dapat mengatasi persoalan kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan, antar-kawasan maupun antar-wilayah. Pembangunan

infrastuktur berbasis pengembangan wilayah

mampu mengurangi tekanan urbanisasi yang secara keseluruhan bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat serta kesatuan dan persatuan yang mengikat dan menghubungkan

(20)

Pembangunan infrastruktur PU-KIM juga

berwawasan lingkungan yang mempunyai peran untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan mempertahankan daya dukung lingkungan

melalui adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,

konservasi daerah aliran sungai, pembangunan konstruksi ramah lingkungan dan peningkatan kualitas permukiman serta pembangunan berbasis kemitraaan dan pemberdayaan masyakat untuk meningkatkan kesadaran kelestarian lingkungan hidup.

Dengan demikian, pembangunan infrastruktur

pekerjaan umum pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai 5 (lima) strategic goals, yaitu: a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi (pro growth);

b) meningkatkan kesejahteraan masyarakat (pro

poor dan pro job); c) meningkatkan kualitas lingkungan; d) Pro environment/green dan e) pro NKRI.

Oleh karenanya, pembangunan infrastruktur

harus benar-benar dirancang dan diimplementasikan

secara sistematis dengan matang sesuai kondisi dan potensi ekonomi dan sosial dan tingkat kebutuhan

dan perkembangan suatu wilayah. Pembangunan

infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman

juga harus selaras dan bersinergi atara pemerintah dan daerah serta dengan sektor-sektor lainnya

yang pada gilirannya akan menjadi modal penting

dalam mewujudkan berbagai tujuan dan sasaran pembangunan nasional.

Pembangunan tersebut selanjutnya harus berkualitas supaya mampu menciptakan outcome

yang berkelanjutan dan membuka peluang untuk mendapatkan keuntungan ekonomi (economic

gains), menghadirkan keuntungan sosial (social benefits), meningkatkan layanan publik (public services), serta meningkatkan partisipasi politik

(political participation) di segenap lapisan masyarakat hingga mampu mendukung pengembangan wilayah dalam rangka perwujudan dan pemantapan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

(21)

1.4. STANDAR PELAYANAN PU DAN PENATAAN RUANG

Untuk memenuhi peran infrastruktur PU-KIM dan tercapainya outcome yang berkelanjutan, infrastruktur

pekerjaan umum dan permukiman yang terbangun harus memadai sesuai dengan standar yang disyaratkan

untuk dapat meningkatkan pelayanan publik. Hal ini telah menjadi prioritas utama dalam RPJPN untuk RPJM tahap ke-2 (2010 – 2014), dimana untuk bidang pekerjaan umum dan penataan ruang dinyatakan agar

kualitas pelayanan publik lebih murah, cepat, transparan, dan akuntabel makin meningkat yang ditandai dengan terpenuhinya standar pelayanan minimum disemua tingkatan pemerintahan. Selain itu dalam RPJPN dan juga amanat Undang-undang sektor ke-PU-an juga mengamanatkan agar infrastruktur ke-PU-an mencapai tingkatan andal. Makna infrastruktur yang andal merupakan perwujudan dari tingkat ketersediaan dan pelayanan infrastruktur PU dan permukiman yang penjabarannya meliputi :

(22)

Kondisi dan fungsi sarana dan prasarana sumber daya air yang dapat memberikan pelayanan untuk

a.

mendukung terwujudnya kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan;

Pelayanan jalan yang memenuhi standar pelayanan minimum yang mencakup aspek aksesibilitas, b.

mobilitas, kondisi jalan, keselamatan dan kecepatan tempuh rata-rata;

Pelayanan air minum yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yaitu penyediaan air

c.

minum yang memenuhi baku mutu dan kesehatan manusia dan dalam jumlah yang memadai serta

jaminan pengaliran 24 jam per-hari;

Pelayanan prasarana dan sarana sanitasi yang terpadu dan menggunakan metode yang ramah lingkungan d.

serta sesuai standar teknis;

Bangunan gedung yang memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan;

e.

Penyusunan program dan pelaksanaan pembangunan semua infrastruktur PU dan permukiman yang f.

andal berbasis penataan ruang;

Jasa konstruksi nasional yang berdaya saing dan mampu menyelenggarakan konstruksi yang lebih efektif

g.

dan efisien.

Ketersediaan dan tingkat pelayanan seluruh pelayanan infrastruktur pekerjaan umum dan

permukiman yang diberikan kepada masyarakat harus dalam kondisi yang baik dan layak. Kondisi yang baik adalah kondisi dimana semua

infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang telah tersedia berfungsi sesuai peruntukan dan

standar yang telah ditetapkan. Sedangkan kondisi layak adalah suatu kondisi dimana masyarakat

mendapatkan pelayanan infrastruktur pekerjaan

umum dan permukiman sesuai standar pelayanan minimal. Syarat agar kondisi tersebut dapat tercapai salah satunya adalah seluruh masyarakat harus

menempati ruang yang tertata secara serasi dan memiliki akses terhadap pelayanan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang meliputi

akses jalan/transportasi darat, akses terhadap sumber air, baik air bersih maupun air baku, serta akses pelayanan kepada prasarana dan sarana perumahan dan permukiman yang layak, termasuk

terlindungi dari resiko bencana alam seperti banjir

(23)

Selanjutnya dalam rangka peningkatan pelayanan publik kepada masyarakat, pemerintah

melaksanakan reformasi birokrasi melalui 9

(sembilan) program yang salah satunya adalah program peningkatan pelayanan publik. Kriteria dan ukuran keberhasilan pelaksanaan program

reformasi birokrasi tersebut termuat di dalam

Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025 dan

Peratuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun

2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014.

Dalam Road Map Reformasi Birokrasi (RB) PU,

agenda prioritas pertama adalah peningkatan pelayanan publik dimana target yang ingin dicapai adalah penerapan standar pelayanan publik, penguatan unit organisasi yang menangani

pelayanan publik, peningkatan partisipasi

masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik serta meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan

infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman.

Dalam upaya mendukung peningkatan

ketersediaan dan pelayanan infrastruktur PU

dan permukiman yang semakin mencukupi dan berkualitas di daerah, Kementerian PU telah menerbitkan Kepmen PU Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. SPM tersebut diterbitkan sebagai acuan pemerintah dan pemerintah daerah dalam memenuhi pelayanan bidang PU dan penataan ruang minimal yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan wilayah.

(24)
(25)

2

BAB

(26)

2.1. EVALUASI HASIL PEMBANGUNAN 2010 - 2012

2.1.1. Infrastruktur Sumber Daya Air

BAB 2

KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

Kondisi infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) saat ini menunjukkan tingkat yang beragam, dimana

sampai dengan tahun 2011: cakupan layanan

jaringan irigasi dan rawa telah ditingkatkan menjadi

4.077.824 Ha dari target lima tahunan (2010 – 2014)

seluas 6.649.340 Ha; kapasitas tampung sumber

air yang dibangun dan dijaga/dipelihara telah

ditingkatkan menjadi 6,49 miliar m3 dari target lima

tahun 25,6 miliar m3; debit air layanan PS air baku untuk air minum ditingkatkan menjadi 41,72 m3/ detik dari target lima tahun 57,05 m3/detik; luas

kawasan yang terlindungi banjir meningkat menjadi 64.271 Ha dari target 120.400 Ha.

Adapun kondisi jaringan irigasi sampai dengan tahun 2010 dapat digambarkan: dari keseluruhan daerah irigasi yang ditangani oleh pemerintah pusat sebesar 2.315.000 Ha atau 32% dari total irigasi 7.230.183 Ha berdasarkan Permen PU No. 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan

Pemeliharaan Jaringan Irigasi, sebesar 54% dalam

(27)

mengalami rusak ringan, sedangkan hanya 5% yang mengalami rusak berat. Adapun jaringan irigasi yang ditangani oleh Pemerintah Daerah sebesar 4.915.183 Ha, dimana sebesar 19% dari total irigasi merupakan kewenangan provinsi dan 49% merupakan kewenangan kabupaten/kota. Kondisi jaringan irigasi yang ditangani oleh Pemerintah Daerah dapat dilihat pada gambar 2.1 (Sumber: Rapid Assessment – Audit Teknis Irigasi, 2010).

KEWENANGAN PUSAT : 2,315,000 HA KEWENANGAN PROVINSI : 1,423,222 HA KEWENANGAN KABUPATEN : 3,491,961 HA

-0 .1 0 -0 .1 0 -0.10 0.30 0.50 0.70 0.90 1.10 1.30 1.50 1.70 Sumatera

Sumatera JawaJawa Bali & Nusa Bali & Nusa

Tenggar a KalimantanKalimantan SulawesiSulawesi Malu kuMalu ku PapuaPapuaPapua -0.10 0.10 0.30 0.50 0.70 0.90 1.10 1.30 1.50 1.70 Sumat era Sumat era

Sumat era JawaJawaJawa Bali & Nusa Bali & Nusa Bali & Nusa

Tenggara KalimantanKalimantanKalimantan SulawesiSulawesiSulawesi MalukuMalukuMaluku Pap uaPap uaPap uaPap ua -0 .10-0 .10 -0.10 0.30 0.50 0.70 0.90 1.10 1.30 1.50 1.70 Sumatera

Sumatera JawaJawa Bali & Nusa Bali & Nusa

Tenggara Kaliman tanKaliman tan SulawesiSulawesi MalukuMaluku PapuaPapuaPapua

Warna Kode Indikator* Rata - Rata IP Target IP setelah Rehabilitasi

: Kondisi Baik Level of Service =90% 1.6 1.6

: Kondisi Rusak Ringan Level of Service 80% - 90% 1.4 1.6

: Kondisi Rusak Sedang Level of Service 60% - 79% 1.2 1.6

: Kondisi Rusak Berat Level of Service<60% 1 1.4

*Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Lampiran pemeliharan)

(28)

LUAS AREAL IRIGASI (JUTA HA)

Gambar 2.2 Gambaran Infrastruktur Irigasi

Berdasarkan data hingga pertengahan 2012, dalam rangka pelaksanaan sungai, danau, waduk pengendalian

lahar dan pengamanan pantai, jumlah sarana/prasarana yang telah dibangun meliputi 11 waduk, 191 embung/

situ/bangunan penampung lainnya beserta konservasi 23 kawasan sumber air. Dalam rangka pelaksanaan irigasi, rawa, tambak, air baku dan air tanah, luas jaringan irigasi dan irigasi air tanah yang telah dibangun/

ditingkatkan seluas 85.770 Ha, luas jaringan reklamasi air rawa dan air tambak seluas 52.634 Ha. Dalam rangka Operasi dan Pemeliharaan (OP) infrastruktur SDA yang telah dibangun, OP dilaksanakan di 482 waduk/ embung/situ/bangunan penampung lainnya, dan juga sarana/prasarana lainnya seperti sarana/prasarana

penyediaan air baku, pengendali lahar/sedimen dan pengaman pantai. Penanganan selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 2.1.

(29)

Tabel 2.1. Pencapaian Output Utama Ditjen Sumber Daya Air

2010 2011

CAPAIAN CAPAIAN DIPA SAL

1 2 3 4 5 6 7 8

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 1

1 Waduk yang dibangun (DAS Bengawan Solo) Buah 52 917 917 9 9 11

2 Embung / Situ / bangunan penampung air lainnya yang dibangun Buah 200 32 105 191 1

3 Waduk yang direhabilitasi Buah 140 12 7 7 712 712 25 125 125 1 1

4 Embung / Situ / Bangunan Penampung Air lainnya yang direhabilitasi Buah 300 21 41 79

5 Kawasan sumber air yang dilindungi/dikonservasi Kawasan 7 7 7 763 763 763 9 9 9 9 23

6 Sarana/prasarana pengendalian banjir yang dibangun Km 1.000,00 524,41 436,06 214,30 34,00

7 Sarana/prasarana pengendalian banjir yang direhabilitasi Km 750,00 15,28 143,62 212,60 3,00

8 Sarana/prasarana pengendalian lahar/sedimen yang dibangun Buah 28 13 43 38

9 Sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen yang direhabilitasi Buah 85 5 18 52

10 Sarana/prasarana pengaman pantai yang dibangun Km 180,00 33,00 51,08 67,20

11 Sarana/prasarana pengaman pantai yang direhabilitasi Km 50,00 3,00 2,45 5,07

NO PROGRAM / KEGIATAN / URAIAN SATUAN RENSTRA2010-2014

Program Pengelolaan Sumber Daya Air

Pelaksanaan Sungai, Danau, Waduk, Pengendalian Lahar dan Pengamanan Pantai

2012

1 sarana/prasarana penyediaan air baku yang dibangun /ditingkatkan m3/detik 43,230 6,430 8,806 14,663

2 sarana/prasarana penyediaan air baku yang direhabilitasi m3/detik 12,300 3,760 4,740 5,302

3 Jaringan irigasi dan irigasi air tanah yang dibangun /ditingkatkan Ha 503.000 71.493 129.661 85.770 11.442

4 Jaringan irigasi dan irigasi air tanah yang di rehabilitasi Ha 1.378.445 401.831 579.064 361.393 89.664

5 Jaringan reklamasi rawa dan tata air tambak yang dibangun/ditingkatkan Ha 573.500 9.121 151.725 52.684 11.226

6 Jaringan reklamasi rawa dan tata air tambak yang direhabilitasi Ha 626.000 87.800 247.517 133.394 22.728

1 sarana/prasarana penyediaan air baku yang dioperasikan dan dipelihara m3/detik 44,750 2,900 13,170 15,974

2 Jaringan irigasi dan irigasi air tanah yang dioperasikan dan dipelihara Ha 11.163.898 2.031.091 2.146.322 2.015.622

3 Jaringan reklamasi rawa dan tata air tambak yang di operasikan dan dipelihara Ha 5.743.014 126.251 1.104.998 1.046.529

4 Waduk/Embung/Situ/bangunan penampung air lainnya yang dioperasikan dan dipelihara Buah 1.199 75 298 482

5 Sarana/prasarana pengendalian banjir yang di operasikan dan dipelihara Km 6.603,00 129,40 648,00 479,00 138,00

6 Sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen yang dioperasikan dan dipelihara Buah 316 11 511 511 5 5 70

7 Sarana/prasarana pengaman pantai yang dipelihara Km 50,00 10,00 25,00 22,91 1,00

Pelaksanaan Irigasi, Rawa, Tambak, Air Baku, dan Air Tanah

Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air Serta Penanggulangan Darurat Akibat Bencana

(30)

Sejauh ini, penanganan infrastruktur SDA dilaksanakan dalam rangka mendukung ketahanan pangan. Namun demikian sejumlah isu masih dihadapi dalam meningkatkan kinerja pelayanan irigasi yaitu: belum optimalnya

dukungan daerah dalam OP jaringan irigasi, kurangnya kualitas konstruksi bangunan sumber daya air dan

adanya tantangan kondisi alam yang harus diantisipasi (seperti debit fluktuatif, dan masalah kualitas dan kuantitas air).

2.1.2. Infrastruktur Jalan dan Jembatan (Termasuk Jalan Tol)

Hingga 2011, dari panjang jalan nasional yang sampai saat ini telah mencapai 38.569 km, tercatat kondisi jalan mantap (2011) mencapai 87,72 %, dan

tidak mantap 12,28%. Dari kondisi permukaan jalan

(2011), jalan yang dalam kondisi baik dan sedang sebesar 56,22% dan 31,5%, sedangkan jalan dengan kondisi rusak ringan dan rusak berat masing-masing 7,44% dan 4,84%. Untuk jalan provinsi, total panjang jalan hingga akhir 2010 adalah 48.681 km, sedangkan total panjang jalan kabupaten hingga akhir 2010 adalah 288.184 Km.

Infrastruktur jalan tol yang telah beroperasi

sampai dengan tahun 2011, baru mencapai 762,11

km. Panjang jalan tol tidak mengalami pertumbuhan signifikan sejak dioperasikannya jalan tol pertama tahun 1978 (Jalan Tol Jagorawi sepanjang 59 km).

Sejak tahun 1987, swasta mulai ikut dalam investasi jalan tol dan telah membangun jalan tol sepanjang 203,30 km. Sejumlah kendala investasi jalan tol memang masih terus menghambat yaitu masalah pembebasan tanah, sumber pembiayaan, serta belum intensnya dukungan Pemerintah Daerah dalam pengembangan jaringan jalan tol.

(31)

tabel… Capaian Kumulatif infrastruktur Jalan nasional (2005 – 2011)

No Indikator Satuan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1 Baik Km dan % 17.037 49,2 10.956 31,6 11.905 34,4 17.833 51,5 29.787 86,0 33.555 87,0 21.685 56,0

2 Sedang Km dan % 10.873 31,4 17.314 50,0 16.565 47,5 10.908 31,5 4.014 11,6 4.188 10,9 12.148 32,0

3 Rusak Km dan % 2.874 8,3 3.210 9,3 3.232 9,3 4.848 14,0 320 0,9 289 0,8 2.869 7,0

4 Rusak Berat Km dan % 3.843 11,1 3.147 9,1 2.924 8,5 1.038 3,0 506 1,5 536 1,4 1.867 5,0

5 Lajur-Kilometer Lajur-Km 74.930 76.590 78.780 82.190 84.648 93.094 38.569

6 Volume Pelayanan Kend-Km/Tahun

(Milyar) 63,2 66,9 70,9 75,1 79,6 83,0 -

7 Panjang Tol Km 660 660 687 687 708 753 756

Jalan Nasional hingga semester I 2011

Jalan Strategis Nasional Rencana hingga akhir 2010 Jalan Tol hingga semester I 2011

Jalan Provinsi hingga akhir 2010 Jalan Kabupaten hingga akhir 2010

: : : : : 38.569 Km 11.577 Km 756 Km 48.358 Km 359.010 Km

Berdasarkan data hingga pertengahan 2012, dalam rangka pelaksanaan preservasi dan peningkatan jalan nasional, panjang jalan baru (termasuk kawasan strategis, perbatasan dan wilayah terluar dan terdepan) yang telah terbangun sepanjang 584 Km, panjang jembatan (termasuk kawasan strategis, perbatasan dan wilayah terluar dan terdepan) yang telah terbangun sepanjang 8.950 m dan jalan bebas hambatan yang telah terbangun sepanjang 10,50 Km. Penanganan selanjutnya dapat dilihat dalam Tabel 2.2.

(32)

Tabel 2.2. Pencapaian Output Utama Ditjen Bina Marga

2010 2011

CAPAIAN CAPAIAN DIPA SAL

1 2 3 4 5 6 7 8 9=4-(5+6+7+8)

2

1 Pemeliharaan Rutin Jalan Km 164.169,00 29.802,00 33.260,00 34.583,00 - 66.524,00

2 Pemeliharaan Berkala/Rehabilitasi Jalan Km 4.830,00 1.284,00 1.325,00 1.490,00 183,44 547,56

3 Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan Km 5.095,00 483,00 1.086,00 1.877,00 708,42 940,58

4 Pemeliharaan Rutin, Berkala/Rehabilitasi Jembatan M 840.141 98.711 405.547 271.796 531 63.556

5 Penggantian Jembatan M 15.523 2.113 2.681 3.048 1.492 6.189

6 Pembangunan Jalan Baru, termasuk Kaw. Srategis, Perbatasan, Wil. Terluar & Terdepan Km 1.755,00 278,00 337,00 584,00 140,04 415,96

7 Pembangunan Jembatan, termasuk Kaw. Srategis, Perbatasan, Wil. Terluar & Terdepan M 29.666 7.756 7.837 8.950 63 5.060

8 Pelebaran Jalan Km 12.430,00 2.076,00 3.160,00 1.909,00 564,25 4.720,75

9 Pembangunan Fly Over/Underpass/ Terowongan M 15.979 3.767 3.494 8.657 - 61

10 Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Km 44,00 4,00 6,00 10,50 3,92 19,58 3

1 Infrastruktur Kawasan Permukiman Perkotaan Kawasan 661 234 398 170 (141)

2 Rusunawa beserta Infrastruktur Pendukungnya Twin Block 250 40 65 48 97

3 Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Kawasan 469 143 193 137 (4)

4 Infrastruktur Pendukung Kegiatan Ekonomi Dan Sosial (RISE) Kecamatan 1.185 237 237 237 474

5 Infrastruktur Perdesaan (PPIP) Desa 3.190 3.900 5.873 3.000 (9.583) NO PROGRAM / KEGIATAN / URAIAN SATUAN RENSTRA2010-2014

Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman Pelaksanaan Pengembangan Permukiman

SISA SASARAN 2013-2014

Program Penyelenggaraan Jalan

2012

Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional

2.1.3. Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Infrastruktur sub bidang cipta karya yang mencakup sub bidang air minum, sanitasi, pengembangan permukiman, dan penataan bangunan dan lingkungan menunjukkan pula kondisi yang beragam. Hingga tahun 2011, pelayanan air minum telah mencapai 6.514 L/det atau 178 kota/IKK dari target ) sebesar 8.099

L/det atau 857 IKK; peningkatan jumlah pelayanan sanitasi mencapai 243 kab/kota atau 240 kawasan dari target 605 kab/kota atau 554 kawasan; pembinaan 190 PDAM dari target 294 PDAM; rusunawa terbangun sebanyak 105 twinblock dari target 250; kawasan permukiman dan penataan bangunan yang direvitalisasi 459 kawasan dari target 666 kawasan; dan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan yang ditingkatkan sebanyak 31.640 desa dari target 37.920 desa.

Pada akhir tahun 2007 total cakupan pelayanan air minum perpipaan di perkotaan baru mencapai 45% dan perdesaan 10%, sehingga cakupan pelayanan air minum perpipaan nasional menjadi sebesar 20%. Di tahun 2009 cakupan pelayanan air minum di perkotaan meningkat menjadi 47,23% (44,5 juta jiwa) dari 41% di tahun 2004 (34,36 juta jiwa) sementara di perdesaan telah meningkat dari 8% di tahun 2004 (melayani

10,09 juta jiwa), menjadi 11,55% di tahun 2009 (15,2 juta jiwa). Status pencapaian MDGs untuk akses air

bersih, air minum perpipaan, sanitasi dan rumah tangga kumuh perkotaan hingga tahun 2009 dapat dilihat dalam tabel….

(33)

Tabel… Capaian Terkait ke Cipta Karyaan (MDG’s dan IPM)

No Indikator Pencapaian Target MDGs

2007 2008 2009 2015 2020

A (%) Penduduk Mendapat Akses Air Bersih Sumber air terlindungi (Perkotaan)

o 54,10 50,20 49,80 57,40

Sumber air terlindungi (Pedesaan)

o 43,90 43,00 45,70 61,60

Rata-rata 48,30 46,50 47,70 60,30

B (%) Penduduk Dilayani Perpipaan

Air minum perpipaan (Perkotaan)

o 30,80 30,03 47,39

Air minum perpipaan (Pedesaan)

o 9,00 14,29 19.76

Rata-rata 25,61 36,36

C (%) Rumah Tangga Bersanitasi Rumah tangga (Perkotaan)

o 66,70 69,55 78,30

Rumah tangga (Pedesaan)

o 31,40 34,00 55,54

Rata-rata 48,60 51,02 62,37

D (%) Rumah Tangga Kumuh Perkotaan Rumah tangga kumuh perkotaan

o 12,12 6,00

E Usia/Angka Harapan Hidup Indonesia Usia/angka harapan hidup

o 70,4 70,5 70,6

Pada sub bidang persampahan, pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih rendah. Sementara upaya meningkatkan kinerja TPA yang berwawasan lingkungan di kota metro/besar sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari jumlah TPA di seluruh Indonesia yang mencapai 378 buah dengan luas 1,886.99 Ha, sebanyak 80,6% masih menerapkan metode open

dumping, 15,5% menggunakan metode controlled lanfill dan hanya 2,8% yang menerapkan metode sanitary landfill, sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa sampai saat ini sampah belum dikelola menggunakan pendekatan yang ramah lingkungan. Namun demikian telah dibangun TPA berbasis Clean Development Mechanism di 2 (dua) lokasi dan sedang dalam tahap persiapan di 11 lokasi lainnya. Upaya untuk mengurangi

kuantitas sampah sebesar 20% pada periode tahun 2004–2009 juga masih belum menunjukkan hasil yang signifikan. Demikian juga halnya dengan infrastruktur pengelolaan persampahan yang ada ternyata tidak sebanding dengan kenaikan timbunan sampah yang meningkat 2–4% per tahun, sedangkan di sisi yang lain

(34)

percontohan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) saat ini masih terbatas di 80 kawasan. Secara keseluruhan sampai saat ini prosentase sistem pengelolaan persampahan telah mencapai 54%,

masih di bawah target RPJMN (75% pada tahun 2009) dan MDGs (70% pada tahun 2015).

Dalam penanganan air limbah secara nasional pada periode tahun 2004–2009, berdasarkan

laporan MDGs, pada tahun 2007 akses sanitasi layak nasional mencapai 69,3%. Ini berarti bahwa

angka tersebut telah melampaui target Millennium Development Goals (MDGs) sebesar 65,5% pada

tahun 2015. Saat ini 77,15% penduduk nasional sudah memiliki akses terhadap prasarana dan sarana sanitasi (90,50% di perkotaan dan 67,00% di perdesaan). Prosentase aksesibilitas jumlah keluarga terhadap sarana sanitasi dasar telah meningkat dari 77,5% pada tahun 2004 menjadi 81,8% pada tahun 2007 di kawasan perkotaan. Sementara untuk kawasan perdesaan, jumlah keluarga yang memiliki akses terhadap sarana sanitasi dasar meningkat dari 52,2% pada tahun 2004 menjadi 60% pada tahun 2007. Dari kondisi secara keseluruhan saat ini prosentase pelayanan air limbah perkotaan terpusat baru sebesar 1% dan prosentase sistem pelayanan air limbah berbasis masyarakat telah dilakukan di 409 lokasi.

Untuk penanganan bangunan gedung dan lingkungan, telah diupayakan peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah melalui kegiatan sosialisasi/diseminasi peraturan bidang bangunan gedung dan lingkungan sebanyak 5 (lima) kali di

setiap provinsi dengan target 468 kabupaten/kota; pelatihan tenaga pendata harga dan keselamatan

bangunan sebanyak 3.744 orang di 468 kabupaten/

kota; pendataan dan pembinaan kelembagaan

terkait bangunan gedung di 468 kabupaten/kota

pada 33 provinsi; pendataan kinerja pemerintah

daerah di 43 kabupaten/kota pada 8 (delapan)

provinsi; serta pendataan Peraturan Daerah (Perda)

terkait bangunan gedung di 468 kabupaten/kota pada 33 provinsi.

(35)

Di sisi lain sampai saat ini tingkat pemenuhan

kebutuhan rumah masih menjadi permasalahan serius. Diperkirakan sampai dengan tahun 2020,

rata-rata setiap tahun terdapat 1,15 juta unit rumah yang perlu difasilitasi. Saat ini pembangunan/

pengembangan rumah baru mencapai 600.000

unit per tahun. Sementera itu, setiap tahun terjadi

penambahan kebutuhan rumah akibat penambahan keluarga baru rata-rata sekitar 820.000 unit rumah. Terdapat backlog pembangunan perumahan yang terus meningkat dari 4,3 juta unit rumah pada tahun 2000 menjadi sebesar 7,4 juta unit rumah pada akhir tahun 2009. Pembangunan/pengembangan unit baru diharapkan akan meningkat sebesar 2,5% per tahun hingga tahun 2020. Untuk pembangunan unit Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dalam rangka penataan kawasan kumuh di perkotaan mencapai 18.848 unit (tahun 2009) dari 200 unit di tahun 2005. Sementara itu berdasarkan data SUSENAS tahun 2007 masih terdapat 5,9 juta

keluarga yang belum memiliki rumah. Jumlah rumah

saat ini hanya 51 juta unit. Dari jumlah tersebut hanya 17 juta rumah tergolong layak huni dan 34

juta masih tergolong tidak layak huni yang terbagi

sebanyak 40% di perdesaan dan 60% di perkotaan. Berdasarkan data hingga pertengahan tahun 2012, dalam rangka pelaksanaan pengembangan permukiman telah dibangun 48 twinblock rusunawa

beserta infrastruktur pendukungnya, infrastruktur

pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (RISE) di

237 kecamatan dan infrastruktur perdesaan (PPIP)

di 3.000 desa. Dalam rangka pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan, pengelolaan gedung dan rumah negara telah dilaksanakan swadaya masyarakat (P2KP) di 10.922 kelurahan/desa. Dalam rangka pelaksanaan pengembangan sanitasi

dan persampahan telah dibangun infrastruktur air

limbah di 350 kawasan dan TPA sampah di 94 kab/ kota. Dalam rangka pelaksanaan pengembangan SPAM telah dibangun SPAM di 277 kawasan MBR, 187 IKK dan 230 kawasan khusus. Selain itu juga

(36)

perkotaan dan perdesaan, penataan bangunan gedung dan fasilitasnya, fasilitasi SPAM dan pembangunan infrastruktur 3R.

Adapun capaian output utama dalam periode tahun 2010 – 2012 selengkapnya termuat dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Pencapaian Output Utama Ditjen Cipta Karya

2010 2011

CAPAIAN CAPAIAN DIPA SAL

1 2 3 4 5 6 7 8 9=4-(5+6+7+8)

2

1 Pemeliharaan Rutin Jalan Km 164.169,00 29.802,00 33.260,00 34.583,00 - 66.524,00 2 Pemeliharaan Berkala/Rehabilitasi Jalan Km 4.830,00 1.284,00 1.325,00 1.490,00 183,44 547,56 3 Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan Km 5.095,00 483,00 1.086,00 1.877,00 708,42 940,58 4 Pemeliharaan Rutin, Berkala/Rehabilitasi Jembatan M 840.141 98.711 405.547 271.796 531 63.556 5 Penggantian Jembatan M 15.523 2.113 2.681 3.048 1.492 6.189 6 Pembangunan Jalan Baru, termasuk Kaw. Srategis, Perbatasan, Wil. Terluar & Terdepan Km 1.755,00 278,00 337,00 584,00 140,04 415,96 7 Pembangunan Jembatan, termasuk Kaw. Srategis, Perbatasan, Wil. Terluar & Terdepan M 29.666 7.756 7.837 8.950 63 5.060 8 Pelebaran Jalan Km 12.430,00 2.076,00 3.160,00 1.909,00 564,25 4.720,75 9 Pembangunan Fly Over/Underpass/ Terowongan M 15.979 3.767 3.494 8.657 - 61 10 Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Km 44,00 4,00 6,00 10,50 3,92 19,58 3

1 Infrastruktur Kawasan Permukiman Perkotaan Kawasan 661 234 398 170 (141) 2 Rusunawa beserta Infrastruktur Pendukungnya Twin Block 250 40 65 48 97 3 Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Kawasan 469 143 193 137 (4) 4 Infrastruktur Pendukung Kegiatan Ekonomi Dan Sosial (RISE) Kecamatan 1.185 237 237 237 474 5 Infrastruktur Perdesaan (PPIP) Desa 3.190 3.900 5.873 3.000 (9.583) NO PROGRAM / KEGIATAN / URAIAN SATUAN RENSTRA2010-2014

Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman Pelaksanaan Pengembangan Permukiman

SISA SASARAN 2013-2014 Program Penyelenggaraan Jalan

2012

Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional

2010 2011

CAPAIAN CAPAIAN DIPA SAL

1 2 3 4 5 6 7 8 9=4-(5+6+7+8)

2

1 Pemeliharaan Rutin Jalan Km 164.169,00 29.802,00 33.260,00 34.583,00 - 66.524,00 2 Pemeliharaan Berkala/Rehabilitasi Jalan Km 4.830,00 1.284,00 1.325,00 1.490,00 183,44 547,56 3 Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan Km 5.095,00 483,00 1.086,00 1.877,00 708,42 940,58 4 Pemeliharaan Rutin, Berkala/Rehabilitasi Jembatan M 840.141 98.711 405.547 271.796 531 63.556 5 Penggantian Jembatan M 15.523 2.113 2.681 3.048 1.492 6.189 6 Pembangunan Jalan Baru, termasuk Kaw. Srategis, Perbatasan, Wil. Terluar & Terdepan Km 1.755,00 278,00 337,00 584,00 140,04 415,96 7 Pembangunan Jembatan, termasuk Kaw. Srategis, Perbatasan, Wil. Terluar & Terdepan M 29.666 7.756 7.837 8.950 63 5.060 8 Pelebaran Jalan Km 12.430,00 2.076,00 3.160,00 1.909,00 564,25 4.720,75 9 Pembangunan Fly Over/Underpass/ Terowongan M 15.979 3.767 3.494 8.657 - 61 10 Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Km 44,00 4,00 6,00 10,50 3,92 19,58 3

1 Infrastruktur Kawasan Permukiman Perkotaan Kawasan 661 234 398 170 (141) 2 Rusunawa beserta Infrastruktur Pendukungnya Twin Block 250 40 65 48 97 3 Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Kawasan 469 143 193 137 (4) 4 Infrastruktur Pendukung Kegiatan Ekonomi Dan Sosial (RISE) Kecamatan 1.185 237 237 237 474 5 Infrastruktur Perdesaan (PPIP) Desa 3.190 3.900 5.873 3.000 (9.583) NO PROGRAM / KEGIATAN / URAIAN SATUAN RENSTRA2010-2014

Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman Pelaksanaan Pengembangan Permukiman

SISA SASARAN 2013-2014 Program Penyelenggaraan Jalan

2012

Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional

2010 2011

CAPAIAN CAPAIAN DIPA SAL

1 2 3 4 5 6 7 8 9=4-(5+6+7+8)

1 Bangunan Gedung dan Fasilitasnya Kota/Kab 159 54 66 58 (19) 2 Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman Kawasan 303 138 261 276 (372) 3 Keswadayaan Masyarakat ( P2KP ) Kelurahan/ Desa 23.999 8.230 10.948 10.922 (6.101)

1 Infrastruktur Air Limbah Kawasan 265 41 119 350 (245) 2 Infrastruktur Drainase Perkotaan Kota/Kab 164 26 55 49 34 3 Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Kab/Kota 315 55 91 94 75 4 Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R Kawasan 252 50 86 90 26 1 Penyelenggara SPAM terfasilitasi PDAM 197 35 77 113 (28) 2 SPAM di Kawasan MBR Kawasan 569 74 322 277 (104) 3 SPAM di Ibu Kota Kecamatan (IKK) IKK 836 144 171 187 334 4 SPAM Perdesaan Desa 4.768 1.472 1.807 1.765 (276) 5 SPAM di Kawasan Khusus Kawasan 145 31 67 230 (183) Keterangan

- Tanda "( )" adalah target yang harus diselesaikan pada Tahun Anggaran 2014

- Untuk Kegiatan PPIP dan P2KP pencapaian jauh diatas target dikarenakan terdapat pengulangan dan penambahan lokasi (diluar Renstra) Pelaksanaan Penataan Bangunan dan Lingkungan, Pengelolaan

Gedung dan Rumah Negara

Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan

Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

SISA SASARAN 2013-2014 2012

Gambar

Gambar 1.1 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU Nomor 25 Tahun 2004)
Tabel 1.1. TURBINWAS Sub-Sub bidang Kementerian Pu
Gambar 1.2. Peran Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman Dalam Pembangunan
Gambar 2.1 Kondisi Jaringan Irigasi Berdasarkan Kewenangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini juga mengkaji kesan kaedah PBM dalam talian berbantukan persembahan masalah berbentuk grafik (PBM-G) dan kesan kaedah PBM dalam talian berbantukan

dimiliki guru ini 4 ternyata tidak memperoleh imbalan yang wajar dari pemerintah waktu itu, guru tidak mendapat manfaat yang setimpal. Di masa Orde Baru, guru merupakan profesi

Proses pembentukan biogas dilakukan secara anaerob, bakteri merombak bahan organik yang terdapat pada kotoran sapi menjadi biogas dan pupuk organik, proses pelapukan

Pada zaman sekarang yang sering dikenal sebagai zaman modern, dengan semua hal dalam bidang apapun sudah maju adanya. Dari mulai alat elektronik, alat

Dari hasil penelitian yang dilakukan lansia dengan kelompok umur 75-90 tahun lebih produktif dari pada lansia kelompok umur 60-74 tahun.Hal tersebut bisa terjadi

 Untuk angkutan udara domestik, jumlah pesawat yang berangkat dari Bandara Ngurah Rai pada Bulan Januari 2017 sebanyak 3.528 unit penerbangan, atau turun 1,89 persen

Grafik waktu rata-rata pencarian bubu modifikasi berdasarkan daerah pengoperasiannya memberikan perbedaan satu sama lain seperti yang ditunjukkan pada Gambar 32.. membutuhkan

Pada pengukuran pola spektrum aseton, ekstrak kasar pigmen buah pisang tongkat langit, dan β-karoten marker yang dilarutkan dalam 5mL aseton dengan menggunakan