• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Hasil Temuan Penelitian

2. Subjek Penelitian 2

a. Proses Penemuan Subjek Penelitian 2

Proses penemuan subjek penelitian 2 untuk penelitian kebermaknaan hidup homoseksual pada kaum gay usia dewasa madya, yaitu pada tahun 2016. Peneliti ketika berkunjung ke rumah subjek penelitian 2 untuk pertama kali, bertemu dengan subjek penelitian 2 yang pada waktu itu sedang berdandan layaknya wanita. Peneliti ketika bertemu pertama kali dengan subjek penelitian 2 merasa takut karena penampilan subjek penelitian 2 yang terkesan sangar namun berpenampilan sebagai wanita. Berawal dari pertemuan tersebut, subjek penelitian 2 seringkali mengirim pesan singkat (sms) kepada peneliti hanya sekedar untuk menanyakan aktivitas yang peneliti lakukan. Subjek penelitian 2 juga

berharap kepada peneliti agar dapat memberikan nasehat-nasehat kepada subjek penelitian 2. Berawal dari kedekatan tersebut, subjek penelitian 2 seringkali menceritakan permasalahan yang dihadapi kepada peneliti.

Ketika peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai kebermaknaan hidup homoseksual pada kaum gay usia dewasa madya, peneliti menemui subjek penelitian 2 di warung miliknya. Subjek penelitian 2 terkejut dengan niat yang disampaikan oleh peneliti untuk melakukan penelitian. Awalnya subjek penelitian 2 tidak setuju apabila dirinya dijadikan sebagai subjek penelitian. Namun, berkat penjelasan dari peneliti akhirnya subjek penelitian 2 mengizinkan dan bahkan bersedia menjadi subjek penelitian.

b. Identitas Subjek Penelitian 2

Nama : Catur Hendra Gunawan Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 49 Tahun

Pekerjaan : Wirausaha Alamat : Jakarta Timur Interviewer : Mastha

c. Latar Belakang Subjek Penelitian 2

Subjek penelitian 2 merupakan homoseksual gay dalam keseharian menekuni usaha catering. Hubungan yang terjalin antara peneliti dengan subjek penelitian tergolong dekat. Subjek penelitian 2 adalah sosok yang

dianggap paling dewasa dan oleh para kaum gay yang ada di lingkungan subjek penelitian 2. Subjek penelitian 2 adalah sosok yang luwes, mudah bergaul sehingga subjek memiliki banyak teman, baik dari sesama waria ataupun masyarakat pada umumnya. Subjek penelitian 2 keluar dari rumah karena ingin bisa mandiri dan tidak menggantungkan hidup kepada orangtua. Dalam bekerja, subjek adalah sosok pekerja keras, dan setia terhadap pasangannya meskipun seringkali hanya dimanfaatkan oleh pasangannya.

d. Hasil Observasi

Subjek penelitian 2 adalah seorang laki-laki yang memiliki postur tubuh yang cukup tinggi dan badan kurus dengan kulit gelap. Hal tersebut menjadikan subjek penelitian 2 terlihat garang dan kurang dapat menerima kehadiran peneliti. Namun demikian, setelah peneliti melakukan pendekatan, subjek penelitian 2 bersedia bersikap terbuka kepada peneliti dan menjawab setiap pertanyaan dengan jelas. Ketika peneliti menanyakan pertanyaan yang bersifat pribadi mengenai aktivitas seksual, subjek penelitian 2 menunjukkan ekspresi marah dan nada bicara yang tinggi. Kondisi tersebut tidak berlangsung lama, karena subjek penelitian 2 dapat kembali diajak bekerja sama hingga semua pertanyaan selesai terjawab oleh subjek penelitian 2.

Subjek penelitian 2 juga menunjukkan ekspresi sedih ketika peneliti menanyakan mengenai pandangan subjek penelitian tentang masa lalunya. Subjek penelitian 2 terlihat termenung sambil memegang

kepalanya. Selama proses wawancara berlangsung, subjek penelitian 2 berpesan kepada peneliti agar dapat merahasiakan identitas dari subjek penelitian.

e. Hasil Wawancara

1) Aspek-aspek Kebermaknaan Hidup Homoseksual pada Kaum Gay Usia Dewasa Madya

a) Aspek Nilai-nilai Daya Cipta Atau Kreatif (Creative Values) Kebermaknaan hidup pada homoseksual kaum gay usia dewasa madya terlihat dari aspek nilai-nilai daya cipta atau kreatif (creative values). Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya rasa senang dan bangga yang dimiliki subjek penelitian 2 terhadap pekerjaannya di bidang catering (KB/S2P1/B.2). Rasa senang terhadap pekerjaan karena subjek penelitian 2 menyadari bahwa pekerjaan yang dilakukan dapat memberikan manfaat bagi orang lain, misalnya ada orang yang memesan makanan untuk pengajian, maka selain mendapatkan penghasilan maka subjek penelitian 2 menganggap bahwa yang dilakukannya bermanfaat bagi terselenggaranya kegiatan tersebut (KB/S2P1/B.7-10). Kemahiran dalam memasak tersebut selain menumbuhkan perasaan senang juga menjadikan subjek penelitian 2 memahami potensi yang dimilikinya dalam pekerjaan (KB/S2P1/B.7-12).

b) Aspek Nilai-nilai Penghayatan (Experiential Values)

Aspek nilai-nilai penghayatan (experiential values) dalam kebermaknaan hidup yang dirasakan subjek penelitian 2 terlihat adanya perasaan sayang dan cinta terhadap keluarga. Keluarga juga dapat menerima subjek penelitian 2 apa adanya karena segala keputusan subjek penelitian, termasuk menjadi gay adalah tanggung jawab pribadi dari subjek penelitian 2 (KB/S2P1/B.15-17). Bahkan, terkait dengan pekerjaan pun orang-orang di sekitar subjek penelitian 2 sangat mendukung apa yang dilakukan oleh subjek penelitian 2 (KB/S2P1/B.20-22). Subjek penelitian 2 tidak pernah merasa aterkekang meskipun mengambil keputusan menjadi

gay dan tetap dapat menjalani kehidupannya dengan nyaman.

Subjek penelitian 2 juga tetap dapat berkomunikasi dan menunjukkan keterbukaan dengan keluarga (KB/S2P1/B.24-27).

Selain menekuni usaha di bidang catering, subjek penelitian 2 juga memiliki keahlian dalam memasak dan memandikan jenazah. Penerimaan masyarakat di lingkungan ketika subjek penelitian memandikan jenazah semakin memperkuat kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 2, dimana subjek penelitian 2 sangat menikmati setiap aktivitas dan penerimaan yang ditunjukkan orang lain (KB/S2P1/B.29-34).

Aspek nilai-nilai penghayatan (experiential values) dalam kebermaknaan hidup yang dirasakan subjek penelitian 2 terlihat

juga terlihat dari adanya sikap tidak pilih-pilih dalam berteman. Subjek penelitian 2 dalam penelitian 2 dalam berteman berusaha tidak mencampuri urusan pribadi dari teman, sehingga teman senang dengan hal tersebut (KB/S2P1/B.46-54). Hal penting yang menjadi perhatian sujek penelitan 2 justru berusaha agar dapat memberikan sesuatu yang berarti bagi lingkungan, baik dari segi material ataupun tenaga (KB/S2P1/B.55-58). Bahkan, ketika subjek penelitian 2 mendapatkan imbalan memandikan jenazah, imbalan tersebut justru dimasukkan ke kotak amal yang tersedia di masjid (KB/S2P1/B.76-80).

c) Nilai-nilai Bersikap (Attitudinal Values)

Nilai-nilai bersikap (attitudinal values) sangat menentukan kebermaknaan hidup dari subjek penelitian 2. Nilai bersikap terlihat dari cara pandang subjek penelitain 2 terhadap berbagai kejadian yang dialaminya. Subjek penelitian 2 hanya bersikap pasrah dalam menjalani kehidupan dan tidak mempermasalahkan ketika harapan yang dimiliki tidak sesuai dengan kenyataan (KB/S2P1/B.90-94). Subjek penelitian 2 hanya berusaha ikhlas terhadap segala sesuatu yang menimpa dirinya karena subjek penelitian 2 percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah ada yang mengatur (KB/S2P1/B.96-97).

Mensikapi adanya stigma negatif yang melekat pada kaum

Subjek penelitian 2 tidak mempermasalahkan ketika ada orang lain yang menilainya negatif. Bahkan subjek penelitian 2 menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar dan tidak perlu membalas penilaian dari masyarakat dengan tindakan yang anarkis (KB/S2P1/B.100-105). Subjek penelitian 2 hanya berusaha untuk selalu introspeksi diri agar tetap dapat menjalani hidup dengan benar tanpa harus menghujat orang lain (KB/S2P1/B.108-111)

d) Harapan (Hope)

Aspek harapan (hope) dalam kebermaknaan hidup subjek penelitian 2 terlihat dari adanya harapan positif untuk selalu berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi dibandingkan dengan masa lalu (KB/S2P1/B.114-115). Subjek penelitian 2 berusaha untuk selalu memiliki semangat hidup dan tidak terlalu banyak mengeluh. Subjek penelitian 2 berusaha untuk menjalani kehidupannya, selalu bertindak jujur dan bersyukur atas karunia yang diberikan oleh Tuhan kepadanya (KB/S2P1/B.118-126)

2) Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebermaknaan Hidup Homoseksual pada Kaum Gay Usia Dewasa Madya

a) Kehidupan Keagamaan/Spiritualitas/Ibadah

Faktor kehidupan keagamaan turut memengaruhi terbentuknya kebermaknaan hidup subjek penelitan 2. Faktor keidupan keagamaan tersebut mengacu pada ketaatan subjek

penelitian 2 dalam beribadah, terutama shalat 5 waktu. Selain itu, sikap toleran yang dimiliki subjek penelitian 2 terhadap pemeluk agama lain menjadikan subjek penelitian 2 lebih dapat merasakan kenyamanan dalam menjalani kehidupannya (KB/S2P1/B.130-138).

Ketekunan subjek penelitian 2 dalam beribadah mampu menciptakan rasa nyaman dalam diri subjek penelitian 2. Subjek penelitian 2 semakin siap ketika sewaktu-waktu ajal menjemputnya. Kehidupan keagamaan yang taat dirasa mampu menjadikan pikiran subjek penelitian 2 semakin tenang dan mampu mengatasi rasa gelisah yang dialaminya (KB/S2P1/B.149-156). b) Hati Nurani

Hati nurani adalah inti dari keberadaan manusia dan merupakan sumber integritas personal individu. Menjadi manusia adalah menjadi bertanggung jawab, bertanggung jawab secara eksistensial, tertanggung jawab terhadap keberadaannya sendiri di atas dunia. Faktor hati nurani turut berpengaruh terhadap kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 2. Adanya keinginan untuk senantiasa berbuat baik kepada orang lain meskipun orang lain memberikan penilaian negatif kepadanya, menjadikan subjek penelitian 2 semakin memiliki kehidupan yang lebih bermakna (KB/S2P1/B.161-164).

Subjek penelitian 2 sebagai bagian dalam kehidupan bermasyarakat juga merasa terpanggil untuk turut serta dalam kegiatan yang ada di lingkungan, seperti halnya dengan kegiatan kerja bakti. Subjek penelitian 2 juga merasa bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami musibah (KB/S2P1/B.167-168). Bahkan, ketika ada tetangga yang sudah pindah dan subjek penelitian 2 mengetahui sedang mengalami musibah, maka subjek penelitian 2 berusaha untuk mengunjungi dan memberikan bantuan semampunya (KB/S2P1/B.172-174).

Kesediaan subjek penelitian untuk memberikan bantuan kepada orang lain tersebut tidak terlepas dari adanya pandangan subjek penelitian 2 terhadap masa depan atau kehidupan setelah nantinya meninggal dunia. Subjek penelitian 2 percaya bahwa segala kebaikan yang dilakukan di dunia akan mendapatkan balasan yang baik dari Tuhan ketika subjek penelitian 2 nantinya meninggal dunia (KB/S2P1/B.204-214).

c) Pekerjaan

Faktor pekerjaan turut memengaruhi kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 2. Subjek penelitian 2 yang dulunya bekerja di hotel dan sekarang ini memilih untuk membuka usaha sendiri, merasa lebih nyaman dengan keputusannya tersebut. Subjek penelitian 2 lebih merasa bahwa dengan membuka usaha maka

dapat menikmati setiap prosesnya dari bawah hingga bisa mencapai kesuksesan yang tentunya berbeda ketika subjek penelitian 2 bekerja di hotel (KB/S2P1/B.221-230).

Bahkan, subjek penelitian 2 merasa bahwa pekerjaan yang dilakukan saat ini lebih memberikan kesempatan baginya untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Subjek penelitian 2 lebih leluasa untuk mengeksplorasi berbagai jenis resepnya sendiri untuk menciptakan makanan yang lebih enak (KB/S2P1/B.236-238).

d) Keindahan

Faktor keindahan dalam kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 2 terlihat dari adanya kecintaan yang mendalam terhadap kehidupannya saat ini. Rasa cinta terhadap kehidupan muncul karena subjek penelitian 2 berusaha tetap menjalani dan tidak terlalu memikirkan berbagai hambatan yang muncul dalam kehidupan (KB/S2P1/B.245-248). Bahkan, subjek penelitian 2 juga merasa kehidupannya saat ini mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik dari segi pekerjaan ataupun kehidupan beragamanya (KB/S2P1/B.254-256).

e) Pengalaman

Subjek penelitian 2 sebagai sosok yang telah memasuki masa dewasa madya memiliki pengalaman, baik pengalaman pahit ataupun menyenangkan sebagai kaum gay. Kebermaknaan hidup

pada subjek penelitian 2 muncul dikarenakan adanya kemampuan dalam memotivasi diri ketika mengalami kesulitan. Berbagai kesulitan yang dialami di masa lalu dijadikan sebagai sumber motivasi dan semaki memiliki perencanaan yang lebih baik di masa depan (KB/S2P1/B.285-287).

f) Bertindak Positif

Faktor bertindak positif dalam kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 2 terlihat dari adanya kesediaan subjek penelitian 2 untuk memberikan bantuan kepada orang lain tanpa memikirkan penilaian orang lain terhadap dirinya (KB/S2P1/B.290-293). Bahkan, subjek penelitian 2 sendiri aktif dalam kegiatan donor darah dengan harapan setiap darah yang diberikan dapat membantu orang lain yang membutuhkan. Subjek penelitian 2 pun rela memberikan darah yang dimiliki melebihi batas kemampuan tubuhnya apabila memang ada orang lain yang membutuhkannya (KB/S2P1/B.290-298). Dalam memberikan bantuan tersebut, subjek penelitian 2 tidak pernah merasa khawatir apabila mendapatkan penolakan dari orang lain. Hal utama yang menjadi perhatian subjek penelitian 2 adalah bagaimana caranya agar dirinya dapat berbuat baik bagi orang lain (KB/S2P1/B.302-306).

g) Pengakraban Hubungan

Kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 2 terbentuk karena adanya kesediaan subjek penelitian 2 untuk dapat lebih akrab dengan lingkungan sosialnya. Hal tersebut terlihat dari partisipasi aktif subjek penelitian 2 dalam kegiatan yang diadakan di lingan, seperti halnya kegiatan arisan ataupun peringatan hari kemerdekaan. Subjek penelitian 2 juga bersedia untuk menengok tetangga yang sedang sakit dan mendoakan agar segera diberikan kesembuhan (KB/S2P1/B.309-311).

Interaksi sosial yang ditunjukkan subjek penelitian 2 muncul karena adanya rasa percaya diri bahwa orang lain dapat menerima keberadaannya. Subjek penelitian 2 tidak berusaha membatasi pergaulannya dalam komunitas gay saja, akan tetapi justru berusaha berbaur dengan masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan subjek memiliki keyakinan bahwa semakin banyak teman maka akan semakin banyak saudara. Subjek lebih senang menjalin persahabatan dengan siapapun saja, karena mencari teman lebih sulit dari pada mencari musuh (KB/S2P1/B.314-321).

Tabel 3.

Unit Makna dan Makna Psikologis pada Subjek Penelitian 2

Makna Psikologis Coding

 Rasa senang dan bangga terhadap pekerjaan  Menyadari bahwa pekerjaan yang dilakukan

dapat memberikan manfaat bagi orang lain  Memahami potensi yang dimilikinya dalam

pekerjaan

 Nilai-nilai daya cipta atau kreatif (creative

values)

 Perasaan sayang dan cinta terhadap keluarga  Tidak pernah merasa terkekang meskipun

mengambil keputusan menjadi gay

 Berkomunikasi dan menunjukkan keterbukaan dengan keluarganya

 Sikap tidak pilih-pilih dalam berteman

 Berusaha tidak mencampuri urusan pribadi dari teman

 Berusaha agar dapat memberikan sesuatu yang berarti bagi lingkungan

 Memasukkan imbalan memandikan jenazah ke kotak amal yang tersedia di masjid

 Nilai-nilai Penghayatan (Experiential Values)

 Bersikap pasrah dalam menjalani kehidupan  Berusaha ikhlas terhadap segala sesuatu yang

menimpa dirinya

 Menunjukkan sikap yang tenang dengan adanya stigma negatif

 Tidak perlu membalas penilaian dari masyarakat

 Berusaha untuk selalu introspeksi diri

 Nilai-nilai Bersikap (Attitudinal Values)

 Harapan positif untuk selalu berubah menjadi pribadi yang lebih baik

 Selalu bertindak jujur dan bersyukur atas karunia yang diberikan oleh Tuhan

 Harapan (Hope)

 Ketaatan dalam beribadah

 Merasakan kenyamanan dalam menjalani kehidupannya dengan beribadah

 Semakin siap ketika sewaktu-waktu ajal menjemputnya

 Mampu mengatasi rasa gelisah

 Faktor Kehidupan keagamaan/ spiritualitas/ ibadah

 Senantiasa berbuat baik kepada orang lain meskipun orang lain memberikan penilaian negatif kepadanya

 Terpanggil untuk turut serta dalam kegiatan yang ada di lingkungan

 Berusaha untuk mengunjungi dan memberikan bantuan kepada orang yang

kesusahan

 Rasa bersyukur atas pekerjaan

 Merasa pekerjaan yang dilakukan saat ini lebih memberikan kesempatan baginya untuk mengaktualisasikan potensi

 Faktor Pekerjaan

 Kecintaan yang mendalam terhadap kehidupan

 Faktor Keindahan  Kemampuan dalam memotivasi diri ketika

mengalami kesulitan

 Memiliki perencanaan yang lebih baik di masa depan

 Faktor Pengalaman

 Kesediaan untuk memberikan bantuan kepada orang lain

 Aktif dalam kegiatan donor darah

 Tidak merasa khawatir apabila mendapatkan penolakan dari orang lain

 Faktor Bertindak Positif

 Partisipasi aktif dalam kegiatan sosial

 Rasa percaya diri bahwa orang lain dapat menerima keberadaannya

 Senang menjalin persahabatan dengan siapapun saja

 Faktor Pengakraban Hubungan

Dokumen terkait