• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Hasil Temuan Penelitian

1. Subjek Penelitian 1

a. Proses Penemuan Subjek

Proses penemuan subjek untuk penelitian 1 tidak memakan waktu yang lama dan proses yang sulit. Ini disebabkan karena peneliti sudah mengenal dekat dengan subjek penelitian. Tidak ada masalah dalam menjalin rapport dengan subjek karena hubungan pertemanan yang sudah terjalin. Pada awalnya, peneliti mengenal subjek sebagai salah satu kaum

gay usia dewasa madya yang riang, aktif, dan kreatif. Sejak saat itu,

hubungan baik terjalin antara peneliti dengan subjek penelitian. Semakin lama peneliti mengenal subjek penelitian, peneliti mendapatkan informasi dari subjek mengenai berbagai dilema yang dialami menjadi seorang gay. Rasa percaya subjek kepada peneliti ditunjukkan dengan adanya keterbukaan dalam segala hal, termasuk permasalahan pribadinya. Subjek juga tidak merasa malu untuk meminta saran kepada peneliti atas permasalahan yang dihadapinya.

Peneliti juga menawarkan bantuan dan bersedia menjadi teman

sharing apabila subjek penelitian memerlukan. Subjek penelitian berkata

menjadi teman sharing di sela-sela aktivitas sehari-harinya. Subjek menceritakan semua pengalamannya, baik pengalaman menyenangkan hingga pengalaman yang menyedihkan. Subjek tidak keberatan menceritakan keadaan pribadinya, bahkan termasuk keadaan ekonomi. Ia membenarkan bahwa kehidupannya bukanlah hal yang mudah, namun dibutuhkan kekuatan dan kesabaran untuk dapat melewati hari-hari sebagai kaum gay.

Setelah mendengar semua cerita subjek, peneliti mengidentifikasi adanya permasalahan terkait kebermaknaan hidup. Peneliti meminta kesediaan subjek menjadi subjek penelitian. Peneliti mengatakan bahwa mungkin melalui penelitian ini, peneliti dapat memahami lebih mendalam kehidupan subjek, sekaligus dapat memberikan informasi mengenai kebermaknaan hidup bagi subjek. Subjek menyatakan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian dan memberikan informasi yang peneliti butuhkan dengan catatan agar peneliti merahasiakan setiap identitas ataupun pernyataan yang subjek sampaikan.

b. Identitas Subjek

Inisial : Diantoro

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 48 Tahun

Pekerjaan : Wirausaha

c. Latar Belakang Subjek

Subjek merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pekerjaan orangtua sebagai wirausaha menjadikan subjek mengikuti jejak ayahnya menjadi wirausaha. Kegiatan yang dilakukan subjek sehari-hari bergerak di bidang salon kecantikan. Tidak hanya menerima jasa potong rambut semata, akan tetapi subjek penelitian juga menerima orang-orang yang ingin belajar merias padanya. Di masa lalu, orangtua yang sibuk dengan pekerjaan, menjadikan subjek kurang mendapatkan pengawasan dari orangtuanya. Kondisi tersebut berdampak pada bebasnya pergaulan yang ditunjukkan subjek. Hubungan yang terjalin antara subjek dengan keluarga tergolong baik, terutama dengan ayahnya. Subjek seringkali mencurahkan perasaannya kepada ayahnya. Kedekatan subjek dengan ibu tergolong kurang, karena subjek sendiri jarang berkomunikasi dengan ibu.

Hubungan subjek dengan lingkungan juga tergolong baik, dimana subjek dikenal sebagai sosok yang ramah dan periang. Sopan santun yang ditunjukkan subjek ketika sedang berinteraksi dengan orang lain menjadikan subjek juga dihargai oleh orang-orang di lingkungannya. Subjek juga terkenal sebagai sosok yang murah hati dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Hal tersebut terlihat ketika ada orang yang ingin belajar merias namun tidak memiliki biaya, maka subjek penelitian tidak membebani biaya kepadanya.

Subjek penelitian pertama kali berhubungan seksual dengan pacarnya. Waktu itu, subjek penelitian yang sedang jalan-jalan sama

pacarnya, diajak ke rumah pacarnya tersebut. Sesampainya di rumah pacarnya, subjek diajak untuk menonton film horor. Namun, dikarenakan terbawa suasana akhirnya subjek diminta untuk berhubungan intim dengan pacarnya tersebut. Subjek penelitian sebelumnya menolak, namun karena dipaksa, subjek penelitian akhirnya melakukannya. Setelah kejadian tersebut, subjek merasa bahwa apa yang dilakukannya tersebut salah. Subjek penelitian tidak merasakan adanya kenikmatan dengan berhubungan lawan jenis. Subjek pun menyadari bahwa dirinya memiliki kecenderungan homoseksual gay yang memang sebenarnya telah dirasakan ketika dirinya masih duduk di bangku sekolah dasar.

d. Hasil Observasi

Observasi dilakukan pada saat wawancara. Subjek adalah seorang laki-laki yang memiliki postur tubuh yang cukup tinggi dan badan kurus dengan kulit putih. Pada saat wawancara berlangsung, subjek mengenakan pakaian yang rapi, namun ditutupi oleh jaket dan dengan keramahannya menyambut kedatangan peneliti. Pada saat wawancara berlangsung, subjek menjawab setiap pertanyaan peneliti dengan nada dan intonasi yang pelan. Subjek seringkali berhenti sejenak sebelum menjawab pertanyaan peneliti. Ekspresi subjek dalam menjawab pertanyaan dari peneliti menunjukkan adanya rasa malu, namun subjek tetap berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dari peneliti.

Selama observasi berlangsung, subjek penelitian seringkali memperhatikan jam tangan yang dipakainya. Ketika peneliti menanyakan

alasan dari subjek penelitian, subjek menjawab bahwa dirinya teringat ada klien yang harus mendapatkan pelajaran tata rias hari tersebut. Peneliti menanyakan kepada subjek penelitian apakah wawancara dapat dilanjutkan kembali atau harus dilanjutkan pada waktu lain. Subjek kemudian meminta waktu untuk menelepon kliennya, sehingga wawancara dapat dilanjutkan kembali.

e. Hasil Wawancara

1) Aspek-aspek Kebermaknaan Hidup

a) Nilai-nilai daya cipta atau kreatif (creative values)

Kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 1 terlihat dari aspek nilai-nilai daya cipta atau kreatif (creative values). Subjek penelitian yang bekerja pada salon miliknya sendiri mengkau sangat mencintai pekerjaannya (KB/S1P1/B.2). Subjek menganggap bahwa pekerjaannya tersebut dapat memberikan manfaat kepada orang lain, terutama dalam bidang kecantikan (KB/S1P1/B.5). Aspek nilai-nilai daya cipta atau kreatif (creative values) dari kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 1 juga terlihat dari adanya kesadaran atas potensi yang dimiliki. Subjek yang merupakan kaum homoseksual

guy merasa memiliki kemampuan dalam berimajinasi yang tinggi

dan mampu mewujudkan setiap imajinasinya tersebut (KB/S1P1/B.22-27).

b) Nilai-nilai Penghayatan (Experiential Values)

Kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 1 terlihat dari aspek nilai-nilai penghayatan (experiential values). Nilai-nilai penghayatan yaitu keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keadilan, keimanan, keagamaan, cinta kasih dan nilai-nilai lain yang dianggap berharga. Keluarga yang mengetahui subjek penelitian 1 sebagai seorang gay tetap menunjukkan penerimaan yang baik (KB/S1P1/B.32-33). Begitu juga sebalinya, subjek penelitian 1 juga bersedia untuk memberikan bantuan kepada orang lain ataupun bersedia meminta bantuan ketika dirinya membutuhkan orang lain. Subjek penelitian 1 tidak merasa takut akan mendapatkan penolakan dari orang lain ketika meminta bantuan kepadanya (KB/S1P1/B.43-44).

Bahkan, nilai-nilai penghayatan (experiential values) juga terlihat dari adanya perbuatan yang menunjukkan cinta kasih dan kebajikan. Subjek penelitian 1 rela untuk tidak mendapatkan bayaran atas pelajaran yang diberikan kepada orang lain dikarenakan orang tersebut tidak memiliki biaya. Subjek penelitian 1 tetap bersedia mengajari orang tersebut belajar make up ataupun potong rambut tanpa adanya bayaran sepeserpun (KB/S1P1/B.47-49).

c) Nilai-nilai Bersikap (Attitudinal Values)

Kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 1 terlihat dari aspek nilai-nilai bersikap (attitudinal values). Subjek penelitian 1

sebagai seorang gay tidak pernah menyalahkan lingkungan yang terkadang memberikan pandangan negatif atau bahkan penolakan kepada dirinya. Subjek penelitian 1 menunjukkan sikap positif terhadap berbagai penilaian negatif masyarakat dengan tidak membalasnya dengan perbuatan yang sama. Subjek penelitian 1 justru membalas diskriminasi dari masyarakat dengan perbuatan yang baik agar masyarakat sendiri yang dapat menilai pribadi dari subjek penelitian 1 (KB/S1P1/B.55-65).

Subjek penelitian 1 yang tidak menyalahkan masyarakat atas pandangan negatif yang dimiliki terhadap kaum gay dikarenakan adanya kesadaran dalam diri bahwa tidak sepenuhnya masyarakat salah. Pandangan masyarakat tersebut ada benarnya karena dalam lingkungan masyarakat juga terdapat kaum gay yang menunjukkan perilaku aneh dan tidak dapat diterima oleh masyarakat. Adanya kaum gay yang menunjukkan perilaku “nyeleneh” tersebut menimbulkan pandangan negatif masyarakat yang tentunya bukan kesalahan dari masyarakat atas pandangan tersebut (KB/S1P1/B.75-82). Apalagi masih banyak dijumpai kaum gay yang menjajakan diri di pinggir jalan dan dianggap oleh masyarakat sebagai penyakit masyarakat (KB/S1P1/B.84-91).

Hal terpenting bagi subjek penelitian 1 dalam menjalani hari-hari sebagai kaum gay adalah dengan tetap menghargai orang lain, sehingga dengan sendirinya orang lain akan menghargainya. Subjek

penelitian 1 pada dasarnya menyadari bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang hidup di lingkungan yang beragam, sehingga terdapat berbagai penerimaan ataupun penolakan dari orang lain karena adanya perbedaan. Subjek penelitian 1 hanya berusaha untuk melakukan sesuatu yang terbaik bagi lingkungan, sehingga lingkungan akan memberikan apresiasi bagi dirinya (KB/S1P1/B.96-103).

d) Harapan (Hope)

Kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 1 terlihat dari aspek harapan (hope). Subjek penelitian yang telah berusia 48 tahun masih tetap memiliki harapan agar kehidupannya ke depan semakin lebih baik. Bahkan, subjek penelitian 1 masih berusaha untuk mengejar angan-angan yang dimiliki agar tercapai (KB/S1P1/B.109-113). Subjek penelitian 1 bahkan tetap optimis untuk bisa mencapai kehidupan yang lebih bermakna. Salah satu cara yang dilakukan oleh subjek penelitian 1 agar dapat mencapai kehidupan yang lebih bermakna adalah dengan senantiasa berbagi kepada orang lain ketika mendapatkan rezeki yang lebih. Bahkan untuk hal-hal yang sifatnya sederhana, seperti berbagi makanan, subjek penelitian 1 berusaha agar tetangga juga merasakan kebahagiaan yang dirasakannya dengan cara berbagi makanan (KB/S1P1/B.116-120).

2) Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebermaknaan Hidup Homoseksual pada Kaum Gay Usia Dewasa Madya

a) Kehidupan keagamaan/spiritualitas/ibadah

Faktor kehidupan keagamaan atau spiritual berpengaruh terhadap kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 1. Subjek penelitian 1 yang berada pada masa dewasa madya berusaha untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Subjek penelitian 1 senantiasa menjalankan ibadah shalat 5 waktu dan berusaha agar tidak melalaikannya (KB/S1P1/B.122-124). Selain itu, subjek penelitian 1 juga senantiasa bersyukur atas setiap kejadian yang terjadi dalam kehidupannya (KB/S1P1/B.126). Subjek penelitian 1 mendapatkan suatu ketenangan dan kedamaian jiwa dengan menjalankan perintah agama dan memiliki rasa syukur yang besar dalam menjalani kehidupan (KB/S1P1/B.129-131). Adanya waktu untuk beribadah tersebut dikarenakan subjek penelitian 1 tidak terikat dalam suatu komunitas gay yang ada di Medan, sehingga memiliki keleluasaan dalam beribadah (KB/S1P1/B.134-135).

b) Hati Nurani

Faktor hati nurani dalam kebermaknaan hidup kaum gay terkait dengan rasa bertanggung jawab secara eksistensial, bertanggung jawab terhadap keberadaannya sendiri di atas dunia. Hal tersebut terlihat dari adanya kesediaan subjek penelitian 1 untuk

memberikan saran ataupun masukan atas permasalahan yang dialami orang lain sekalipun bukan kaum gay. Subjek penelitian 1 bersedia untuk berbaur dengan masyarakat di luar kaum gay. Hal tersebut muncul karena adanya perasaan bertanggung jawab sebagai makhluk sosial untuk memberikan bantuan terhadap sesama manusia (KB/S1P1/B.138-142).

c) Pekerjaan

Faktor pekerjaan menjadi pendorong munculnya makna hidup pada subjek penelitian 1. Faktor pekerjaan terkait dengan sikap dan cara kerja yang mencerminkan keterlibatan pribadi pada pekerjaannya. Rasa bersyukur dan menerima terhadap pekerjaan yang dijalani saat ini menjadikan subjek penelitian 1 mampu merasakan kebermaknaan hidup (KB/S1P1/B.150-154). Pekerjaan yang dilakukan atas dasar hobi dalam dunia kecantikan menjadikan subjek penelitian semakin mencintai pekerjaan yang dilakukannya. Subjek menekuni salon yang dimiliki sedikit demi sedikit dan dengan kecintaan terhadap pekerjaan tersebut, maka pekerjaan memberikan hasil yang berarti bagi subjek penelitian 1 (KB/S1P1/B.158-163).

d) Keindahan

Individu dapat menemukan makna hidup melalui sikap menerima atau menyerahkan diri kepada kehidupan dan dapat

dilakukan dengan jalan menyukai dan menghayati kehidupan. Hal tersebut terkait dengan faktor keindahan dalam diri individu. Pada subjek penelitian 1, kebermaknaan hidup dapat dirasakan karena adanya perasaan senang dan mencintai setiap aktivitas dalam kehidupannya. Subjek penelitian 1 dengan dasar adanya rasa ikhlas berkenan untuk tidak dibayar ketika ada pengunjung salon yang ternyata uangnya tidak cukup. Rasa ikhlas untuk berbuat baik tersebut mendorong semakin bermaknanya kehidupan subjek penelitian 1 (KB/S1P1/B.166-172).

Rasa syukur terhadap kehidupan saat ini dan penerimaan terhadap rezeki yang diberikan oleh Tuhan menjadikan subjek penelitian 1 menjadi pribadi yang tidak banyak mengeluh. Subjek penelitian 1 lebih memandang kehidupan ke bawah untuk menjadikannya pribadi yang tidak sombong dan senantiasa bersyukur atas kehidupan yang dijalaninya saat ini (KB/S1P1/B.181-188).

e) Pengalaman

Kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 1 tidak terlepas dari pengalaman hidup yang pernah dijalananinya selama ini. Berbagai bentuk pengalaman hidup yang terkadang dirasa pahit dan tidak sesuai dengan harapan subjek penelitian 1 justru semakin meningkatkan rasa syukur yang dimiliki, serta membentuk kebermaknaan hidup (KB/S1P1/B.212-216).

Berbagai bentuk pengalaman hidup, baik keberhasilan ataupun kegagalan menjadikan subjek penelitian 1 menjadi sosok yang optimis dalam menjalani kehidupan (KB/S1P1/B.218-219). Subjek penelitian 1 tidak terlalu menyalahkan kejadian di masa lalu ataupun menyalahkan orang lain atas kejadian yang menimpa dirinya. Subjek penleitian 1 tetap menikmati kehidupannya apapun yang terjadi dan tidak menyalahkan nasib. Subjek penelitian 1 justru berusaha untuk introspeksi diri bahwa kegagalan yang pernah dialai adalah kesalahan yang pernah dilakukannya (KB/S1P1/B.222-229).

f) Bertindak Positif

Kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 1 terbentuk karena adanya kebiasaan untuk bertindak positif terhadap setiap kejadian yang dialaminya. Subjek penelitian 1 menyikapi kegagalan yang pernah dialami dengan senantiasa bangkit dan mencoba lagi hingga mampu bangkit dari kegagalan tersebut. Subjek penelitian 1 tidak mau hanya berdiam diri meratapi kegagalan demi kegagalan yang pernah dialaminya. Subjek penelitian 1 juga tidak mau berdiam diri menunggu bantuan dari orang lain ketika dirinya mengalami suatu kesulitan (KB/S1P1/B.232-234).

Faktor bertindak positif juga terlihat dari kesediaan subjek penelitian 1 untuk memberikan bantuan kepada orang lain tanpa memikirkan baik buruknya bagi diri sendiri. hal utama yang menjadi perhatian subjek penelitian 1 adalah bagaimana caranya agar dapat

membantu kesulitan yang dialami oleh orang lain. Bahkan subjek penelitian 1 sama sekali tidak mengharapkan balasan dari orang yang pernah ditolongnya (KB/S1P1/B.248-254).

g) Pengakraban Hubungan

Kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 1 dipengaruhi oleh faktor pengakraban hubungan. Faktor tersebut terlihat dari adanya partisipasi aktif subjek penelitian 1 dalam kegiatan yang diadakan di lingkungan sosial. Subjek penelitian 1 juga bersedia untuk memberikan bantuan dana bagi terselenggaranya kegiatan yang ada di lingkungannya (KB/S1P1/B.268-270).

Tidak hanya sebatas memberikan bantuan berupa material, akan tetapi subjek penelitian 1 bersedia untuk terlibat secara langsung dalam kegiatan sosial (KB/S1P1/B.272-275). Prinsip utama yang dipegang oleh sujek penelitian 1 adalah senantiasa saling menghargai terhadap orang lain, serta memahami karakter setiap individu tidak selalu sama, sehingga tidak menyalahkan orang lain ketika terjadi perbedaan (KB/S1P1/B.281-282). Kemampuan pengakraban hubungan yang dimiliki subjek penelitian 1 juga terlihat dari adanya interaksi sosial yang baik, dimana subjek penelitian 1 tidak membeda-bedakan dalam berteman (KB/S1P1/B.281-282).

Tabel 2.

Unit Makna dan Makna Psikologis pada Subjek Penelitian 1

Makna Psikologis Coding

 Mencintai pekerjaan yang dilakukannya di bidang salon

 Menganggap bahwa pekerjaannya tersebut dapat memberikan manfaat kepada orang lain

 Nilai-nilai daya cipta atau kreatif (creative values)

 Penerimaan keluarga meskipun mengetahuinya sebagai gay

 Bersedia untuk memberikan bantuan kepada orang lain tanpa merasa takut akan mendapatkan penolakan

 Rela untuk tidak mendapatkan bayaran atas pelajaran yang diberikan kepada orang lain

 Nilai-nilai Penghayatan (Experiential Values)

 Tidak menyalahkan lingkungan yang terkadang memberikan pandangan negatif atau bahkan penolakan kepada dirinya

 Menunjukkan sikap positif terhadap berbagai penilaian negatif masyarakat  Menghargai orang lain, sehingga dengan

sendirinya orang lain akan menghargainya

 Berusaha untuk melakukan sesuatu yang terbaik bagi lingkungan

 Nilai-nilai Bersikap (Attitudinal Values)

 Memiliki harapan agar kehidupannya ke depan semakin lebih baik

 Optimis untuk bisa mencapai kehidupan yang lebih bermakna

 Berusaha agar tetangga juga merasakan kebahagiaan

 Harapan (Hope)

 Semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa

 Senantiasa bersyukur atas setiap kejadian yang terjadi dalam kehidupan

 Mendapatkan suatu ketenangan dan kedamaian jiwa dengan menjalankan perintah agama

 Memiliki rasa syukur yang besar dalam menjalani kehidupan

 Faktor Kehidupan keagamaan/ spiritualitas/ ibadah

 Memberikan saran ataupun masukan atas permasalahan yang dialami orang lain  Perasaan bertanggung jawab sebagai

makhluk sosial untuk memberikan bantuan

 Rasa bersyukur dan menerima terhadap pekerjaan

 Faktor Pekerjaan  Perasaan senang dan mencintai setiap

aktivitas dalam kehidupannya

 Rasa ikhlas untuk tidak dibayar ketika ada pengunjung salon yang ternyata uangnya tidak cukup

 Faktor Keindahan

 Rasa syukur atas pengalaman pahit  Optimis dalam menjalani kehidupan  Senantiasa introspeksi diri

 Faktor Pengalaman

 Senantiasa bangkit dan mencoba ketika mengalami kegagalan

 Memberikan bantuan kepada orang lain tanpa memikirkan balasan

 Faktor Bertindak Positif

 Partisipasi aktif dalam kegiatan sosial  Memberikan bantuan dana bagi kegiatan

di lingkungan

 Tidak membeda-bedakan dalam bergaul

 Faktor Pengakraban Hubungan

Dokumen terkait