• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Hasil Temuan Penelitian

3. Subjek Penelitian 3

a. Proses Penemuan Subjek Penelitian 3

Proses penemuan subjek penelitian 3 berlangsung pada tahun 2017, ketika peneliti menjumpai subjek penelitian 3 sedang berkumpul dengan teman-temannya sesama gay. Subjek penelitian 3 yang juga merupakan teman dekat dari subjek penelitian 2 seringkali menjadi tempat berkeluh kesah atas permasalahan yang dihadapi subjek penelitian 3. Subjek penelitian 3 juga menceritakan permasalahan yang dialaminya kepada peneliti semenjak pertemuan tersebut. Ketika peneliti sedang berdua dengan subjek penelitian 3, tiba-tiba subjek penelitian 3 menanyakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan beragama kepada

peneliti. Awalnya peneliti terkejut karena ternyata subjek penelitian 3 sedang berusaha meningkatkan kualitas hubungan dengan sang pencipta.

Berawal dari situasi tersebut peneliti mengerti kedekatan hubungan pertemanan yang terjalin antara subjek penelitian 2 dengan subjek penelitian 3. Peneliti kemudian meminta kesediaan dari subjek penelitian 3 untuk berpartisipasi dalam proses penelitian. Awal mulanya informan penelitian tidak bersedia karena tidak ingin menceritakan sisi negatif yang pernah dilakukannya di masa lalu. Namun atas penjelasan dari peneliti dan persetujuan dari subjek penelitian 2, maka akhirnya informan penelitian 3 bersedia berpartisipasi dalam proses penelitian.

b. Identitas Subjek Penelitian 3

Nama : Berlian Tanjung Jenis Kelamin : Laki – Laki

Umur : 52 Tahun

Pekerjaan : Wirausaha

Alamat : Medan

Interviewer : Mastha

c. Latar Belakang Subjek Penelitian 3

Subjek penelitian 3 merupakan teman dekat subjek penelitian 2. Subjek berasal dari keluarga yang berada dan memiliki empat saudara, yaitu dua orang adik perempuan dan dua orang adik laki-laki. Subjek penelitian 3 merupakan wirausahawan yang bergerak di bidang makanan.

Subjek menyadari adanya ketertarikan terhadap sesama jenis ketika subjek duduk di bangku SMP. Hubungan yang terjalin antara subjek dan orangtua tergolong baik, karena kedua orangtuanya dapat menyadari adanya orientasi seksual yang berbeda dalam diri anaknya tersebut.

d. Hasil Observasi

Subjek penelitian 3 adalah sosok yang bertubuh pendek, agak gemuk dan berkulit agak gelap. Subjek penelitian 3 menunjukkan kehangatan dalam memberikan sambutan kepada peneliti. Subjek penelitian 3 dalam menjawab pertanyaan dari peneliti terkadang sulit dipahami karena nada bicaranya yang cepat. Subjek penelitian 3 dalam menjawab pertanyaan dari peneliti sangat ekspresif, dan terkadang memperagakannya dengan gerakan-gerakan tertentu.

e. Hasil Wawancara

1) Aspek-aspek Kebermaknaan Hidup Homoseksual pada Kaum Gay Usia Dewasa Madya

a) Aspek Nilai-nilai Daya Cipta atau Kreatif (Creative Values) Aspek nilai daya cipta atau kreatif (creative values) pada subjek penelitian 3 terbentuk adanya rasa senang dan nyaman dalam menjalani pekerjaan di bidang wirausaha makanan (KB/S3P1/B.2-3). Rasa cinta terhadap pekerjaan tersebut dikarenakan subjek menyadari pekerjaan yang dilakukan selain dapat memberikan penghasilan, juga dapat membeirkan keuntungan bagi orang lain

(KB/S3P1/B.6-9). Subjek penelitian 3 juga mampu menikmati pekerjaan yang dilakukan tanpa harus merasa terbebani dengan resiko mengalami kerugian dalam bisnis makanan (KB/S3P1/B.23-24).

b) Nilai-nilai Penghayatan (Experiential Values)

Nilai-nilai penghayatan merupakan mencoba memahami, meyakini dan menghayati berbagai nilai yang ada dalam kehidupan, seperti kebenaran, keindahan, kasih sayang, kebajikan dan keimanan. Nilai-nilai penghayatan dalam kebermaknaan hidup subjek penelitian 3 terlihat dari adanya memahami bahwa tidak semua orang dapat menerima kehadiran kaum gay. Akan tetapi, subjek penelitian 3 yakin banyak orang-orang di sekitarnya yang dapat menerima kehadirannya tanpa mempermasalahkan bahwa dirinya adalah gay (KB/S3P1/B.43-46).

Subjek penelitian 3 juga mampu merasakan kenyamanan dalam menjalin hubungan dengan orang-orang di sekitarnya. Subjek penelitian 3 juga merasakan adanya perhatian yang diberikan oleh orang lain kepada dirinya (KB/S3P1/B.61-64). Begitu juga sebalinya, subjek penelitian 3 juga berusaha untuk dapat memberikan perhatian kepada orang-orang di sekitarnya. Hal tersebut terlihat dari adanya kesediaan untuk berbagi kepada orang lain yang membutuhkan dengan menyisikan sedikit uang untuk membantu orang lain yang sedang kesulitan (KB/S3P1/B.90-96).

c) Nilai-nilai Bersikap (Attitudinal Values)

Setiap perjalanan hidup individu, pasti mendapat keadaan yang menyedihkan, kondisi-kondisi tragis atau peristiwa mengenaskan. Esensi nilai bersikap terletak pada cara seseorang yang dengan ikhlas dan tawakkal menyerahkan diri pada keadaan yang tidak dapat dihindari. Nilai-nilai bersikap (attitudinal values) dalam kebermaknaan hidup subjek penelitian 3 terlihat dari adanya sikap yang menerima terhadap berbagai kejadian yang dialami subjek penelitian 3. Subjek penelitian 3 hanya berusaha dan berdoa agar segala sesuatu yang dilakukan dapat membawa hasil sesuai dengan harapannya. Subjek penelitian 3 berkeyakinan bahwa tindakan yang dilakukan seseorang sangat menentukan hasil yang akan diperolehnya (KB/S3P1/B.101-104).

Terkait dengan penolakan yang diberikan orang lain kepada dirinya, subjek penelitian 3 justru menyikapinya secara positif. Subjek penelitian 3 menyadari bahwa penolakan yang ditunjukkan orang lain tidak ada salahnya, karena memang dari sudut pandang agama khususnya agama Islam tidak dibenarkan seseorang itu mencintai sesama jenisnya (KB/S3P1/B.123-127). Subjek penelitian 3 hanya berusaha agar dapat memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan dan tidak memandang bagaimana sikap orang terhadap dirinya. Subjek penelitian 3 juga tidak berusaha memaksa agar orang lain menerima kaum gay karena menyadari bahwa setiap

orang memiliki pemikiran yang berbeda satu sama lain (KB/S3P1/B.149-154).

2) Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebermaknaan Hidup Homoseksual pada Kaum Gay Usia Dewasa Madya

a) Kehidupan Keagamaan/Spiritualitas/Ibadah

Faktor kehidupan keagamaan/spiritualitas/ibadah dalam kebermaknaan hidup subjek penelitian 3 terlihat dari adanya rasa damai dan tenteram setelah menjalankan perintah agama, yaitu shalat dan bersedekah. Subjek penelitian 3 tetap menunjukkan keberanian untuk beribadah di masjid meskipun masyarakat sekitar mengetahui bahwa dirinya adalah gay. Meskipun dalam beribadah subjek penelitian 3 belum sepenuhnya sesuai dengan tuntutan agama, namun rasa nyaman telah dirasakan oleh subjek penelitian 3 (KB/S3P1/B.185-199).

b) Hati Nurani

Faktor hati nurani dalam terbentuknya kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 3 terlihat dari adanya tanggung jawab sosial dan rasa peduli terhadap orang lain. Subjek penelitian 3 yang merupakan gay justru tidak ingin melihat orang lain melakukan hal yang sama yang pernah dilakukannya. Subjek penelitian ketika melihat ada orang lain yang baru menjadi gay justru menasehatinya agar tidak terlalu jauh terjebak dan senantiasa mengingat bahwa

menjadi gay adalah dosa dari sudut pandang agama (KB/S3P1/B.202-207).

Sebagai bagian dari lingkungan sosial, subjek penelitian 3 merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi yang berarti bagi lingkungan. Kontribusi positif ditunjukkan dengan adanya sosialisasi yang dilakukan tanpa merasa takut mendapatkan penolakan dari orang lain. Bahkan, subjek penelitian 3 bersedia untuk berbagi pengalaman selama menjadi gay dengan harapan agar masyarakat mengerti menjadi gay tidak mudah dan sebisa mungkin masyarakat harus menghindarinya (KB/S3P1/B.212-220).

c) Pekerjaan

Faktor pekerjaan memberikan kontribusi bagi terbentuknya kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 3. Adanya rasa senang dengan pekerjaan menjadikan subjek penelitian 3 semakin dapat merasakan kebermaknaan hidup. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan yang dilakukan subjek penelitian 3 saat ini adalah impiannya, meksipun dulu pernah bercita-cita menjadi seorang pesulap (KB/S3P1/B.246-250).

d) Keindahan

Faktor keindahan dalam pembentukan kebermaknaan hidup subjek penelitian 3 terlihat dari adanya kecintaan terhadap kehidupannya saat ini. Meskipun menjadi seorang gay bukanlah

pilihan yang mudah, akan tetapi subjek penelitian 3 tetap dapat merasakan kehidupan yang sesungguhnya dan dia inginkan (KB/S3P1/B.269).

e) Pengalaman

Faktor pengalaman merupakan faktor yang turut menentukan kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 3. Hal tersebut dikarenakan menjadi seorang gay bukanlah hal yang mudah, berbagai bentuk pandangan negatif melekat pada kaum gay. Akan tetapi, kemampuan subjek penelitian 3 dalam mengambil pengalaman pahit menjadi seorang gay merupakan pengalaman yang sangat berharga dan menjadikannya lebih mampu memaknaik kehidupan menjadi lebih bermakna. Subjek penelitian 3 menganggap pengalaman merupakan guru terbaik yang menjadikan subjek semakin dapat menerima diri dan kehidupannya (KB/S3P1/B.213-218).

f) Bertindak Positif

Kebermaknaan hidup pada subjek penelitian 3 terbantuk karena adanya kebiasaan subjek penelitian 3 untuk selalu bertindak positif. Hal sederhana yang senantiasa dilakukannya adalah dengan selalu menabur senyum kepada orang lain yang dijumpainya. Subjek penelitian 3 juga berusaha untuk membantu orang lain yang membutuhkan selama dirinya mampu (KB/S3P1/B.334-341).

g) Pengakraban Hubungan

Kesediaan subjek penelitian 3 untuk berpartisipasi aktif di lingkungan sosial mampu mendorong munculnya kebermaknaan hidup. Subjek penelitian 3 berusaha untuk aktif dalam kegiatan gotong royong yang diadakan di lingkungan dan dari kegiatan tersebut subjek semakin merasa diterima dan menjadi bagian dalam lingkungan sosial (KB/S3P1/B.344-351). Interaksi sosial lain yang dilakukan oleh subjek penelitian 3 adalah dengan senantiasa menyapa orang-orang yangditemui ketika pergi ke masjid. Kebiasaan-kebiasaan tersebutlah yang menjadikan subjek semakin mampu merasakan makna hidup, meskipun sebagai seorang gay (KB/S3P1/B.361-364).

Tabel 4.

Unit Makna dan Makna Psikologis pada Subjek Penelitian 3

Makna Psikologis Coding

 Rasa senang dan bangga terhadap pekerjaan

 Menyadari bahwa pekerjaan yang dilakukan dapat memberikan manfaat bagi orang lain

 Menikmati pekerjaan yang dilakukan tanpa harus merasa terbebani dengan resiko mengalami kerugian

 Nilai-nilai daya cipta atau kreatif (creative values)

 Yakin banyak orang-orang di sekitarnya yang dapat menerima kehadirannya

 Kenyamanan dalam menjalin hubungan dengan orang-orang di sekitarnya

 Memberikan perhatian kepada orang-orang di sekitarnya

 Kesediaan untuk berbagi kepada orang lain yang membutuhkan

 Nilai-nilai Penghayatan (Experiential Values)

 Menyadari bahwa penolakan yang ditunjukkan orang lain adalah hal wajar

 Nilai-nilai Bersikap (Attitudinal Values)

 Berusaha agar dapat memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan  Rasa damai dan tenteram setelah

menjalankan perintah agama

 Menunjukkan keberanian untuk beribadah di masjid meskipun masyarakat sekitar mengetahui bahwa dirinya adalah gay

 Faktor Kehidupan keagamaan/ spiritualitas/ ibadah

 Menasehati orang lain agar tidak terlalu jauh terjebak menjadi gay

 Berbagi pengalaman selama menjadi gay

 Faktor Hati Nurani

 Rasa bersyukur atas pekerjaan karena pekerjaan saat ini adalah impiannya

 Faktor Pekerjaan  Kecintaan yang mendalam terhadap

kehidupan

 Faktor Keindahan  Pengalaman menjadi gay merupakan guru

terbaik untuk menjadi lebih baik

 Faktor Pengalaman  Selalu menabur senyum kepada orang lain

 Berusaha untuk membantu orang lain yang membutuhkan selama dirinya mampu

 Faktor Bertindak Positif

 Aktif dalam kegiatan gotong royong

 Senantiasa menyapa orang-orang yangditemui ketika pergi ke masjid

 Faktor Pengakraban Hubungan

Dokumen terkait