• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Data Penelitian

5. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif

Melalui metode Multiple Regression diperoleh koefisien determinasi yang menunjukkan nilai R2 (R square) sebesar 0,242. Artinya, pemantauan diri dan konformitas teman sebaya memberikan sumbangan sebanyak 24% terhadap kecenderungan pembelian impulsif. Hal ini berarti masih terdapat76% faktor lain yang mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. Hal in dapa dilihat dari tabel output SPSS berikut ini:

Tabel 26 Sumbangan Efektif

S S

Sementara itu, secara perhitungan manual didapatkan sumbangan efektif pemantauan diri terhadap kecenderungan pembelian impulsif adalah sebesar 2,24% dan sumbangan efektif konformitas teman sebaya terhadap kecenderungan

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .492a .242 .228 9.64173 2.010

a. Predictors: (Constant), konformitas teman sebaya, pemantauan diri b. Dependent Variable: kecenderungan pembelian impulsif

commit to user

pembelian impulsif adalah sebesar 21,96%. Sumbangan relatif pemantauan diri adalah sebesar 9,24% dan sumbangan relatif konformitas teman sebaya adalah sebesar 90,76%.

D. Pembahasan

Hasil pengujian hipotesis pertama yang dilakukan secara bersama-sama (simultan) menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. Hubungan positif ketiga variabel ini menunjukkan hubungan yang searah, artinya semakin tinggi pemantauan diri dan konformitas teman sebaya yang dimiliki oleh remaja putri, maka akan semakin tinggi pula kecenderungan pembelian impulsif yang dimiliki begitupun sebaliknya. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, yang ditandai dengan hasil perhitungan F hitung > F tabel dengan p = 0,000. F hitung yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu sebesar 17,056 sedangkan F tabel sebesar 3,081. Kekuatan hubungan ketiga variabel ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar R = 0,49 yang artinya berada pada taraf yang sedang.

Dari hasil ini, maka terbukti bahwa pemantauan diri secara bersama-sama dengan konformitas teman sebaya mampu mempengaruhi remaja putri untuk memiliki kecenderungan pembelian impulsif. Pemantauan diri yang dimiliki oleh remaja putri yang meliputi bertingkah laku sesuai dengan situasi yang dihadapi, kemampuan untuk menarik perhatian sosial, ketepatan berperilaku sesuai dengan petunjuk sosial, kemampuan menyenangkan dan memberi kesan pada orang lain,

commit to user

peka terhadap situasi yang ada, kemampuan mengontrol perilaku dan penampilan dan didukung dengan kemampuan untuk melakukan konformitas terhadap teman sebaya yaitu berperilaku sesuai dengan keinginan dan harapan teman sebaya, sesuai dengan standar dan norma dalam kelompok teman sebaya, bergantung pada ide, pendapat teman sebaya dan menyetujui ide teman sebaya, maka hal-hal tersebut mampu meningkatkan kecenderungan pada remaja putri untuk melakukan pembelian yang tiba-tiba tanpa perencanaan sebelumnya. Kontribusi secara bersama-sama antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya terhadap kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri hanya sebesar 24 %.

Remaja yang pada dasarnya belum memiliki kemampuan secara finansial dengan karakteristik yang melekat erat pada dirinya seperti labil, mudah dipengaruhi, spesifik dan impulsif sering dijadikan sebagai target pemasaran yang potensial. Menurut Papalia,dkk (2008) remaja lebih memperhatikan perubahan fisik yang dialaminya dan perhatian yang lebih besar akan lebih tampak pada remaja putri. Maka tidak heran jika remaja putri akan cenderung membeli produk-produk yang mampu menunjangnya dalam berpenampilan. Para produsen dan pemasar yang menyadari hal ini, datang dengan menawarkan berbagai produk yang dibutuhkan oleh para remaja putri. Seperti yang dikemukakan oleh Ditmar, dkk (1995) yaitu kecenderungan pembelian impulsif lebih tinggi pada remaja putri yang diketahui memiliki tingkat emosi dan impulsivitas yeng lebih tinggi dalam berbelanja dan mengeluarkan uang.

Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kecenderungan pembelian impulsif yang sedang pada remaja putri. Kontribusi pemantauan diri dan

commit to user

konformitas teman sebaya hanya 24%, selanjutnya 76% kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri dipengaruhi oleh variabel lain di luar pemantauan diri dan konformitas teman sebaya. Menurut Loudon dan Bitta (1993), faktor yang mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif adalah karakteristik produk yang meliputi harga yang murah, siklus hidup produk yang pendek, ukuran yang kecil dan mudah disimpan; faktor pemasaran, serta karakteristik konsumen yang meliputi kepribadian, demografis dan karakteristik konsumen. Faktor lainnya menurut Chen dan Hung (2005) adalah mood seseorang, identitas diri yang dimiliki dan karakteristik pribadi seperti usia dan menurut Djudiyah dan Hadipranata (2002), harga diri, uang saku dan materialisme akan mempengaruhi pembelian impulsif.

Hasil pengujian secara parsial antara pemantauan diri dan kecenderungan pembelian impulsif menunjukkan koefisien korelasi yaitu sebesar 0,078 dengan

p = 0,211 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pemantauan diri dan kecenderungan pembelian impulsif. Pada penelitian ini walaupun saat bersama-sama dengan konformitas teman sebaya, pemantauan diri berhubungan signifikan dengan kecenderungan pembelian impulsif, namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemantauan diri jika berdiri sendiri tidak berhubungan secara signifikan dengan kecenderungan pembelian impulsif. Pada saat pemantauan diri secara bersama-sama dengan konformitas teman sebaya, menunjukkan sumbangan efektif konformitas teman sebaya terhadap kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri yaitu 21,96 % lebih besar dibandingkan sumbangan efektif pemantauan diri yang hanya sebesar 2,24 %.

commit to user

Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini yang menyatakan ada hubungan positif antara pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif tidak terbukti. Artinya pemantauan diri yang dimiliki oleh seseorang tidak mempengaruhinya untuk memiliki kecenderungan pembelian impulsif yaitu kecenderungan untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya. Menurut Scher dan Thompson (2007), pemantauan diri adalah kombinasi internal antara pengamatan diri dan kontrol diri. Semakin baik pemantauan diri yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin baik pula pengamatan diri dan kontrol dirinya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Melati,dkk (2007) menyimpulkan bahwa kontrol diri yang dimiliki oleh remaja mempengaruhi pembelian impulsifnya, semakin tinggi kontrol diri yang dimiliki remaj maka pembelian impulsif semakin rendah, begitu pun sebaliknya.

Pemantauan diri yang dimiliki oleh seorang remaja akan membuatnya cenderung mengubah perilaku sesuai tuntutan sosial sehingga remaja mengatur kesan yang dibuatnya. Para remaja tidak jarang akan menunda kepuasan dalam membeli untuk mendapatkan kesan yang baik dari orang lain dan hal ini mampu menghindarkan remaja putri dari kecenderungan pembelian impulsif. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Yani (2005) bahwa seseorang yang memiliki kecenderungan impulsif yang tinggi perlu menyadari bahwa penyebab terjadinya pembelian impulsif lebih bersifat pada situasi yang sedang dialami dan sebenarnya variabel situasi lebih mudah dikontrol dibandingkan variabel personal dari dalam diri sendiri.

commit to user

Hasil pengujian secara parsial antara konformitas teman sebaya dan kecenderungan pembelian impulsif menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,415 dengan p = 0,000 yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif. Semakin tinggi konformitas teman sebaya, maka semakin tinggi pula kecenderungan pembelian impulsif yang dimiliki remaja putri. Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Artledia (2009) yaitu semakin tinggi konformitas remaja terhadap kelompok teman sebayanya, maka semakin mudah remaja tersebut dipengaruhi oleh kelompok teman sebayanya untuk melakukan pembelian secara impulsif.

Menurut Priede dan Ferrel (1995) kelompok teman sebaya mempengaruhi keputusan pembelian seseorang tergantung pada tingkat konformitas yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Monks,dkk (2002) bahwa pada masa remaja akan menunjukkan originalitasnya bersama teman sebaya dalam hal berpakaian, berpenampilan, berdandan, termasuk dalam hal pembelian. Konformitas yang dimiliki remaja putri turut mempengaruhi keputusan pembelian. Keinginan remaja putri untuk senantiasa menyesuaikan penampilan dengan teman sebaya akan membuat remaja putri memiliki kecenderungan untuk membeli produk yang sama dengan teman-teman sebayanya secara impulsif. Seperti yang dikemukakan oleh Mowen dan Minor (2001) sebelumnya apabila seseorang melakukan pembelian seorang diri, maka cenderung akan membeli barang-barang yang sudah direncanakan sebelumnya. Sebaliknya, apabila seseorang melakukan pembelian dengan kelompok, maka

commit to user

akan cenderung membeli barang-barang yang sebelumnya tidak masuk dalam perencanaan.

Herabadi,dkk (2003) memaparkan bahwa memiliki teman untuk berbelanja, sangat mungkin merupakan faktor yang mendorong timbulnya perilaku belanja impulsif. Hal ini karena ada perbedaan yang jelas dalam kecenderungan belanja impulsif antara kelompok yang berbelanja dengan teman dan kelompok yang berbelanja tanpa teman. Menurut Peter dan Olson (dalam Meike, 2009), kelompok acuan seperti teman sebaya berpengaruh penting bagi seorang konsumen. Kelompok acuan teman sebaya tidak hanya mempengaruhi pengetahuan, sikap dan nilai seorang konsumen tetapi juga mempengaruhi pembelian suatu produk, merek tertentu dan pemilihan toko dimana akan melakukan pembelian. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi remaja untuk melakukan pembelian secara impulsif.

Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. Penelitian yang telah dilakukan ini tentunya memiliki beberapa keterbatasan. Penelitian ini hanya meneliti subjek dengan rentang usia remaja dan berjenis kelamin perempuan saja, belum mempertimbangkan aspek-aspek yang lain seperti karakteristik kepribadian, status sosioekonomi, materialisme, budaya dan lainnya. Selanjutnya keterbatasan peneliti sebagai pemula dalam menyusun alat ukur penelitian yang belum mampu secara maksimal mengukur dengan baik apa yang seharusnya diukur.

commit to user BAB V

Dokumen terkait