• Tidak ada hasil yang ditemukan

Surat Kabar

Dalam dokumen POLA KOMUNIKASI MASYARAKAT MISKIN (Halaman 177-188)

PENYAJIAN DAN ANALYSIS DATA

3.5 Komunikasi Massa (Media Exposure) pada Masyarakat Miskin

3.5.1 Komunikasi Massa (Media Exposure) pada Masyarakat yang tinggal di pinggir rel kereta api dilihat dari Jenis Media Massa yang

3.5.1.3 Surat Kabar

Surat kabar merupakan salah satu media massa yang berperan

penting dalam pendistribusian informasi kepada khalayak. Selain

karena kontennya yang faktual, penerbitan surat kabar juga terjadi

commit to user

157

mengakses. Seiring perkembangan teknologi, surat kabar mulai

melakukan berbagai perkembangan baik dari sisi konten maupun

teknologi. Sebagai media pemenuhan kebutuhan informasi, Surat

kabar mengalami zaman keemasannya sekitar tahun 1690 hingga era

kemunculan radio sekitar tahun 1920. Perkembangan surat kabar

secara teknologi dimulai dari penemuan mesin cetak oleh Johannes

Gutenberg di Jerman pada era revolusi industri. Sehingga muncullah

surat kabar dengan format yang seperti yang masih dapat dilihat

sekarang ini, dicetak dalam beberapa helai kertas. Dibandingkan

dengan fenomena saat ini, hampir semua surat kabar berlari untuk

membuat website dan banyak surat kabar telah menciptakan media

baru untuk memperkenalkan kekuatan grafis, dan elemen-elemen

video untuk edisi Internet mereka50.

Keberadaan surat kabar tak dipungkiri masih menjadi suatu

kebutuhan untuk para peminat setianya. Meskipun sudah memiliki

banyak saingan, surat kabar Pada masyarakat miskin yang tinggal

dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, keberadaan media

cetak khususnya surat kabar, atau yang biasa disebut “koran”, masih

pula digemari oleh sebagian warga. Dari 8 responden, hanya terdapat

2 orang responden yang menggunakan koran sebagai salah satu

media, untuk mendapatkan informasi. Walaupun bukan yang utama,

namun keberadannya masih banyak dicari oleh sebagian masyarakat.

50

commit to user

158

Adanya 2 responden yang masih menggunakan surat kabar

sebagai media untuk mendapatkan informasi adalah Ibu Romdayani

(35), dan Pak Tugiono (35). Penggunaan surat kabar bagi mereka

pun terbatas, bila ada uang lebih, maka mereka akan bisa

membelinya. Ibu Romdayani (35), mengaku ia sering membaca

media cetak seminggu sekali, tetapi bukan koran atau surat kabar,

melainkan Majalah. Ia gemar membaca majalah, namun karena

faktor ekonomi, jadi penghambat kegemarannya.

Frekuensi membaca majalah Ibu Romdayani terbilang sangat

rendah, sebulan sekali. Namun hal tersebut tak mengurangi

kegemarannya membaca majalah. Intensitasnya membaca majalah

juga terbilang rendah. Untuk keseriusannya membaca majalah, ia

biasa santai dalam membaca suatu majalah.

“kalau sedang baca majalah, saya santai saja sih. biasanya saya lakukan siang hari ketika menemani anak saya tidur siang” tuturnya.

Cara mendapatkan koran dan majalah tersebut adalah dengan

membelinya sebulan sekali, tetapi itu pun jika ada uang belanja

lebih. Karena pemasukan keuangan yang tak seberapa, membuat ibu

romdayani berfikir kembali untuk membeli majalah. Karena

memang pada lingkungan tersebut di Kelurahan Kalianyar tidak

commit to user

159

warga, maka biasanya mereka langsung membeli jika ingin

membaca koran atau majalah.

Kemudian kegemarannya membaca majalah disertai dengan

segment favorit yang ia sukai, yaitu rubruk masak. Content dari

rubrik tersebut memberikan inspirasi tersendiri baginya, untuk

menambah daftar jenis masakan untuk dimasak, dan disajikan.

Menurutnya,

“saya suka membaca Majalah NOVA. Dan segmentfaforit saya adalah segment masak. Karena manambah pengetahuan saya dibidang masak-memasak. Banyak resep-resep masakan baru”.

Berbeda halnya dengan Pak Tugiono. Ia pun menggunakan

media cetak yaitu majalah dan surat kabar, untuk mendapatkan

informasi. Media cetak yang ia gunakan adalah majalah dan surat

kabar. Jika dilihat dari frekuensi ia membaca koran dan majalah,

terbilang rendah. Frekuansinya adalah, ia membaca koran dalam

seminggu 3 kali, dan membaca majalah sebulan 2 kali. Itu pun jika

sedang ada uang lebih. Intensitas membacanya juga terbilang rendah,

begitu pula dengan tingkat keseriusannya membaca majalah dan

koran,

“biasanya saya tidak terlalu serius, hanya membaca judul-judul besarnya saja. Sambil melayani dan menunggu pembeli di warung dagangan saya”.

Surat Kabar yang sering ia baca tidak menentu, terkadang ia

commit to user

160

media Indonesia. Kemudian content atau isi dari surat kabar dan

majalah yang sering ia baca adalah suara pembaca.

“karena menurut saya dari segment itu kita bisa mengetahui keluhan orang tentang media itu sendiri”.

Dari penjelasan diatas, maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa

media massa khususnya media cetak, baik surat kabar maupun

majalah, masih mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat.

Namun hanya beberapa yang sampai benar-benar masih

membutuhkan kehadirannya. Masalah materi pun masih menjadi

persoalan untuk sebagian kecil masyarakat kalangan bawah, untuk

membeli koran atau majalah. Oleh karena itu, mereka hanya dapat

membelinya jika ada rejeki lebih. Dan media cetak untuk mereka

masih dijadikan salah satu media untuk menambah pengetahuan.

Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu51, televisi dan

surat kabar, yaitu mengenai “Pengaruh Televisi Terhadap Minat

Baca dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi”, menyebutkan bahwa

era informasi dan komunikasi yang semakin meningkat

menyebabkan seseorang tidak dapat mengelak dari sentuhan media.

Salah satunya adalah televisi. Program-programnya terus mengalami

perubahan sejalan dengan tuntutan masyarakat agar pemirsa dapat

terpuaskan dan akan mudah menerima pesan. Karena televisi tidak

membutuhkan tingkat melek huruf yang tinggi. Kehadiran

51

commit to user

161

stasiun televisi swasta memungkinkan adanya pengaruh terhadap

minat baca surat kabar. Karena dengan beragam stasiun televisi

swasta dengan berita aktualnya mungkin akan menggeser posisi

surat kabar. Dengan beragamnya stasiun televisi swasta dengan

berita aktualnya mungkin akan menggeser posisi surat kabar dimata

pembacanya. Disamping itu dalam menggunakan media, khalayak

juga dipengaruhi oleh tingkat ekonomi dan kebutuhan informasi.

Dari penelitian diatas jika dibandingkan dengan penelitian

yang dilakukan oleh penulis, dapat dilihat bahwa adanya media

televisi telah menggeser posisi surat kabar (media cetak) sebagai

media infromasi. Dikarenakan karena televisi tidak membutuhkan

tingkat melek huruf yang tinggi. Kehadiran stasiun-stasiun televisi

memungkinkan adanya pengaruh terhadap minat baca surat kabar.

Itulah sebebnya pembaca surat kabar banyak yang beralih menjadi

penikmat televisi. Sedikitnya jumlah pembaca surat kabar tidak

mempengaruhi rasa kesetiakawanan sosial satu sama lain. Pembaca

surat kabar biasanya tetap berbagi informasi mengenai hal atau berita

yang ia dapatkan dari surat kabar tersebut.

3.5.1.4 Handphone

Terdapat alat komunikasi lain dalam berkomunikasi saat ini

seperti penggunaan handphone yang digunakan dalam memenuhi

commit to user

162

yang sudah menjadi kebutuhan hidup bagi kebanyakan orang di

Indonesia. Tidak hanya kota besar yang membutuhkan handphone

sebagai alat penunjang aktivitasnya. Masyarakat kota kecil pun

merasakan pentingnya handphone sebagai alat komunikasi. Dengan

adanya handphone jarak sudah bukan lagi masalah untuk melakukan

komunikasi. Dimanapun kita berada, selama sinyal hanphone masih

dapat tertangkap kita bisa menghubungi siapapun.

Media handphone, sudah banyak digunakan oleh berbagai jenis

kalangan masyarakat. Tak hanya masyarakat menengah ke atas,

namun masyarakat biasa pun sudah memilik hanphone

masing-masing. Begitupula yang terjadipada masyarakat yang tinggal

dipinggir rel kereta api. Kehidupan masyarakatnya yang bisa

dikatakan pas-pasan, namun hampir dari mereka masing-masing

memiliki handphone. Handphone merupakan salah satu alat

komunikasi yang bisa dibilang termasuk pada golongan komunikasi

antar personal. Karena di dalamnya terdapat penyampaian informasi

antar individu.

Berbagai jenis merek serta ragam jenis handphone yang masuk

ke pasar Indonesia membuat masyarakat harus cermat memilih. Ada

yang harganya fantastis namun dengan kecanggihan fiturenya, tetapi

adapula yang biasa saja, namun inti utama dari media tersebut adalah

sebagai media komunikasi. Pada masyarakat miskin yang tinggal

commit to user

163

Dari data 8 responden, ada 6 responden yang menggunakan

handphone dan 2 orang responden yang tidak menggunakan

handphone. Dari data yang di dapat, frekuensi mengakses handphone

masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dalam sehari,

ada 2 responden menjawab 2 kali dalam sehari, kemudian 3

responden menjawab 2-3 kali, dan 1 responden menjawab 5 kali

dalam sehari. Hal ini dikarenakan kebutuhan mereka yang terbatas

dan berbeda-beda. Pemakaian handphone pada masyarakat miskin

yang tinggal dipinggir rel kereta api rata-rata 3 kali dalam sehari.

Rata-rata pemakaian handphone pada ibu rumah tangga kurang

efektif. Mereka hanya menggunakan handphoneuntuk seperlunya

saja.

Frekuensinya pemakaian handphone terbanyak, didapat dari

Pak Tugiono. Profesinya sebagai pedagang warung menyebabkan ia

sering menggunakan handphone. Frekuensinya menggunakan

handphone bisa sampai 5 kali dalam sehari. Hal tersebut

dikarenakan, handphone miliknya tak hanya digunakan untuk

berkomunikasi seperti biasa, namun digunakan pula untuk

berkomunikasi dalam berdagang dan melayani pembeli. Jika

tetangganya ada yang membutuhkan barang dagangannya, maka bisa

langsung pesan dengan cara menghubunginya melalui handphone.

commit to user

164

handphone untuk media berdagang dengan cara bisa pesan antar

dagangannya yaitu nasi goreng.

Kemudian untuk intensitas penggunaannya, termasuk kedalam

golongan jarang menggunakan handphone. Maksud dari penggunaan

handphone yang jarang disini adalah masyarakat miskin yang tinggal

dipinggir rel kereta api hanya menggunakan handphone seperlunya

saja. Misalnya, hanya untuk telephone sesekali dan sms. Itupun

untuk mereka yang sudah mengtahui benar-benar cara menggunakan

handphone. Selanjutnya, untuk tingkat keseriusan, mereka tergolong

tidak terlalu serius, hanya saja mengikuti situasi dan kondisi.

Maksudnya adalah jika sedang ada telephone, mereka serius untuk

menggunakan dan menerima telephone tersebut, namun jika tidak,

mereka lebih memilih tidak menggunakannya.

Handphone juga ditenggarai sebagai sarana berbagi kabar.

Kebanyakan warga pendatang, sering berbagi kabar dengan sanak

keluarga di desa melalui handphone. Tak hanya itu, handphone juga

berfungsi untuk berbagi kabar dan kegiatan yang mereka lakukan

dilingkungan tempat tinggal.

Untuk cara mendpatkannya, rata-rata mereka mendapatkannya

dengan cara membeli. Namun ada pula yang membeli dengan kredit,

dan ada pula yang pemakaiannya bersama dengan anak mereka.

commit to user

165

tersebut tidak memiliki handphone melainkan pemakaiannya

bersamaan dengan anak mereka. Ibu Saoni misalnya, ia mengaku

memakai handphone berdua dengan anaknya yang terakhir,

“saya tidak punya handphone, ada sih tapi itu juga berdua dengan anak saya” ungkapnya.

Tak jauh berbeda halnya dengan Ibu Saoni, Ibu Suminen pun

demikian. Ia menggunakan handphone berdua pemakaiannya dengan

anaknya.

Pada media handphone, juga terdapat menu favorit. Namun

kebanyakan dari responden, tidak memiliki menu favorit. Karena

kebisaaan mereka yang terbatas untuk penggunaan handphone yaitu

hanya untuk menelfon dan berkirim pesan singkat saja. Tetapi ada

pula seperti Mas Slamet, yang memiliki menu favorit yaitu menu

radio. Ia menggunakan radio di handphone untuk mendengarkan

musik lewat acara radio.

Pada umumnya, media Handphone yang digunakan pada

masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api adalah untuk

berbagi informasi. Namun tidak seperti kebanyakan muda-mudi,

para responden yang notabennya kebanyakan usia produktif, hanya

menggunakan handphone untuk berkomunikasi penting satu sama

lain. Untuk juga bertukan kabar dan informasi.

Namun hal tersebut diatas berbeda dengan salah satu penelitian

commit to user

166

terdahulu yang telah dilakukan52, menurut data Kompas, (4/04/03)

yang melakukan street polling yangdilakukan pada 100 remaja SMU

di Jakarta, Bogor, Bandung, dan Semarangmenunjukkan bahwa 51%

mereka mengirim SMS 11-20 kali, 35% 2-10kali dan 14% lebih dari

20 kali sehari. Fenomena itu jelas menjadi salah satu potretdampak

perkembangan komunikasimelalui handphone. Bahkan sebesar 73%

dari merekamengeluarkan biaya untuk membeli voucher

perbulannya sekitar 100-200 ribu, 9% antara 201-300 ribu dan 8%

lebih dari 300 ribu/bulan. Ini berarti bahwa di samping menurunkan

minat baca, handphone juga mengarahkan masyarakatuntuk hidup

konsumtif. Bahkan menurut data dari penelitian “Survei

SiemensMobile Phone”, 58% orang indonesia lebih memilih

mengirim SMS daripada membaca buku, (Nurudin, Sistem

Komunikasi Indonesia, 191-192, 2005). Di atas adalah dampak dari

segi sosial budaya masyarakat atas penggunaan Handphone telepon

seluler.

Hal tersebut berkaitan dengan Teori DeFleur dan

Ball-Rokeach53, yang menjelaskan tentang pertemuan dengan media

melihat, bahwa pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga

kerangka teoretis yaitu, persapektif perbedaan individual, perspektif

kategori sosial, dan perspektif hubungan social. Dan penelitian

tersebut termasuk dalam perspektif kategori sosial.

52

http://ayuprima.student.umm.ac.id/2010/02/12/dampak-penggunaan-handphone/

53

commit to user

167

Perspektif kategori sosial berasumsi bahwa, dalam masyarakat

terdapat kelompok-kelompok sosial, yang reaksinya pada stimulun

tertetu cenderung sama. Golongan sosial berdasarkan usia, jenis

kelamin, tingkat pendapatan, pendidikan, tempat tinggal dan

kayakinan beragama menempilkan kategori respons.

Anggota-anggota kategori tertentu akan cenderung memilih isi komunikasi

yang sama dan akan memberi respons kepadanya dengan cara yang

hampir sama pula.

3.5.2Komunikasi Massa (Media Exposure) pada Masyarakat yang tinggal

Dalam dokumen POLA KOMUNIKASI MASYARAKAT MISKIN (Halaman 177-188)