PENYAJIAN DAN ANALYSIS DATA
3.5 Komunikasi Massa (Media Exposure) pada Masyarakat Miskin
3.5.1 Komunikasi Massa (Media Exposure) pada Masyarakat yang tinggal di pinggir rel kereta api dilihat dari Jenis Media Massa yang
3.5.1.3 Surat Kabar
Surat kabar merupakan salah satu media massa yang berperan
penting dalam pendistribusian informasi kepada khalayak. Selain
karena kontennya yang faktual, penerbitan surat kabar juga terjadi
commit to user
157
mengakses. Seiring perkembangan teknologi, surat kabar mulai
melakukan berbagai perkembangan baik dari sisi konten maupun
teknologi. Sebagai media pemenuhan kebutuhan informasi, Surat
kabar mengalami zaman keemasannya sekitar tahun 1690 hingga era
kemunculan radio sekitar tahun 1920. Perkembangan surat kabar
secara teknologi dimulai dari penemuan mesin cetak oleh Johannes
Gutenberg di Jerman pada era revolusi industri. Sehingga muncullah
surat kabar dengan format yang seperti yang masih dapat dilihat
sekarang ini, dicetak dalam beberapa helai kertas. Dibandingkan
dengan fenomena saat ini, hampir semua surat kabar berlari untuk
membuat website dan banyak surat kabar telah menciptakan media
baru untuk memperkenalkan kekuatan grafis, dan elemen-elemen
video untuk edisi Internet mereka50.
Keberadaan surat kabar tak dipungkiri masih menjadi suatu
kebutuhan untuk para peminat setianya. Meskipun sudah memiliki
banyak saingan, surat kabar Pada masyarakat miskin yang tinggal
dipinggir rel kereta api, Kelurahan Kalianyar, keberadaan media
cetak khususnya surat kabar, atau yang biasa disebut “koran”, masih
pula digemari oleh sebagian warga. Dari 8 responden, hanya terdapat
2 orang responden yang menggunakan koran sebagai salah satu
media, untuk mendapatkan informasi. Walaupun bukan yang utama,
namun keberadannya masih banyak dicari oleh sebagian masyarakat.
50
commit to user
158
Adanya 2 responden yang masih menggunakan surat kabar
sebagai media untuk mendapatkan informasi adalah Ibu Romdayani
(35), dan Pak Tugiono (35). Penggunaan surat kabar bagi mereka
pun terbatas, bila ada uang lebih, maka mereka akan bisa
membelinya. Ibu Romdayani (35), mengaku ia sering membaca
media cetak seminggu sekali, tetapi bukan koran atau surat kabar,
melainkan Majalah. Ia gemar membaca majalah, namun karena
faktor ekonomi, jadi penghambat kegemarannya.
Frekuensi membaca majalah Ibu Romdayani terbilang sangat
rendah, sebulan sekali. Namun hal tersebut tak mengurangi
kegemarannya membaca majalah. Intensitasnya membaca majalah
juga terbilang rendah. Untuk keseriusannya membaca majalah, ia
biasa santai dalam membaca suatu majalah.
“kalau sedang baca majalah, saya santai saja sih. biasanya saya lakukan siang hari ketika menemani anak saya tidur siang” tuturnya.
Cara mendapatkan koran dan majalah tersebut adalah dengan
membelinya sebulan sekali, tetapi itu pun jika ada uang belanja
lebih. Karena pemasukan keuangan yang tak seberapa, membuat ibu
romdayani berfikir kembali untuk membeli majalah. Karena
memang pada lingkungan tersebut di Kelurahan Kalianyar tidak
commit to user
159
warga, maka biasanya mereka langsung membeli jika ingin
membaca koran atau majalah.
Kemudian kegemarannya membaca majalah disertai dengan
segment favorit yang ia sukai, yaitu rubruk masak. Content dari
rubrik tersebut memberikan inspirasi tersendiri baginya, untuk
menambah daftar jenis masakan untuk dimasak, dan disajikan.
Menurutnya,
“saya suka membaca Majalah NOVA. Dan segmentfaforit saya adalah segment masak. Karena manambah pengetahuan saya dibidang masak-memasak. Banyak resep-resep masakan baru”.
Berbeda halnya dengan Pak Tugiono. Ia pun menggunakan
media cetak yaitu majalah dan surat kabar, untuk mendapatkan
informasi. Media cetak yang ia gunakan adalah majalah dan surat
kabar. Jika dilihat dari frekuensi ia membaca koran dan majalah,
terbilang rendah. Frekuansinya adalah, ia membaca koran dalam
seminggu 3 kali, dan membaca majalah sebulan 2 kali. Itu pun jika
sedang ada uang lebih. Intensitas membacanya juga terbilang rendah,
begitu pula dengan tingkat keseriusannya membaca majalah dan
koran,
“biasanya saya tidak terlalu serius, hanya membaca judul-judul besarnya saja. Sambil melayani dan menunggu pembeli di warung dagangan saya”.
Surat Kabar yang sering ia baca tidak menentu, terkadang ia
commit to user
160
media Indonesia. Kemudian content atau isi dari surat kabar dan
majalah yang sering ia baca adalah suara pembaca.
“karena menurut saya dari segment itu kita bisa mengetahui keluhan orang tentang media itu sendiri”.
Dari penjelasan diatas, maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa
media massa khususnya media cetak, baik surat kabar maupun
majalah, masih mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat.
Namun hanya beberapa yang sampai benar-benar masih
membutuhkan kehadirannya. Masalah materi pun masih menjadi
persoalan untuk sebagian kecil masyarakat kalangan bawah, untuk
membeli koran atau majalah. Oleh karena itu, mereka hanya dapat
membelinya jika ada rejeki lebih. Dan media cetak untuk mereka
masih dijadikan salah satu media untuk menambah pengetahuan.
Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu51, televisi dan
surat kabar, yaitu mengenai “Pengaruh Televisi Terhadap Minat
Baca dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi”, menyebutkan bahwa
era informasi dan komunikasi yang semakin meningkat
menyebabkan seseorang tidak dapat mengelak dari sentuhan media.
Salah satunya adalah televisi. Program-programnya terus mengalami
perubahan sejalan dengan tuntutan masyarakat agar pemirsa dapat
terpuaskan dan akan mudah menerima pesan. Karena televisi tidak
membutuhkan tingkat melek huruf yang tinggi. Kehadiran
51
commit to user
161
stasiun televisi swasta memungkinkan adanya pengaruh terhadap
minat baca surat kabar. Karena dengan beragam stasiun televisi
swasta dengan berita aktualnya mungkin akan menggeser posisi
surat kabar. Dengan beragamnya stasiun televisi swasta dengan
berita aktualnya mungkin akan menggeser posisi surat kabar dimata
pembacanya. Disamping itu dalam menggunakan media, khalayak
juga dipengaruhi oleh tingkat ekonomi dan kebutuhan informasi.
Dari penelitian diatas jika dibandingkan dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis, dapat dilihat bahwa adanya media
televisi telah menggeser posisi surat kabar (media cetak) sebagai
media infromasi. Dikarenakan karena televisi tidak membutuhkan
tingkat melek huruf yang tinggi. Kehadiran stasiun-stasiun televisi
memungkinkan adanya pengaruh terhadap minat baca surat kabar.
Itulah sebebnya pembaca surat kabar banyak yang beralih menjadi
penikmat televisi. Sedikitnya jumlah pembaca surat kabar tidak
mempengaruhi rasa kesetiakawanan sosial satu sama lain. Pembaca
surat kabar biasanya tetap berbagi informasi mengenai hal atau berita
yang ia dapatkan dari surat kabar tersebut.
3.5.1.4 Handphone
Terdapat alat komunikasi lain dalam berkomunikasi saat ini
seperti penggunaan handphone yang digunakan dalam memenuhi
commit to user
162
yang sudah menjadi kebutuhan hidup bagi kebanyakan orang di
Indonesia. Tidak hanya kota besar yang membutuhkan handphone
sebagai alat penunjang aktivitasnya. Masyarakat kota kecil pun
merasakan pentingnya handphone sebagai alat komunikasi. Dengan
adanya handphone jarak sudah bukan lagi masalah untuk melakukan
komunikasi. Dimanapun kita berada, selama sinyal hanphone masih
dapat tertangkap kita bisa menghubungi siapapun.
Media handphone, sudah banyak digunakan oleh berbagai jenis
kalangan masyarakat. Tak hanya masyarakat menengah ke atas,
namun masyarakat biasa pun sudah memilik hanphone
masing-masing. Begitupula yang terjadipada masyarakat yang tinggal
dipinggir rel kereta api. Kehidupan masyarakatnya yang bisa
dikatakan pas-pasan, namun hampir dari mereka masing-masing
memiliki handphone. Handphone merupakan salah satu alat
komunikasi yang bisa dibilang termasuk pada golongan komunikasi
antar personal. Karena di dalamnya terdapat penyampaian informasi
antar individu.
Berbagai jenis merek serta ragam jenis handphone yang masuk
ke pasar Indonesia membuat masyarakat harus cermat memilih. Ada
yang harganya fantastis namun dengan kecanggihan fiturenya, tetapi
adapula yang biasa saja, namun inti utama dari media tersebut adalah
sebagai media komunikasi. Pada masyarakat miskin yang tinggal
commit to user
163
Dari data 8 responden, ada 6 responden yang menggunakan
handphone dan 2 orang responden yang tidak menggunakan
handphone. Dari data yang di dapat, frekuensi mengakses handphone
masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api dalam sehari,
ada 2 responden menjawab 2 kali dalam sehari, kemudian 3
responden menjawab 2-3 kali, dan 1 responden menjawab 5 kali
dalam sehari. Hal ini dikarenakan kebutuhan mereka yang terbatas
dan berbeda-beda. Pemakaian handphone pada masyarakat miskin
yang tinggal dipinggir rel kereta api rata-rata 3 kali dalam sehari.
Rata-rata pemakaian handphone pada ibu rumah tangga kurang
efektif. Mereka hanya menggunakan handphoneuntuk seperlunya
saja.
Frekuensinya pemakaian handphone terbanyak, didapat dari
Pak Tugiono. Profesinya sebagai pedagang warung menyebabkan ia
sering menggunakan handphone. Frekuensinya menggunakan
handphone bisa sampai 5 kali dalam sehari. Hal tersebut
dikarenakan, handphone miliknya tak hanya digunakan untuk
berkomunikasi seperti biasa, namun digunakan pula untuk
berkomunikasi dalam berdagang dan melayani pembeli. Jika
tetangganya ada yang membutuhkan barang dagangannya, maka bisa
langsung pesan dengan cara menghubunginya melalui handphone.
commit to user
164
handphone untuk media berdagang dengan cara bisa pesan antar
dagangannya yaitu nasi goreng.
Kemudian untuk intensitas penggunaannya, termasuk kedalam
golongan jarang menggunakan handphone. Maksud dari penggunaan
handphone yang jarang disini adalah masyarakat miskin yang tinggal
dipinggir rel kereta api hanya menggunakan handphone seperlunya
saja. Misalnya, hanya untuk telephone sesekali dan sms. Itupun
untuk mereka yang sudah mengtahui benar-benar cara menggunakan
handphone. Selanjutnya, untuk tingkat keseriusan, mereka tergolong
tidak terlalu serius, hanya saja mengikuti situasi dan kondisi.
Maksudnya adalah jika sedang ada telephone, mereka serius untuk
menggunakan dan menerima telephone tersebut, namun jika tidak,
mereka lebih memilih tidak menggunakannya.
Handphone juga ditenggarai sebagai sarana berbagi kabar.
Kebanyakan warga pendatang, sering berbagi kabar dengan sanak
keluarga di desa melalui handphone. Tak hanya itu, handphone juga
berfungsi untuk berbagi kabar dan kegiatan yang mereka lakukan
dilingkungan tempat tinggal.
Untuk cara mendpatkannya, rata-rata mereka mendapatkannya
dengan cara membeli. Namun ada pula yang membeli dengan kredit,
dan ada pula yang pemakaiannya bersama dengan anak mereka.
commit to user
165
tersebut tidak memiliki handphone melainkan pemakaiannya
bersamaan dengan anak mereka. Ibu Saoni misalnya, ia mengaku
memakai handphone berdua dengan anaknya yang terakhir,
“saya tidak punya handphone, ada sih tapi itu juga berdua dengan anak saya” ungkapnya.
Tak jauh berbeda halnya dengan Ibu Saoni, Ibu Suminen pun
demikian. Ia menggunakan handphone berdua pemakaiannya dengan
anaknya.
Pada media handphone, juga terdapat menu favorit. Namun
kebanyakan dari responden, tidak memiliki menu favorit. Karena
kebisaaan mereka yang terbatas untuk penggunaan handphone yaitu
hanya untuk menelfon dan berkirim pesan singkat saja. Tetapi ada
pula seperti Mas Slamet, yang memiliki menu favorit yaitu menu
radio. Ia menggunakan radio di handphone untuk mendengarkan
musik lewat acara radio.
Pada umumnya, media Handphone yang digunakan pada
masyarakat miskin yang tinggal dipinggir rel kereta api adalah untuk
berbagi informasi. Namun tidak seperti kebanyakan muda-mudi,
para responden yang notabennya kebanyakan usia produktif, hanya
menggunakan handphone untuk berkomunikasi penting satu sama
lain. Untuk juga bertukan kabar dan informasi.
Namun hal tersebut diatas berbeda dengan salah satu penelitian
commit to user
166
terdahulu yang telah dilakukan52, menurut data Kompas, (4/04/03)
yang melakukan street polling yangdilakukan pada 100 remaja SMU
di Jakarta, Bogor, Bandung, dan Semarangmenunjukkan bahwa 51%
mereka mengirim SMS 11-20 kali, 35% 2-10kali dan 14% lebih dari
20 kali sehari. Fenomena itu jelas menjadi salah satu potretdampak
perkembangan komunikasimelalui handphone. Bahkan sebesar 73%
dari merekamengeluarkan biaya untuk membeli voucher
perbulannya sekitar 100-200 ribu, 9% antara 201-300 ribu dan 8%
lebih dari 300 ribu/bulan. Ini berarti bahwa di samping menurunkan
minat baca, handphone juga mengarahkan masyarakatuntuk hidup
konsumtif. Bahkan menurut data dari penelitian “Survei
SiemensMobile Phone”, 58% orang indonesia lebih memilih
mengirim SMS daripada membaca buku, (Nurudin, Sistem
Komunikasi Indonesia, 191-192, 2005). Di atas adalah dampak dari
segi sosial budaya masyarakat atas penggunaan Handphone telepon
seluler.
Hal tersebut berkaitan dengan Teori DeFleur dan
Ball-Rokeach53, yang menjelaskan tentang pertemuan dengan media
melihat, bahwa pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga
kerangka teoretis yaitu, persapektif perbedaan individual, perspektif
kategori sosial, dan perspektif hubungan social. Dan penelitian
tersebut termasuk dalam perspektif kategori sosial.
52
http://ayuprima.student.umm.ac.id/2010/02/12/dampak-penggunaan-handphone/
53
commit to user
167
Perspektif kategori sosial berasumsi bahwa, dalam masyarakat
terdapat kelompok-kelompok sosial, yang reaksinya pada stimulun
tertetu cenderung sama. Golongan sosial berdasarkan usia, jenis
kelamin, tingkat pendapatan, pendidikan, tempat tinggal dan
kayakinan beragama menempilkan kategori respons.
Anggota-anggota kategori tertentu akan cenderung memilih isi komunikasi
yang sama dan akan memberi respons kepadanya dengan cara yang
hampir sama pula.
3.5.2Komunikasi Massa (Media Exposure) pada Masyarakat yang tinggal