• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURAT-SURAT DAN CINTA KASIH UNTUK SEMUA

INTI AJARAN KITAB-KITAB PERJANJIAN BARU

Aktivitas 15 : Membuat Spanduk

C. SURAT-SURAT DAN CINTA KASIH UNTUK SEMUA

Buku Siswa Pengetahuan Alkitab 124

Terjemahan dari surat tersebut, demikian: Ibuku yang tercinta,

Seperti seorang perawat, ibu merawat bagian diriku yang sakit. Seperti sebuah peta, ibu menolongku menemukan jalanku. Seperti seorang pahlawan super, ibu menghiasi hari-hariku. Seperti seorang pustakawan, ibu berbagi pengetahuan kepadaku.

Seperti sepasang kaki, ibu memampukan aku untuk berdiri dengan mandiri. Seperti seorang terapis, ibu selalu mendengar.

Seperti sebuah tisu, ibu menyeka air mataku. Seperti sebuah samudra, ibu selalu ada.

Tidak seperti yang lain, ibu begitu mencintaiku.

Seperti sebuah rumah, di dalammulah ibu, aku tinggal. Dengan cinta kasih, putrimu.

Catatan: aku percaya bahwa ibu bisa melakukan apapun juga. Karena, bagi aku, ibu telah melakukan segalanya.

Cobalah menjawab pertanyaan di bawah ini:

1. Coba identifikasi tokoh di balik surat ini. Siapa sajakah mereka?

2. Mengapa sang anak mengirimkan surat kepada ibunya? Menurutmu apakah yang coba disampaikan oleh anak tersebut melalui surat itu?

3. Kini cobalah membuat surat untuk orang tua atau orang yang kamu sayangi!

Ketika membaca surat dari seorang anak perempuan kepada ibunya, kita segera menyadari bahwa surat adalah cara atau media yang dipakai untuk menyampaikan pesan tertentu. Dalam hal ini, pesan cinta dan bangga terhadap sang ibu sekaligus mengucapkan terima kasih atas apa yang telah sang ibu berikan. Untuk kita yang hidup di zaman ini, mungkin surat sudah sangat jarang kita lihat atau baca karena pesan sudah bisa disampaikan melalui berbagai aplikasi pesan yang lebih mudah dan cepat, seperti Whatsapp, Telegram, Line, atau SMS. Bahkan media sosial pun bisa dipakai untuk mengirimkan pesan. Namun pada

zaman kekristenan perdana, atau di abad-abad pertama, surat menjadi media yang umum dipakai.

Bayangkan seperti orang yang sedang mengirimkan pesan tetapi lebih panjang dari sekadar pesan di WA, telegram, atau SMS. Isi dari surat itu bisa bermacam bentuk, namun semuanya dilakukan untuk tujuan tertentu, yaitu memberi informasi, mengungkapkan perasaan, memberi semangat, dan memberi petunjuk cara hidup orang Kristen di tengah masyarakat.

Sebuah surat, pastilah ada pengirim atau penulis dan penerima atau pembaca. Penulis atau pengirim dari surat-surat di dalam Perjanjian Baru sebagian besar ditulis oleh Paulus, Petrus, Yakobus, Yohanes, dan Yudas. Mereka adalah orang-orang yang pernah mengajarkan tentang kekristenan kepada orang-orang atau jemaat pembaca surat mereka. Jadi, sebelum surat kepada Jemaat Korintus ditulis oleh Paulus, dia sudah terlebih dahulu berkunjung ke kota itu, mengumpulkan, mengajar, dan mengajak orang-orang di kota itu untuk menjadi umat pengikut Tuhan Yesus. Berapakah jumlahnya? Bervariasi, ada yang dalam jumlah kecil namun ada juga yang dalam jumlah besar.

Surat-surat itu berfungsi untuk menguatkan iman mereka yang baru saja berpindah keyakinan menjadi seorang pengikut Tuhan Yesus. Mengapakah harus dikuatkan? Karena godaannya begitu besar, dan juga tekanan yang mereka terima sebagai orang Kristen. Tekanan yang mereka alami tidaklah mudah. Mereka tidak punya gereja, beberapa dari kelompok Kristen baru ini harus beribadah di bawah tanah, di dalam sebuah ruangan yang disebut dengan katakombe. Perhatikan gambar katakombe berikut ini.

Buku Siswa Pengetahuan Alkitab 126

Gambar 4.2: Katakombe dengan dinding tengkorak. Domain Publik.

Dari gambar ini kita dapat langsung melihat ada begitu banyak tengkorak manusia. Mengapakah demikian? Karena katakombe adalah tempat menaruh tulang-belulang masyarakat Romawi pada zaman itu. Tempat yang dijauhi orang inilah yang menjadi tempat para murid Tuhan Yesus beribadah karena mereka tidak bisa dan tidak boleh memiliki sebuah gereja. Sedikit demi sedikit para pengikut Tuhan Yesus pada zaman itu mulai menghias katakombe dengan gambar-gambar di dinding yang sampai saat ini bertahan. Contohnya seperti gambar di bawah ini.

Tidak semua kelompok beribadah di katakombe atau di bawah tanah. Ada juga kelompok yang beribadah di rumah-rumah dengan diam-diam. Karena jika ketahuan, kematian bisa menjadi akibatnya. Ibadah-ibadah di rumah atau sering disebut dengan gereja-rumah ini, menjadi model yang lebih bersahabat bagi banyak pengikut baru dari Tuhan Yesus karena tidak harus melihat tengkorak, meskipun tekanan yang dirasakan tidak kalah hebat.

Namun demikian, Paulus dan para rasul yang menebarkan Kabar Baik tidak pernah berhenti karena mereka tahu apa yang mereka sebarkan adalah kebaikan dan kebenaran. Terutama bagi orang-orang yang pada zaman itu disisihkan dan dipinggirkan, seperti orang kusta, orang disabilitas, para janda, dan pemungut cukai. Mereka dipinggirkan oleh masyarakat, namun Tuhan Yesus malah mengajak mereka makan bersama. Hebat bukan? Kabar Baik itu perlu didengar dan dirasakan oleh sebanyak-banyaknya manusia tanpa pandang bulu!

Inilah keadaan dari mereka yang menerima atau membaca surat-surat, baik dari Paulus, Petrus, Yakobus, Yohanes, maupun Yudas. Keadaan mereka sungguh memprihatinkan, namun dengan pengharapan dan kekuatan iman, mereka mampu melewati berbagai rintangan. Jadi, jangan kaget kalau di dalam surat-surat ada begitu banyak imbauan dan penguatan agar mereka tetap setia dalam situasi yang sangat sulit sekalipun. Bahkan, mereka tetap berbagi kasih untuk semua orang, mengampuni yang lain, yang menyakiti dan senantiasa mengusahakan kehidupan yang baik bagi yang lain. Menjadi teladan di dalam masyarakat adalah salah satu nilai penting dari kehidupan jemaat pada zaman itu.

Buku Siswa Pengetahuan Alkitab 128

Dokumen terkait