• Tidak ada hasil yang ditemukan

TABEL III.6 ( triliu n ru piah )

Real Uraian Re al. Real. 2 0 10 2 0 11 Re al. 2 0 0 9 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 18 ,2 2 8 0 ,5 12 ,4 17, 9 2 3 0 ,6 2 9 8 ,4 0 10 0 20 0 30 0 40 0 20 10 20 11 APBN t riliun Rp GR AFIK III.7 PEN ERIMAAN PPN D AN PPn BM 2 0 10 - 2 0 11 PPn BM PPN

Pada tah un 20 11, sektor industri pen golahan diperkirakan akan m engalam i per tum buh an lebih tinggi m encapai 26,7 persen. Sedangkan pertum buhan sektor perdagangan, hotel, dan r estor an diper kir akan m en capai 10 ,9 per sen . Dilih at dar i kom posisin ya, sektor in dustr i pen golah an m asih m en dom in asi, den gan kon tr ibusi sebesar 49,0 per sen , diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 23,4 persen.

PPN D alam N e ge ri S e kto ral

Dalam per iode 20 0 6—20 10 , dua sektor utam a yan g m en dukun g pen erim aan PPN dalam n eger i a dalah sektor in dustr i pen golah an dan sektor per dagan gan , h otel, dan r estor an . Kontribusi rata-rata dari kedua sektor tersebut m encapai hingga 51,6 persen, yaitu sebesar 34,4 persen dan 17,2 persen. Pertum buhan rata-rata yang terjadi pada kedua sektor tersebut adalah sebesar 27,6 persen untuk sektor industri pengolahan dan 20 ,5 persen untuk sektor perdagangan, hotel, dan r estoran.

Dalam tah un 20 11, sekitar 58 ,4 per sen dari pen er im aan PPN dalam negeri diper kirakan m asih berasal dari sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dengan kontribusi m asing-m asing sebesar 40 ,2 persen dan 18,2 persen. Masih dom inannya ked u a sek t or in i d a la m p e n er im a a n P P N d a la m n eger i se kt or a l d ise b a b ka n kon d isi perekonom ian dalam negeri pada kedua sektor tersebut selalu mem baik. Apabila dibandingkan den gan realisasi tahun 20 10 , sektor industri pengolah an diperkirakan naik 6,1 per sen dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran naik 10 ,9 persen. Perkem bangan penerim aan PPN

dalam negeri secara sektoral dapat dilihat secara rinci pada Tab e l III.7.

PPN Im p o r S e k to ral

Dalam periode 20 0 6—20 10 , penerim aan PPN im por didukung oleh tiga sektor utam a, yaitu s ek t o r in d u s t r i p e n go la h a n , s ek t or p er d a ga n ga n , h ot e l, d a n r e st or a n , se r t a s ek t o r per tam bangan m igas yan g m asin g-m asin g m em ber ikan kontribusi rata-rata sebesar 52,2 persen, 26,1 persen, dan 14,9 persen. Pertum buhan rata-rata dari ketiga sektor tersebut adalah

Real. % thd To tal Real. % thd To tal Real. % thd To tal Real. % thd To tal Real. % thd To tal APBN-P % thd To tal

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 1,8 2,2 2,0 1,9 3,0 2,6 3,4 2,6 3,9 2,7 4,4 2,7 Pertambangan Migas 16,8 21,0 14,6 13,8 17,6 15,1 9,8 7,5 3,4 2,3 8,1 4,9 Pertambangan Bukan Migas 1,3 1,6 1,8 1,7 1,4 1,2 1,9 1,5 1,4 1,0 2,0 1,2 Penggalian 0,1 0,1 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0,2 0 ,1 Industri Pengolahan 22,3 27,9 33,2 31,4 37,7 32,3 49,6 38,0 62,7 42,4 66,5 40,2 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,6 0,7 0,5 0,5 0,6 0,5 0,7 0 ,6 1,0 0,7 1,0 0 ,6 Konstruksi 6,2 7,8 12,1 11,4 10,5 9,0 12,1 9,3 12,7 8,6 14,8 8,9 Perdagangan, Hotel dan Restoran 12,8 16,0 18,1 17,1 19,5 16,7 23,4 17,9 27,0 18,3 29,9 18,1 Pengangkutan dan Komunikasi 6,6 8,2 8 ,1 7,7 8,7 7,4 9,6 7,4 12,0 8,1 12,8 7,7 Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 8,4 10,6 11,0 10,4 9,2 7,9 10 ,3 7,9 12,8 8,7 13,7 8,3 Jasa Lainnya 1,6 2,0 2,3 2,2 2,4 2,0 2,9 2,2 3,5 2,4 3,8 2,3 Kegiatan yang belum jelas batasannya 1,5 1,9 1,9 1,8 5,9 5,1 6,5 5,0 7,0 4,8 8,1 4,9

To tal 79 ,9 10 0 ,0 10 5,7 10 0 ,0 116 ,5 10 0 ,0 130 ,5 10 0 ,0 14 7,8 10 0 ,0 16 5,3 10 0 ,0

*) Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan Sumber: Kementerian Keuangan

TABEL III.7

PERKEMBAN GAN PPN DALAM N EGERI SEKTORAL, 2 0 0 6 -2 0 11*)

( triliun rupiah)

Catatan : Belum memperhitungkan PPN dari transaksi pembelian yang dilakukan K/ L, transaksi yang offline dan restitusi

Uraian

sebesar 28 ,5 persen, 30 ,3 per sen , dan negatif 48 ,1 persen. Penur unan per tum buh an pada sektor m igas tersebut disebabkan oleh perpindahan kelom pok usaha beberapa wajib pajak dalam sektor ini ke sektor industri pengolahan.

Pa da t ah u n 20 11, P PN im por d ip er kir akan m a sih tet ap d idu ku n g oleh sekt or in du st r i pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor pertam bangan m igas yang m erupakan tiga sektor pen yum bang ter besar . Ketiga sektor ter sebut telah m enyum ban g penerim aan sebesar 93,4 persen dari total penerim aan PPN im por sektoral. Sektor industri pengolah an m em ber ikan kon tribusi sebesar 59,9 per sen , sektor per dagan gan , h otel dan restoran sebesar 30 ,1 persen, sedangkan sektor pertam bangan m igas sebesar 3,4 persen. Sektor industr i pengolah an diperkir akan akan m encapai sebesar Rp79,2 triliun atau naik 45,2 per sen, sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan m encapai Rp39,8 triliun atau naik 52,8persen dan sektor pertam bangan m igas diperkirakan m encapai Rp4,5 triliun atau naik 519,9 persen. Perkem bangan penerim aan PPN im por secara sektoral dapat dilihat

secara rin ci pada Ta b e l III. 8.

Pajak Bu m i d an Ban gu n an ( PBB)

Penerim aan PBB cenderung m eningkat dalam periode tahun 20 0 6—20 10 . Penerim aan pada tahun 20 0 6 sebesar Rp20 ,9 triliun m enjadi Rp28,6 triliun pada tahun 20 10 atau rata-rata m eningkat 8,2 persen per tahun. Penyum bang penerim aan PBB terbesar dalam lim a tahun terakhir adalah PBB pertam bangan, PBB perkotaan, dan PBB pedesaan. PBB pertam bangan m er upakan pen yum ban g ter besar den gan kon tr ibusi r ata-r ata sebesar 65,8 per sen dan nilain ya cenderun g m eningkat. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh luas lahan dan nilai produksi sektor pertam ban gan . PBB perkotaan m em ber ikan kon tr ibusi r ata-r ata sebesar

20,7 persen  dan  nilai  nominalnya  cenderung  meningkat  sehingga  menjadi  penyumbang

ter besar kedua pada beber apa tah un ter akh ir . PBB pedesaan yan g m en jadi pen yum ban g terbesar kedua pada tah un 20 0 6 m en jadi pen yum ban g ketiga m ulai tahun 20 0 7 karen a

Re al. % th d Total Re al. % thd Total Re al % thd Total Re al. % thd Total Re al. % thd To tal APBN-P % th d Total

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 0,1 0,3 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,3 0,3 0,3 0,2 Pertambangan Migas 9,9 23,4 11,9 22,0 18,4 22,6 3,8 5,9 0,7 0,8 4,5 3,4 Pertambangan Bukan Migas 0,1 0,2 0,2 0,3 0,5 0,6 0,5 0,7 1,5 1,8 1,6 1,2 Penggalian 0,1 0,1 0,0 0,1 0,1 0,1 0,03 0,05 0,02 0,03 0,05 0,04 Industri Pengolahan 20,0 47,3 27,3 48,8 36,6 44,9 36,5 57,2 54,5 62,5 79,2 59,9 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,2 0,5 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,3 0,3 0,5 0,3 Konstruksi 0,4 0,9 0,5 0,9 1,3 1,6 0,9 1,4 0,9 1,0 1,6 1,2 Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,0 21,4 13,9 23,0 21,1 25,9 19,3 30,3 26,1 29,9 39,8 30,1 Pengangkutan dan Komunikasi 2,0 4,7 1,8 3,3 2,4 3,0 1,3 2,1 1,3 1,5 2,3 1,8 Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 0,4 0,9 0,4 0,8 0,7 0,8 1,0 1,6 1,5 1,7 2,1 1,6 J asa Lainnya 0,1 0,2 0,2 0,3 0,2 0,2 0,1 0,2 0,1 0,1 0,2 0,1 Kegiatan yang belum jelas batasannya 0,00 0,01 0,01 0,01 0,03 0,04 0,03 0,04 0,02 0,0 0,05 0,0

To tal 42 ,3 10 0 ,0 56 ,4 10 0 ,0 8 1,5 10 0 ,0 6 3,7 10 0 ,0 8 7,2 10 0 ,0 132,3 10 0 ,0

*) Perbedaan angka di belakang koma karena pem bulatan Sumber: Kementerian Keuangan

TABEL III.8

PERKEMBANGAN PPN IMPOR SEKTORAL, 2 0 0 6 -20 11*)

(triliun rupiah )

Catatan : Belum m emperhitungkan PPN dari transaksi pembelian yang dilakukan K/ L, transaksi yang offline dan restitusi

Uraian

n ila i n o m in a ln ya cen d e r u n g m e n u r u n . Ber k em b a n gn ya wila ya h p er k ot a a n d en ga n pertum buhan harga tanah dan bangunan yang lebih cepat daripada perkem bangan pedesaan diperkirakan m em pengaruhi pertum buhan perolehan PBB perkotaan. PBB perkebunan dan keh utan an cen der un g m en in gkat dipen gar uh i oleh m en in gka tn ya n ilai pr oduksi sektor perkebun an dan kehutanan.

Mulai tahun 20 11, sebagian pen er im aan PBB pedesaan dan perkotaan dialih kan m enjadi pendapatan daerah kepada pem erintah daerah yang sudah siap m engelola penerim aan PBB pedesaan dan perkotaan. Oleh karen a itu, penerim aan PBB pedesaan dan perkotaan akan m engalam i perlam batan pertum buhan pada dua tahun m endatang, dan selanjutnya m enjadi nihil pada tahun 20 14.

Dalam APBN-P tahun 20 11, pen er im aan PBB diper kirakan akan m en capai Rp29,1 tr iliun atau m eningkat sebesar 1,7 persen bila dibandingkan dengan realisasi tahun 20 10 . Penerim aan PBB yang diperkirakan m eningkat adalah PBB pertam bangan, kehutanan, dan perkebunan. Sedangkan penerim aan PBB perkotaan dan pedesaan diperkirakan m enurun karena sudah dialihkan sebagian m enjadi pendapatan daerah. Perkem bangan realisasi PBB dalam periode

20 0 6—20 11 dapat dilihat dalam Tab e l III.9.

Cu ka i

Per kem ban gan penerim aan cukai dalam periode 20 0 6—20 10 m engalam i peningkatan dari tahun ke tahun dengan rata-rata pertum buhan sebesar 15,0 persen, yaitu dari Rp37,8 triliun pada tah un 20 0 6 m en jadi Rp66,2 triliun pada tahun 20 10 . Pen er im aan cukai ber sum ber dari cukai hasil tem bakau (HT), cukai ethil alkohol (EA), cukai m inum an m engandung ethil alkohol (MMEA), denda adm inistrasi cukai, dan cukai lainnya. Penerim aan cukai didom inasi oleh pen er im a an cu kai h a sil t em b aka u yan g m em b er ikan kon t r ib usi r ata -r a ta sebesar

97,2 persen. Sementara itu, MMEA dan EA masing-masing memberikan kontribusi sebesar

2,1 persen dan 0 ,6 per sen. Per kem bangan realisasi cukai dalam periode 20 0 6—20 11 dapat

dilihat pada Ta b e l III.10.

Pen in gkatan pen er im aan cukai yan g san gat sign ifikan dalam 5 tah un ter akh ir ter utam a diduku n g oleh : (1) kebijakan ken a ikan ta r if cukai d an h ar ga d asa r ba r an g ken a cuka i;

(2) keberhasilan dalam pemberantasan rokok polos; (3) peningkatan pengawasan pengguna

fasilit a s cuka i; (4 ) pem an fat a n I T d i b ida n g p en ga wa san da n p elaya n a n cu ka i secar a elektronik m elalui SAC (sistem aplikasi cukai), dan (5) berkurangnya peredaran rokok ilegal

% th d % th d % th d % th d % thd % th d

To tal To tal Total To tal To tal To tal

PBB Pedesaan 5,8 27,7 1,7 7,3 1,4 5,6 1,4 5,9 1,2 4,3 0,8 2,7 PBB Perkotaan 3,8 18,2 4,9 20 ,5 5,0 19,6 5,5 22,7 6,4 22,3 6,0 20,7 PBB Perkebunan 0 ,2 0,7 0 ,4 1,7 0,6 2,4 0,7 2,9 0,9 3,2 1,0 3,5 PBB Kehutanan 0,1 0,4 0 ,1 0 ,5 0,2 0,6 0 ,2 0,7 0,2 0 ,8 0,4 1,4 PBB Pertambangan 10,5 50,4 16,6 69,9 18,2 71,6 16,5 67,8 19,8 69,4 20,8 71,6 PBB Lainnya 0,5 2,5 0 ,03 0,1 0,0 2 0,1 0,0 0 ,0 0,0 0,0 0,0 0 ,0 2 0 ,9 10 0 ,0 23 ,7 10 0 ,0 2 5,4 10 0 ,0 2 4 ,3 10 0 ,0 28 ,6 10 0 ,0 2 9 ,1 10 0 ,0 *) Perbedaan angka di belakang kom a karen a pem bulatan

Sum ber: Kem enterian Keuangan

Re al. Re al . Re al.

To tal

PERKEMB AN GAN PAJ AK BU MI D AN BAN GU N AN , 2 0 0 6 -2 0 11*)

(triliu n ru p ia h ) Re al . Re al APB N -P Ur ai an TAB EL III.9 2 0 0 8 20 0 6 2 0 0 7 2 0 0 9 2 0 10 2 0 11

m e n ja d i le ga l. Sela in it u , p en er im a a n cu ka i h a sil t e m b a k a u ju ga d ip e n ga r u h i oleh

perkem bangan produksi h asil tem bakau sebagam aina terlih at pada Tab e l III.11.

Dala m r an gka m en jalan kan fun gsi p en gen dalian dan pen er im aan di bidan g cukai h asil t em b a ka u , s e r t a d a la m

u p a ya m en d u ku n g r o a d

m ap industri hasil tem bakau,

Pemerintah telah menetapkan

kebijakan penyesuaian tar if cukai hasil tem bakau setiap tahunnya. Kebijakan ter kait

d en ga n b e sa r a n t a r if

disesuaikan dengan jenis dan b a t a sa n H J E (SKM, SP M d a n SKT) , s e b a ga im a n a

terlih at pada Ta b e l III.12.

Ra t a - r a t a k e n a ik a n t a r if

cukai tertinggi terjadi pada tahun 20 0 9 dan 20 10 , m asing-m asing sebesar 21,7 persen dan 17,0 persen, sebagai dam pak adanya kebijakan golongan dan struktur tarif cukai.

2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 10

Re al. Re al. Re al. R e al. Re al.

a. Sigaret Kretek Mesin (SKM) 125,4 131,7 144,5 141,2 144,7 b. Sigaret Kretek Tangan (SKT) 77,9 84,3 88,2 84,7 87,4 c. Sigaret Putih Mesin (SPM) 13,5 16,0 17,0 16,5 17,0

2 16 ,8 2 3 1,9 2 4 9 ,7 2 4 2 ,4 2 4 9 ,1

*) Perbedaan angka di belakang kom a karena pembulatan Sum ber: Kem enterian Keuangan

Je n is Ro ko k

TABEL III.11

PERKEMBAN GAN PROD U KSI H ASIL TEMBAKAU , 2 0 0 6 -2 0 10*)

( m iliar b atan g)

To tal ( a+ b + c)

% th d % th d % th d % th d % thd % thd

Total Total Total Total Total Total

Cukai Hasil Tem bakau 37,1 98,1 43,5 97,4 49,9 97,4 55,4 97,6 63,3 95,7 65,4 96,0 Cukai Ethyl Alkohol (EA) 0,1 0,4 0,4 1,0 0,4 0,8 0,4 0 ,7 0,1 0 ,2 0 ,3 0,4 Cukai Minum an Mengandung EA 0,6 1,5 0 ,7 1,5 0,9 1,7 0,9 1,6 2,7 4,1 2,4 3,5 Denda Administrasi Cukai 0,002 0,01 0 ,0 05 0,01 0,012 0,02 0 ,0 16 0,03 0,013 0,02 0 ,0 00 0,00 Cukai Lainnya 0,007 0,02 0 ,0 28 0,1 0,0 15 0,0 0 ,0 10 0,0 0,0 15 0,0 0 ,0 00 0,0

37,8 10 0 ,0 4 4 ,7 10 0 ,0 5 1,3 10 0 ,0 56 ,7 10 0 ,0 6 6 ,2 10 0 ,0 6 8 ,1 10 0 ,0

*) Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan Sumber: Kementerian Keuangan

To tal

20 10

AP BN -P

PERKEMBAN GAN REALISASI CUKAI, 2 0 0 6 -2 0 11*)

TABEL III.10

Dokumen terkait