• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

4.2.5.3 Tabel Penggolongan dari makna Tanda pada gambar 5

Tanda Makna Denotasi Makna Konotasi Makna Mitos Penjaga benteng pertahaan , pasukan pertahana n sebuah negara Tentara itu hebat, berkuasa, kuat, dan disiplin Pertahan an Negara/ wilayah 1. Makna Denotasi

Makna paling nyata dari tanda, apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek. Denotasi menggunakan makna dari tanda sebagai definisi secara literal atau nyata.

Dalam foto lima terlihat seorang tentara yang sedang menunggu beberapa orang menyeberang pagar yang dikelilingi kawat berduri. Disebelah

pojok kiri bawah terlihat ada tas yang berwarna merah yang mencirikan sosok berani dan kuat. Dalam foto ini objek tentara terlihat membelakangi gambar seolah foto ini memfokuskan pada objek beberapa orang yang akan menyeberang memasuki pagar kawat berduri.

Tetapi dari sisi pandang foto ini, menampilkan objek tentara yang mendominasi masyarakat sipil terlihat dari tampilan foto sehingga tentara memiliki pesan tersendiri untuk dikaji.Tetapi disamping tentara mendominasi tampilan isi foto, masyarakat sipil pun turut serta dalam foto.

2. Makna Konotasi

Bagaimana menggambarkan objek, ia bermakna subjektif dan juga intersubjektif, sehingga kehadirannya tidak disadari.66Kata konotasi melibatkan simbol - simbol, historis dan hal – hal yang berhubungan dengan emosional.Konotasi mengarah pada kondisi sosial budaya dan emosional personal.

Objek foto ini terlihat bahwa tentara yang mendominasi isi foto maka dari itu, pendapat bahwa tentara itu hebat, berkuasa, kuat, dan disiplin terfokus secara alami.

Militer atau tentara, biasa juga disebut dengan angkatan bersenjata, sesungguhnya berasal dari rakyat, yang kemudian dilatih, menggunakan seragam dan menguasai sejumlah peralatan tempur, karena keberadaannya antara lain untuk menghadapi musuh negara di medan perang.

66

Meski begitu, dalam kehidupan sehari-harinya, militer erat berinteraksi dengan masyarakat pada umumnya, mulai dari rakyat biasa hingga pengelola pemerintahan.

Hubungan Militer Dengan Sipilini merupakan percikan pemikiran sekitar tahun 2000-2001, yang membahas posisi dan sikap kalangan militer bila berhadapan dengan penyelenggara pemerintahan yang mempraktikkan KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme).

Juga, bagaimana kalangan militer harus bersikap ketika berhadapan dengan kenyataan bahwa di kalangan elite politik justru terjadi krisis interaksi.Melalui tulisan ini digambarkan juga peranan masyarakat swasta (sipil) di dalam memenuhi kebutuhan perlengkapan penunjang militer dalam konteks meningkatkan ketahanan nasional.67 Pengertian militer sudah tidak perlu diperdebatkan lagi.Militer atau tentara adalah angkatan bersenjata dari suatu negara dan segala sesuatu yang berhubungan dengan angkatan bersenjata.Namun, tidak demikian dengan pengertian sipil.Masih banyak pihak yang salah kaprah di dalam memahami terminologi sipil.Kesalah-kaprahan itu terjadi tidak saja di kalangan masyarakat awam, tetapi juga di kalangan militer.Kata sipil dalam bahasa sehari-hari, lebih sering diartikan sebagai status seseorang yang bukan militer.Jadi, selama seseorang tidak berprofesi militer, maka yang bersangkutan sering diidentikkan sebagai seorang sipil.Seolah-olah, makna

sipil memiliki konotasi sebagai antitesa dari militer. Padahal, makna sipil menunjuk kepada norma-norma interaksi sosial yang sopan (the norms of polite social intercourse).68Tidak ada satu pengertian pun yang

67http://www.hendropriyono.com/2013/12/hubungan-militer-dengan-sipil/ diunduh pada 7 mei 2015 pukul 9.00 WIB

68 Random House Webster‘s College Dictionary (New York: Random House Inc., 1999), halaman 242. Hal senada juga terdapat dalam Prof. Drs. S. Wojowasito dan W.J.S. Purwadarminta, Kamus Lengkap Inggeris-Indonesia dan Indonesia-Inggris (Bandung: Penerbit Hasta, 1980), halaman 25.

mengidentikkan kata sipil dengan individu, khususnya elite, atau bahkan dengan profesi non militer.Semua pengertian sipil mengimplikasikan suatu hubungan dengan komunitas masyarakat.Yang dimaksud dengan komunitas masyarakat, adalah seluruh warga negara yang dapat dikategorikan rakyat, temasuk militer.Namun, dalam membahas hubungan militer-sipil, tak dapat dihindarkan tetap menggunakan konotasi yang sudah terlanjur hidup di tengah-tengah masyarakat.

Hubungan Militer dengan Rakyat-Negara Dalam konteks ini, tidak ada hal yang baru sebenarnya. Secara normatif, negara-negara bangsa akan menempatkan kepentingan negara atau rakyat di atas kepentingan individu-individunya. Nilai-nilai inilah yang mendasari ideologi pra-nasionalisme (sebelum Revolusi Perancis 1789), nasionalisme (setelah Revolusi Perancis), regional nasionalisme.69dan apapun namanya pada masa-masa mendatang. Kepentingan kelompok, paling tidak sampai dengan saat ini, lebih banyak bertindak sebagai determinan dalam mekanisme penyelenggaraan negara.

Oleh karena itu, kepentingan-kepentingan individu atau komunitas kecil dalam suatu negara tidak dapat melebihi kepentingan rakyat banyak. Dengan kata lain, setiap entitas sosial politik harus bertindak sub-ordinatif

69Terminologi ini digunakan untuk menunjukkan trend assertifitas etnic groups yang sudah mulai terlihat sejak tahun 1980-an. Lihat Samuel P. Huntington, The Clash of Civilization and the Remaking of New World Order (New York: Simon & Schuster, 1996).

dalam hubungannya dengan negara atau rakyat. Politikus, konglomerat, kepala suku, dan bahkan militer pun tidak terkecuali dalam hal ini.

Militer yang pada era reformasi sering menjadi kontroversi, sebenarnya merupakan bagian dari suatu negara yang bersifat anatomis.Artinya, militer mutlak ada dan diperlukan dalam suatu negara.Hal senada juga dikemukakan Samuel Huntington yang melihat bahwa eksistensi militer sangat tergantung pada eksisnya kompetisi diantara negara-bangsa.70

Negara mana yang tidak menginginkan kemajuan? Bahkan negara-negara maju pun tetap ingin mengembangkan dirinya lebih baik lagi.Motivasi ingin senantiasa berkembang inilah yang mendorong setiap negara-bangsa untuk melakukan segala upaya yang dipandang perlu. Dan upaya-upaya inilah yang seringkali menimbulkan friksi kepentingan dengan negara lain. Jadi, kebutuhan naluriah negara-bangsa untuk maju yang menjadikan militer sebagai anatomi negara yang harus senantiasa ada.

Dari tinjauan profesionalisme militer sendiri, komitmen untuk bertindak sub-ordinatif terhadap negara juga dinyatakan secara

70Samuel P. Huntington, The Soldier and the State (Cambridge, Mass.: The Belnap Press of Harvard University Press, 1957), halaman 39.

eksplisit.Aspek responsibility mengisyaratkan militer untuk mengabdikan profesinya bagi kepentingan publik.71

3. Makna Mitos

Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebut dengan mitos, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.72Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi.Mitos primitif, misalnya mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa.Sedangkan mitos masa kini atau modern, mitos dikenal dengan bentuk feminitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan, kesuksesan dan lainnya.

Untuk makna mitos ditemukan pada foto ini, bahwa tentara atau militer dengan fungsinya Pertahanan negara disebut juga pertahanan nasional adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah sebuah negara dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Hakikat pertahanan negara

71

Ada tiga aspek utama dalam profesionalisme militer.Pertama, ekspertise atau penguasaan pengetahuan dan keterampilan management of violence.Kedua, reponsibility atau komitmen untuk mengabdikan profesinya bagi kepentingan umum. Ketiga, corporateness atau komitmen untuk bekerja sama membangun suatu tujuan. Untuk lebih jelas lihat Samuel P. Huntington, The Soldier and the State (Cambridge, Mass.: The Belnap Press of Harvard University Press, 1957), halaman 24-27.

72

adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.Pertahanan negara dilakukan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan sistem pertahanan negara.Pertahanan nasional merupakan kekuatan bersama (sipil dan militer) diselenggarakan oleh suatu Negara untuk menjamin integritas wilayahnya, perlindungan dari orang dan/atau menjaga kepentingan-kepentingannya.Pertahanan nasional dikelola oleh Departemen Pertahanan.Angkatan bersenjata disebut sebagai kekuatan pertahanan dan, di beberapa negara (misalnya Jepang), Angkatan Bela Diri.73

Penguatan mitos dalam foto ini merupakan sebuahkekuatan pertahanan yang dilambangkan dengan sosok tentara dan integritas wilayahnya dilambangkan dengan gambaran masyarakat sipil.

4.3Analisis Semiotika Foto Konflik/ Perang Suriah

Berdasarkan analisis dari kelima foto diatas yang telah penulis dilakukan, penulis manarik kesimpulan dari benang merah sebagai berikut: 1. Makna Denotasi

Makna paling nyata dari tanda, apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek. Makna denotasi yang penulis dapat jelaskan dalam kandungan

73http://pertahanandankeamanannegara.blogspot.com/ diunduh pada 7 mei 2015 pukul 9.14 WIB

lima foto di penelitian ini merupakan tanda yang terlihat sebagai makna nyata dari tampilan gambar/ visualisasi gambar dapat penulis tarik benang merahnya merupakan sebuah bukti material dan jasmaniah yang menjadi korban akibat perang/ konflik. Dari teori Thomas Hobbes menyerang masalah - masalah hakikat masyarakat dan negara. Konflik Suriah adalah konflik yang berasal dari rezim Bashar Al-Ashad terhadap kaum muslim di bumi Syam Suriah. Bashar Al-Ashad presiden yang berkuasa di Suriah selama 14 tahun.

Sejak maret 2011, gelombang demonstrasi pro demokrasi menyebar keseluruh penjuru Suriah, utamanya di kota Deraa, Suriah. Penduduk setempat turun kejalan memprotes, setelah 15 anak sekolah ditahan, disiksa. Penduduk melakukan aksi anti pemerintah dengan membuat graffiti di dinding. Banyak keluhan dan tuntutan disuarakan oleh para demonstran diantaranya: Pembebasan anak-anak sekolah, Demokrasi, dan memberikan kebebasan yg lebih luas pada rakyat dalam berekspresi dimuka umum, mencabut undang-undang darurat yang telah diterapkan hampir 50 tahun, diterapkannya sistem multipartai, melepaskan tidak kurang dari 200 tahanan yang sudah lama mendekam dalam penjara, membubarkan Pengadilan Keamanan yang selama ini ditugasi mengadili para pembangkang, kaum oposan, membolehkan demonstrasi secara damai, merombak kabinetnya, dan menuntut agar Bashar al-Assad mengundurkan diri sebagai Presiden Suriah yang dianggap oleh masyarakat Suriah sebagai pemimpin diktator.

2. Makna Konotasi

Makna konotasi yang penulis dapat jelaskan yaitu dari kelima foto konflik Suriah, bahwa foto mampu menggambarkan tentang penderitaan rakyat sebagai bukti historis paling nyata dari perang. Perang merupakan hasil dari esensi sikap binatang yang dimiliki manusia yang dalam hidupnya cenderung mempunyai keinginan yang terus menerus dan kegelisahannya akan kekuasaan setelah berkuasa, dari teori Thomas Hobbes rasa ingin berkuasa behenti bila mana manusia sudah masuk liang kubur. Akibat dari esensi sikap binatang itulah, konflik/ perang berakibat pada kerugian material dan jasmaniah umat manusia.

3. Makna Mitos

Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebut dengan mitos, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.

Makna mitos dari kelima foto konflik/ perang Suriah itu merupakan sebuah penderitaan rakyat dalam perang yang mengakibatkan dua aspek kerugian, adalah kerugian material dan jasmaniah.

Penderitaan rakyat dalam aspek material itu dipandang sebuah tentang sesuatu yang merusak, menghancurkan, pana, pertumpahan darah, dan

sebuah kerusakan berbagai macam sendi kehidupan.Sedangkan dari aspek jasmaniah, bahwa penderitaan rakkyat itu adalah suatu kepedihan/ menakutkan, pilu, serangan psikologis, rasa saling curiga, kekhawatiran.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Visualisasi Penderitaan dalam Perspektif Konflik Thomas Hobbes

Visualisasi pada foto-foto yang ada dalam majalah National Geographic Indonesia dapat penulis tarik benang merahnya diantaranya terdapat gambaran tentang kehancuran sebuah kota/ tempat tinggal penduduk, duka cita/ kesedihan, kehilangan tempat tinggal, kelaparan atau kekurangan bahan pangan. Pemaparan benang merah tersebut merupakan akibat dari hasil konflik/ perang.Pada hakikatnya konotasi dalam sebuah peristiwa perang atau konflik dilandasi dari hasil gejolak emosi yang merugikan, bahwa perang adalah suatu hal yang mencekam, menegangkan, pilu, penderitaan.

Sedangkan perang dalam mitosnya merupakan sesuatu yang keji, pertumpahan darah, kematian, kekuasaan, kehilangan, kemudian perang dalam denotasinya adalah rangkaian peristiwa

yang menampilkan sebuah tindakan yang nyata dari konflik berupa materil.

Dalam segi analisis penderitaan, definisi Penderitaan menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti keadaan yg menyedihkan yg harus ditanggung. Dari gambaran yang ditampilkan pada foto yang ada dalam penelitian ini merupakan dampak dari perang yang harus ditanggung oleh rakyat, berupa kesedihan/ derita.Penderitaan itu dapat berbentuk lahir atau batin, keduanya termasuk penderitaan ialah keluh kesah, kesengsaraan, kelaparan dan lain-lain. Penderitaan, rasa sakit, dan tersiksa adalah bagian hidup manusia yang harus ditanggung oleh penduduk di medan perang.

Dalam teori Hobbes, konflik jugapada akhirnya, pemahaman dan imajinasi bekerja dengan fungsi materil jasmaniah itu berupa hasil/ akibat dari peristiwa konflik/ perang. Serta, konflik terpicu akibat esensi binatang dalam bertingkah laku diperlihatkan dalam dua macam gerak; sesuatu hal yang penting (seperti jalannya darah atau nafas) dan sikap atau prilaku binatang itu muncul terdiri dari gerak awal yang kecil, diarahkan kepada sesuatu yang berkeinginan dan sesuatu yang tidak berkeinginan, semua perasaan itu akan teredukasi dan pertimbangan yang ada terdapat dalam perubahan individu akan keinginan dan keengganan melekat dalam perbuatan

teorinya menyerang masalah-masalah hakikat masyarakat dan negara.

Sebab, konflk yang ada di suriah merupakan konfik masyarakat dan negara, masyarakat Suriah menuntut agar Bashar al-Assad mengundurkan diri sebagai Presiden Suriah yang dianggap oleh masyarakat Suriah sebagai pemimpin diktator. Konflik tiga tahun di Suriah yang awalnya bermula dari demonstrasi damai menentang Presiden Bashar al-Assad, dan kini meluas menjadi perang saudara.74

74

http://www.dw.de/timur-tengah-diambang-perang-sektarian/a-17712410 diunduh pada senin, 16 Maret 2015 pukul 11.23WIB

114 5.1Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, setelah simbol-simbol visualisasi yang memiliki tanda-tanda dapat ditemukan dan selanjutnya penulis manarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Makna Denotasi

Makna Denotasi pada foto perang/ konflik Suriah membuktikan bahwa visualisasi penderitaan rakyat digambarkan dalam bentuk nyata.Visualisasi penderitaan rakyat dapat dilihat sebagai bentuk nyata yaitu adanya kerugian material dan jasmaniah.

2. Makna Konotasi

Visualisasi penderitaan rakyat dalam konflik/ perang merupakan hasil dari esensi sikap binatang manusia yang memiliki keinginan untuk berkuasa dengan mengahlalkan segala cara termasuk perang/ konflik yang mengakibatkan kerugian di berbagai aspek. Tentang besarnya kerugian akibat perang, hadirnnya perasaan yang tak mampu disampaikan lewat kata-kata, bahwa perang adalah suatu hal yang mencekam, menegangkan, pilu, penderitaan.

3. Makna Mitos

Visualisasi penderitaan rakyat dalam konflik/ perang yang meliputi dua aspek kehidupan yaitu material dan jasmaniah yang membuktikan adanya kerugian mulai dari materi/ harta, penderitaan, lumpuhnya sendi kehidupan, kepanaan, serta mengakibatkan timbulnya gangguan psikologis masyarakat.Berupa, pertumpahan darah, kematian, kekuasaan, kehilangan, dan menyebabkan rasa tidak aman.

5.2Saran

Dari penelitian ini, saran penulis adalah sebagai berikut: 1. Akademis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi para mahasiswa untuk meneliti lebih lanjut tentang bagaimana peran fotografi yang mampu memberikan peran yang efektif bagi perkembanagn dunia informasi.Fotografi mempu memiliki banyak makna walaupun dengan tampilan sederhana tetapi memiliki banyak makna seribu kata.Kemudian, fotografi juga mampu dijadikan alat representasi sebuah tulisan atau karangan yang lebih sederhana, tanpa harus berbelit-belit dalam menerangkan certa. Bahkan, fotografi bisa berdiri tunggal sebagai sebuah berita/ informasi yang efektif.

2. Praktis

Foto –foto perang Suriah menggambarkan dampak dari konflik/ perang. Bahwa perang adalah kerusakan, telah menghancurkan segalanya.Bukan saja kerugian materil dan nyawapun melayang sia-sia. Perang menyebabkan kekhawatiran akan generasi masa depan yang hilang. Simbol penderitaan rakyat akibat perang memberikan pelajaran untuk kita agar saling menjaga keselarasan hidup antara manusia dan alam agar tidak ada kerusakan di muka bumi secara kontinyu.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Muzaki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, (Malang: UIN-Malang Press, 2007).

Amirullah Kandu, Ensiklopedi Dunia Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010) Anton Freddy S, Semiotika Hukum, dari Dekonstruksi Teks Menuju Progretivitas

Makna, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005).

Barthes, Roland, Mitologi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2009), hlm. 208.

Basrowi dan Sukidin.2002. Metode Penelitian Kualitatif: Perspektif mikro. Surabaya: Insan Cendekia.

Dina Y. Sulaeman, Prahara Suriah; Membongkar Persekongkolan Multinasional, Depok : Pustaka IIMAN, 2013.

Djam‘an Satori dan Aan Komariah. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, hal.45

Elvinaro Ardianto, dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media).

Fiske, John (1994), Introduction to Communication Studies. London: Routledge.. Gumira Ajidarma. Seno.Kisah Mata. (Yogyakarta : Galangpress, 2005)

Ibrahim, Abd. Syukur. 1992. Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi. Surabaya: Usaha Nasional

Jan Stokes, How To Do Media And Cultural Studies, (Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2006).

Jatmika, Sidik , Pengantar Studi Kawasan Timur Tengah, Yogyakarta: Maharsa, 2014).

J. Severin Werne dan W. Tankard James. Teori Komunikasi :Sejarah,Metode, & Terapan di Dalam Media Massa. (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 4. Ed. 5 Cet. 5

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Jakarta, Kencana, 2009). Kris Budiman, Kosa Semiotika, (Yogyakarta: LKIS, 1999).

Lawrence Neuman, William. Social Research Methods: Qualitaitive and quantitative Approaches, (Pearson Education, 2003).

Liliweri, Alo . Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta:LKis Yogyakarta, 2003).

M. Mudaris, Jurnalistik Foto. (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro 1996)

Mirza Alwy. Audy .Foto Jurnalistik, Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa (PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2008)

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003).

National Geographic Indonesia. Perjalanan Tanpa Akhir. Maret 2014. Nursih Wahyuni, Isti. Komunikasi Massa (Graha Ilmu, Yogyakarta, 2014)

Pappilon Manurung, Editor : M. Antonius Birowo “Metode Penelitian Komunikasi : Teori dan Aplikasi”.(Yogyakarta: Gitanyali, 2004).

Paul Cobley & Litza Jansz. 1999. Introducing Semiotics. NY: Totem Books. Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Peneliti Perilaku Manusia (Jakarta:

LPSP3- Universitas Indonesia, 2001)

Random House Webster‘s College Dictionary (New York: Random House Inc.,

1999), halaman 242.

Rusmana, Agus . Tanya Jawab Dasar-dasar fotografi, (Bandung: Penerbit Armico, 1981)

Roland Barthes, Mitologi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2009).

Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009)

Samuel P. Huntington, The Soldier and the State (Cambridge, Mass.: The Belnap Press of Harvard University Press, 1957), halaman 24-27.

Seno Gumira Ajidarma, Kisah Mata, Fotografi, (Yogyakarta: Galang Press, 2002) Sugiarto, Atok. Paparazzi.‖ Sebuah pengantar‖ (Jakarta: Gramedia Pustaka

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(Bandung:Alfabeta, 2011)

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual: Metode Analisis Tanda dan Makna Pada Karya Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008).

Sobur Alex, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006). cet -3

Sobur, Alex . semiotika komunikasi, ( Bandung: PT: Remaja Rosdakarya, 2009). Sobur, Alex . Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2009.)

Soeprapto, Soedjono, . Pot-Pourri Fotografi (Jakarta:Universitas Trisakti, 2007)

ST. Sunardi, ―Semiotika Negativa”, (Jogjakarta: Kanal, 2002).

Tommy Christomy, “Semiotika Budaya”, (Depok: UI, 2004), Cet. Ke-1

Wojowasito, S dan W.J.S. Purwadarminta, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris (Bandung: Penerbit Hasta, 1980), halaman 25.

Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa).

Jurnal

Tesis Interpretasi Simbol-Simbol Komunikasi Yakuza dalam Novel Yakuza Moon Karya Shoko Tendo (Analisis Hermeneutika Paul Ricoeur tentang Interpretasi Yakuza) tahun 2012, yang ditulis oleh Ditha Amanda Putri. Magister Ilmu Komunikasi Program Pendidikan Magister Program Studi Komunikasi Konsentrasi Ilmu Komunikasi.

Analisis Semiotika Foto karya Ismar Patriski pada pameran foto Gaza Perkasa tahun 2010, yang ditulis oleh Muhammad Lutfi Rahman. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Analisis Semiotika Foto Cerita pada Media On Line Antara.com tahun 2009, yang

ditulis oleh Tedi Kriyanto. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Jurnal skripsi ―Daya Tahan Rezim Bashar Al-Assad terhadap Tekanan di Suriah 2011-2014. Jurusan Ilmu hubungan Internasional.Fisip. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2014.

Sumber lain :

http://mediafitrah.wordpress.com/kota-islam/damaskus/ diunduh dari blog pada senin, 16 Februari 2015 16.47 wib

http://ra4103gmail.blogspot.com diunduh dari blog pada senin, 16 Februari 2015 16.47 wib

http://ukhtiaroem.wordpress.com/2008/03/01/damaskus-kota-nan-pemurah-dan-dermawan/ diunduh dari blog http://ra4103gmail.blogspot.com pada senin, 16 Februari 2015 16.42 wib

http://hizbut-tahrir.or.id/2008/07/27/nasib-anak-anak-dalam-konflik-bersenjata/ diunduh pada 10 Februari 2015 pukul 15.36 wib

Karolus Naga, ― Semiotika : Ilmu untuk berdusta – dan Mitos sebagai sebuahtype

of specch”. Dari http://astaganaga.multiply.com/item/journal/5?&item id =5&viewreplies/threaded.com artikel dikutip dari jurnal Muhammad Lutfi Rahman UIN Syarifhidayatullah Jakarta.

Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Peneliti Perilaku Manusia (Jakarta: LPSP3- Universitas Indonesia, 2001) hal. 102-106 (Jurnal Achmad Baehaki, FISIP-UI, 2009)

Redaksi Majalah National Geographic Indonesia, ―Pernikahan Dini Duka Nestapa Para Mempelai Belia‖, Edisi Juni 2011.

Company profile National Geographic

http://kbbi.web.id/konstruksi. Diunduh pada senin 16 Maret pukul 10.50 WIB http://www.entoen.nu/eerstewereldoorlog/id diunduh pada senin, 16 maret 2015

pukul 11.00 WIB

http://www.ushmm.org/outreach/id/article.php?ModuleId=10007681 diunduh pada senin, 16 maret 2015 pukul 11.10 WIB

http://www.dw.de/timur-tengah-diambang-perang-sektarian/a-17712410 diunduh pada senin, 16 Maret 2015 pukul 11.23WIB

http://m.voa-islam.com/news/smart-teen/2014/28991/amazing-ternyata-perang-suriah-telah-disebut-dalam-al-quran/ diunduh pukul 11.42 WIB senin 6 Februsri 2015

http://www.andreabruce.com http://www.lynseyaddario.com situsSyabab.Com

http://www.dw.de/timur-tengah-diambang-perang-sektarian/a-17712410 diunduh pada senin, 16 Maret 2015 pukul 11.23WIB

http://www.artikata.com diunduh pukul 20.47 wib pada 4 mei 2015

http://www.artikelterapi.com/cara_mewujudkan_keinginan.htm diunduh pukul 20. 49 wib pada 4 mei 2015

Dokumen terkait