• Tidak ada hasil yang ditemukan

VISUALISASI PENDERITAAN RAKYAT DALAM FOTO KONFLIK/ PERANG SURIAH MAJALAH NATIONAL GEOGRARAPHIC INDONESIA MARET 2014 (Analisis Semiotika Model Roland Barthes) - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "VISUALISASI PENDERITAAN RAKYAT DALAM FOTO KONFLIK/ PERANG SURIAH MAJALAH NATIONAL GEOGRARAPHIC INDONESIA MARET 2014 (Analisis Semiotika Model Roland Barthes) - FISIP Untirta Repository"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

1 SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Jurnalistik Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh : Dede Nurmaya Nim. 6662103350

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

BANTEN

(2)
(3)
(4)
(5)

Kebahagiaanmu ada di dalam dirimu, yang kemunculannya ditentukan

oleh ketegasanmu untuk mendahulukan yang baik bagimu.

(Mario Teguh)

“Tulislah setiap kisah hidupmu, agar kelak bisa kau bagi walau hanya

untuk dirimu sendiri. Setidaknya, kamu pernah menorehkan kisah

bahwa kamu pern

ah hidup atas nama jiwa dan nafasmu”.

(Dede Nurmaya)

(6)

ABSTRAK

Dede Nurmaya. NIM 6662103350/2015. Skripsi. Visualisasi Penderitaan Rakyat dalam Foto Konflik/ Perang Suriah Majalah National Geograraphic Indonesia Maret 2014 (Analisis Semiotika Model Roland Barthes). Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Idi Dimyati, S. Ikom., M.Ikom; Burhanudin, M.Si.

Foto jurnalistik adalah media visual yang masuk dalam ranah komunikasi massa, (media massa). Kehadirannya bukan saja pelengkap berita, tetapi fotografi mampu berdiri tunggal tanpa teks. Namun, dalam penyampaiannya media visual (gambar) prosesnya bisa saja terkadang menimbulkan miskomunikasi (Kesalahan pengertian sehingga menghasilkan respon yang berlawanan dengan maksud yang diharapkan.) Sebab, foto merupakan serangkaian tanda yang membentuk kumpulan-kumpulan informasi yang dibakukan dari pesan lisan yang ada dibenak menjadi pesan verbal untuk divisualisasi/ digambarkan. Setelah itu, tiga pertanyaan muncul dalam mengupayakan pembacaan tanda, dan elemen-elemennya yang ada dalam kandungan foto. Penulis meneliti sampel yang ada dalam majalah Natioanal Geographic Indonesia tentang foto perang Suriah. Tentang beberapa viasuliasi penderitaan rakyat akibat konflik/ perang yang tervisualisasi sehingga pesan yang terkandung mampu mengunggah emosi pembaca. Bagaimanakah makna denotasi, konotasi, dan mitos dari foto konlik Suriah? Penelitian ini menggunakan analisis semiotika Roland Barthes untuk melihat tanda yang menjadi simbol nyata. Semiotika merupakan kajian tentang tanda-tanda. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian difokuskan pada kajian pustaka, dan observasi yang disesuikan dengan kerangka rancangan dan pertanyaan penelitian. Dari penelitian telah ditemukan jawaban tentang bagaimana cara membaca soal visualisasi foto yang menyimpulkan bahwa visualisasi foto itu hasil dari gabungan simbol-simbol yang tersirat pada foto. Sehingga pesan foto mampu tersampaikan kepada masyarakat. Pembacaan tanda dan makna merupakan satu kesatuan dalam proses menjelaskan visualisasi yang terdapat dalam foto. Makna foto diantaranya, denotasi, konotasi, dan mitos. Hasil penelitian ini adalah produk foto jurnalistik (visual) yang mampu bercerita dalam diam, tanpa kata untuk memaparkan banyak informasi.

Kata Kunci: Visualisasi, Penderitaan Rakyat, Fotografi, Semiotika

(7)

ABSTRACT

Dede Nurmaya. NIM 6662103350/2015. Thesis. Visualization of People Suffering in Conflict Photo / Syrian War Geograraphic Indonesian National Magazine March 2014 (Semiotic Analysis of Roland Barthes models). Communication Science Program. Faculty of Social Science and Politic. Sultan Agung Tirtayasa University. Idi Dimyati, S. Ikom., M.Ikom; Burhanuddin, M.Si.

Photojournalism is a visual medium that is in the realm of mass communication (mass media). Its presence not only complement the news, but photography is able to stand without a single text. However, the delivery of visual media (drawing) process could sometimes cause miscommunication (Error understanding so as to produce a response that is opposite to the expected mean.) So, a photo series of signs that form clusters that are standardized information from oral messages mind be verbal messages to be visualized / portrayed. After that, three questions arise in seeking a sign reading, and the elements present in the content of the photo. The author examines the sample contained in Natioanal Geographic Indonesia magazine about photo Syrian war. On some visualization suffering of the people due to conflict / war is visualized so that the messages contained capable of uploading the reader's emotions. How is the meaning of denotation, connotation, and the myth of the Syrian photo conflict? This study uses a semiotic analysis of Roland Barthes to see a sign that became a real symbol. Semiotics is the study of signs. The research method using descriptive qualitative method. The research focused on the study of literature, and the observation that adapted to the framework design and research questions. Of studies have found an answer on how to read the questions visualization photo conclude that visualization pictures were the result of a combination of symbols that is implied in the photo. So it is able to photograph the message conveyed to the public. The reading of signs and meanings is a unity in the process of explaining visualization contained in the photograph. Meaning such photos, denotation, connotation, and myths. Results of this research is the product of photojournalism (visual) which is able to talk in silence, without a word to describe a lot of information.

Keywords: Visualization, People Suffering, Photography, Semiotics

(8)

DAFTAR ISI

2.3.3 Karakter Foto Jurnalistik ………....13

2.3.4 Jenis-Jenis Foto Jurnalistik ………....14

2.3.5 Tanda/ Signs Fotografi ………....16

2.4 Semiologi Roland Barthes ………....17

2.5 Membaca Pesan Foto ………....21

2.6 Sumber Teori Konflik ………....24

2.6.1 Teori konflik Thomas Hobbes ………....26

2.7 Definisi Penderitaan ………....27

2.8 Pengertian Rakyat Menurut Para Ahli ………....29

2.9 Kerangka Berfikir …...31

2.10 Penelitian Terdahulu ………....33

(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian ……….38

3.2 Pendekatan penelitian ……….42

3.3 Jenis Penelitian ……….44

3.4 Teknik Pengumpulan Data ……….44

3.5 Instrumen Penelitian ……….52

3.6 Teknik Analisa Data ……….52

3.7 Keabsahan Data ……….56

3.8 Unit Analisis ……….57

3.9 Jadwal Penelitian ……….58

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian ……….60

4.1.1 Foto Perang Suriah ……….60

4.1.2 Profil National Geographic Indonesia (Gambaran Umum) ………….60

4.1.2.1 Sejarah Singkat Majalah National Geographic ….60 4.1.2.2 Profil Majalah National Geographic Indonesia ….63 4.1.2.3 Struktur Redaksi Majalah National Geographic ….64 4.1.2.4 Alur Berita National Geographic Indonesia ………….68

4.1.2.5 Rubrikasi Majalah National Geographic Indonesia ….69 4.1.3Profil fotografer ……….70

4.1.3.1 Profil Lynsey Addario ……….70

4.1.3.2 Profil Andrea Bruce ……….72

4.1.4 Foto Perang Suriah pada National Geographic Indonesia ………….74

4.2 Analisis Data ……….76

4.2.1Gambar 1 ……….78

4.2.1.1 Tabel Analisis gambar 1 ……….78

4.2.1.2 Tabel Penerapan Peta Tanda Roland Barthes ………….79

4.2.1.3 Tabel Penggolongan dari makna Tanda pada ………….79

1.Tanda Denotasi ……….79

2.Tanda Konotasi ……….80

3.Tanda Mitos ……….81

4.2.2Gambar 2 ……….82

4.2.2.1 Tabel Analisis gambar 2 ……….82

4.2.2.2 Tabel Penerapan Peta Tanda Roland Barthes ………….83

4.2.2.3 Tabel Penggolongan dari makna Tanda ………….83

1.Makna Denotasi ……….83

2.Makna Konotasi ……….84

3.Makna Mitos ……….86

4.2.3Gambar 3 ……….87

4.2.3.1 Tabel Analisis gambar 3 ……….87

4.2.3.2 Penerapan Peta Tanda Roland Barthes ……….87

4.2.3.3 Tabel Penggolongan dari makna Tanda ………….88

(10)

1.Makna Konotasi ………89

2.Makna Mitos ………91

4.2.1Gambar 4 ………95

4.2.4.1 Tabel Analisis gambar 4 ………95

4.2.4.2 Tabel Penerapan Peta Tanda Roland Barthes …………96

4.2.4.3 Tabel Penggolongan dari makna Tanda …………96

1.Makna Denotasi ………97

2.Makna Konotasi ………97

3.Makna Mitos ………..100

4.2.2Gambar 5 ………..101

4.2.5.1 Tabel Analisis gambar 5 ………..101

4.2.5.2 Tabel Penerapan Peta Tanda Roland Barthes ………..102

4.2.5.3 Tabel Penggolongan dari makna Tanda ………..102

1.Makna Denotasi ………..102

2.Makna Konotasi ………..103

3.Makna Mitos ………..107

4.3 Analisis Semiotika Foto Konflik/ Perang Suriah ………..108

1.Makna Denotasi ………..108

2.Makna Konotasi ………..109

3.Makna Mitos ………..110

4.4 Pembahasan ………..111

4.4.1 Visualisasi Penderitaan dalam Perspektif Konflik Hobbes ..111

(11)

DAFTAR TABEL

4.2.1 Gambar 1 ... 4.2.1.1 Tabel Analisis gambar 1 ... 4.2.1.2 Tabel Penerapan Peta Tanda Roland Barthes Pada gambar 1 ... 4.2.1.3 Tabel Penggolongan dari makna Tanda pada gambar 1 ... 4.2.2 Gambar 2 ... 4.2.2.1 Tabel Analisis gambar 2 ... 4.2.2.2 Tabel Penerapan Peta Tanda Roland Barthes Pada gambar 2 ... 4.2.2.3 Tabel Penggolongan dari makna Tanda pada gambar 2 ... 4.2.3 Gambar 3 ... 4.2.3.1 Tabel Analisis gambar 3 ... 4.2.3.2 Tabel Penerapan Peta Tanda Roland Barthes Pada gambar 3 ... 4.2.3.3 Tabel Penggolongan dari makna Tanda pada gambar 3 ... 4.2.4 Gambar 4 ... 4.2.4.1 Tabel Analisis gambar 4 ... 4.2.4.2Tabel Penerapan Peta Tanda Roland Barthes Pada gambar 4 ... 4.2.4.3 Tabel Penggolongan dari makna Tanda pada gambar 4 ... 4.2.5 Gambar 5

4.2.5.1 Tabel Analisis gambar 5 ... 4.2.5.2 Tabel Penerapan Peta Tanda Roland Barthes Pada gambar 5 ... 4.2.5.3 Tabel Penggolongan dari makna Tanda pada gambar 5 ...

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes ………... 21

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir ………..……. 31

Gambar 2.3 Tabel Penelitian Terdahulu ………...………… 34

Gambar 3.1 Macam-macam Teknik Pengumpulan data ………... 44

Gambar 3.2 Jadwal Penelitian ………... 59

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Tugas Bimbingan Skripsi 2. Absensi Bimbingan Skripsi

3. Absensi Menghadiri Sidang Skripsi

4. Majalah National Geographic Indonesia eds. Maret 2014 5. Daftar Riwayat Hidup

(13)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, dan inayah-Nya. Alhamdulillah penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul Visualisasi Penderitaan Rakyat dalam Foto Konflik/ Perang Suriah Majalah National Geograraphic Indonesia edisi Maret 2014 (Analisis Semiotika model Roland Barthes). Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan sebagai motivasi penulis agar lebih baik lagi ke depannya.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1) pada Konsentrasi Jurnalistik, Program Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Banten.

18 Juni 2015

Penulis

(14)

UCAPAN TERIMA KASIH

Adanya skripsi ini tak terlepas dari banyak pihak yang telah mendukung Penulis dari awal hingga akhir. Alhamdulillah rahmat tak henti-hentinya atas kemurahan Allah SWT sehingga penulis mampu menyusun skripsi ini dengan semangat yang menggebu walaupun pernah penulis rasakan lelah yang luar biasa, tetapi karena dukungan orang-orang yang tercinta, telah selesai juga hingga skripsi ini dapat disajikan. Pada kesempatan kali ini, Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Dr. Agus Sjafari, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si, selaku ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Puspita Asri Praceka, S.Sos, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Idi Dimyati, S. Ikom., M. Ikom selaku Pembimbing 1 skripsi yang telah membimbing dan memberikan pemahaman kepada Penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Burhanudin, S.E., M.Si selaku Pembimbing II skripsi yang telah banyak memberikan semangat dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

Mama, Tika, teh Sukma dan ndut Nacita serta Bapak (alm), dengan rasa syukur skripsi kupersembahkan untuk kalian keluarga terkasih. Terima kasih selama ini telah menemani penulis dalam suka dan suka. Aku cinta

(15)

1. kalian semua. Serta keluarga yang lain yang tak bisa disebutkan satu persatu.

2. Keluarga Bpk. Juli Irianto yang selama ini telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi, terima kasih telah memberikan terang dalam gelap. 3. M. Reza Respati, tak henti-hentinya memberikan dukungan dan menemani. Terima kasih telah memberikan cinta dan kasihnya selama ini, skripsi ini kupersembahkan dengan haru, akhirnya penulis dapat menyelesaikan hingga akhir.

4. UKM Jurnalistik Untirta terima terima kasih telah memberikan pengalaman yang luar biasa tentang kehidupan organisasi kejurnalistikan. Dua tahun penulis mengabdi, banyak kisah yang tertoreh dalam hati juga ilmu yang bermanfaat.

5. UKMF Orange Pers Fisip Untirta , lewat organisasi ini penulis belajar banyak rasa syukur dan merasakan hangatnya keluarga Orange yang bersahabat, tak ada senioritas dalam berorganisasi. Bang tomi, ka Ijunk, Teh Uma, Bang Cahyo, Teh Susa, Ucuf, Reni, Mutia, Emil, Iksan, Fitri, Jannah, dan lainnya, makasih atas pengalaman dan kehangatan serta canda tawa juga motivasi berprestasi yang kalian tularkan. Maju terus Orange !!!

Untirta TV, ini dia organisasi pertelevisian kampus Untirta yang memberikan penulis pengalaman luar biasa di penghujung masa perkuliahan. Tak terasa, air mata menetes ketika mendengar kata Untirta TV. Masa dimana penulis,

menemukan keluarga baru. Tak kenal waktu untukmu UTV, pagi-siang-hingga larut malam penulis mengabdi tak kenal libur atau jam kuliah. Berbagai

pengalaman profesi telah penulis jalani

(16)

1. walau singkat. Manakala hati telah terpaut senang menyaksikan UTV mengudara. Jayalah terus UNTIRTA TV.

2. Para penghuni Laboratorium Fisip Untirta (Tirta FM, Multimedia, Fotografi) terima kasih atas pengalaman telah menngenal kalian semua. Canda tawa tak pernah sirna manakala kita semua berkumpul.

3. Untuk Ibu Wida dan Ibu Supi yang telah mengantarkan penulis memasuki bangku perguruan tinggi. Terima kasih atas jasa berharga kalian. Serta seluruh teman SMAN 28 Kab. Tangerang, skripsi ini kupersembahkan untuk kalian, spesial yayan, ade Irfan, omsah, ika, dan Yopi.

4. Pak Husnan Nurjuman yang telah banyak menginspirasi dan membekali keilmuan serta mendukung proses pembuatan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen yang yang telah membekali Penulis dengan pengetahuan yang sangat berharga sebagai mahasiswa.

6. Tim Kremov Picture selaku komunitas film Banten yang pernah penulis singgahi, walau singkat. Terima kasih untuk pengalamannya.

7. Seluruh sahabat dan teman seperjuangan angkatan 2010 Ilmu Komunikasi Untirta. Ifat, Rossa, Icha, Hilda, Refika, Yosi, Dyah, Ade irfan, Galuh, Ucuf, obos, Rendi, Shendy, dan seluruh teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas canda dan tawa kalian selama ini, motivasi dan inspirasinya.

8. Teman-teman kost gambreng, semuanya juga ibu kost ―bu sufiah‖ dan keluarga, terima kasih untuk segalanya.

(17)

1 1.1 Latar Belakang

Visualisasi berartipengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan bentuk gambar, tulisan (kata dan angka), dan lainnya.1 Sedangkan pada pendapat lain visualisasi merupakanaktivitas mental yang di gunakan untuk membangun sebuah gambar dalam pikiran. Metode ini adalah bentuk metode paling dasar dari komunikasi batin antara sadar dan bawah sadar. Bawah sadar akan berkomunikasi dalam bentuk gambar dan emosi, visualisasi adalah bahasa yang sempurna untuk melakukan kontak antara gambar dan visualisasi. Teknik ini adalah komponen dasar dalam mewujudkan keinginan dalam realitas kehidupan.2

Bicara visualisasi berarti bicara gambar atau penggambaran.Apa yang ingin kita komunikasikan disalurkan dengan media gambar agar pesan yang ada dibenak seseorang bisa dibaca oleh orang lain. Sama halnya dengan fotografi apa yang dipotret merupakan pesan yang ada dibenak manusia yang ingin digambarkan/ divisualisasikan menjadi bentuk yang nyata dari objek. Bisa berupa pesan estetika, informasi/ berita, hiburan, dan lainnya.

1

http://www.artikata.com diunduh pukul 20.47 wib pada 4 mei 2015

2

(18)

Dunia fotografi, sebagai mana dunia wartawan umumnya, diuntungkan oleh rumusan “ God given the news”, Tuhan yang memberikan berita – atau gambar – dengan berbagai peristiwa : Tabrakkan pesawat, banjir, artis kawin cerai selingkuh, atau bahkan acara-acara seremonial. Namun, tetap saja ada upaya kreatif bagaimana menentukan sudut pengambilan, memperhitungkan kedalaman, kesatuan dengan masalah keseluruhan, disamping ketekunan dan keterlibatan dengan objek atau peristiwa. Sedemikian perkasanya visual yang dihasilkan sehingga karyanya tak memerlukan “caption”, teks yang menjembatani.Karena semua yang inti telah tervisualkan.3

Foto sebagai ungkapan berita sesungguhnya punya sifat yang sama dengan berita tulis. Keduanya harus memuat unsur apa (what), siapa (who), di mana (where), kapan (when), dan mengapa (why). Bedanya, dalam bentuk visual gambar foto berita punya kelebihan dalam menyampaikan unsur how

bagaimana kejadian tersebut berkangsung.Memang, unsur how dalam peristiwa juga bisa dituangkan lewat tulisan (berita tulis), namun foto bisa menjawab dengan menguraikannya lebih baik.Pada dasarnya, itulah perbedaan bahasa tulisan dan bahasa gambar. Bahasa tulisan memerlukan proses pembacaan dan pemahaman, kemudian menyentuh emosi. Bahasa

3

(19)

gambar, di sisi lain, langsung memberi dampak.Pemahamannya terjadi lewat penglihatan tanpa perlu diterjemahkan terlebih dahulu dalam pengertian.Secara langsung gambar menciptakan persepsi mengenai kejadian tertentu.

Singkat kata, gambar menimbulkan respon emosional lebih cepat daripada tulisan. Layaknya penulis yang menggunakan istilah/ gaya bahasa tertentu dalam kalimat-kalimatnya untuk merangsang emosi pembaca, unsur-unsur dalam foto berita juga dapat disusun untuk membangkitkan berbagai tanggapan maupun kekaguman. Keterlibatan pembaca atau pengamat terhadap foto yang disajikan merupakan indikasi berhasil-tidaknya suatu foto berita.Tiada kata yang mampu menguraikan kembali suatu kejadian sebaik bahasa gambar, demikian orang mengibaratkan foto peristiwa yang berhasil. Foto yang bisa mengunggah respon emosional– ngeri, haru, iba, atau perasaan lain – dengan teknik pemotretan yang baik bisa di sebut foto berita yang berhasil.4

Dalam penelitian ini penulis, mencoba mengungkap pengeksplorasian pesan yang terdapat dalam tampilan/ visualisasi objek fotografi. Diantarannya objek fotografi yang akan penulis eksplor merupakan karya fotografi dari dua fotografer dokumenter, Linsey Addario dan Andrea Bruce yang terdapat dalam majalah National Geographic Indonesia edisi Maret 2014, yang

4

(20)

menyajikan beberapa objek foto yang menggambarkan visualisasi pesan penderitaan rakyat akibat konflik/ perang yang terjadi di negara Suriah.

Maka dari itu, penulis telah mencermati mengenai tanda-tanda pesan yang tervisualisasikan di beberapa tampilan objek foto dari kedua fotografer tersebut terdapat tanda-tanda/ kode yang mengandung pesan/ makna yang ingin disampaikan si fotografer, meliputi pesan verbal dan nonverbal yang bersifat simbolis dan terdiri dari rangkaian tanda-tanda yang kompleks serta memiliki arti.

Penulis merasa tertarik untuk menganalisis visualisasi pesan yang terkandung dalam foto-foto konflik/ perang Suriah dengan judul penelitian

yaitu ―visualisasi penderitaan rakyat dalam foto konflik/ perang suriah majalah National Geograraphic Indonesia edisi Maret 2014 (Analisis Semiotika model

Roland Barthes)‖

1.2 Rumusan Masalah

(21)

Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti dapat merumuskan masalah yaitu “Bagaimana visualisasi penderitaan rakyat dalam foto konflik/ perang suriah majalah National Geograraphic Indonesia edisi

Maret 2014dengan menggunakan analisis semiotika model Roland

Barthes? ”.

1.3 Identifikasi Masalah

Setelah melihat dan membaca dari perumusan masalah diatas dapat ditarik sebuah identifikasi masalah yang ada didalam sebuah judul penelitian sebagai berikut 1. Bagaimanakah makna denotasi penderitaan rakyat dari foto konflik/ perang

Suriah?

2. Bagaimanakah makna konotasi penderitaan rakyat dari foto konflik/ perang Suriah?

3. Bagaimanakah makna mitos penderitaan rakyat dari foto konflik/ perang Suriah?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui:

(22)

2. Menjelaskan makna konotasi penderitaan rakyat yang terkandung pada konflik/ perang suriah.

3. Menjelaskan makna mitos penderitaan rakyat yang terkandung pada foto konflik/ perang suriah.

1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Kegunaan teoritis dari penelitian ini yaitu untuk memperkaya kajian ilmu komunikasi, khususnya pada bidang fotografi jurnalistik mengenai foto berita. Bukan hanya itu, penelitian ini juga dapat digunakan untuk memperluas dan memperkaya wacana pemikiran, serta dapat menjadi tambahan kepustakaan tentunya. Terutama pada konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Serang, Banten.

(23)

1.5.2 Kegunaan Praktis

Diantaranya kegunaan praktis dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai berikut:

1) Hasil penelitian ini dapat menambah keilmuan dan memperdalam pemahaman khususnya mengenai semiotika beserta kaitannya dengan ilmu komunikasi. Disisi lain diharapkan memberi sumbangan pemikiran bagi pembaca dalam melihat pesan yang terkemas dalam media massa khususnya media cetak.

2) Untuk memahami simbol mengenai makna- makna yang terkandung di dalam foto jurnalistik, dan bagaimana sebuah foto hadir hasil dari visualisasi.

(24)

8 2.1 Komunikasi Massa

Komunikasi massa menjadi mata dan telinga bagi masyarakat. Komunikasi massa memberi masyarakat sarana untuk mengambil keputusan dan membentuk opini kolektif yang bisa digunakan untuk bisa lebih memahami diri mereka sendiri. Ia merupakan sumber utama untuk mengembangkan nilai-nilai dalam masyarakat.5

Menurut Joseph A. DeVito merumuskan definisi komunikai massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa, serta tentang media yang dipergunakannya. Ia mengemukakan definisinya dalam dua item, yakni pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berati bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, tetapi ini berati bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan/visual. Komunikasi massa barang kali akan lebih mudah dan lebih logis bila

5

(25)

didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio siaran, surat kabar, majalah dan film.6

2.2 Media massa

Mesti disadari bahwa di balik semua fungsi media (massa) yang tampaknya sudah komunikatif tersebut, sesungguhnya terdapat fungsi internal

yang disadari maupun tidak telah ―serba menentukan‖ pemikiran, persepsi,

opini, dan bahkan perilaku orang. Hal ini menjadi mungkin tatkala media dipandang sebagai penyampai imaji. Imaji ini tidaklah terbatas pada sesuatu yang konkret-visual (kasat mata), melainkan juga sesuatu yang ―tampak‖ dan hadir pada batin. Inilah yang sering disebut-sebut Horowitz dalam “Theory of

Imagination”-nya (dalam Neuman, 1978:256).7

Surat kabar sebagai pesan media massa dalam orde baru ini mempunyai misi menyebarkan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan bangsa. Namun dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan dan persuasif), fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar, yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Karenanya sebagian besar rubrik surat kabar terdiri dari berbagai jenis berita. tetapi fungsi hiburan surat kabar pun tidak terabaikan

6

Elvinaro Ardianto, dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media), hlm. 6.

7

(26)

karenanya tersedianya rubrik artikel ringan, feature, cerita bergambar dan cerita bersambung. Fungsi pendidikan dan mempengaruhinya bisa kita temukan pada artikel ilmiah, tajuk rencana, atau editorial dan rubrik opini.Dan satu lagi fungsi pers yaitu sebagai alat kontrol sosial yang konstruktif yang tidak boleh terlupakan. Surat kabar sebagai pesan media massa dalam orde baru ini mempunyai misi menyebarkan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan bangsa. Namun dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan dan persuasif), fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar, yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Karenya sebagian besar rubrik surat kabar terdiri dari berbagai jenis berita. tetapi fungsi hiburan surat kabar pun tidak terabaikan karenanya tersedianya rubrik artikel ringan, feature, cerita bergambar dan cerita bersambung. Fungsi pendidikan dan mempengaruhinya bisa kita temukan pada artikel ilmiah, tajuk rencana, atau editorial dan rubrik opini.Dan satu lagi fungsi pers yaitu sebagai alat kontrol sosial yang konstruktif yang tidak boleh terlupakan.8

8

(27)

2.2.1 Majalah

Majalah merupakan kategori surat kabar yang penerbitannya berkala. Meliputi periode mingguan dan bulanan.Kemudian informasi yang terkandung didalamnya merupakan informasi yang tak mudah lekang oleh waktu singkatnya informasinya tidak mudah basi.Bisa dikonsumsi kapan saja. Misalnya berita-berita feature atau berita yang mengandung sastrawi dan sebagainya.

2.3 Pengertian Fotografi 2.3.1 Fotografi

Istilah fotografi pertama kali dikemukakan oleh seorang ilmuan Inggris, Sir John sHerscell pada tahun 1839. Fotografi berasal dari kata photos

(sinar/cahaya) dan graphos (mencatat/melukis). Kata fotografi (Inggris:

Photography, Belanda: Fotografic) berasal dari bahasa Yunani, dari kata phos artinya cahaya dan graph yang berarti menulis atau menggambar.9

Secara harfiah fotografi berarti mencatat atau melukis dengan sinar atau cahaya.Pada awalnya fotografi dikenal dengan lukisan matahari, karena sinar matahari yang digunakan untuk menghasilkan image.Saat ini, fotografi telah melekat erat dengan fungsi komunikasinya dan model ekspresi visual yang menyentuh kehidupan manusia diberbagai bidang.10

9

M. Mudaris, Jurnalistik Foto. (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro 1996), hal 7

10

(28)

Dari penjelasan diatas tentang fotografi berarti sebuah kegiatan menangkap cahaya untuk diabadikan menjadi sebuah gambaran nyata dari sebuah keadaan, peristiwa, dan situasi tertentu untuk berwujud dua dimensi atau foto.

2.3.2 Foto Jurnalistik

Foto jurnalistik menurut Guru Besar Universitas Missouri, AS, Cliff Edom adalah paduan kata words and pictures. Sementara menurut editor foto majalah Life dari 1937-1950, Wilson Hicks, kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya.11

Fotografi jurnalistik merupakan salah satu bidang dalam wahana fotografi yang mengkhususkan diri pada proses penciptaan karya-karya fotografi yang dianggap memiliki nilai berita da menampilkannya kepada kkhalayak dengan tujuan tertentu melalui media massa. Esensi dari fofo jurnalistik adalah bahwa sebuah berita harus ditampilkan secara faktual, visual, dan menarik. Sedangkan entitas foto jurnalistik yang menampilkan fakta dan realitas dalam bentuk visual yang terdokumentasi dengan baik bila dirunutkan secara kronologis melalui alur waktu yang benar dapat dikatakan sebagai suatu sejarah fakta bergambar. Ia merupakan catatan yang terekam

11

(29)

dalam matra visual karena mengandung jejak dan langkah kenyataan dan kejadian yang patut diketahui orang banyak karena nilai vitalitasnya dalam perjalanan peradaban manusia. Dalam konteks inilah maka akan kita amati secara sekilas beberapa aspek yang perlu kita ketahui dari topik yang ada. Antara lain, aspek historis fotografi, aspek historis jurnalistik, dan era fotografi jurnalistik.12

2.3.3 Karakter Foto Jurnalistik

Ada delapan karakter foto Jurnalistik yang menurut Frank P. Hoy, dari sekolah Jurnalistikdan komunikasi Walter Cronkite, Universitas Arizona, pada bukunya yang berjudulPhotojournalism The Visual Approach adalah sebagai berikut.

a) Fotojurnalistik adalah komunikasi melalui foto (communication photography). Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan pandangan wartawan foto terhadap suatu objek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.

b) Medium fotojurnalistik adalah media cetak Koran atau majalah, dan media kabel atau satelit juga internet seperti kantor berita (wire services).

c) Kegiatan foto jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita. d) Fotojurnalistik adalah paduan dari foto dan teks foto.

12

(30)

e) Fotojurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subjek, sekaligus pembaca foto jurnalistik.

f) Fotojurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audiences). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang yang beraneka ragam.

g) Fotojurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto.

Tujuan foto jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak penyampaian informasi kepada sesama, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan kebebasan pers (freedom of speech and freedom of press).13

2.3.4 Jenis-Jenis Foto Jurnalistik

Jenis-jenis foto jurnalistik diantaranya: a. Spot Photo

Foto yang dibuat dari peristiwa tidak terjadwal atau tidak terduga yang diambil oleh si fotografer langsung di lokasi kejadian.Misalnya, foot peristiwa kecelakaan, kebakaran, perkelahian, dan perang. Karena dibuat dari peristiwa yang jarang terjadi dan menampilkan konflik serta ketegangan maka foto spot harus segera disiarkan. Dibutuhkan keberuntungan pada fotografer dalam hal posisi dan keberadaannya, serta keberaniannya saat membuat

13

(31)

foto.Memperlihatkan emosi subyek yang difotonya sehingga memancing juga emosi pembaca.

b. General News Photo

Adalah foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin, dan biasa.

c. People in the News Photo

Adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita.Bisa kelucuannya, nasib, dan sebagainya.

d. Daliy Life Photo

Adalah foto tentang kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari segi kemanusiaannya (human interest).Misalnya, foto tentang pedagang gitar.

e. Portrait

Adalah foto yang menampilkan wajah seseorang sacara close up dan

―mejeng‖. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah yang dimiliki atau kekhasan lainnya.

f. Sport Photo

(32)

g. Science and Technology Photo

Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

h. Art and Culture Photo

Adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya. i. Social and Environment

Adalah foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.14

2.3.5 Tanda/ Signs Fotografi

Manusia disamping hal-hal lainnya juga membutuhkan sesuatu untuk melengkapi wacana kehidupannya dengan prinsip dialektika yang terimplementasikan dalam berbagai bentuk entitas tanda-tanda yang bisa dipersepsi oleh berbagai indera yang dimilikinya.

Tanda-tanda dapat berbentuk dan berupa apa saja yang sekiranya memiliki dan mengandung makna-makna tertentu yang didasarkan pada hasil pemikiran dan upaya manusia untuk saling berkomunikasi. Sebagaimana dinyatakan oleh Marcel Danesi:

Signany mark, bodily movement, symbol, token, etc., used to indicate and to convey thoughts, information, commands, etc.- are the basis for the human thought and communication.” (Sebeok, p. xi : 1994) dengan demikian boleh juga dikatakan bahwa semio sebagai

14

(33)

tanda yang memiliki makna tertentu merupakan hal-hal yang dirasakan dan dipikirkan yang kemudian dilakukan ataupun diciptakan melalui bentuk-bentuk tertentu oleh manusia dalam kehidupannya.

Didalam wacana fotografi yang berbentuk visual dwimatra juga tidak luput dari kemungkinan hadirnya berbagai tanda—tanda yang menyiratkan berbagai makna yan terkandung didalamnya. Apalagi kedirian karya fotografi yang merupakan hasil rekaman yang menghadirkan suatu bentuk representasi suatu objek yang kemudian menjadi materi subjek ( subjeck matter) karyanya. Hal ini merupakan juga kehadiran tanda visual yang bisa dimaknai atau interpretasikan sesuai dengan keberadaan maupun konteks penampilannya.Dalam hal ini kajian semiotika dalam wacana fotografi meliputi wilayah penalaahan dan pengkajian dalam upaya menafsirkan setiap tanda (visual) yang ada dalam setiap kehadiran karya fotografi guna mendapatkan kejelasan makna atas kehadirannya.15

2.4 Semiologi Roland Barthes

Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikan model lingusitik dan semiology Saussurean.Ia juga intelektual dan semiologi Saussurean. Ia juga intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama, eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra.16

15

Soeprapto, Soedjono. Pot-Pourri Fotografi (Jakarta:Universitas Trisakti, 2007) hal 35 16

(34)

Ia berpendapat bahasa adalah sebuah system tanda yang mencerminkan asumsi dari suatu masyarakat teetentu dalam waktu tertentu. Ia mengajukan pandangan ini dalam Writing Degree Zero dan Critical Essays.

Semiologi Roland Barhes mendasari kajian-kajian Barthes selanjutnya terhadap objek-objek kenyataan atau unsur-unsur kebudayaan yang sering ditelitinya.Cakupan kajian Barthes sangat luas.Kajian itu meliputi kesusastraan, fotografi, perfilman, busana, dan berbagai fenomena kebudayaan lainnya.

Barthes telah banyak menulis buku, yang beberapa diantaranya, telah menjadi rujukan penting untuk studi semiotika di Indonesia.Dalam bukunya yang terkenal, S/Z (1970), buku ini merupakan salah satu contoh bagus tentang salah satu kerja Barthes.Buku ini di tulis sebagai upaya untuk mengeksplisitkan kode-kode narasi yang berlaku dalam suatu naskah realis.17Kode dalam hal ini berarti sebuah perspektif dari kutipan, sebuah khayalan dari struktur, suatu daya yang dapat mengambil alih suatu teks, atau suatu suara diluar dari mana teks itu tersusun. Kode sebagai system makna luar yang lengkap setiap acuan dari setiap tanda menurut Barthes terdiri atas lima jenis.18

17

Ibid., hal, 65

18 Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, Yogyakarta, penerbit Yayasan Indonesiatera, 2001,

(35)

Pertama, kode hermeneutika.Dibawah kode hermeneutika orang dapat mendafta beragam istilah (formal) yang sebuah teka-teki (enigma) dapat dibedakan, diduga, diformulasikan, dipertahankan, dan akhirnya disingkap.Kode ini disebut pula suara kebenaran (the Voice of Truth).

Kedua, kode proaeretik atau narasi, yang merupakan tindakan naratif dasar yang tindakan-tindakan dapat terjadi dalam beragam sekuen yang mungkin diindikasikan.

Ketiga, kode budaya atau kode gnomic, sebagai referensi kepada sebuah ilmu atau lembaga pengetahuan.Kode ini merupakan acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui dan dikondifikasi oleh budaya.

Keempat, kode semantik yaitu kode yang mengandung konotasi pada .level penanda, misalnya konotasi feminitas, maskulinitas atau dengan kata lain kode semantik adalah tanda-tanda yang ditata sehingga memberikan suatu konotasi maskulin, feminine, kebangsaan, kesukuan, loyalitas.

(36)

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya yaitu mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran kedua, yang dibangun diatas sistem lain yang telah ada sebelumnya. System ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang dalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama.

Menurut Barthes bahasa membutuhkan kondisi tertentu untuk menjadi mitos, yaitu yang secara semiotik dicirikan oleh hadirnya sebuah tataran signifikasi yang disebut sebagai system semiologi tingkat kedua.Maksudnya, pada tataran bahasa atau sistem semiologis tingkat pertama, penanda-penanda berhubungan dengan petanda-petanda sedemikian sehingga menghasilkan tanda. Selanjutnya, tanda-tanda pada tataran pertama ini pada gilirannya hanya akan menjadi penanda-penanda yang berhubungan pula dengan petanda-petanda pada tataran kedua. Pada tataran siginifikasi kedua inilah mitos bercokol.Barthes mencipatakan peta tentang bagaimana tanda bekerja.19

19

(37)

Bahasa (Denotatif)

Mitos (konotatif)

Gambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes

Didalam (language), yaitu sistem semiologis lapis pertama, penanda-penanda berhubungan dengan petanda-petanda sedemikian sehingga menghasilkan tanda.Selanjutnya, didalam tataran mitos, yakni sistem semiologis lapis kedua, tanda-tanda pada tataran pertama tadi menjadi petanda-tanda-petanda-tanda yang berhubungan lagi dengan petanda-petanda.20

Dengan kata lain hal tersebut merupakan unsur material, hanya jika anda

mengenal tanda ―singa‖, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin.

2.5Membaca Pesan Foto

Menurut Paul Messaris, gambar yang dihasilkan manusia, termasuk fotografi, bisa dipandang suatu keberaksaraan visual. Dengan kata lain, gamabar-gambar itu bisa dibaca. Tetapi jika dalam bahasa, hubungan antara penanda dan petanda adalah sembarang, maka dalam gambar tidaklah 3. Denotative Sign (tanda Denotatif)

4. Connotative signifier (penanda konotatif)

(38)

sembarang bahasa.Sebaliknya, jika dalam bahsa susunan kalimat sebagai makna lebih mungkin didefinitifkan, maka hal itu tidak mungkin dilakukan dengan pemaknaan gambar-gambar.Dalam gambar yang maknanya hadir secara definitif, terdapat manipulasi. Artinya gambar hanya kan sebagai pengetahuan jika dipandang secara kritis.21

Tentang pesan, Roland Barthes dalam The Photographic Message (1961) menyebutkan bahwa foto adalah suatu pesan yang dibentuk oleh sumber emisi, saluran transmisi, dan titik resepsi. Dalam gambar-gambar imajinatif yang merupakan seni imitatif, terdapat dua pesan yaitu oesan tertujukan

(denoted message) yang merupakan analogon itu sendiri, dan pesan terartikan

(connoted message) yang dipengaruhi oleh konvensi komunikasi masyarakat.22

Dalam “The Photographic Message” Barthes mengajukan tiga tahap dalam membaca foto yaitu;

1. Tahap perseptif terjadi ketika seseorang mencoba melakukan transformasi gambar. Konotasi perspektif tidak lain adalah imajinasi sintagmatik yang pada dasarnya bersifat perspektif.

2. Tahap konotasi kognitif dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menghubungkan unsur-unsur historis dari analogon (denotasi). Ini

21

Seno Gumira Ajidarma, Kisah Mata Fotografi Antara Subyek Pembicaraan Tentang Ada, Yogyakarta, Penerbit Galang Press, 2003, hal. 26

(39)

konotasi yang dibangun atas dasar imajinasi paradigmatik. Pengetahuan kultural sangat menentukan.

3. Tahap etis-ideologis, orang mengumpulkan berbagai signifier yang siap

―dikalimatkan‖

Prosedur-prosedur konotasi citra, yakni imposisi makna tingkat kedua pesan ikonik, dapat direalisasikan pada lapis-lapis produksi yang berlainan. Menurtu Barthes prosedur-prosedur konotasi tersebut khususnya menyangkut fotografi antara lain meliputi:23

1. Trick efffek,misalnya dengan memadukan dua gambar sekaligus secara artificial.

2. Pose, misalnya dengan mengatur arah pandangan mata atau duduk dari seorang subyek.

3. Objek, misalnya dengan menyeleksi dan menata obyek-obyek tertentu.

4. Fotogenia, misalnya dengan cara mengatur eksposur, pencahayaan

(lighting), manipulasi teknik cetak, dan sebagainya.

5. Estetisme, misalnya apa yang disebut sebagai ―piktorialisme‖ sehingga sebuah foto seolah-olah menyerupai lukisan, dan

23

(40)

6. Sintaks, dengan merangkaikan beberapa foto kedalam sebuah sekuens sehingga penanda dan petanda konotasinya tidak dapat ditemukan pada fragmen-fragmen yang lepas satu sama lain, melainkan pada seluruh rangkaian.

2.6 Sumber Teori Konflik

Konflik diyakini merupakan suatu fakta utama dalam masyarakat.Sebuah tradisi intelektual, menyediakan perangkat analisis interpretasi terhadap masalah tersebut.Konflik merupakan suatu fakta dalam masyarakat industri modern.Meskipun ada pembahasana perihal sifat dan fungsi konflik tersebut.Namun tidaklah mudah mengakui keberadaannya.Konflik lebih banyak dipahami sebagai keadaan tidak berfungsinya, komponen-komponen masyarakat sebagaimana mestinya atau gejala penyakit dalam masyarakat dalam masyarakt yang terintegrasi secara tidak sempurna.Tetapi, secara empiris konflik, tidak diakui karena, orang lebih memilih stabilitas sebagai hakikat masyarakat.Konflik merupakan realitas yang harus dihadapi oleh para ahli teori sosial dalam membentuk model-model umum prilaku sosial.

(41)

Polybus.Namun perkembangan teori konflik berlaku bagi siapa saja yang memiliki fakta mendasar tentang evolusi lembaga politik.Pada faktanya, konflik digambarkan sebagai suatu bentuk system kekuatan yang stabil.Dan konsepsi politik menurut kaum Sophist ini ditransmisikan secara langsung dari konsep struktur terkecil kepada konsepsi perubahan internal.Artinya pergerakan dari zaman primitif ke zaman peradaban modern. Proses tersebuat terjadi atas dasar perjuangan secara alami. Perjuangan tersebut tidak terlepas dari perjuangan antar umat manusia.Dalam prosesnya manusia menciptakan aturan hokum. Tujuan pokok seluruh aspek hukum adalah menjamin masyarakat untuk menentang ketidakadilan, dan mayoritas manusia menghadapi tindakan-tindakan yang sangat mengerikan dan membahayakan, maka muncul rasa takut akan hukuman-hukuman tersebut.

Seorang diktator Cina klasik, Perdana Menteri Shih Huang Ti, pernah mengatakan bahwa esensi masyarakat adalah kekuasaan dan pada prinsipnya manusia itu adalah pengecut dan malas. Namun karena rasa takut akan hokum, maka manusia menjadi baik. Rasa takut akan siksaan membuat manusia semakin sadar. Di dunia ini manusia harus bertindak sesuai dengan hakikat kemanusiaan.Penerapan logika hukum seperti penghargaan dan hukuman (reward and punishment) tidak didasarkan atas kesuakaan dan ketidaksukaan kehendak.24

24

(42)

2.6.1 Teori konflik Thomas Hobbes

Teori ini dihadapkan pada kondisi yakni adanya kelompok puritan Inggris yang menentang pemerintah tirani Inggris, sama halnya dengan pemerintah kerajaan prancis yang dimunculkan oleh adanya konflik agama antara Katolik dan Huguenot. Hobbes menerima konsepsi materialistik tentang manusia dan hakikatnya dan konsepsi pengetahuan empirik paling tepat. Semua pemikiran tentang manusia dimulai dengan rasa dan sesuatunya berasal dari ingatan, mimpi, dan pandangan atau bayangan.Pada akhirnya, pemahaman dan imajinasi bekerja dengan fungsi materil jasmaniah. Sedangkan, contoh lain ialah bahwa bahasa adalah sesuatu yang penting karena bahasa terdiri darin alat-alat rasa yang memiliki nama dan bahasa harus bekerja dengan definisi-definisi.

Esensi binatang dalam bertingkah laku diperlihatkan dalam dua macam gerak; sesuatu hal yang penting (seperti jalannya darah atau nafas) dan sikap atau prilaku binatang itu muncul terdiri dari gerak awal yang kecil, diarahkan kepada sesuatu yang berkeinginan dan sesuatu yang tidak berkeinginan, semua perasaan itu akan teredukasi dan pertimbangan yang ada terdapat dalam perubahan individu akan keingina dan keengganan melekat

dalam perbuatan apa yang disebut ―kehendak‖.

(43)

diformulasikan sebagai berikut : pada tingkatan pertama, dikemukakan sebuah kecenderungan umum bagi manusia dengan keinginan yang terus-menerus dan kegelisahannya akan kekuasaan setelah berkuasa, artinya rasa ingin berkuasa berhenti bila mana sudah masuk liang kubur. Hal ini terwujud dalam dua hal, seorang raja dan problematikanya karena keinginan untuk berkuasa adalah sesuatu hal yang tak pernah mengalami kepuasan.25

2.7Definisi Penderitaan

Definisi Penderitaan menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti keadaan yg menyedihkan yg harus ditanggung, Penderitaan berasal dari kata derita.26Penderitaan berasal dari kata derita.Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhar yang artinya menahan atau menangung.Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan.

Penderitaan itu dapat berbentuk lahir atau batin, keduanya termasuk penderitaan ialah keluhkesah, kesengsaraan, kelaparan dan lain-lain.Penderitaan, rasa sakit, dan tersiksa adalah bagian hidup manusia. Tiap manusia pernah dan akan mengalaminya, meskipun kadar penderitaanya, rasa sakit dan rasa tersiksa itu tidak sama. Dalam ajaran Agama Islam, Al-Quran maupun kitab suci agama lain banyak menguraikan penderitaan manusia sebagai peringatan bagi manusia. Hampir semua karya besar dalam bidang

25Ibid., hal. 114-115

26

(44)
(45)

pelajaran yang sangat berharga bagi bagi kita. Di sana tidak kita temui jiwa munafik, plin-plan, cengeng, dengki, iri, dan sebagainya.27

2.8Pengertian Rakyat Menurut Para Ahli

Dalam membangun sebuah negera pastinya membutuhkan unsur yang paling penting yakni rakyat, dimana rakyat sendiri adalah kumpulan dari beberapa orang yang memiliki ideologi yang sama dan tinggal dalam suatu pemerintahan yang ada. Serta memiliki kewajiban dan hak yang sama dalam bermasyarakat dan juga berpolitik. Namun menurut para ahli mendefinisikan rakyat bisanya berhubungan dengan kepentingan publik yang secara otomatis berbeda dengan kepentingan pribadi.

Rakyat sering sekali dinyatakan sebagai common people yang mana rakyat adalah banyak, sehingga tidak mengherankan apabila beberapa aksi demo yang terjadi menentang kebijakan pemerintah berazaskan kepentingan rakyat.

Berikut in adalah bebererapa daftar mengenai pengertian rakyat menurut para ahli diantaranya adalah:

27

(46)

Menurut Emha Ainun Nadjib mengartikan rakyat adalah pihak yang akan diatur oleh pihak yang berkuasa.

Menurut Herman J. Waluyo mengartikan rakyat adalah darah di tubuh suatu bangsa dan debar sepanjang masa.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia menuliskan pengertian rakyat sebagai penduduk sebuah negara.

Menurut Issei mengartikan rakyat adalah konsepsi politik yang bukan konsepsi arimatik ataupun statistik, rakyat tidak selalu berarti seluruh penduduk.

Menurut Anwar Harjono mengartikan rakyat adalah sumber kekuasaan.

Menurut M. Hasan mengartikan rakyat adalah orang satu kelompok yang berkaitan dalam membuat dan melaksanakan segala aturan bagi masyarakat tertentu.

Menurut Bahar Rifai mengartikan rakyat adalah semua orang yang tinggal pada suatu wilayah atau negara.

(47)

bahwa rakyat adalah pemegang unsur yang sangat penting sekali dalam suatu negara yang berdaulat seperti bangsa kita Indonesia28.

2.9Kerangka Berfikir

Dari uraian teori diatas, maka penulis membuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.2 kerangka berfikir

28

http://www.duniapelajar.com/2014/08/11/pengertian-rakyat-menurut-para-ahli/ diunduh pada 14 juni 2015 pukul 13.11 wib

Penderitaan Rakyat dalam perang

Teori Konflik Thomas Hobbes

Foto-Foto Penderitaan Rakyat pada Konflik/ Perang Suriah dalam Majalah National Geographic Indonesia Eds. Maret 2014

Interpretasi Makna Konotasi, denotasi dan mitos

Visualisasi Penderitaan Rakyat dalam Foto Konflik/ Perang Suriah Majalah National Geograraphic Indonesia Maret

(48)
(49)

2.10 Penelitian Terdahulu

Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis telah mencari kajian pustaka terdahulu di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Akhirnya penulis menemukan beberapa judul skripsi atau judul penelitian terdahulu yang serupa dengan tema penelitin yang akan penulis kaji, diantaranya: 1. Analisis Semiotika Foto Jurnalistik Pernikahan Dini Dalam Majalah National

Geografic Indonesia, yang ditulis oleh Za‘Arasy Rahmah. Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012. Objek penelitian skripsi ini adalah foto-foto jurnalistik pernikahan dini dalam majalah National Geografic Indonesia.

2. Analisis Semiotika Foto Berita Headline Koran Tempo, yang ditulis oleh Angga Rizal Nurhuda, Fakultas Dakwah Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Objek penelitian ini adalah foto-foto headline pada Koran Tempo.

(50)

Berikut dalam bentuk tabel dengan format seperti dibawah ini : Gambar 2.3 Tabel Penelitian Terdahulu No ITEM Za’Arasy Rahmah Zaki Ahmad

Thohir Dede Nurmaya 1 Judul Analisis Semiotika

Foto Jurnalistik

Metode Kualitatif Metode Kualitatif Metode Kualitatif dan Paradigma konstruktivis

6 Hipotes is

(51)
(52)
(53)

10 Kritik

(54)

38 3.1 Paradigma Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan paradigma konstruktivis atau konstruksionis dikarenakan sebuah tampilan foto yang ada di media massa adalah suatu pesan yang di konstruksi sedemikian rupa tergantung standar operasional produksinya, atau kebijakan redaksi dengan sebuah tata cara yang diberikan misalnya ada syarat tertentu dalam kategorinya.

Dalam hal visualisai gambar sudah tentu membangun pesan yang ada dalam benak seseorang menjadi pesan itu merupakan bagian dari hasil konstruksi.Dalam kamus besar bahasa indonesia menjelaskan konstruksi adalah suatu susunan, model, tata letak suatu bangunan, susunan dan hubungan kata dl kalimat atau kelompok kata.29Jadi, konstruksi secara singkat adalah susunan.jika penulis terjemahkan berarti susunan adalah didalamnya merupakan maksud dengan niat pencapaian suatu tujuan atau gagasan pemikiran untuk dituangkan ke dalam suatu bentuk.

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukan pada mereka apa yang penting, abash, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukan kepada

29

(55)

praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial dan epitemologis yang panjang.30

Paradigma konstruktivis memiliki beberapa kriteria yang membedakannya dengan paradigma lainnya, yaitu ontologi, epistemologi, dan metodologi.Level ontologi, paradigma konstruktivis melihat kenyataan sebagai hal yang ada tetapi realitas bersifat majemuk, dan maknanya berbeda bagi tiap orang.31

Penulis menggunakan paradigma konstruktivis dalam level ontologis dikarenakan Ontologi (dari ὄν Yunani, ὄντος genitive: "menjadi" (partisip

netral dari εἶναι: "menjadi") dan-λογία,-logia: ilmu, penelitian, teori) adalah studi filosofis tentang hakikat ini, eksistensi atau kenyataan seperti itu, serta menjadi kategori dasar dan hubungan mereka.

Tradisional terdaftar sebagai bagian dari cabang utama filsafat yang dikenal sebagai metafisika, ontologi berkaitan dengan pertanyaan mengenai apa yang ada entitas atau dapat dikatakan ada, dan bagaimana badan tersebut dapat dikelompokkan, terkait di dalam hirarki, dan dibagi menurut persamaan dan perbedaan .

Ikhtisar Ontologi, dalam filsafat analitik, menyangkut menentukan apakah beberapa kategori yang sangat penting dan bertanya dalam apa arti item dalam kategori tersebut dapat dikatakan "menjadi". Ini adalah

30

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hal.9

31

(56)

penyelidikan berada di begitu banyak seperti sedang, atau menjadi makhluk sejauh mereka ada-dan tidak sejauh, misalnya, fakta-fakta tertentu yang diperoleh tentang mereka atau properti tertentu yang berhubungan dengan mereka.

Untuk Aristoteles ada empat dimensi ontologis yang berbeda: 1. menurut berbagai kategori atau cara menangani yang sedang seperti itu 2. menurut kebenaran atau kesalahan (misalnya emas palsu, uang palsu) 3. apakah itu ada dalam dan dari dirinya sendiri atau hanya 'datang bersama'

oleh kecelakaan

4. sesuai dengan potensinya, gerakan (energi) atau jadi kehadiran (Buku Metafisika Theta).

(57)

yang tidak, mengapa, dan apa kategori hasil. Ketika seseorang berlaku proses ini untuk kata benda seperti elektron, energi, kontrak, kebahagiaan, ruang, waktu, kebenaran, kausalitas, dan Tuhan, ontologi menjadi dasar untuk banyak cabang filsafat

Menurut Suria sumantri (1985), Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu

pengkajian mengenai teori tentang ―ada‖. Telaah ontologis akan menjawab

pertanyaan-pertanyaan :

a) apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,

b) bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan

c) bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.

Menurut Soetriono & Hanafie (2007) Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realita (metafisika) dari obyek ontologi atau obyek formal tersebut dan dapat merupakan landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan alam kenyataan dan keberadaan.

(58)

orang.Dikarenakan dalam menafsirkan isi/ pesan foto bagi setiap orang akan memiliki pandangan/ pendapat yang berbeda.

3.2 Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode penelitian kualitatif karena merupakan sebuah penelitian menggunakan theatre of mind

dari peneliti berdasarkan teori analisis semiotika dari Roland Barthes. Diantaranya terdiri dari tiga makna, yaitu denotatif, konotatif, dan mitos.

Pendekatan penelitian ini menggunakan riset kualitatif .Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam- dalamnya melalui pengumpulan data sedalam- dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya.Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data.

(59)

eksploratif (grounded), periset sama sekali tidak mempunyai konsep awal tentang apa yang diteliti, sehingga tentu saja juga tidak mempunyai desain riset. Secara umum, riset yang menggunakan metodologi kualitatif mempunyai ciri- ciri :

1. Intensif, partisipasi riset dalam waktu lama pada setting lapangan, periset adalah instrument pokok riset.

2. Perekaman yang sangat hati-hati terhadap apa yang terjadi dengan catatan- catatan di lapangan dan tipe- tipe lain dari bukti- bukti dokumenter.

3. Analisis data lapangan.

4. Melaporkan hasil termasuk deskripsi detail, quotes (kutipan- kutipan) dan komentar- komentar.

5. Tidak ada realitas yang tunggal, setiap periset mengkreasi realitas sebagai bagian dari proses risetnya. Realitas dipandang sebagai dinamis dan produk konstruksi sosial.

6. Subjektif dan berada hanya dalam referensi periset. Periset sebagai sarana penggalian interpretasi data.

Realitas adalah holistik dan tidak dapat dippilah- pilah.32

32

(60)

3.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan mendalam.33 3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini, penulis akan menuliskan langkah penelitian dengan teknik pengumpulan datanya dengan cara observasi (pengamatan), interview (wawancara), dan dokumentasi untuk kemudian digabungkan agar hasil penelitian ini diharapkan mampu mengeksplorasi secara mendalam.

Berikut daftar tabel macam-macam teknik pengumpulan data34:

Gambar 3.1 Macam-macam Teknik Pengumpulan data

33

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(Bandung:Alfabeta, 2011), hal.209

34

Ibid., hal 225

Macam teknik pengumpulan data

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

(61)

Jadi jika dijabarkan sebagai berikut:

a. Observasi, menurut Nasution (1988) bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekkerja berdasarkan data yaitu fakta

mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

b. Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut. “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and join construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

c. Teknik pengumpulan data dengan dokumen, dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan karya seni yang telah ada. Photographs provide strikingly descriptive data, are often used to understand the subjective and is product are frequeltly analyzed

inductive.

(62)

kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.35

Dua teknik pengumpulan data yang penulis gunakan diantaranya:

STUDI PUSTAKA

Menurut M.Nazir dalam bukunya yang berjudul ‗Metode

Penelitian‘ mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.Studi Kepustakaan yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi obyek penelitian.36

Metode study pustaka dilakukan untuk menunjang metode wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dalam mencari referensi-referensi yang

35

Alex sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm.127-128.

36

(63)

berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.Manfaat dari study

pustaka (Literature Review) ini antara lain :37

1. Menghindari membuat ulang (reinventing the wheel) sehingga banyak menghemat waktu dan juga menghindari kesalahan- kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain.

2. Mengidentifikasikan metode yang pernah dilakukan dan yang relevan terhadap penelitian ini.

3. Meneruskan apa yang penelitian sebelumnya telah dicapai sehingga dengan adanya studi pustaka ini, penelitian yang akan dilakukan dapat membangun di atas landasan (platform) dari pengetahuan atau ide yang sudah ada.

Banyak penelitian yang sebelumnya dilakukan mengenai survey secara online dan penelitian lain yang berkaitan. Dalam upaya mengembangkan dan menyempurnakan sistem survey secara online ini perlu dilakukan studi pustaka (literature review) sebagai salah satu dari penerapan metode penelitian yang akan dilakukan.

37

(64)

Studi Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek38.

1. Dokumen

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya.Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.

Meleong (dalam Herdiansyah, 2010: 143) mengemukakan dua bentuk dokumen yang dapat dijadikan bahandalam studi dokumentasi, yaitu:

38

(65)

a. Dokumen harian

Dokumentasi pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya.Tujuan dari dokumentasi ini adalah untuk memperoleh sudut pandang orisinal dari kejadian situai nyata. Terdapat tiga dokumentasi pribadi yang umum digunakan, yaitu:

1) Catatan harian (diary)

Diary berisi beragam aktivitas dan kegiatan termasuk juga unsur perasaan.

2) Surat Pribadi

Surat pribadi (tertulis pada kertas), e-mail, dan obrolan dapat dijadikan sebagai materi dalam analisis dokumen dengan syarat, peneliti mendapat izin dari orang yang bersangkutan.

3) Autobiografi

Autobiografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas gabungan tiga kata, yaitu auto (sendiri), bios (hidup), dan grapein

(66)

b. Dokumen Resmi

Dokumen resmi dipandang mampu memberikan gambar mengenai aktivitas, keterlibatan individu pada suatu komnitas tertentu dalam setting social.

Menurut Meleong (Herdiansyah, 2010: 145-146) dokumen resmi dapat dibagi kedalam dua bagian.Pertama dokumen internal, yaitu dapat berupa catatan, seperti memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga, system yang diberlakukan, hasil notulensi rapat keputusan pimpinan, dan lain sebagainya.Kedua, dokumentasi eksternal yaitu dapat berupa bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga social, seperti majalah, koran, bulletin, surat pernyataan, dan lain sebagainya.

(67)

National Geografic Indonesia edisi Maret 2014 tantang konflik perang Suriah. Melalui pengamatan tersebut peneliti mengidentifikasi 5 (lima) gambar yang berisikan foto-foto yang menggambarkan keadaan di wilayah konflik/ perang yang tergambar jelas menginformasikan kondisi di wilayah konflik.

Seperti apa dan bagaimana si fotografer menyampaikan isi pesan gambar sehingga hasil karyanya mampu berbicara seribu kata tanpa menuliskannya dengan narasi yang panjang lebar. Berarti didalamnya foto tersebut terdapat unsur tanda yang menggambarkan makna yang divisualisasikan.

(68)

Addario dan Andrea Bruce. Setelah pemaparan diatas nantinya akan dianalisis sesuai teori yang digunakan dalam penelitian ini.

3.5 Instrumen Penelitian

Posisi peneliti merupakan alat (instrumen) pengumpul data utama, sebab peneliti adalah orang yang melakukan identifikasi disini peneliti adalah manusia yang meiliki akal pikiran yang mampu melakukan aktivitas meneliti, serta mampu memahami kaitan dengan gambaran-gambaran yang tertampil dalam sebuah foto. Oleh karena itu, peneliti berperan sebagai subjek yang memaknai seluruh makna yang tertampil dalam karya foto/ gambar karena segala sesuatu yang ada belum memiliki kepastian apa arti sebenarnya juga bingkai otak pemikiran setiap manusia satu pasti berbeda dengan manusia yang lainnya. Dalam hal ini masihlah perlu dikembangkan lagi. Sehingga hanya peneliti itu sendiri sebagai alat yang dapat mencapainya pada penelitian ini.

3.6 Teknik Analisis Data

Berdasarkan tujuan penelitian yang akan mendeskripsikan makna foto, maka tahap analisis data yang akan digunakan oleh peneliti diantaranya:

Gambar

Gambar 2.1  Peta Tanda Roland Barthes
Gambar 2.2  kerangka berfikir
Gambar 2.3 Tabel Penelitian Terdahulu
Gambar 3.1 Macam-macam Teknik Pengumpulan data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mudah-mudahan semua upaya yang dilakukan mampu meningkatkan kualitas Jurnal secara bertahap, sesuai dengan rambu-rambu akreditasi jurnal nasioanl, dan sebagai

menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik cair biokultur urin sapi berpengaruh nyata terhadap bobot segar tanaman, bobot eskip umbi, bobot kering tanaman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pakan berbeda nyata (P<0,05) terhadap pertambahan berat ikan, pertambahan panjang ikan, laju pertumbuhan

Diharapkan dapat menjadi intervensi yang bisa diaplikasikan untuk perawatan ibu hamil yang mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan atau selama kehamilan

Lalu mereka juga mengatakan bahwa mereka mempercayai bahwa batu akik memiliki khasiat bagi kesehatan mereka dan membuat mereka bertambah percaya diri karena menurut mereka

Kegiatan Usaha Pertanian, Perdagangan Umum, Pengangkutan, Perindustrian dan Jasa Atau Pelayanan Jumlah Saham yang ditawarkan 240.000.000 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai

Pada saat ini aliran proses produksi ada yang terlihat kurang baik sehingga kurang efektif dan efisiennya pekerjaan yang dilakukan serta terlalu sempit ruang pergerakan para

Organ Y adalah kelenjar yang menghasilkan enzim pencernaan. Pernyataan manakah yang tepat berkaitan dengan enzim dan perannya dari kelenjar tersebut?.. A. Pepsin, merombak