• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

D. Pembelajaran Menulis

3. Tahap-Tahap Menulis

Tompkins membagi tahapan dalam menulis ada lima tahap, yakni: a. Tahap Prapenulisan

Tahap prapenulisan mengacu pada proses perencanaan atau persiapan dalam menulis. Tahap ini sebenarnya merupakan tahap yang sangat penting dalam aktivitas menulis. Persiapan berkaitan dengan ide tulisan maupun ketercukupan bahan yang digunakan dala proses penulisan selanjutnya

Seorang penulis menentukan apa yang akan dibahas dalam tulisan. Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber. Topik dapat diperoleh melalui pendengaran, penglihatan, dan perasaan. Dalam

konteks ini, membaca dengan tekun dan kritis akan memberikan sumbangan yang besar dalam pemerolehan ide. Selain itu, pengalaman merupakan sumber informasi yang sangat penting. Di samping itu, seorang penulis dapat menemukan topik tulisan dari pengamatan terhadap lingkungan. Penulis juga dapat menulis tentang pendapat, sikap dan pandangan sendiri atau orang lain. Jadi sebenarnya topik karangan dapat ditemukan dimana-mana.

Topik yang ditetapkan biasanya memenuhi asas kemanfaatan, kemenarikan dan fisibilitas. Topik hendaknya mampunyai manfaat bagi diri sendiri maupun pembaca. Apakah topik yang dipilih akan mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan ide, pengembangan keilmuan atau berdampak praktis terhadap nilai-nilai kehidupan. Kemenarikan topik juga sangat penting untuk diperhatikan. Topik yang dipilih hendaknya menarik bagi penulis maupun pembaca. Untuk itu topik semestinya aktual, berorientasi pada isu kekinian dan ke masa depan. Hal ini menjadi kunci penting menarik tidaknya suatu topik tulisan.

Selain kedua asas tersebut di atas, topik hendaknya juga memiliki asas fisibilitas. Artinya, topik yang dipilih merupakan ide yang mampu digarap. Untuk itu, memilih topik hendaknya yang berkaitan dengan bidang kajian yang kita tekuni. untuk memudahkan proses penulisan, hendaknya cakupan topik tidak terlalu luas. Bila topik itu terlalu luas, maka penulisan harus berupaya membatasi topik.

Membatasi topik berarti mempersempit dan memperjelas konteks pembicaraan. Untuk mempermudah proses pembatasan tersebut, dapat digunakan gambar, bagan, atau cara visualisasi yang lain. Dengan membatasi topik, sebenarnya juga telah

menentukan tujuan penulisan. Tujuan penulisan di sini diartikan sebagai semacam pola yang mengendalikan tulisan secara menyeluruh. Dengan menentukan tujuan penulisan, penulis tahu apa yang akan dilakukan, apa yang diperlukan, berapa luas lingkup tulisan, siapa pembaca, sudut pandang penulisan, dan pola penggarapannya. Secara eksplisit tujuan itu dapat dinyatakan dalam bentuk tesis atau pernyataan maksud.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pembaca dan bentuk tulisan. Siapa yang menjadi pembaca; apakah umum, siswa, atau komunitas tertentu, selain itu bentuk tulisan harus diperhatikan apakah puisi, verpen, drama, artikel, atau tulisan lain. Penentuan pembaca dan bentuk tulisan akan berimplikasi pada gaya penulisan dan pemilihan bahan.

Langkah berikutnya ialah mengumpulkan bahan dan pengorganisasian ide. Yang dimaksud dengan bahan penulisa ialah semua informasi atau data yang digunakan untuk mencapai tujuan penulisan atau bahan yang berkaitan dengan ide penulisan, bentuk tulisan. Bahan tersebut mungkin berupa rincian, sejarah, kasus, contoh, penjelasan, definisi, fakta, hubungan sebab akibat, hasil pengujian, dan sebagainya.

Sumber utama untuk memperoleh bahan, terdapat dua yaitu pengalaman dan sumber pustaka. Pengalaman merupakan keseluruhan pengetahuan yang diperoleh melalui pancaindra, sedangkan inferensi merupakan kesimpulan atau nilai-nilai yang ditarik dari pengalaman. Bahan yang diperleh dari pengalaman mungkin didapatkan melalui observasi langsung atau bacaan.

Langkah berikutnya menyusun kerangka karangan. Menyusun kerangka berarti memecahkan topik ke dalam sub-topik. Kerangkan tersebut dapat berbentuk kerangka topik maupun

kerangka kalimat. Selanjutnya, kerangka itu dapat disusun dengan berbagai cara. Kerangka karangan yang baik harus logis, sistematis, dan konsisten.

Penyusunan keranga karangan merupakan kegiatan terakhir pada tahap persiapan atau prapenulisan. Akan tetapi, sebelum meningkat pada tahap penulisan, perlu dikaji kembali persiapan yang sudah dibuat.

b. Tahap penulisan

Tahap penulisan bagi penulis pemula tentunya merupakan tahap yang paling sulit dilakukan. Kondisinya sangat berbeda dengan penulis yang sudah mahir. Namun, apapun yang terjadi, hal ini harus dimaklumi. Hal yang diperlukan adalah adanya kemauan yang kuat dari diri sendiri. Berikut merupakan langkah-langkah dalam tahap penulisan

a) Pertama, menuangkan ide secara langsung dalam bentuk tulisan. Ide dituangkan dalam bentuk tulisan mempedulikan apapun yang terjadi. Kita tidak perlu berfikir apakah tulisan kita baik atau buruk, apakah struktur kalimatnya benar. Apa yang kita pikirkan dituangkan dulu dalam bentuk tulisan. Setelah tulisan kita dianggap selesai, baru melakukan revisi.

b) Kedua, menuangkan ide berdasarkan keranga karangan. Tulisan mengacu pada keranga karangan. Setiap topik dan subtopik yang ada dalam kerangka karangan kita coba uraikan. Di sini kita dapat menuangkan kalimat-kalimat topik yang menjiwai paragraf. Uraian dilakukan secara bertahap. Maksudnya, topik-topik yang ada kita kembangkan secara sistematis. Namun, bila tiba-tiba kita

kekurangan bahan, kita bisa beralih kepada kerangka yang lain.

Pada saat proses penulisan itu berlangsung, potensi kreatif kita dalam menulis akan berperan secara maksimal. Kelancaran dalam penuangan ide itu ditentukan oleh seberapa kaya skemata tentang ide yang akan ditulis. Selain itu, kelancaran seseorang dalam menulis juga ditentukan oleh kekayaan bahasa, kosa kata, gaya penceritaan yang dimiliki.

c) Tahap revisi

Draf seluruh tulisan sudah selesai, tulisan tersebut perlu dibaca kembali. Mungkin draf itu perlu ditambah, diperbaiki, dikurangi, dan diperluas. Sebenarnya, revisi ini sudah dilakukan pada saat tahap penulisan berlangsung. Namun pada tahap ini, yang dilakukan adalah revisi keseluruhan sebelum naskah jadi.

Tahap ini biasanya terfokus pada isi. Dengan demikian, penulis harus memperkaya isi tulisan. Cara yang perlu dilakukan; pertama, menggali informasi melalui bahan bacaan. Kedua, kita melakukan pengamatan atau penggalian terhadap fenomena kehidupan, baik secara langsung maupun melalui media audiovisual.

d) Tahap Editing

Editing merupakan tahapan yang berkaitan dengan penulisan secara final. Bila tahap-tahap sebelumnya difokuskan kepada iai, editing lebih difokuskan pada masalah mekanik, seperti ejaan, penggalan kata, kata hubung, struktur kalimat, dan sebagainya. Maksud dilakukan editing ini agar tulisan itu memiliki tingkat keterbacaan yang baik.pembaca akan mudah memahami tulisan kita. Jarak antara pembaca dengan ide menjadi lebih dekat dan tulisan itu juga lebih komunikatif.

Banyak ahli yang menyarankan bahasa yang digunakan disesuaikan dengan bentuk tulisan. Tulisan fiksi dan nonfiksi menghadapi realisasi bahasa yang berbeda. Selain kekomunikatifan, tulisan fiksi menghendaki adanya diksi dan estetis.

e) Tahap publikasi

Tahap terakhir dalam proses penulisan adalah publikasi. Publikasi di sini dapat dimaknai sebagai proses mengkomunikasikan tulisan kepada pembaca atau orang lain. Bentuk publikasi ini sangat beraham. Apakah pembaca atau orang lain. Bentuk publikasi ini sangat beragam. Apakah media yang akan digubakan dalam bentuk buku, surat kabar, atau lainnya. Semuanya itu tergantung pada penulis dan kesesuaian tulisan dengan media yang dituju. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mempublikasikan tulisan. Yang terpenting, ide dengan wadah media harus relevan.70

Dokumen terkait