• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Tahapan Pendekatan Awal ( Engagement)

Pendekatan awal merupakan suatu proses kegiatan yang mengawali keseluruhan proses pelayanan sosial yang ada di PSAA PU 03 Tebet. Tahap pendekatan awal diawali dengan sosialisasi, identifikasi, adaptasi, motivasi dan seleksi. Kegiatan yang dilakukan oleh PSAA PU 03 Tebet adalah dengan

penyampaian informasi program pelayanan kesejahteraan sosial kepada masyarakat, instansi terkait, serta organisasi sosial/LSM guna memperoleh dukungan dari berbagai pihak mengenai pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar. Langkah-langkah pendekatan awal ini adalah:

a. Sosialisasi

Sosialisasi merupakan langkah awal dari proses pelayanan sosial yang ada di PSAA PU 03 Tebet. Pada tahap ini, panti melakukan penyampaian informasi mengenai program pelayanan, metode yang dipakai dalam sosialiasi seperti penyebaran pamphlet, penyebaran leaflet, adanya website, bekerjasama dengan pilar-pilar partisipan usaha kesejahteraan sosial yang terkait untuk mendapatkan pengesahan atau pengakuan, dan peran sertanya dalam pelaksanaan program. Tujuannya adalah untuk merekrut calon siswa, sekaligus melakukan sosialisasi tentang kegiatan dan program di PSAA PU 03 Tebet. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra.Hj. Nurlela sebagai berikut:

“Jadi yang masuk itu biasanya mereka taunya dari alumni. Ada juga yang tahu dari masyarakat luar yang mereka cari-cari informasi untuk bisa masuk sisni, jadi kebanyakan dari orang ke orang, pernah kita membuka website tapi kan tidak semua orang tau website, apalagi orang ngga mampu yah. kita juga cari informasi, dan memberikan informasi kepada teman-teman yang ada wilayah namanya dengan SSK (Seksi Sosial Kecamatan). Ada namanya TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan). TKSK itu ada informasi dari masyarakat ada yang ngga mampu, udah ngga sekolah. Ada juga yang memang dari panti ke panti, jadi apabila itu anak Negara atau tidak mampu yang memang sudah tinggal di panti sejak kecil ketika dia akan melanjutkan ke SMP dan SMA dia akan dipindahkan ke panti ini.”1

1

b. Identifikasi :

Identifikasi adalah proses pengumpulan data dan informasi awal calon penerima pelayanan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data permasalahannya guna penetapan calon penerima. Metode yang dilakukan yaitu dengan wawancara yang menanyakan mengenai keluarga, kegiatan yang dilakukan sehari-hari, kemauan anak untuk masuk dipanti ini dan mengumpulkan persyaratan-persyaratan lain yang harus dipenuhi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Hj. Nurlela ketika menjelaskan proses identifikasi sebagai berikut:

“Jadi begitu dia kesini awal pertama dia ambil formulir, syarat-syarat saya terangin awal secara gambaran tentang panti ini. kembali 2 minggu kemudian mengisi syarat-syarat atau formulir yang udah ada dan harus dipenuhi. Setelah 2 minggu dia kembali disini kita ngobrol-ngobrol. Sebelum home visit, orangtua di wawancara dengan Saya, Bu Nita dan Pak Restu. Kalau anak-anak dengan psikolog dan peksos Kak Loren. Habis itu di test lagi test agama dengan saya. Selanjutnya home visit, Habis melakukan home visit, beberapa minggu kemudian kita rapat lagi untuk membahas hasil home visit.

Proses identifikasi yang diterima klien “R” dan klien “V” sama seperti yang sudah dijelaskan oleh Kasie. Identifikasi dan Assesment diatas, terdapat perbedaan diantara mereka. klien “V” dan “R” tidak harus melakukan tahapan-tahapan yang ada karena mereka merupakan hasil rujukan dari panti yang sebelumnya jadi klien “V” dan “R” sudah pasti diterima. Hal ini seperti diungkapkan oleh Ibu Dra. Hj. Nurlela sebagai berikut:

“tapi kalau klien “V” dan “R” ini karena dia merupakan dari panti, itu otomatis kita terima yah. Udah kita terima, kita pelajari berkas-berkas dia waktu di klender, sebelumnya dia cerita dulu, lalu dijelasin anaknya ini tipe seperti apa. Abis itu ya sama isi formulir juga untuk data di panti ini. Jadi kalo klien “V” dan “R”kita hanya melihat data-data dia yang dibawa oleh pengasuh dari panti sebelumnya.”2

Hal serupa juga diungkapkan oleh klien “R” dan “V” sebagai berikut:

“Proses waktu saya masuk, karena saya kan dari panti yang di Klender. Saya memang sudah seharusnya berada disini, karena kan saya ingin masuk SMP dan SMA. Jadi saya ditempatka disini, jadi saya ini rujukan dari panti sebelumnya. Pas datang saya diantar pengasuh saya yang dari Klender. Terus saya ditemui oleh petugas panti yang disini. Abis itu saya mengisi formulir untuk kebutuhan panti sini, terus yaudah saya disuruh bawa barang-barang ke kamar yang udah disediain”3

“Waktu datang kesini karena kan memang panti saya sudah bekerjasama dengan panti ini, dan memang ketika saya harus melanjutkan ke SMP dipindahkan kesini khusus untuk perempuan yah kak. Waktu saya datang, ya saya ke kantor diantar pengasuh saya dari panti sana. Kemudian di cek data-data saya yang dibawa pengasuh. Terus saya disuruh isi formulir diajak ngobrol-ngobrol, Terus udah disini berapa minggu anak-anak baru kaya saya dan yang lain juga ada test psikolog kak. Kira-kira seperti itu deh kak.”4

c. Motivasi

Motivasi ialah kegiatan program pengenalan kepada klien untuk menumbuhkan keinginan dan dorongan yang tinggi melaksanakan program pelayanan kesejahteraan sosial. Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet ini juga memberikan motivasi kepada

2

Wawancara pribadi dengan Dra. Hj. Nurlela, Jakarta, 3 Juli 2014.

3

Wawancara pribadi denganklien “R”, Jakarta,18 Juli 2014.

4

calon-calon Warga Binaan Sosial yang akan masuk ke panti ini. Motivasi yang diberikan oleh panti ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Hj. Nurlela :

“Kita motivasi memberitahukan kepada mereka, bahwa mereka tidak dibuang oleh orang tuanya, tetapi untuk biar dia menjadi anak yang lebih baik dan mandiri terutama masa depannya lebih bagus karena keterbatasan ekonomi. Karena disini kan nanti disekolahin, diberi keterampilan. Jadi panti bukan hal yang berarti kalian tinggal disini karena dibuang atau orangtua kalian tidak mau mengurusi. jadi memberikan hal-hal yang positif supaya anak semangat dan merasa betah tinggal di panti nantinya.”5

Tujuan dari kegiatan motivasi ini adalah untuk menumbuhkan kemauan anak-anak asuh untuk mengikuti program pelayanan. Cara pelaksanaanya dapat dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan secara lisan, langsung,persuasive, dan meyakinkan.

d. Seleksi

Seleksi adalah kegiatan pengelompokan atau klasifikasi penyandang masalah kesejahteraan sosial terutama yang sudah dimotivasi, untuk menentukan siapa yang memenuhi persyaratan dan siapa yang tidak dapat diterima menjadi calon penerima pelayanan.

Proses melakukan seleksi biasanya dilakukan dengan adanya home visit untuk melihat langsung keadaan yang dialami calon klien apakah sesuai dengan hasil wawanacara yang sudah dilakukan saat mereka datang. Akan tetapi, untuk klien “V” dan “R” dia tidak perlu melakukan tahap seleksi seperti klien yang lain , karena sudah pasti klien “V” dan

5

“R” diterima dipanti. Jadi ketika memang itu anak Negara yang sudah dari kecil hidup dari panti ke panti dan keberadaan keluargannya tidak diketahui itu sudah pasti diterima. Kemudian staf identifikasi dan assessment hanya melihat dari data-data yang ada dari panti sebelumnya saja kemudian dipelajari dengan melihat riwayat hidupnya. Hal ini seperti diungkapkan oleh Ibu Dra. Nurlaela sebagai berikut :

“Kalau untuk klien “V” dan “R” kita memang tidak menggunakan cara ini, Jadi ketika anak-anak Negara seperti klien “V” yang memang sudah tinggal dari panti ke panti, yang tidak punya siapa-siapa, kita tanya hanya lihat dari data panti sebelumnya sama riwayat. Tapi ketika memang dia masih mempunyai sanak saudara kita tetap melakukan home visit sama seperti yang lain.”6

e. Adaptasi

Adaptasi merupakan proses penyesuaian diri anak dengan lingkungan PSAA PU 03 Tebet, melihat kegiatan yang ada di panti, mengetahui tata tertib dan mengenali para pegawai yang ada. Pada proses ini, pihak panti berusaha menumbuhkan kemauan dan kemampuan anak menjadi klien PSAA. Proses kegiatan ini berlangsung selama satu minggu dengan dipimpin oleh anggota Organisasi Citra Intra Panti (OCIP) semacam OSIS yang biasanya ada di sekolah. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra.Hj. Nurlela sebagai berikut:

“Pas adaptasi yaa. Ketika mereka sampai sini kita sudah kasih tau kamar buat mereka. Kasih tau juga ini lemari mereka tempat tidur mereka. Terus kan disini ada OCIP (Organisasi Citra Intra Panti) yaa. Jadi anak-anak yang baru masuk itu di MOS terlebih

6

dahulu sama mereka. Dikasih tau latar belakang panti sama peraturan-peraturan yang ada di panti.ohh ngga berat kok tujuannya menghibur saja sebagai pendekatan.”7

Merujuk pada Bab II halaman 49 bahwa salah satu prinsip-prinsip pekerja sosial adalah penerimaan, dalam hal ini pelayanan kesejahteraan sosial yang diberikan oleh Pekerja sosial ketika menerima klien adalah seorang pekerja sosial harus menerima klien apa adanya, tanpa menghakimi klien tersebut dan tidak boleh membeda-bedakan permasalahan yang dialami klien. Pelayanan kesejahteraan yang diberikan oleh petugas disana dengan beranggapan bahwa klien-klien diterima sebagai diri mereka sendiri tanpa memandang masalah yang dimiliki oleh mereka.

Dokumen terkait